Penindasan Zoroastrianisme

Penganiayaan Zoroastrianisme adalah penganiayaan agama yang ditujukan kepada para pengikut iman Zoroaster. Penganiayaan terhadap Zoroastrianisme terjadi sepanjang sejarahnya. Diskriminasi dan pelecehan mulai dalam bentuk beberapa kekerasan dan memaksa pindah keyakinan. Muslim tercatat telah menghancurkan kuil api. Zoroastrianisme hidup di bawah kekuasaan Muslim diminta untuk membayar pajak yang disebut jizyah.

Tempat ibadah Zoroaster dirusak, kuil dihancurkan dan Masjid dibangun di tempat mereka. Banyak perpustakaan dibakar dan banyak warisan budaya yang hilang. Secara bertahap ada peningkatan jumlah hukum yang mengatur perilaku dan kegiatan Zoroaster, membatasi keadaan mereka untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Seiring waktu, penganiayaan Zoroastrianisme menjadi lebih umum dan luas, dan jumlah penganutnya menurun secara signifikan.

Banyak yang pindah keyakinan, beberapa mengelabuhi kepindahan demi menghindari penyalahgunaan sistematis dan diskriminasi oleh hukum negara. Bila sebuah keluarga Zoroastrian masuk Islam, anak-anak harus pergi ke sebuah sekolah Islam dan belajar bahasa Arab dan ajaran Quran dan anak-anak kehilangan identitas Zoroastrian mereka, meski di bawah Dinasti Samanids, orang Zoroaster yang memeluk agama Islam, bahasa persia masih berkembang.

Di lain waktu, Zoroaster dianiaya oleh penganut Zoroastrianisme lainnya, dalam apa yang dianggap sekte sesat oleh pengikut Zoroaster lainnya. Menurut Hinnells, penganiayaan ini penting untuk rasa 'identitas Zoroastrian, dan sebagaimana masyarakat Yahudi tidak dapat dipahami tanpa apresiasi dari realitas anti-Semitisme, demikian juga pengalaman Zoroaster pengecualian harus diperhitungkan". dan didominasi oleh mayoritas Zoroaster. Zoroastrianisme adalah agama negara dari empat kerajaan Persia pra-Islam, yang terakhir kekaisaran Sassania yang melewati sebuah dekret di 224 CE Invasi Arab datang secara tiba-tiba. mengakhiri dominasi agama Zoroastrianisme di Persia dan melembagakan Islam sebagai agama resmi negara Ketika ditanya oleh Yazdegerd, tentang alasan Arab untuk agresi yang tidak beralasan terhadap Persia, seorang tentara Arab menjawab, "Allah memerintahkan kita, dengan mulut Nabi-Nya, untuk memperpanjang kekuasaan Islam atas semua bangsa".

Setelah penaklukan Islam Persia, Zoroastrianisme yang diberi status dhimmi dan mengalami penganiayaan. Diskriminasi dan pelecehan mulai dalam bentuk kekerasan dimana-mana Zoroastrianisme diberi peraturan untuk membayar pajak tambahan yang disebut Jizyah, bila tidak mereka bisa dibunuh, diperbudak atau dipenjara. Mereka yang membayar Jizyah menjadi sasaran penghinaan juga oleh penagih pajak. Zoroastrianisme yang ditangkap sebagai budak untuk perang diberi kebebasan jika mereka masuk Islam.

Tempat ibadah Zoroaster dirusak, kuil dihancurkan dan masjid dibangun di tempat mereka. Banyak bangunan kuil api, dengan empat bukaan lengkungan aksial khas mereka, biasanya berubah menjadi masjid hanya dengan menetapkan mihrab pada tempat lengkungan terdekat ke kiblat (arah Mekkah). Kuil Zoroaster diubah menjadi masjid sedemikian rupa dan dapat ditemukan di Bukhara, serta di dekat Istakhr dan kota-kota Persia lainnya. Perkotaan besar di mana gubernur Arab membuat tempat tinggal di tempat yang paling rentan terhadap penganiayaan agama tersebut. Kuil besar berubah menjadi masjid, dan warga dipaksa untuk menyesuaikan diri atau melarikan diri. Banyak perpustakaan dibakar dan warisan budaya banyak yang hilang.

Secara bertahap ada peningkatan jumlah hukum yang mengatur perilaku Zoroaster, membatasi kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam masyarakat, dan membuat hidup sulit bagi Zoroastrian dengan harapan bahwa mereka akan masuk Islam. Setiap perlawanan politik, militer, dan ekonomi oleh Zoroastrianisme adalah tidak layak atau menindas secara kejam oleh pemerintah.

Seiring waktu, penganiayaan Zoroastrianisme menjadi lebih umum dan luas, dan jumlah pemeluk Zoroastrianisme menurun secara signifikan. Banyak yang pindah keyakinan, beberapa mengelabuhi untuk menghindari penyalahgunaan sistematis dan diskriminasi oleh hukum negara. Lainnya menerima Islam karena pekerjaan mereka dalam kerja industri dan kerajinan, menurut dogma Zoroaster, membuat mereka tidak murni sebagai pekerja karena mereka telah terlibat mencemarkan api Menurut Thomas Walker Arnold, misionaris Muslim tidak menemui kesulitan dalam menjelaskan konsep Islam pada Zoroastrian, karena ada banyak kesamaan antara agama mereka. Menurut Arnold, untuk orang Persia, ia akan bertemu dengan Ahura Mazda dan Ahriman (Iblis) dan itu juga sama dengan Allah dan Iblis.

Bila sebuah keluarga Zoroastrian masuk Islam, anak-anak harus pergi ke sekolah agama Islam dan belajar bahasa Arab dan ajaran Quran dan anak-anak kehilangan identitas Zoroaster mereka. Mereka yang telah diubah hanya untuk kenyamanan tidak bisa kembali ke Zoroastrianisme karena hukuman untuk menyangkal/keluar (murtad) dalam Islam adalah kematian. Faktor-faktor lain terus memberikan kontribusi untuk peningkatan tingkat konversi dari Zoroastrianisme ke Islam. Seorang sarjana Persia berkomentar, "Mengapa begitu banyak harus mati atau menderita? Karena satu sisi bertekad untuk memaksakan agamanya pada yang lain yang tidak bisa mengerti".

Migrasi ke India

Sebuah potret pernikahan Parsi, 1948

Pada awal abad ke-10 sekelompok kecil Zoroastrianisme yang tinggal di sekitar kota Nyshapour dan Sanjan di provinsi (terbesar) Khorasan, memutuskan bahwa Iran tidak lagi aman untuk agama mereka Zoroastrianisme, dan memutuskan untuk beremigrasi ke India. Mereka melakukan perjalanan ke pulau Hormazd di Teluk Persia. Dan setelah tiga tahun berlayar ke India, mereka mendarat di Pulau Diu pantai Gujarat pada tahun 936 Masehi. Di sana mereka tinggal selama 20 tahun dalam kesulitan besar. Mereka belajar bahasa lokal dan menyampaikan perkara tersebut ke Rana Jadi, raja Hindu di wilayah tersebut.

Rana Jadi mengajukan beberapa janji perihal perilaku sebagai syarat untuk mereka menetap di kerajaannya. Para pengungsi menerima kondisi tersebut dan mendirikan pemukiman Sanjan (Gujarat), yang dinamai dari kota asal mereka (Sanjan, dekat Merv, pada masa sekarang Turkmenistan),

Hal ini menarik perhatian penganut Zoroastrianisme lainnya dari Iran dan juga beberapa Zoroastrian yang datang secara individual selama bertahun-tahun yang menetap di berbagai daerah di India barat. Kelompok pertama diikuti oleh kelompok kedua, juga dari wilayah Khorasan dalam lima tahun pertama, dan membawa serta peralatan agamawi. Selain orang-orang dari Khorasanis atau Kohistanis - dua kelompok awal yang telah disebut sebagai mountain folk - setidaknya satu kelompok lain dikatakan telah datang melalui darat dari Sari (kini Mazandaran, Iran). Setelah itu, ada beberapa migrasi yang lebih kecil dari berbagai bagian Iran ke wilayah yang sama di India, dengan masing-masing gelombang dengan membawa cara-cara mereka sendiri dalam prosesi upacara dan ritual Zoroaster.

Ini adalah awal dari Parsi di India. Mereka telah tinggal dalam damai dengan Hindu dan hubungan mereka dengan Hindu penuh kesesuaian dan persahabatan. Masyarakat hingga kini masih ada di India barat, dan saat ini menjadi konsentrasi terbesar Zoroastrianisme di dunia. "Legenda Parsi menggambarkan mengenai migrasi nenek moyang mereka ke India ketika pengungsi terkepung karena agama dan melarikan diri karena aturan keras dari penjajah Muslim fanatik dalam rangka melestarikan iman kuno mereka. " puisi epik Qissa-i-Sanjan (Kisah Sanjan) adalah bentuk penggambaran dari tahun-tahun awal pemukim Zoroaster di anak benua India. bahwa Parsi telah menjadi sadar akan luasnya penindasan terhadap nenek moyang mereka dahulu di Iran ketika bertahan.

Utusan ke Iran

Ketika berita penderitaan mereka mencapai Parsi, yang saat ini telah menjadi cukup makmur, dana Parsi dibentuk untuk membantu Zoroastrian Iran dan utusan yang dikirim ke Iran. Sebuah dermawan Parsi, Maneckji Limji Hataria, dikirim untuk membantu mereka. Dia hanya menemukan 7711 Zoroastrianisme di Kerman, Yazd, dan Teheran (sekarang ibu kota Iran). Menggunakan pengaruhnya dengan pemerintah Inggris ia berhasil mendapatkan beberapa penindasan terhadap Zoroastrian untuk dihapus. Jizyah dibayar oleh minoritas Zoroastrian sampai tahun 1882, setelah itu telah dihapus oleh tekanan pada pemerintah Qajar dari Zoroaster Ameliorasi Persia Fund.

Republik Islam Iran (1979-sekarang)

Revolusi Islam 1979 adalah sama traumatisnya bagi Zoroastrian yang tersisa, dan jumlah mereka makin berkurang drastis. Segera setelah revolusi, selama Bazargan sebagai perdana menteri, revolusioner Muslim "berjalan ke kuil api utama Zoroaster di Teheran dan dihapusnya potret Nabi Zoroaster dan menggantinya dengan salah satu Khomeini ".

Iran dianggap oleh LSM dan PBB sebagai salah satu pelaku terburuk di dunia terhadap kebebasan beragama - bersama dengan Arab Saudi dan Sudan. Anggota agama minoritas, oleh hukum dan praktik, dilarang terpilih sebagai anggota badan perwakilan (kecuali untuk kursi di Majles diperuntukkan bagi kaum minoritas, sebagaimana diatur dalam UUD) dan dari memegang pemerintah senior atau posisi militer. Mereka juga mengalami diskriminasi dalam sistem hukum, menerima penghargaan rendah dan tuntutan hukum kematian, dan menimbulkan hukuman lebih berat, dibanding Muslim. Pria Muslim bebas untuk menikahi wanita non-Muslim tapi pernikahan antara perempuan Muslim dan laki-laki non-Muslim tidak diakui.

Penganiayaan kelompok minoritas oleh grup Zoroaster lainnya

Mazdakism dipandang oleh mazhab Zoroaster lainnya sebagai bidah. Akibatnya dianiaya oleh para pemimpin Zoroaster Sassania. Hukum Sassania, Khosrau I meluncurkan kampanye melawan Mazdakis pada tahun 524 atau 528, yang berpuncak pada pembantaian membunuh sebagian besar pengikut, termasuk Mazdak sendiri dan dipulihkan kembali ke ortodoks Zoroastrianisme sebagai agama negara.

Berbagai laporan menjelaskan tentang cara eksekusi kematian: mis Shahnameh menyatakan bahwa tiga ribu Mazdakis dikubur hidup-hidup dengan kaki ke atas dalam rangka untuk menyajikan Mazdak sebagai tontonan "taman manusia", sedangkan Mazdak sendiri digantung terbalik dan ditembak dengan panah yang tak terhitung jumlahnya, cerita-cerita lain menentukan metode penyiksaan eksekusi lainnya. Pengikut Mazdakisme hampir menghilang setelah pembantaian itu. Kemudian, ada kasus di mana pendeta Zoroaster dibantu oleh umat Islam Persia untuk menentukan siapa ulama Zoroaster yang dianggap sebagai bidah dalam Zoroastrianisme atau separatis.

Penganiayaan Zoroastrianisme oleh orang Kristen

Menurut Mary Boyce, Zoroastrianisme hidup di bawah kekuasaan Kristen di Asia Kecil yang tercatat telah mengalami kesulitan, terutama selama konflik panjang antara Kekaisaran Romawi dan Persia. Kristen yang tinggal di wilayah yang dikuasai Sassania tercatat telah menghancurkan banyak kuil api dan tempat-tempat ibadah Zoroaster. Pendeta Kristen sengaja memadamkan api suci dari Zoroastrianisme dan para penganut dicirikan sebagai "pengikut Zardusht (Zoroaster) jahat, melayani dewa-dewa palsu dan penyembahan unsur-unsur alam. "

Pustaka

• Abisaab, Rula Jurdi (2004), Converting Persia: religion and power in the Safavid Empire, I.B.Tauris, hlm. 243, ISBN 1-86064-970-X, 9781860649707 
• Bleeker, Claas Jouco; Widengren, Geo (1971), Historia Religionum: Religions of the present, II, Brill, hlm. 715, ISBN 90-04-02598-7, 9789004025981 
• Bala, Poonam (2007), Medicine and medical policies in India: social and historical perspectives, Lexington Books, hlm. 139, ISBN 0-7391-1322-4, 9780739113226 
• Berkey, Jonathan Porter (2003), The formation of Islam: religion and society in the Near East, 600–1800, II, Cambridge University Press, hlm. 286, ISBN 0-521-58813-8, 9780521588133 
• Boyce, Mary (2001), Zoroastrians, their religious beliefs and practices (edisi ke-2), New York: Routledge & Kegan Paul, hlm. 252, ISBN 0-415-23902-8, 9780415239028 
• Boyce, Mary (1975), "Iconoclasm among the Zoroastrians", Studies for Morton Smith at Sixty, J. Neusner, Leiden, IV: 93–111 
• Browne, Edward Granville (1893), A year amongst the Persians, Adam and Charles Black, hlm. 594 
• Choksy, Jamsheed K. (1997), Conflict and Cooperation: Zoroastrian Subalterns and Muslim Elites in Medieval Iranian Society (edisi ke-Illustrated), Columbia University Press, hlm. 207, ISBN 0-231-10684-X, 9780231106849 
• Choksy, Jamsheed K. (1987), "Zoroastrians in Muslim Iran: Selected Problems of Coexistence and Interaction during the Early Medieval Period", Iranian Studies, Taylor & Francis Ltd., 20 (1): 17–30, doi:10.1080/00210868708701689, ISSN 1475-4819 
• Hinnells, John R. (1996), Zoroastrians in Britain: the Ratanbai Katrak lectures, University of Oxford 1985 (edisi ke-Illustrated), Oxford University Press, hlm. 336, ISBN 0-19-826193-4, 9780198261933 
• Spencer, Robert (2005), The politically incorrect guide to Islam (and the Crusades), Regnery Publishing, hlm. 270, ISBN 0-89526-013-1, 9780895260130 
• Hodivala, Shahpurshah Hormasji (1920), Studies in Parsi History, Bombay: Captain Print Works, hlm. 349 
• Jackson, Abraham Valentine Williams (1906), Persia past and present: a book of travel and research, with more than two hundred illustrations and a map, The Macmillan Company, hlm. 471 
• Karaka, Dosabhai Framji (1884), History of the Parsis: including their manners, customs, religion, and present position, I, Macmillan and co., ISBN 0-404-12812-2 
• Lambton, Ann K. S. (1981), State and government in medieval Islam: an introduction to the study of Islamic political theory: the jurists (edisi ke-reprint), Routledge, hlm. 364, ISBN 0-19-713600-1, 9780197136003 
• Lapidus, Ira Marvin (2002), A history of Islamic societies (edisi ke-2), Cambridge University Press, hlm. 970, ISBN 0-521-77933-2, 9780521779333 
• Khanbaghi, Aptin (2006), The fire, the star and the cross: minority religions in medieval and early (edisi ke-reprint), I.B.Tauris, hlm. 268, ISBN 1-84511-056-0, 9781845110567 
• Lewis, Bernard (1984), The Jews of Islam, Princeton: Princeton University Press, hlm. 280, ISBN 0-691-00807-8 
• Maneck, Susan Stiles (1997), The Death of Ahriman: Culture, Identity, and Theological Change Among the Parsis of India, Bombay: University of Arizona, hlm. 446 
• Nigosian, Solomon Alexander (1993), The Zoroastrian faith: tradition and modern research, Montreal: McGill-Queen's Press, hlm. 154, ISBN 0-7735-1144-X, 9780773511446 
• Stillman, Norman (1979), The Jews of Arab Lands: A History and Source Book, Philadelphia: Jewish Publication Society of America, hlm. 473, ISBN 1-82760-198-1 
• Paymaster, Rustom Burjorji (1954), Early History of the Parsees in India, Bombay: Zarthoshti Dharam Sambandhi, hlm. 151 
• Sanasarian, Eliz (2000), Religious minorities in Iran (edisi ke-Illustrated), Cambridge University Press, hlm. 228, ISBN 0-521-77073-4, 9780521770736 
• Stepaniants, Marietta (2002), "The Encounter of Zoroastrianism with Islam", Philosophy East and West, University of Hawai'i Press, 52 (2): 159–172, doi:10.1353/pew.2002.0030, ISSN 0031-8221, JSTOR 1399963 
• Ibn Esfandiar (1941), Tarikh-e Tabarestan (History of Tabarestan) (dalam bahasa Persian)  Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
• Ibn Balkhi (1934), Farsnameh (Epic of the Persians) (dalam bahasa Persian)  Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
• al-Tabari, Ibn Jarir, Tarikh al-Tabari (History of the Prophets and Kings) (dalam bahasa Persian), II  Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
• Akram, A. I. (1970), The sword of Allah, Khalid bin al-Waleed: his life and campaigns, National Pub. House, hlm. 504 
• Comte de Gobineau (1869), Histoire des Perses (History of the Persians) (dalam bahasa French), II  Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
• Shahmardan, Rashid, History of Zoroastrians past Sasanians 
• Vimadalal, Jal Rustamji (1979), What a Parsee Should Know, Bombay: Bombay Zorostrian Jashan Committee, hlm. 66 
• Farrokh, Kaveh (2007), Shadows in the desert: ancient Persia at war (edisi ke-Illustrated), Osprey Publishing, hlm. 320, ISBN 1-84603-108-7, 9781846031083 
• Hillenbrand, R, Bearman, P.J.; Bosworth, C.E., ed., Masdjid. I. In the central Islamic lands, Encyclopaedia of Islam, Brill Academic Publishers, ISSN 1573-3912 
• Shojaeddin Shaffa, Tavalodī Dīgar (Another Birth) (dalam bahasa Persian) (edisi ke-3)  Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
• Gordon, Matthew (2005), The rise of Islam (edisi ke-Illustrated), Greenwood Publishing Group, hlm. 180, ISBN 0-313-32522-7, 9780313325229 
• Spuler, Bertold (1994), A History of the Muslim World: The age of the caliphs (edisi ke-Illustrated), Markus Wiener Publishers, hlm. 138, ISBN 1-55876-095-4, 9781558760950 
• Price, Massoume (2005), Iran's diverse peoples: a reference sourcebook (edisi ke-Illustrated), ABC-CLIO, hlm. 376, ISBN 1-57607-993-7, 9781576079935 
• Selbie, John Alexander (1914), "GABARS", dalam Hastings, James; Gray; Selbie, John Alexander, Encyclopædia of religion and ethics, VI, T. & T. Clark, ISBN 0-567-06512-X 
• Newman, Andrew J. (2006), Safavid Iran: rebirth of a Persian empire (edisi ke-Illustrated), I.B.Tauris, hlm. 281, ISBN 1-86064-667-0, 9781860646676 
• Ramazani, Nesta (2002), The dance of the rose and the nightingale (edisi ke-illustrated), Syracuse University Press, hlm. 302, ISBN 0-8156-0727-X, 9780815607274 
• Ralhan, Om Prakash (1998), Ralhan, Om Prakash, ed., Encyclopaedia Of Political Parties, 33–50, Anmol Publications PVT. LTD., hlm. 6330, ISBN 81-7488-865-9, 9788174888655 
• Writer, Rashna (1989), "Parsi Identity", Iran, British Institute of Persian Studies, 27: 129–131, doi:10.2307/4299826, diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-04-29, diakses tanggal 2013-08-18 
• Zeidan, Gergie, History of Islamic Civilization, III 
• Boyle, Kevin; Sheen, Juliet (1997), Freedom of religion and belief: a world report (edisi ke-2), Psychology Press, hlm. 475, ISBN 0-415-15978-4, 9780415159784 
• Amighi, Janet Kestenberg (1990), The Zoroastrians of Iran: conversion, assimilation, or persistence (edisi ke-illustrated), AMS Press, hlm. 416, ISBN 0-404-62603-3, 9780404626037 
• Fischer, Michael M. J. (2003), Iran: from religious dispute to revolution (edisi ke-illustrated), Univ of Wisconsin Press, hlm. 314, ISBN 0-299-18474-9, 9780299184742 
• Yarshater, Ehsan, The Cambridge history of Iran, 2 
• Wherry, Rev. Elwood Morris (1896), A Comprehensive Commentary on the Quran: Comprising Sale's Translation and Preliminary Discourse, K. Paul, Trench, Trübner & co. 
• Houtsma, Martijn Theodoor (1936), First Encyclopaedia of Islam 1913-1936: E.J.Brill's, BRILL, ISBN 90-04-09796-1,, 9789004097964 
• Boyle, Kevin; Sheen, Juliet (1997), Freedom of religion and belief: a world report (edisi ke-2), Psychology Press, hlm. 475, ISBN 0-415-15978-4, 9780415159784 
• Arnold, Sir Thomas Walker (1896), The preaching of Islam: a history of the propagation of the Muslim faith, A. Constable and co., hlm. 388 
• Meri, Josef W.; Bacharach, Jere L. (2006), Medieval Islamic Civilization: L-Z, index, Medieval Islamic Civilization: An Encyclopedia, II (edisi ke-illustrated), Taylor & Francis, hlm. 878, ISBN 0-415-96692-2, 9780415966924 

Pranala luar

• History of Zoroastrians in Islamic Iran Diarsipkan 2008-05-05 di Wayback Machine., FEZANA Religious Education.