Peperangan Johor–Jambi
Peperangan Johor-Jambi | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Kesultanan Johor VOC |
Kesultanan Jambi Portugis | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Laksamana Abdul Jamil Sultan Abdul Jalil Shah III Sultan Ibrahim Shah | Sultan Abdul Mahyi Sri Ingologo | ||||||
Korban | |||||||
Kerugian berat. Setengah pasukan milik Johor terbunuh. |
Sebagian pasukan milik Jambi terbunuh. Kota penting milik Jambi dibakar oleh pasukan Johor. |
Peperangan Johor-Jambi adalah serangkaian perang antara Kesultanan Johor dan Kesultanan Jambi sepanjang 1666 sampai 1681. Perang disebabkan karena Melaka jatuh ditangan Belanda dan Kesultanan Aceh mengalami penolakan. Perang berlangsung selama 13 Tahun. Dan kedua pihak mengalami kerugian yang sangat besar. [1]
Latar Belakang
[sunting | sunting sumber]Perang dilatarbelakangi setelah kejatuhan melaka portugis dan penolakan kesultanan Aceh. Johor memantapkan kembali sebagai kekuatan di sepanjang selat melaka di bawah pemerintahan Sultan Abdul Jalil Shah III (1623-1677). Pengaruh nya meluas ke daerah-daerah seperti Pahang,Sungei Ujong,Malaka,Klang,dan Kepulauan Riau.[2]Pada saat Perang Segitiga Jambi menjadi kawasan di Sumatera yang menjadi kekuatan politik dan ekonomi terbesar di Sumatera. Jambi dan Johor pada saat itu sudah mulai masuk dalam tahap perang dan satu kota milik jambi terbakar akan tetapi Anak Raja Jambi menikahi anak perempuan dari laksaman Abdul Jamil sehingga mereka damai.[3]
Perang
[sunting | sunting sumber]Lalu perang meletus dan perang ini menghabiskan waktu sekitar 13 Tahun. Pasukan Johor sukses untuk menjarah Batu Sawar Ibukota dari Kesultanan Johor. Lalu Sultan Abdul Jalil Shah III pergi ke Pahang dan 4 Tahun kemudian meninggal disana[4]. Walau Johor memenangkan perang ini akan tetapi mereka mengalami kerugian dimana banyak orang bugis dan padang yang meninggalkan wilayah Johor dan kembali ke kampung mereka[5]. Setelah Penjarahan Batu Sawar di 1673 Ibukota dari Kesultanan Johor dipindahkan guna terhindar dari serangan kesultanan Johor. Lalu pada 1564 Ibukota Kesultanan Johor yang bernama Johor Lama (Kota Batu) kemudian dijarah oleh Aceh. Lalu pada 1587 Portugis menjarah Johor Lama, Batu Sawar,dan Lingga. Lalu pada pemerintahan Sultan Abdul Jalil Shah III ibukota Kesultanan Johor dipindahkan ke Batu Sawar di tahun 1640. Setelah Batu Sawar dijarah oleh Jambi ibukota Johor dipindahkan ke Kota Tinggi,Riau,dan Pancur.[6]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Perang Johor–Jambi (1667)
- Perang Johor–Jambi (1673)
- Perang Johor–Jambi (1677–1679)
- Perang Johor–Jambi (1680–1681)
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Ricklefs, author (2010). A New History of Southeast Asia. Bloomsmburry: Bloomsburry Academic. ISBN 9780230212138.
- ^ Tan Ding, Eing (1978). A Potrait of Malaysia and Singapore. Oxford University Press. hlm. 22. ISBN 978-0-19-580722-6.
- ^ Jim, Baker (2014-09-07). Crossroads:A Popular History of Malaysia and Singapore. Marshall Cavendish. hlm. 64. ISBN 978-981-4516-02-0.
- ^ Jim, Baker (2014-09-07). Crossroads:A Popular History of Malaysia and Singapore. Marshall Cavendish. hlm. 65. ISBN 978-981-4516-02-0.
- ^ Tan Ding, Eing (1978). A Potrait of Malaysia and Singapore. Oxford University Press. hlm. 22. ISBN 978-0-19-580722-6.
- ^ John N, Miksic (2013-11-15). Singapore and the Silk Road of the Sea. NUS Press. hlm. 204–207. ISBN 978-9971-69-574 Periksa nilai: length
|isbn=
(bantuan).