Fisika
Fisika (serapan dari bahasa Belanda: fysica) atau ilmu tabii[1] adalah ilmu alam yang mempelajari materi[2] beserta gerak dan perilakunya dalam lingkup ruang dan waktu, bersamaan dengan konsep yang berkaitan seperti energi dan gaya.[3] Sebagai salah satu ilmu sains paling dasar, tujuan utama fisika adalah memahami bagaimana alam semesta bekerja.[a][4][5][6] Orang atau ilmuwan yang ahli dalam bidang fisika disebut sebagai ahli fisika atau fisikawan.[7][8]
Fisika adalah salah satu disiplin akademik paling tua, mungkin yang tertua melalui astronomi yang juga termasuk di dalamnya.[9] Lebih dari dua milenia, fisika menjadi bagian dari Ilmu Alam bersama dengan kimia, biologi, dan cabang tertentu matematika, tetapi ketika munculnya revolusi ilmiah pada abad ke-17, ilmu alam berkembang sebagai program penelitian sendiri.[b] Fisika berkembang dengan banyak spesialisasi bidang ilmu lain, seperti biofisika dan kimia kuantum, dan batasan fisiknya tidak didefinisikan dengan jelas. Ilmu baru dalam fisika terkadang digunakan untuk menjelaskan mekanisme dasar sains lainnya[4] serta membuka jalan area penelitian lainnya seperti matematika dan filsafat.
Fisika juga menyumbangkan kontribusi yang penting dalam pengembangan teknologi yang berkembang dari pemikiran teoretis. Contohnya, pemahaman lebih lanjut mengenai elektromagnetisme atau fisika nuklir mengarahkan langsung pada pengembangan produk baru yang secara dramatis membentuk masyarakat modern, seperti televisi, komputer, peralatan rumah tangga, dan senjata nuklir;[4] kemajuan termodinamika mengarah pada pengembangan industrialisasi, dan kemajuan mekanika menginspirasi pengembangan kalkulus.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Astronomi kuno
[sunting | sunting sumber]Astronomi adalah ilmu alam tertua. Peradaban tertua yang tercatat sekitar tahun 3000 SM, seperti contohnya bangsa Sumeria, Mesir Kuno, dan Peradaban Lembah Indus. Semuanya memiliki pengetahuan prediktif dan pemahaman dasar mengenai pergerakan bulan, matahari, dan bintang. Bintang dan planet terkadang digunakan sebagai target penyembahan, mereka percaya bahwa itulah Tuhan mereka. Meskipun penjelasan mengenai fenomena ini sering kali tidak ilmiah dan lemahnya bukti yang ada, pengamatan awal ini menjadi dasar bagi ilmu astronomi berikutnya.[9]
Menurut Asger Aaboe, awal mula dari astronomi dunia Barat dapat ditemukan di Mesopotamia, dan semua usaha Barat dalam ilmu eksak diturunkan dari zaman Babilonia akhir.[11] Astronom Mesir meninggalkan monumen yang menunjukkan pengetahuan konstelasi dan pergerakan benda langit,[12] sedangkan penyair Yunani Homer menuliskan berbagai benda langit dalam karyanya Iliad dan Odyssey; astronom Yunani berikutnya memberikan nama yang masih digunakan hingga saat ini, untuk sebagian besar konstelasi yang terlihat dari belahan utara.[13]
Filsafat alam
[sunting | sunting sumber]Filsafat alam yang berasal dari Yunani pada periode Arkais, (650 BCE – 480 BCE), ketika filsuf pra-Sokrates seperti Thales menolak penjelasan non-naturalistik untuk fenomena alam dan menyatakan bahwa setiap kejadian memiliki penyebab alamnya.[14] Mereka mengusulkan ide yang dibuktikan dengan alasan dan pengamatan, dan banyak dari hipotesis mereka terbukti sukses dalam percobaan;[15] contohnya, atomisme akhirnya dipastikan benar setelah 2000 tahun setelah pertama kali diajukan oleh Leukippos dan muridnya Demokritos.[16]
Fisika dalam Islam Abad Pertengahan
[sunting | sunting sumber]Cendekiawan Islam telah menurunkan fisika Aristotelian dari Yunani dan selama Zaman Kejayaan Islam makin berkembang, menempatkan pengamatan dan pemikiran a priori sebagai fokusnya, mengembangkan bentuk awal dari metode ilmiah.
Penemuan paling penting adalah dalam bidang optik dan penglihatan, dihasilkan dari hasil karya banyak ilmuwan seperti Ibn Sahl, Al-Kindi, Ibn al-Haytham, Al-Farisi dan Avicenna. Hasil karya paling penting adalah The Book of Optics (juga dikenal dengan Kitāb al-Manāẓir), ditulis oleh Ibn Al-Haitham, di mana ia tidak hanya orang pertama yang menolak ide Yunani kuno mengenai penglihatan, tetapi juga memberikan teori baru. Di buku ini, ia juga yang pertama kali mempelajari studi kamera lubang jarum dan mengembangkannya. Dengan membedah dan menggunakan pengetahuan pemikir sebelumnya, ia dapat mulai menjelaskan bagaimana cahaya masuk ke mata, difokuskan, dan diproyeksikan kembali ke mata, serta membuat kamera obskura pertama di dunia ratusan sebelum pengembangan fotografi modern.[17]
Tujuh volume buku Book of Optics (Kitab al-Manathir) berpengaruh besar dalam pemikiran lintas disiplin dari teori persepsi visual ke alam perspektif pada kesenian abad pertengahan baik di Timur maupun Barat, selama lebih dari 600 tahun. Banyak ilmuwan serta polimath Eropa berikutnya, mulai dari Robert Grosseteste dan Leonardo da Vinci hingga René Descartes, Johannes Kepler dan Isaac Newton, menggunakan pemikirannya. Pengaruh optika Ibn al-Haytham juga masuk dalam salah satu karya Newton berjudul sama, yang baru diterbitkan 700 tahun kemudian.
Terjemahan The Book of Optics memiliki dampak yang besar pada Eropa. Dimulai dari sana, cendekiawan Eropa dapat membuat peralatan yang sama seperti Ibn al-Haytham, dan memahami bagaimana cahaya bekerja. Dari sini, beberapa penemuan seperti kacamata, kaca pembesar, teleskop, dan kamera berkembang.
Fisika klasik
[sunting | sunting sumber]Fisika menjadi ilmu terpisah ketika orang awal Eropa modern menggunakan metode percobaan dan kuantitatif untuk menemukan apa yang disebut sebagai hukum fisika.[18][halaman dibutuhkan]
Pengembangan utama dalam periode ini diantaranya penggantian model geosentris tata surya dengan model Copernicus yang heliosentris, hukum yang mengatur gerak planet yang dikemukakan oleh Johannes Kepler antara tahun 1609 dan 1619, percobaan pada teleskop dan pengamatan astronomi oleh Galileo Galilei pada abad ke-16 dan ke-17, serta penemuan Isaac Newton mengenai hukum gerak dan hukum gravitasi universal.[19] Newton juga mengembangkan kalkulus,[c] studi perubahan matematis, yang memberikan metode matematika baru untuk menyelesaikan masalah-masalah fisika.[20]
Penemuan hukum baru dalam termodinamika, kimia, dan elektromagnetisme dihasilkan dari usaha penelitian pada Revolusi Industri karena dibutuhkan tambahan energi.[21] Hukum-hukum fisika klasik ini masih digunakan luas sampai saat ini untuk objek sehari-hari yang melaju dengan kecepatan non-relativistik, karena mereka memberikan perkiraan yang sangat baik pada kondisi tersebut. Teori-teori seperti mekanika kuantum dan teori relativistik dapat disederhanakan menjadi ekivalen klasiknya. Namun, ketidak-akuratan mekanika klasik untuk benda sangat kecil dan benda sangat cepat mendorong pengembangan fisika modern pada abad ke-20.
Fisika modern
[sunting | sunting sumber]Fisika modern berawal pada awal abad ke-20 ketika Max Planck melakukan penelitian pada teori kuantum dan Albert Einstein melakukan penelitian mengenai teori relativitas. Kedua teori ini muncul akibat ketidak-akuratan mekanika klasik pada kondisi tertentu. Mekanika klasik memprediksi bahwa laju cahaya beragam, tidak sesuai dengan laju konstan yang diperkirakan oleh persamaan Maxwell mengenai elektromagnetisme. Kesalahan ini akhirnya dikoreksi oleh Einstein melalui teorinya relativitas khusus, yang kemudian menggantikan mekanika klasik untuk benda bergerak-cepat dan kecepatannya mendekati laju cahaya.[22] Radiasi benda-hitam juga menjadi masalah bagi fisika klasik, yang kemudian diperbaiki ketika Planck mengusulkan bahwa eksitasi osilator material hanya mungkin dalam langkah diskret (discrete step) sebanding dengan frekuensinya. Teori ini, bersama dengan efek fotolistrik dan kemudian menjadi teori yang lebih lengkap memprediksi tingkat energi diskret orbital elektron, akhirnya membuat teori mekanika kuantum menggantikan fisika klasik untuk tataran benda sangat kecil.[23]
Mekanika kuantum muncul dipelopori oleh Werner Heisenberg, Erwin Schrödinger dan Paul Dirac.[23] Dari hasil karya awal ini, Model standar partikel fisika diturunkan.[24] Setelah penemuan partikel dengan karakteristik yang konsisten dengan Higgs boson di CERN tahun 2012,[25] semua partikel dasar yang diprediksi oleh model standar, muncul dan diperhitungkan; namun, fisika di luar Model Standar, seperti teori supersimetri, adalah area penelitian yang berkembang.[26] Ilmu matematika secara umum penting dalam bidang ini, seperti studi probabilitas dan kelompok.
Penelitian saat ini
[sunting | sunting sumber]Riset fisika mengalami kemajuan konstan dalam banyak bidang, dan masih akan tetap begitu jauh pada masa depan.
Dalam fisika benda terkondensasi, masalah teoretis tak terpecahkan terbesar adalah penjelasan superkonduktivitas suhu-tinggi.[27] Banyak penelitian fisika terkondensasi dilakukan untuk membuat spintronik dan komputer kuantum bekerja.[28][29]
Dalam fisika partikel, potongan pertama dari bukti eksperimen untuk fisika di luar Model Standar telah mulai menghasilkan. Yang paling terkenal adalah penunjukan bahwa neutrino memiliki massa bukan-nol. Hasil eksperimen ini tampaknya telah menyelesaikan masalah solar neutrino yang telah berdiri-lama dalam fisika matahari. Penumbuk Hadron Raksasa telah menemukan boson Higgs. Penelitian masa depan bertujuan untuk membuktikan atau membatalkan supersimetri, yang memperluas Model Standar di fisika partikel. Penelitian materi gelap dan energi gelap juga sedang dilakukan.[30]
Fisika neutrino besar merupakan area riset eksperimen dan teori yang aktif. Dalam beberapa tahun ke depan, pemercepat partikel akan mulai meneliti skala energi dalam jangkauan TeV, yang di mana para eksperimentalis berharap untuk menemukan bukti untuk Higgs boson dan partikel supersimetri.
Para teori juga mencoba untuk menyatukan mekanika kuantum dan relativitas umum menjadi satu teori gravitasi kuantum, sebuah program yang telah berjalan selama setengah abad, dan masih belum menghasilkan buah. Kandidat atas berikutnya adalah Teori-M, teori superstring, dan gravitasi kuantum loop.
Banyak fenomena astronomik dan kosmologik belum dijelaskan secara memuaskan, termasuk keberadaan sinar kosmik energi ultra-tinggi, asimetri baryon, pemercepatan alam semesta dan percepatan putaran anomali galaksi.
Meskipun banyak kemajuan telah dibuat dalam energi-tinggi, kuantum, dan fisika astronomikal, banyak fenomena sehari-hari lainnya, menyangkut sistem kompleks,[31] chaos,[32] atau turbulensi[33] masih dimengerti sedikit saja. Masalah rumit yang sepertinya dapat dipecahkan oleh aplikasi pandai dari dinamika dan mekanika, seperti pembentukan tumpukan pasir, "node" dalam air "trickling", teori katastrof, atau pengurutan-sendiri dalam koleksi heterogen yang bergetar masih tak terpecahkan.[34]
Fenomena rumit ini telah menerima perhatian yang semakin banyak sejak 1970-an untuk beberapa alasan, tidak lain dikarenakan kurangnya metode matematika modern dan komputer yang dapat menghitung sistem kompleks untuk dapat dimodelkan dengan cara baru. Hubungan antar disiplin dari fisika kompleks juga telah meningkat, seperti dalam pelajaran turbulensi dalam aerodinamika atau pengamatan pola pembentukan dalam sistem biologi. Pada 1932, Horrace Lamb [35] mengatakan:
Saya sudah tua sekarang, dan ketika saya meninggal dan pergi ke surga ada dua hal yang saya harap dapat diterangkan. Satu adalah elektrodinamika kuantum, dan satu lagi adalah gerakan turbulens dari fluida. Dan saya lebih optimis terhadap yang pertama.
Teori inti
[sunting | sunting sumber]Meski fisika mempelajari berbagai macam sistem, teori tertentu digunakan oleh semua fisikawan. Setiap teori ini diuji coba dengan eksperimen berkali-kali dan menjadi perkiraan alam yang memadai. Contohnya, teori mekanika klasik menjelaskan gerak benda yang bergerak jauh lebih pelan dari laju cahaya dan berukuran jauh lebih besar dari atom. Teori ini masih menjadi area penelitian sampai sekarang. Teori chaos, aspek penting dalam mekanika klasik ditemukan abad ke-20, tiga abad setelah formulasi awal dari Isaac Newton (1642–1727).
Teori utama ini adalah alat yang penting bagi penelitian untuk menuju topik yang lebih terspesialisasi, dan fisikawan manapun, tidak peduli spesialisasinya apa, diharapkan untuk tahu. Diantaranya adalah mekanika klasik, mekanika kuantum, termodinamika, mekanika statistika, elektromagnetisme, dan relativitas khusus.
Fisika klasik
[sunting | sunting sumber]Fisika klasik mencakup diantaranya adalah cabang dan topik yang telah diketahui dan dikembangkan sebelum abad ke-20: mekanika klasik, akustik, optik, termodinamika, dan elektromagnetisme. Mekanika klasik mempelajari benda yang bergerak akibat gaya dan dapat dibagi menjadi statika (studi mengenai benda diam), kinematika (studi mengenai gerak tanpa peduli penyebabnya) dan dinamika (studi mengenai gerak dan gaya yang mempengaruhinya). Mekanika juga dapat dibagi menjadi mekanika padat dan mekanika fluida (dikenal bersama sebagai mekanika kontinuum), cabang turunannya seperti hidrostatik, hidrodinamika, aerodinamika, dan pneumatika. Akustik adalah studi mengenai bagaimana bunyi dibuat, dikontrol, dikirim, dan diterima.[36] Cabang modern penting dari akustik diantaranya ultrasonik, studi mengenai gelombang bunyi pada frekuensi sangat tinggi diatas kemampuan manusia; bioakustik, fisika tentang pendengaran pada hewan,[37] dan elektroakustik, manipulasi gelombang bunyi menggunakan elektronik.[38]
Optik, studi mengenai cahaya, tidak hanya peduli pada cahaya tampak namun juga untuk inframerah dan radiasi ultraviolet, yang menjelaskan semua fenomena cahaya terlihat seperti pemantulan, refraksi, interferensi, difraksi, dispersi, dan polarisasi cahaya. Panas adalah salah satu bentuk energi, energi dalam yang dimiliki partikel yang berasal dari substansi pembentuknya; termodinamika mempejari hubungan antara panas dan bentuk energi lainnya. Listrik dan magnetisme dipelajari sebagai salah satu cabang fisika karena kedekatannya yang mulai diteliti awal abad ke-19; sebuah arus listrik dapat menimbulkan medan magnet, dan perubahan medan magnet menginduksi arus listrik. Elektrostatik mempelajari muatan listrik ketika diam, elektrodinamika dengan muatan bergerak, dan magnetostatik untuk kutub magnet saat diam.
Fisika modern
[sunting | sunting sumber]Fisika klasik sebagian besar berfokus pada materi dan energi pada skala pengamatan normal, sedangkan sebagian besar fisika modern berfokus pada perilaku materi dan energi pada kondisi ekstrim atau pada skala sangat besar/sangat kecil. Contohnya, atom dan fisika nuklir mempelajari materi pada skala kecil di mana elemen kimia dapat diidentifikasi. Fisika partikel elementer bahkan lebih kecil lagi karena fokusnya pada satuan materi paling dasar; cabang fisika ini dikenal sebagai fisika energi tinggi karena diperlukan energi luar biasa besar untuk memproduksi banyak tipe partikel pada pemercepat partikel. Pada skala ini, notasi biasa untuk ruang, waktu, materi, dan energi tidak valid lagi.[39]
Dua teori utama fisika modern memberikan gambaran konsep yang berbeda mengenai ruang, waktu, dan materi dari fisika klasik. Mekanika klasik memperkirakan alam adalah kontinu, sedangkan teori kuantum fokus pada sifat alami diskret banyak fenomena pada skala atom dan subatom dan aspek tambahan partikel dan gelombang untuk menjelaskan fenomena ini. Teori relativitas fokus pada penjelasan fenomena yang bertempat pada sebuah kerangka acuan yang bergerak terhadap pengamat; teori relativitas khusus fokus pada gerak seragam relatif pada garis lurus dan teori relativitas umum dengan gerak dipercepat dan hubungannya dengan gravitasi. Teori kuantum dan teori relativitas digunakan pada semua area fisika modern.[40]
Perbedaan antara fisika modern dan fisika klasik
[sunting | sunting sumber]Meski fisika bertujuan untuk menemukan hukum universal, teorinya bersandar pada domain penggunaan tertentu. Bicara umum, hukum fisika klasik dapat secara akurat menjelaskan sistem yang ukurannya lebih besar dari skala atom dan geraknya jauh lebih lambat dari kecepatan cahaya. Di luar ini, pengamatan yang ada tidak sesuai dengan prediksi yang dilakukan. Albert Einstein berkontribusi pada kerangka relativitas khusus, yang menggantikan notasi ruang dan waktu absolut dengan ruangwaktu dan memungkinkan deskripsi akurat mengenai sistem yang komponennya bergerak mendekati laju cahaya. Max Planck, Erwin Schrödinger, dan fisikawan lain memperkenalkan mekanika kuantum, notasi probabilistik partikel dan interaksinya yang memungkinkan deskripsi akurat pada skala atom dan subatom. Di akhir, teori medan kuantum menggabungkan mekanika kuantum dan relativitas khusus. Relativitas umum memungkinkan untuk ruangwaktu melengkung, dinamis, dengan sistem yang luar biasa masif dan struktur alam semesta skala besar dapat dijelaskan. Relativitas umum belum digabungkan; beberapa kandidat teori gravitasi kuantum sedang dikembangkan.
Sekilas tentang riset Fisika
[sunting | sunting sumber]Fisika teoretis dan eksperimental
[sunting | sunting sumber]Budaya penelitian fisika berbeda dengan ilmu lainnya karena adanya pemisahan teori dan eksperimen. Sejak abad kedua puluh, kebanyakan fisikawan perseorangan mengkhususkan diri meneliti dalam fisika teoretis atau fisika eksperimental saja, dan pada abad kedua puluh, sedikit saja yang berhasil dalam kedua bidang tersebut. Sebaliknya, hampir semua teoris dalam biologi dan kimia juga merupakan eksperimentalis yang sukses.
Mudahnya, teoris berusaha mengembangkan teori yang dapat menjelaskan hasil eksperimen yang telah dicoba dan dapat memperkirakan hasil eksperimen yang akan datang. Sementara itu, eksperimentalis menyusun dan melaksanakan eksperimen untuk menguji perkiraan teoretis. Meskipun teori dan eksperimen dikembangkan secara terpisah, mereka saling bergantung. Kemajuan dalam fisika biasanya muncul ketika eksperimentalis membuat penemuan yang tak dapat dijelaskan dari teori yang ada, sehingga mengharuskan dirumuskannya teori-teori baru. Tanpa eksperimen, penelitian teoretis sering berjalan ke arah yang salah; salah satu contohnya adalah teori-M, teori populer dalam fisika energi-tinggi, karena eksperimen untuk mengujinya belum pernah disusun.
Teori fisika utama
[sunting | sunting sumber]Meskipun fisika membahas beraneka ragam sistem, ada beberapa teori yang digunakan secara keseluruhan dalam fisika, bukan di satu bidang saja. Setiap teori ini diyakini benar adanya, dalam wilayah kesahihan tertentu. Contohnya, teori mekanika klasik dapat menjelaskan pergerakan benda dengan tepat, asalkan benda ini lebih besar daripada atom dan bergerak dengan kecepatan jauh lebih lambat daripada kecepatan cahaya.
Teori-teori ini masih terus diteliti; contohnya, aspek mengagumkan dari mekanika klasik yang dikenal sebagai teori chaos ditemukan pada abad kedua puluh, tiga abad setelah dirumuskan oleh Isaac Newton. Namun, hanya sedikit fisikawan yang menganggap teori-teori dasar ini menyimpang. Oleh karena itu, teori-teori tersebut digunakan sebagai dasar penelitian menuju topik yang lebih khusus, dan semua pelaku fisika, apa pun spesialisasinya, diharapkan memahami teori-teori tersebut.
Bidang utama dalam fisika
[sunting | sunting sumber]Riset dalam fisika dibagi beberapa bidang yang mempelajari aspek yang berbeda dari dunia materi. Fisika benda kondensi, diperkirakan sebagai bidang fisika terbesar, mempelajari properti benda besar, seperti benda padat dan cairan yang kita temui setiap hari, yang berasal dari properti dan interaksi mutual dari atom.
Bidang Fisika atomik, molekul, dan optik berhadapan dengan individual atom dan molekul, dan cara mereka menyerap dan mengeluarkan cahaya. Bidang Fisika partikel, juga dikenal sebagai "Fisika energi-tinggi", mempelajari properti partikel super kecil yang jauh lebih kecil dari atom, termasuk partikel dasar yang membentuk benda lainnya.
Terakhir, bidang Astrofisika menerapkan hukum fisika untuk menjelaskan fenomena astronomi, berkisar dari matahari dan objek lainnya dalam tata surya ke jagad raya secara keseluruhan.
Fisika partikel
[sunting | sunting sumber]Fisika partikel adalah studi mengenai konstituen pembentuk materi dan energi dan interaksi di antara mereka.[41] Selain itu, fisikawan partikel juga mendesain dan mengembangkan akselerator energi tinggi,[42] detektor,[43] dan program komputer[44] yang diperlukan dalam penelitian ini. Cabang ini juga dikenal sebagai "fisika energi-tinggi" karena banyak partikel elementer tidak muncul secara alami namun hanya bisa dibuat ketika partikel saling bertabrakan dengan energi tinggi.[45]
Saat ini, interaksi antara partikel elementer dan medan dijelaskan oleh Model Standar.[46] Model ini mencakup 12 partikel materi yang diketahui (kuark dan lepton) yang berinteraksi melalui gaya fundamental kuat, lemah, dan elektromagnetik.[46] Dinamika dijelaskan dalam hal partikel materi bertukar gauge boson (gluon, boson W dan Z, dan foton, berurutan).[47] Model Standar juga memprediksi sebuah partikel yang dikenal sebagai Higgs boson.[46] Bulan Juli 2012 CERN, laboratorium Eropa untuk fisika partikel, mengumumkan bahwa mereka mendeteksi sebuah partikel yang konsisten dengan Higgs boson,[48] bagian integral dari mekanisme Higgs.
Fisika nuklir adalah cabang fisika yang mempelajari pembentuk dan interaksi nukleus atom. Aplikasi paling terkenal dari fisika nuklir adalah pembangkit listrik daya nuklir dan teknologi senjata nuklir, tetapi penelitiannya telah juga diaplikasikan di banyak bidang, seperti nuklir medis dan magnetic resonance imaging, implantasi ion dalam teknik material, dan penanggalan radiokarbon pada geologi dan arkeologi.
Fisika atomik, molekul, dan optik
[sunting | sunting sumber]Fisika atomik, molekul, dan optik mempelajari interaksi materi-materi dan materi-cahaya pada skala atom dan molekul tunggal. 3 bidang ini dikelompokkan menjadi satu karena antarhubungannya, kemiripan metode yang digunakan, dan skala energi yang relevan. Ketiga bidang ini tercakup di fisika klasik, semi-klasik, dan kuantum; dapat diperlakukan dari sudut pandang mikroskopik.
Fisika atom mempelajari atom. Penelitian saat ini berfokus pada kontrol kuantum, pendinginan, dan penangkapan atom dan ion,[49][50][51] dinamika tabrakan suhu-rendah dan efek korelasi elektron pada struktur dan dinamika. Nukleus atom dipengaruhi oleh nukleus (cth. hyperfine splitting), tetapi fenomena antar-nuklir seperti fisi nuklir dan fusi nuklir dianggap sebagai bagian dari fisika energi tinggi.
Fisika molekul berfokus pada struktur multi atom dan interaksi dalam dan luar dengan materi dan cahaya. Fisika optik beda dengan optik dalam hal kecenderungan untuk berfokus bukan pada kontrol cahaya oleh benda makroskopik namun pada properti dasar medan optik dan interaksinya dengan materi pada skala mikroskopik.
Fisika zat terkondensasi
[sunting | sunting sumber]Fisika zat terkondensasi adalah bidang fisika yang mempelajari properti fisik materi berukuran makroskopik.[52] Secara khusus, ia berkutat pada fasa terkondensasi yang muncul apabila jumlah partikel dalam sistem sangat besar dan interaksi di antara mereka kuat.[28]
Salah satu contoh paling mudah dari fasa terkondensasi adalah padat dan cairan, yang muncul dari ikatan gaya elektromagnetik antar atom.[53] Fasa terkondensasi lain diantaranya superfluida[54] dan kondensat Bose–Einstein[55] yang ditemukan pada sistem atomik tertentu pada temperatur sangat rendah, fasa superkonduktivitas yang ditunjukkan oleh elektron konduksi pada material tertentu,[56] and fasa feromagnetik dan antiferomagnetik dari spin pada struktur kristal.[57]
Fisika zat terkondensasi adalah bidang fisika kontemporer terbesar. Dari sejarahnya, fisika zat terkondensasi muncul dari fisika keadaan padat namun saat ini dianggap sebagai subbidang.[58] Istilah fisika zat terkondensasi dicetuskan oleh Philip Anderson ketika ia menamai ulang penelitiannya pada tahun 1967.[59] Tahun 1978, Divisi Fisika Fasa Padat di Perkumpulan Fisika Amerika diubah namanya menjadi Divisi Zat Terkondensasi.[58] Fisika zat terkondensasi sering kali beririsan dengan kimia, ilmu material, nanoteknologi dan rekayasa.[28]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]
|
|
Catatan
[sunting | sunting sumber]- ^ Istilah 'alam semesta' mengaju pada semua benda yang eksis secara fisik: keseluruhan tuang dan waktu, semua bentuk zat, energi, dan momentum, dan hukum serta konstanta fisika yang memandu mereka. Namun, istilah 'alam semesta' juga dapat berarti sedikit beda, seperti pada kosmos dan dunia filosofis.
- ^ Karya Francis Bacon tahun 1620 berjudul Novum Organum sangat penting dalam pengembangan metode ilmiah.[10]
- ^ Kalkulus dikembangkan terpisah pada waktu yang sama oleh Gottfried Wilhelm Leibniz; pada waktu itu Leibniz adalah orang pertama yang mempublikasikan karyanya dan mengembangkan banyak notasi yang digunakan di kalkulus sampai saat ini, sedangkan Newton adalah orang pertama yang mengembangkan kalkulus dan mengaplikasikannya dalam problem-problem fisika. Lihat juga kontroversi kalkulus Leibniz–Newton
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ (Indonesia) Arti kata ilmu tabii dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
- ^ Di awal The Feynman Lectures on Physics, Richard Feynman menawarkan hipotesis atom sebagai konsep sains tunggal terbesar: "If, in some cataclysm, all [] scientific knowledge were to be destroyed [save] one sentence [...] what statement would contain the most information in the fewest words? I believe it is [...] that all things are made up of atoms – little particles that move around in perpetual motion, attracting each other when they are a little distance apart, but repelling upon being squeezed into one another ..." (Feynman, Leighton & Sands 1963, hlm. I-2)
- ^ "Physical science is that department of knowledge which relates to the order of nature, or, in other words, to the regular succession of events." (Maxwell 1878, hlm. 9)
- ^ a b c "Fisika adalah salah satu sains dasar. Semua ilmuwan menggunakan pemahaman fisika, termasuk kimiawan yang mempelajari struktur molekul, paleontologis yang sedang merekonstruksi bagaimana dinosaurus berjalan, dan klimatologis yang mempelajari bagaimana aktivitas manusia mempengaruhi atmosfer dan lautan. Fisika juga dasar bagian semua ilmu rekayasa dan teknologi. Untuk mendesain TV layar datar, pesawat luar angkasa, bahkan jebakan tikus pun perlu memahami hukum dasar fisika. (...) Fisika berperan sebagai tonggak pencapaian pemikiran manusia dalam memahami dunia dan diri kita sendiri.Young & Freedman 2014, hlm. 1
- ^ "Fisika adalah sains percobaan. Fisikawan mengamati fenomena alam dan mencoba menemukan pola untuk menghubungkan fenomena ini."Young & Freedman 2014, hlm. 2
- ^ "Fisika adalah ilmu yang mempelajari dunia dan alam semesta disekitarmu." (Holzner 2006, hlm. 7)
- ^ (Indonesia) Arti kata Ahli fisika dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
- ^ (Indonesia) Arti kata Fisikawan dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
- ^ a b Krupp 2003
- ^ Cajori 1917, hlm. 48-49
- ^ Aaboe 1991
- ^ Clagett 1995
- ^ Thurston 1994
- ^ Singer 2008, hlm. 35
- ^ Lloyd 1970, hlm. 108–109
- ^ Gill, N.S. "Atomism - Pre-Socratic Philosophy of Atomism". About Education. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-10. Diakses tanggal 2014-04-01.
- ^ Howard & Rogers 1995, hlm. 6-7
- ^ Ben-Chaim 2004
- ^ Guicciardini 1999
- ^ Allen 1997
- ^ "The Industrial Revolution". Schoolscience.org, Institute of Physics. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-07. Diakses tanggal 2014-04-01.
- ^ O'Connor & Robertson 1996a
- ^ a b O'Connor & Robertson 1996b
- ^ DONUT 2001
- ^ Cho 2012
- ^ Womersley, J. (2005). "Beyond the Standard Model" (PDF). Symmetry. 2 (1): 22–25. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2015-09-24. Diakses tanggal 2017-01-16.
- ^ Leggett, A. J. (2006). "What DO we know about high Tc?" (PDF). Nature Physics. 2 (3): 134–136. Bibcode:2006NatPh...2..134L. doi:10.1038/nphys254. ISSN 1745-2473. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2010-06-10. Diakses tanggal 2017-01-17.
- ^ a b c Cohen 2008
- ^ Wolf, S. A.; Chtchelkanova, A. Y.; Treger, D. M. (2006). "Spintronics—A retrospective and perspective". IBM Journal of Research and Development. 50: 101. doi:10.1147/rd.501.0101.
- ^ Gibney, E. (2015). "LHC 2.0: A new view of the Universe". Nature. 519 (7542): 142–143. Bibcode:2015Natur.519..142G. doi:10.1038/519142a. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-12-21. Diakses tanggal 2017-01-17.
- ^ National Research Council & Committee on Technology for Future Naval Forces 1997, hlm. 161
- ^ Kellert 1993, hlm. 32
- ^ Eames, I.; Flor, J. B. (2011). "New developments in understanding interfacial processes in turbulent flows". Philosophical Transactions of the Royal Society A. 369 (1937): 702–705. Bibcode:2011RSPTA.369..702E. doi:10.1098/rsta.2010.0332. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-17. Diakses tanggal 2017-01-17.
Richard Feynman said that 'Turbulence is the most important unsolved problem of classical physics'
- ^ See the work of Ilya Prigogine, on 'systems far from equilibrium', and others, e.g., National Research Council; Board on Physics and Astronomy; Committee on CMMP 2010 (2010). "What happens far from equilibrium and why". Condensed-Matter and Materials Physics: the science of the world around us. 2007. National Academies Press. hlm. 91–110. arXiv:1009.4874 . doi:10.17226/11967. ISBN 978-0-309-10969-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-11-04. Diakses tanggal 2017-01-17.
- ^ Goldstein 1969
- ^ "acoustics". Encyclopædia Britannica. Diakses tanggal 14 June 2013.
- ^ "Bioacoustics – the International Journal of Animal Sound and its Recording". Taylor & Francis. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-09-05. Diakses tanggal 31 July 2012.
- ^ "Acoustics and You (A Career in Acoustics?)". Acoustical Society of America. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-04. Diakses tanggal 21 May 2013.
- ^ Tipler & Llewellyn 2003, hlm. 269, 477, 561
- ^ Tipler & Llewellyn 2003, hlm. 1–4, 115, 185–187
- ^ "Division of Particles & Fields". American Physical Society. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-29. Diakses tanggal 18 October 2012.
- ^ Halpern 2010
- ^ Grupen 1999
- ^ Walsh 2012
- ^ "High Energy Particle Physics Group". Institute of Physics. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-29. Diakses tanggal 18 October 2012.
- ^ a b c Oerter 2006
- ^ Gribbin, Gribbin & Gribbin 1998
- ^ "CERN experiments observe particle consistent with long-sought Higgs boson". CERN. 4 July 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-11-14. Diakses tanggal 18 October 2012.
- ^ For example, AMO research groups at "MIT AMO Group". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-27. Diakses tanggal 21 February 2014.
- ^ "Korea University, Physics AMO Group". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-01. Diakses tanggal 21 February 2014.
- ^ "Aarhus Universitet, AMO Group". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-07. Diakses tanggal 21 February 2014.
- ^ Taylor & Heinonen 2002
- ^ Moore 2011, hlm. 255–258
- ^ Leggett 1999
- ^ Levy 2001
- ^ Stajic, Coontz & Osborne 2011
- ^ Mattis 2006
- ^ a b "History of Condensed Matter Physics". American Physical Society. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-12. Diakses tanggal 31 March 2014.
- ^ "Philip Anderson". Princeton University, Department of Physics. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-10-08. Diakses tanggal 15 October 2012.
Sumber
[sunting | sunting sumber]- Aaboe, A. (1991). "Mesopotamian Mathematics, Astronomy, and Astrology". The Cambridge Ancient History. Volume III (edisi ke-2nd). Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-22717-9.
- Allen, D. (10 April 1997). "Calculus". Texas A&M University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-03-23. Diakses tanggal 1 April 2014.
- Ben-Chaim, M. (2004). Experimental Philosophy and the Birth of Empirical Science: Boyle, Locke and Newton. Aldershot: Ashgate. ISBN 0-7546-4091-4. OCLC 53887772.
- Cajori, Florian (1917). A History of Physics in Its Elementary Branches: Including the Evolution of Physical Laboratories. Macmillan.
- Cho, A. (13 July 2012). "Higgs Boson Makes Its Debut After Decades-Long Search". Science. 337 (6091): 141–143. doi:10.1126/science.337.6091.141. PMID 22798574.
- Clagett, M. (1995). Ancient Egyptian Science. Volume 2. Philadelphia: American Philosophical Society.
- Cohen, M.L. (2008). "Fifty Years of Condensed Matter Physics". Physical Review Letters. 101 (5): 25001–25006. Bibcode:2008PhRvL.101y0001C. doi:10.1103/PhysRevLett.101.250001. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-31. Diakses tanggal 2017-01-17.
- DØ Collaboration, 584 co-authors (12 June 2007). "Direct observation of the strange 'b' baryon ". arΧiv:0706.1690v2 [hep-ex].
- Dijksterhuis, E.J. (1986). The mechanization of the world picture: Pythagoras to Newton. Princeton, New Jersey: Princeton University Press. ISBN 978-0-691-08403-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-05. Diakses tanggal 2017-01-17.
- DONUT (29 June 2001). "The Standard Model". Fermilab. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-31. Diakses tanggal 1 April 2014.
- Feynman, R.P.; Leighton, R.B.; Sands, M. (1963). The Feynman Lectures on Physics. 1. ISBN 0-201-02116-1.
- Feynman, R.P. (1965). The Character of Physical Law. ISBN 0-262-56003-8.
- Godfrey-Smith, P. (2003). Theory and Reality: An Introduction to the Philosophy of Science. ISBN 0-226-30063-3.
- Goldstein, S. (1969). "Fluid Mechanics in the First Half of this Century". Annual Review of Fluid Mechanics. 1: 1–28. Bibcode:1969AnRFM...1....1G. doi:10.1146/annurev.fl.01.010169.000245.
- Gribbin, J.R.; Gribbin, M.; Gribbin, J. (1998). Q is for Quantum: An Encyclopedia of Particle Physics. Free Press. ISBN 978-0-684-85578-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-21. Diakses tanggal 2017-01-17.
- Grupen, Klaus (10 Jul 1999). "Instrumentation in Elementary Particle Physics: VIII ICFA School". AIP Conference Proceedings. 536: 3–34. arXiv:physics/9906063 . Bibcode:2000AIPC..536....3G. doi:10.1063/1.1361756.
- Guicciardini, N. (1999). Reading the Principia: The Debate on Newton's Methods for Natural Philosophy from 1687 to 1736. New York: Cambridge University Press.
- Halpern, P. (2010). Collider: The Search for the World's Smallest Particles. John Wiley & Sons. ISBN 978-0-470-64391-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-21. Diakses tanggal 2017-01-17.
- Hawking, S.; Penrose, R. (1996). The Nature of Space and Time. ISBN 0-691-05084-8.
- Holzner, S. (2006). Physics for Dummies. John Wiley & Sons. ISBN 0-470-61841-8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-28. Diakses tanggal 2017-01-17.
Physics is the study of your world and the world and universe around you.
- Honderich, T. (editor) (1995). The Oxford Companion to Philosophy (edisi ke-1). Oxford: Oxford University Press. hlm. 474–476. ISBN 0-19-866132-0.
- Howard, Ian; Rogers, Brian (1995). Binocular Vision and Stereopsis. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-508476-4.
- Kellert, S.H. (1993). In the Wake of Chaos: Unpredictable Order in Dynamical Systems. University of Chicago Press. ISBN 0-226-42976-8.
- Kerr, R.A. (16 October 2009). "Tying Up the Solar System With a Ribbon of Charged Particles". Science. 326 (5951). hlm. 350–351. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-29. Diakses tanggal 27 November 2009.
- Krupp, E.C. (2003). Echoes of the Ancient Skies: The Astronomy of Lost Civilizations. Dover Publications. ISBN 0-486-42882-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-21. Diakses tanggal 31 March 2014.
- Laplace, P.S. (1951). A Philosophical Essay on Probabilities. Translated from the 6th French edition by Truscott, F.W. and Emory, F.L. New York: Dover Publications.
- Leggett, A.J. (1999). "Superfluidity". Reviews of Modern Physics. 71 (2): S318–S323. Bibcode:1999RvMPS..71..318L. doi:10.1103/RevModPhys.71.S318.
- Levy, B.G. (December 2001). "Cornell, Ketterle, and Wieman Share Nobel Prize for Bose-Einstein Condensates". Physics Today. 54 (12): 14. Bibcode:2001PhT....54l..14L. doi:10.1063/1.1445529. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-05-15. Diakses tanggal 2017-01-17.
- Lloyd, G.E.R. (1970). Early Greek Science: Thales to Aristotle. London; New York: Chatto and Windus; W. W. Norton & Company. ISBN 0-393-00583-6.
- Mattis, D.C. (2006). The Theory of Magnetism Made Simple. World Scientific. ISBN 978-981-238-579-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-21. Diakses tanggal 2017-01-17.
- Maxwell, J.C. (1878). Matter and Motion. D. Van Nostrand. ISBN 0-486-66895-9.
- Moore, J.T. (2011). Chemistry For Dummies (edisi ke-2). John Wiley & Sons. ISBN 978-1-118-00730-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-21. Diakses tanggal 2017-01-17.
- National Research Council; Committee on Technology for Future Naval Forces (1997). Technology for the United States Navy and Marine Corps, 2000–2035 Becoming a 21st-Century Force: Volume 9: Modeling and Simulation. Washington, DC: The National Academies Press. ISBN 978-0-309-05928-2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-07. Diakses tanggal 2017-01-17.
- O'Connor, J.J.; Robertson, E.F. (February 1996a). "Special Relativity". MacTutor History of Mathematics archive. University of St Andrews. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-27. Diakses tanggal 1 April 2014.
- O'Connor, J.J.; Robertson, E.F. (May 1996b). "A History of Quantum Mechanics". MacTutor History of Mathematics archive. University of St Andrews. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-28. Diakses tanggal 1 April 2014.
- Oerter, R. (2006). The Theory of Almost Everything: The Standard Model, the Unsung Triumph of Modern Physics. Pi Press. ISBN 978-0-13-236678-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-21. Diakses tanggal 2017-01-17.
- Penrose, R.; Shimony, A.; Cartwright, N.; Hawking, S. (1997). The Large, the Small and the Human Mind. Cambridge University Press. ISBN 0-521-78572-3.
- Penrose, R. (2004). The Road to Reality. ISBN 0-679-45443-8.
- Rosenberg, Alex (2006). Philosophy of Science. Routledge. ISBN 0-415-34317-8.
- Schrödinger, E. (1983). My View of the World. Ox Bow Press. ISBN 0-918024-30-7.
- Schrödinger, E. (1995). The Interpretation of Quantum Mechanics. Ox Bow Press. ISBN 1-881987-09-4.
- Singer, C. (2008). A Short History of Science to the 19th Century. Streeter Press.
- Stajic, Jelena; Coontz, R.; Osborne, I. (8 April 2011). "Happy 100th, Superconductivity!". Science. 332 (6026): 189. Bibcode:2011Sci...332..189S. doi:10.1126/science.332.6026.189.
- Taylor, P.L.; Heinonen, O. (2002). A Quantum Approach to Condensed Matter Physics. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-77827-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-21. Diakses tanggal 2017-01-17.
- Thurston, H. (1994). Early Astronomy. Springer.
- Tipler, Paul; Llewellyn, Ralph (2003). Modern Physics. W. H. Freeman. ISBN 978-0-7167-4345-3.
- Toraldo Di Francia, G. (1976). The Investigation of the Physical World. ISBN 0-521-29925-X.
- Walsh, K.M. (1 June 2012). "Plotting the Future for Computing in High-Energy and Nuclear Physics". Brookhaven National Laboratory. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-07-29. Diakses tanggal 18 October 2012.
- Young, H.D.; Freedman, R.A. (2014). Sears and Zemansky's University Physics with Modern Physics Technology Update (edisi ke-13th). Pearson Education. ISBN 978-1-292-02063-1.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Indonesia) Fisika Asyik: Cara Asyik Belajar Fisika Diarsipkan 2023-06-07 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Portal fisika Indonesia Diarsipkan 2022-07-19 di Wayback Machine.
- (Inggris) International Union of Pure and Applied Physics (IUPAP) Diarsipkan 2020-09-08 di Wayback Machine.
- (Inggris) Situs web Physics oleh Institut Fisika Diarsipkan 2004-09-02 di Wayback Machine.