Pisau raut
Pisau raut | |
---|---|
Sebuah pisau raut dari Kalimantan, Indonesia, sebelum 1890. | |
Jenis | Pisau |
Negara asal | Kalimantan, Indonesia |
Sejarah pemakaian | |
Digunakan oleh | Suku Dayak, Orang Asli, Suku Melayu |
Spesifikasi | |
Panjang | 7.5cm sampai 12.5cm (bilah) |
Tipe pedang | Satu mata, menyerupai pahat |
Tipe gagang | Tanduk rusa, kayu |
Jenis sarung | Kulit jomok/Artocarpus elasticus (varian Melayu) atau bambu (varian Dayak) |
Pisau raut adalah sejenis pisau yang digunakan untuk mengerat rotan. Pisau dibawa berdampingan dengan mandau, senjata tradisional suku Dayak. Meskipun ditempatkan dalam sarung yang sama dengan sarung mandau, pisau raut lebih banyak digunakan sebagai alat kerajinan.
Deskripsi
[sunting | sunting sumber]Pisau raut dapat ditemukan di penjuru Pulau Kalimantan di Indonesia. Alat ini dikenal dengan berbagai nama berbeda menurut suku-suku Dayak yang berbeda: disebut munbat oleh suku Iban, langgei oleh suku Ngaju, jabang oleh suku Dayak di Baranjan, dll. Pisau raut digunakan untuk memanen dan mengolah rotan serta sebagai alat untuk mengukir kayu. Meskipun pisau raut ditempatkan pada sarung yang sama dengan mandau, pisau raut bukanlah senjata.[1]
Pisau raut terdiri dari sebuah bilah kecil dan gagang kayu. Panjang bilahnya sekitar 10 sentimeter (3,9 in) dan agak melengkung. Bilahnya dipasang pada gagang kayu yang kira-kira tiga kali lebih panjang dari bilahnya. Mata pisau dipasang pada gagang dengan cara direkatkan pada gagang kayu menggunakan semacam resin damar diambil dari pohon damar kemudian diikat dengan tali rotan. Pada versi lain, bilahnya cembung di satu sisi dan cekung di sisi lain, mirip dengan desain mandau Dayak, senjata yang jauh lebih besar.[2]
Gagang pisau raut lebih panjang daripada bilahnya, panjangnya bisa 30 sentimeter (12 in) sampai 40 sentimeter (16 in). Gagangnya juga sedikit melengkung, mengikuti kurva yang sama dengan bilahnya. Gagang kayu ini sering dihiasi dengan pita bertatahkan ukiran halus yang terbuat dari tanduk kerbau atau rusa jantan. Di ujung gagang terdapat kenop yang juga terbuat dari tanduk rusa jantan, atau terkadang dari tulang atau gading berwarna terang, memberikan kontras dengan gagang yang biasanya berwarna gelap. Kenopnya dihiasi dengan representasi dari makhluk mitos khas seni Dayak, misalnya kepala naga aso bergaya di atas sosok orang berjongkok.[2]
Pisau raut digunakan dengan cara memegangnya di antara ibu jari dan jari telunjuk. Gagangnya dipegang erat di antara tulang rusuk dan lengan bawah, atau di bawah ketiak. Pisau raut digunakan dengan menggunakan kekuatan tubuh, pada saat yang sama juga digunakan untuk mengerjakan detail halus.[3]
Di Kalimantan, pisau raut dibawa dengan mandau dalam sarung yang terpisah. Sarung yang digunakan untuk pisau raut terbuat dari daun lontar dan ditempelkan pada bagian belakang sarung untuk mandau.[3]
Lihat juga
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Stone 2013, hlm. 503.
- ^ a b van Zonneveld 2001, hlm. 108.
- ^ a b van Zonneveld 2001, hlm. 109.
Karya yang dikutip
[sunting | sunting sumber]- Stone, George Cameron (2013). A Glossary of the Construction, Decoration and Use of Arms and Armor: in All Countries and in All Times. Dover: Courier Corporation. ISBN 9780486131290.
- van Zonneveld, Albert G. (2001). Traditional Weapons of the Indonesian Archipelago. C. Zwartenkot Art Books. ISBN 9789054500049.