Portal:Pertanian/Berita terkini/Agustus/2015
Tampilan
- 31 Agustus 2015
- "Dengan turunnya harga tomat yang sangat drastis hingga merugikan petani, Partai Keadilan Sejahtera menggelar aksi jual tomat di Bundaran Hotel Indonesia. Aks tersebut mendapat respon positif dari para peserta Car Free Day. Dalam waktu kurang dari setengah jam, 300 kg tomat yang sudah dipaketkan per satu kilo terjual habis. Tomat dijual dengan harga Rp.5000, dua kali lipat lebih tinggi dari harga pasar, untuk membantu menstabilkan harga tomat. Selain buah tomat, kader dan simpatisan PKS juga menjual hasil olahan tomat seperti spaghetti saus tomat." (Republika) (Okezone)
- "Sebuah studi oleh Aarhus University terhadap berbagai perkebunan tropis di Asia, Afrika, dan Australia memperlihatkan kegunaan semut sebagai predator hama alami. Koloni semut dapat dilatih sehingga dapat menyerang hama. Selain itu, petani dapat membuat koloni semut baru dengan menggunakan kantung dibantu dengan sirup gula, sehingga dapat menyebarluaskan daerah kekuasaan semut. Penggunaan semut lebih efisien dari segi biaya dibandingkan dengan penggunaan pestisida kimia, namun sama efektifnya dan lebih ramah lingkungan." (Independent UK) (Science Magazine AAAS)
- 28 Agustus 2015
- "Komunitas ilmuwan dari Peru dan Kosta Rika bersama dengan direktur FAO dan delegasi dari Norwegia meresmikan benih kentang sebagai salah satu "tabungan" di dalam Svalbard Global Seed Vault, sebuah fasilitas penyimpanan benih paling aman di dunia. Setidaknya 750 benih kentang dari berbagai varietas, termasuk varietas liar akan dilestarikan di dalam fasilitas ini. Kentang merupakan tumbuhan asli pegunungan Andes dan kini dikonsumsi oleh lebih dari 1 miliar penduduk di dunia." (UN News Centre) (Big News Network)
- 27 Agustus 2015
- "Jerman akan mengikuti Skotlandia dalam pelarangan tanaman GMO di tanahnya. Sama seperti Skotlandia, alasan Jerman adalah untuk melindungi usaha pertaniannya agar tetap "bersih, hijau, dan lestari". Langkah ini didukung organisasi nirlaba seperti Friends of the Earth, namun ditentang oleh komunitas ilmuwan, produsen benih, dan perusahaan pengolahan pangan." (Reuters) (EcoWatch)
- 26 Agustus 2015
- "Sebuah studi yang dilakukan oleh Consumer Reports terhadap daging cincang yang dibeli di berbagai tempat di Amerika Serikat kini diketahui mengandung bakteri yang umum berada di tinja. Setidaknya ditemukan lima jenis bakteri, yaitu Clostridium perfringens, E. coli, Enterococcus, Salmonella, dan Staphylococcus aureus dengan persentase temuan yang berbeda-beda. 80% daging di Amerika Serikatnya disuplai oleh empat perusahaan besar dengan total laju pemotongan hingga 400 ekor sapi per jam. Dengan laju sebanyak itu, inspeksi USDA bisa saja meleset sehingga menyebabkan kontaminasi terjadi." (Medical Daily) (The Washington Post)
- 25 Agustus 2015
- "Kebiasaan nelayan dan pemancing untuk melepaskan kembali ikan tangkapan kecil dan hanya menangkap ikan besar ternyata dianggap tidak lestari. Sebuah studi menggambarkan bahwa populasi terus menyusut dengan cara seperti ini, karena manusia menangkap ikan-ikan yang sedang dalam usia produktif berkembang biak. Sedangkan ikan kecil dan lemah banyak dimangsa oleh predator, berkebalikan dengan pola perikanan tangkap oleh manusia. Kondisi ini juga memaksa ikan-ikan berkembang biak lebih awal dari seharusnya, menjadikan anak ikan lebih sulit berkembang dan induk lebih sulit bertahan hidup." (Washington Post) (Press Examiner)
- "Pada konferensi Minggu Air Sedunia di Stockholm, Swedia, PBB akan memperkenalkan portal data akses terbuka berisi data citra satelit yang menggambarkan penggunaan air untuk pertanian. Data ini diharapkan dapat memberi jalan penggunaan air yang lebih efisien untuk negara dengan sumber daya air terbatas seperti di Afrika Utara dan Timur Tengah. Meski penggunaan satelit sudah meluas, namun masih banyak negara yang kekurangan sumber daya manusia untuk mengolah data tersebut. FAO akan menyediakan bantuan untuk pemantauan lahan dan produktivitas air di lahan tersebut, mengidentifikasi jarak produktivitas di antara satu lahan dengan lahan lainnya, dan mengusulkan solusinya." (UN News Centre) (StarAfrica)
- 24 Agustus 2015
- "Menyusul kesuksesan awal astronot di International Space Station dalam membudidayakan sayuran, kini mereka mencoba usaha baru dengan lebih sustainable secara keseluruhan di luar angkasa. Mereka ingin mengubah kotoran manusia menjadi pupuk untuk fasilitas budi daya tanaman mereka. Selain itu, mereka juga akan menggunakan kotoran manusia dan urin untuk menumbuhkan ragi khusus yang telah dimodifikasi kode genetiknya sehingga dapat tumbuh dan menghasilkan sesuatu yang diinginkan, termasuk nutrien, nutrisi, dan polimer." (State Column) (Dispatch Times)
- 21 Agustus 2015
- "Meski sedang musim kering, berbagai lahan pertanian di Alberta, Kanada, tetap hijau karena keberadaan irigasi. Sebuah studi memperlihatkan manfaat irigasi baik bagi petani maupun baik perekonomian Alberta. Setidaknya setiap meter kubik tanah yang teririgasi menyumbang 3 CAD untuk PDB dan 2 CAD untuk pendapatan buruh di sektor tersebut. Sedangkan total lahan yang teririgasi mencapai 490 ribu hektar. Selain untuk pertanian, reservoir air irigasi telah digunakan sebagai sarana rekreasi yang menyumbang 85 juta CAD untuk PDB, dan menyediakan air bersih bagi pemukiman setempat." (Calgary Herald) (The Chronicle Herald)
- 20 Agustus 2015
- "Berbagai ilmuwan, universitas, dan petani menyampaikan surat kepada pemerintah Skotlandia perihal larangan untuk menumbuhkan tanaman transgenik di tanah negara tersebut. Mereka menganggap bahwa hal ini dapat menghambat kemajuan ilmu pengetahuan. Mereka mengklaim bahwa kebijakan tersebut bersifat politis yang tidak didasarkan pada tinjauan ilmiah. Sekretaris Urusan Desa Skotlandia menganggap bahwa kebijakan anti-GMO ini bukan untuk melarang kemajuan penelitian karena tanaman GMO masih boleh ditanam untuk urusan riset. Kebijakan ini untuk melindungi usaha pertanian Skotlandia yang bernilai 14 miliar poundsterling yang selama ini memiliki citra "bersih dan hijau"." (BBC) (The Scientist)
- 19 Agustus 2015
- "Sebuah riset yang diterbitkan di Jurnal Nature Communications menyebutkan bahwa konsumsi minyak ikan secara teratur dapat menjauhkan diri dari psikosis. Secara khusus, para peneliti menunjuk pada kandungan asam lemak tak jenuh omega-3. Penelitian selama 12 tahun tersebut memberikan secara teratur 41 partisipan yang memiliki kemungkinan akan menderita psikosis, dengan pil minyak ikan dan 40 partisipan dengan pil "minyak ikan bohongan" sebagai efek plasebo. Hasil penelitian ini membuka pintu terhadap pengobatan alternatif untuk penyakit psikosis." (Tech Times) (The Weekly Observer)
- 18 Agustus 2015
- "Gabungan tim peneliti dari Amerika Serikat dan Inggris menyampaikan laporan baru bahwa di masa depan kelangkaan pangan akibat cuaca akan memiliki kemungkinan kejadian tiga kali lipat dibandingkan kondisi saat ini, akibat perubahan iklim. Selain itu, kondisi ini juga akan diperparah dengan sikap politik berbagai negara, seperti embargo dan larangan ekspor-impor. Negara di Timur Tengah dan sekitar gurun Sahara di Afrika akan terdampak cukup hebat karena masih menggantungkan kebutuhannya pada impor yang memiliki risiko ditutupnya perdagangan secara mendadak untuk melindungi suplai suatu negara." (Climate Central) (The Market Business)
- 17 Agustus 2015
- "Pemberantasan tanaman Coca di Peru menyisakan penderitaan bagi petani Coca yang kehilangan tanamannya. Pemberantasan ini didukung pendanaan Amerika Serikat dan bertujuan untuk mencegah produksi kokain yang seringkali didistribusikan seara ilegal ke AS. Namun petani yang kehilangan tanamannya hanya diberikan kompensasi berupa beberapa benih coklat, kopi, atau kelapa sawit. Daun Coca meski terkenal sebagai sumber kokain, namun diincar masyarakat biasa sebagai bahan baku berbagai makanan dan minuman tradisional seperti teh koka dan tepung koka." (South China Morning Post) (WiscNews)
- 14 Agustus 2015
- "Penelitian terbaru menemukan bahwa diet paleo, yaitu diet yang dipercaya berdasarkan kebiasaan nenek moyang manusia prasejarah, jauh dari hasil penelitian. Tim peneliti yang berbasis di Barcelona menemukan bahwa karbohidrat, terutama umbi-umbian, pada pola konsumsi manusia purba ada dalam jumlah yang signifikan dan diperkirakan berperan dalam evolusi otak hominin. Meski tidak dipungkiri bahwa bukti konsumsi daging potong telah ditemukan berusia 3.3 juta tahun lalu, namun rasio karbohidrat masih lebih tinggi dari protein, berkebalikan dengan pola diet paleo yang dipercaya masyarakat." (New York Times) (Quartz)
- 13 Agustus 2015
- "Dewan Pertanian Taiwan telah merilis perkiraan angka kerusakan akibat Taifun Soudelor di bidang pertanian. Total kerusakan mencapai NT$ 3.34 miliar dengan kerusakan terparah ada pada perkebunan pisang. Dan wilayah Kabupaten Chiayi disebut mengalami kerusakan terparah di bidang pertanian, diikuti Kabupaten Yunlin. Berbagai pemerintah daerah setempat kini meminta bantuan dana untuk merehabilitasi sektor pertaniannya." (China Post) (Focus Taiwan)
- 12 Agustus 2015
- "International Space Station telah memanen sayuran pertamanya, yang ditanam dalam gravitasi hampir nol. Sayuran tersebut berupa selada varietas Romaine merah yang ditanam pada bulan Juli lalu. Setengah dari hasil panen tersebut dimakan astronot, dan setengahnya lagi dibekukan untuk dikirim ke bumi dan diteliti pada ekspedisi berikutnya. Budi daya tanaman di luar angkasa merupakan hal terpenting untuk ekspedisi jangka panjang astronot ke planet lain seperti Mars. Dan NASA mengutamakan komoditas yang mengandung antioksidan tinggi untuk menangkal radikal bebas yang banyak terdapat di luar angkasa." (Daily Mail) (ABC News)
- 11 Agustus 2015
- "Sebuah riset yang didanai oleh Danish Dairy Research Foundation menemukan bahwa mentega ternyata dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat di dalam darah. Bahkan konsumsi dalam jumlah sedang pun dapat meningkatkan kadar kolesterol secara signifikan. Studi yang diterbitkan di American Journal of Clinical Nutrition ini menarik perhatian karena sebuah lembaga yang terkait dengan produksi mentega membiayai riset yang mendapatkan kesimpulan bahwa konsumsi mentega berlebih berbahaya bagi kesehatan." (The Daily Meal) (Delaware Online)
- 10 Agustus 2015
- "Skotlandia menyatakan akan melarang penanaman tanaman pertanian transgenik di atas wilayahnya demi memastikan bahwa bahan pangan yang tumbuh di tanahnya memiliki kualitas "hijau dan bersih". Kebijakan ini memanfaatkan kebijakan Uni Eropa yang mengizinkan negara anggotanya untuk tidak mengikuti kewajiban menanam tumbuhan transgenik. Meski saat ini belum ada tanaman transgenik dilegalkan di atas tanah kerajaan Inggris, namun London memastikan mendukung tanaman transgenik dengan mengizinkan penelitian mengenai hal tersebut di wilayahnya." (Deutsche Welle) (The Guardian)
- 7 Agustus 2015
- "Demi melindungi usaha pertanian yang bernilai 120 miliar USD, pemerintah negara bagian Florida, Amerika Serikat melatih beberapa ekor anjing untuk mengidentifikasi keberadaan spesies invasif dan hama, seperti lalat putih Aleyrodidae, lalat zaitun (Bactrocera oleae), siput besar afrika (Achatinidae), dan apu-apu. Kemampuan penciuman anjing telah menjadikannya hewan pekerja yang mampu mendeteksi benda berbahaya dan ilegal seperti narkoba, bom, dan ranjau, di tempat strategis seperti bandara dan medan perang. Namun perannya dalam bidang pertanian belum cukup tersiar." (Pensacola News Journal) (South East AgNet)
- 6 Agustus 2015
- "Kesuksesan kesuburan pria dalam menjalani pembuahan in vitro amat ditentukan dari dietnya. Sebuah riset menunjukkan bahwa konsumsi daging olahan menurunkan tingkat kesuksesan. Namun tingkat kesuksesan kelompok pria yang memakan banyak daging unggas lebih tinggi dibandingkan yang sedikit memakannya. Daging olahan diantaranya adalah bacon, sosis, dan daging dalam kaleng (daging kornet). Daging olahan sudah dikaitkan dengan meningkatnya risiko kanker, dan kini mulai dikaitkan dengan menurunnya kesuburan pria." (CBS News) (US News & World Report)
- 5 Agustus 2015
- "Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor bersama dengan PERGIZI PANGAN mengajukan tempe sebagai warisan budaya asli Indonesia (Intangible Cultural Heritage of Humanity). Dalam konferensi pers di kapus IPB Baranangsiang mereka juga merumuskan alasan diajukannya tempe sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity, untuk mendapatkan data dan informasi tentang sejarah tempe dan kebudayaannya, serta merumuskan strategi untuk mendapatkan pemahaman yang sama dengan pemegang kekuasaan di tingkat nasional. Mereka menginginkan tempe bernasib sama seperti kimchi yang diakui sebagai ICHH dari Korea." (Republika) (Tempo)
- "Sebuah tim peneliti dari Victoria berhasil menguji sebuah senyawa penghambat pembentukan gas metana, 3-nitrooxypropanol sebagai aditif pada pakan sapi perah. Dalam pengujian selama 12 minggu, aditif makanan ini telah berhasil mengurangi produksi metana di dalam perut sapi hingga 30 persen. Aditif ini tidak mempengaruhi produktivitas sapi dalam menghasilkan susu maupun nafsu makannya. Metana merupakan gas rumah kaca yang lebih kuat dari karbon dioksida sehingga meski jumlahnya kecil, dampaknya bisa disetarakan dengan efek rumah kaca dari asap hasil pembakaran pada kendaraan bermotor." (The Age) (The Land Newspaper)
Arsip: