Portal:Pertanian/Berita terkini/Desember/2015
Tampilan
- 31 Desember 2015
- "Seorang peneliti di Hawaii melakukan penelitian swadaya pembudidayaan gurita, komoditas perikanan tangkap yang belum pernah dibudidayakan sebelumnya. Gurita ada di berbagai akuarium hias dan juga sebagai bahan makanan. Ia percaya akan dapat membudidayakannya secara lestari sehingga manusia bisa lepas dari suplai gurita di alam liar. Hingga ia sukses membudidayakannya secara berkelanjutan, ia menawarkan tur wisata keliling lahan pembudidayaannya." (West Hawaii Today) (Capital Press)
- 30 Desember 2015
- "Dengan melakukan pengurutan gen terhadap fosil petani neolitikum yang pernah hidup di Belfast antara 5000-4000 tahun yang lalu, ilmuwan dari Queens University Belfast dan Trinity College Dublin menemukan pencampuran gen antara penduduk asli Eropa yang merupakan pemburu, dengan penduduk dekat Timur Tengah yang sudah mempelajari pertanian lebih awal. Diperkirakan telah terjadi migrasi yang memungkinkan pertanian untuk diterapkan di Eropa Barat. Gen yang tercampur tersebut berasal dari penduduk yang bermigrasi dari sekitar wilayah Laut Kaspia dan Laut Hitam. Mereka juga mewarisi gen toleransi terhadap laktosa, yang memungkinkan manusia mengkonsusi susu sapi." (Daily Mail) (Nature World News)
- 29 Desember 2015
- "Astronot Scott Kelly mengunggah foto yang menunjukkan bahwa tanaman bunga Zinnia hibrida yang ditanam di International Space Station mengalami kelayuan dan ia tidak mengetahui sebabnya. Bunga yang ditanam tersebut dapat dimakan. Namun humas NASA menyatakan bahwa percobaan yang dilakukan tidaklah gagal, karena bunga tersebut sudah mendekati ujung usianya sehingga kelayuan bukan sesuatu yang mengkhawatirkan." (Popular Science) (Slash Gear)
- "Kombinasi pengamatan satelit dan udara semakin menunjukkan dampak kekeringan yang melanda California terhadap pepohonan di negara bagian tersebut. 800 juta pohon memperlihatkan gejala kekeringan, dan 58 juta pohon diantaranya dalam kondisi kekeringan parah. Kondisi ini meningkatkan risiko kebakaran hutan. Sejak Oktober, gubernur California telah mengeluarkan pernyataan kondisi darurat menanggapi bertambahnya jumlah pohon yang mati." (EurekAlert) (The Washington Post)
- 27 Desember 2015
- "Setelah perayaan Natal, sampah pohon natal akan menumpuk. Namun di beberapa negara bagian di Amerika Serikat tersedia layanan penggunaan kembali dan daur ulang pohon natal menjadi habitat ikan di danau. Beberapa jug mencacah pohon natal untuk dijadikan mulsa untuk diterapkan di taman publik dan pantai. Aktivitas ini telah menjadi rutin setiap tahunnya." (Mirror Daily) (Council Chronicle)
- 26 Desember 2015
- "Ilmuwan dari Salk Institute for Biological Studies menemukan sensor di dalam sel tumbuhan yang disebut dengan cryptochrome, yang digunakan untuk "mencari" cahaya matahari. Sebelumnya ilmuwan percaya bahwa mekanisme ini hanya melibatkan respon dan manipulasi hormon auksin oleh tumbuhan sendiri untuk tumbuh mendekati cahaya. Dengan penemuan ini, ilmuwan dapat menemukan cara memanipulasi sensor tersebut sehingga tanaman pertanian dapat lebih toleran terhadap teduhan." (Phys.org) (Zee News)
- 25 Desember 2015
- "Di Malaysia, membungkus makanan dengan kertas koran adalah perbuatan yang melanggar hukum. Jika pemilik warung makan, restoran, dan sejenisnya kedapatan menjadikan koran sebagai pembungkus utama dan/atau melakukan kontak langsung antara makanan dan koran dapat dikenai denda sebesar RM 10 ribu. Karena tinta yang digunakan pada percetakan koran bisa saja mengandung karsinogen. Pelaku usaha makanan sebaiknya menggunakan plastik atau daun pisang sebagai pembungkus utama sebelum kertas koran." (Sun Daily) (The Star Online)
- 23 Desember 2015
- "Sebagian pengungsi asal Suriah yang bermukim di Libanon menanam ganja sebagai jalan mencari uang. Ganja ditanam untuk menghasilkan hasis. Pekerjaan ini telah dilakukan selama beberapa tahun terakhir, dengan bayaran sebesar 16 USD per hari. Sedangkan di Libanon hasis merupakan bisnis bernilai puluhan ribu dollar per hari. Mereka mengalami diskriminasi, baik di Libanon maupun di kota asal mereka, Raqqa yang kini menjadi ibukota Islamic State. Sedangkan hasis merupakan narkba populer di Asia Barat dan Asia Selatan." (Reuters) (Yahoo News)
- 18 Desember 2015
- "Kasus infeksi bakteri dari makanan, terutama infeksi Listeria, Campylobacter, dan Salmonella di Eropa mengalami peningkatan sejak tahun 2008. European Food Safety Authority dan European Center for Disease Prevention and Control menyimpulkan demikian pada laporan terbaru mereka. Campylobacteriosis masih mendominasi dengan jumlah kasus lebih dari 200 ribu pada tahun 2013 dan 2014. Sedangkan Campylobacter lebih banyak ditemukan pada daging ayam. Pembacaan laporan ini diikuti dengan wacana peningkatan metode pemantauan bahan pangan yang diperdagangkan, misal dengan analisis molekuler dari genom (molecular typing)." (Food Safety News) (New Europe)
- 17 Desember 2015
- "Di tengah dorongan untuk mengurangi konsumsi daging demi emisi gas rumah kaca yang lebih rendah, peneliti dari Carnegie Mellon University menemukan bahwa sayuran membutuhkan energi lebih banyak dibandingkan peternakan babi untuk menghasilkan setiap kalori makanannya, yang berarti juga menghasilkan emisi GRK lebih banyak. Meski demikian, para peneliti tidak menyarankan untuk tetap memperkaya konsumsi daging karena banyak hal, diantaranya adalah bukti yang kuat dari emisi GRK pada peternakan daging, dan metode budi daya sayur yang sangat bervariasi di antara lahan usaha tani. Selain itu, masyarakat tidak memakan sayur sebagai sumber kalori utama." (Independent.co.uk) (Science World Report)
- "Danau di seluruh dunia mencair dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan laju pemanasan laut. Kombinasi dari data yang didapatkan satelit dengan data di lapang selama 25 tahun di 235 danau di enam benua oleh NASA dan National Science Foundation menyimpulkan demikian. Kondisi ini semakin mendukung ledakan populasi alga yang dapat menghabiskan suplai oksigen danau ketika alga mati. Beberapa kasus ledakan populasi alga juga menghasilkan racun. Padahal danau memiliki peran sebagai sumber air, irigasi, dan budi daya ikan air tawar." (nasa Climate) (Nature)
- 14 Desember 2015
- "Milet yang kini umum menjadi makanan burung di dunia barat, merupakan jembatan penghubung diversifikasi pangan dunia. Tim peneliti dari Inggris, Amerika Serikat, dan China menelusuri jejak persebaran domestikasi serealia dari China Utara dan Mongolia Dalam hingga Eropa melalui koridor berbukit; jalur yang pernah ditelusuri kaum nomaden prasejarah. Milet sangat sesuai dengan dataran tinggi, tidak butuh banyak air, serta berusia pendek (dapat dipanen di usia 45 hari) sehingga cocok untuk kaum yang sering bergerak. Pemahaman ini sedikit menggeser asumsi awal bahwa pertanian pada jaman prasejarah berfokus pada kawasan sekitar sungai." (Phys.org) (Science 2.0)
- 12 Desember 2015
- "DuPont dan Dow Chemical sepakat akan melakukan merger. Kedua perusahaan tersebut selama ini diketahui merupakan spesialis bahan kimia pertanian terbesar di dunia. Total nilai merger akan mencapai 130 miliar USD dan membentuk DowDuPont, namun kemudian akan dipecah menjadi tiga perusahaan spesialis pertanian, bahan kimia dan material, serta produk khusus. Di sektor pertanian sendiri, DowDuPont akan menjadi produsen herbisida dan fungisida yang telah ada sebelumnya, serta berbagai jenis benih. DowDuPont memperketat persaingan di sektor yang telah diramaikan BASF, Bayer CropScience, Monsanto, dan Syngenta ini." (Agriculture.com) (LA Times)
- 11 Desember 2015
- "UC Davis melakukan terobosan baru dengan mengurutkan gen tanaman kacang walnut. Dengan data genom yang tersedia, pakar bioteknologi dan genetika dapat memanfaatkannya untuk berbagai penerapan, seperti penyuntingan gen, yang dapat memperbaiki sifat dari walnut tradisional. Selama ini, petani walnut mendapatkan pohon terbaik dengan cara grafting, dengan menggunakan batang bawah walnut asli California dan batang atas dari walnut Inggris. Dengan penyuntingan gen, kedua sifat terbaik dari kedua pohon dapat disatukan dalam satu biji." (UC Davis News Center) (Central Valley Business)
- 9 Desember 2015
- "Peneliti dari University of Missouri, Kansas State University, dan Genus pIc mengembangbiakan babi yang tahan virus sindroma reproduksi dan pernapasan babi (PRRSV). Babi ini dikembangbiakan melalui penyuntingan gen. Mereka mengubah gen yang memproduksi protein CD163, protein yang diketahui menjadi sarana penyebaran PRRSV di dalam tubuh babi. Babi yang kebal PRRSV dapat menghemat pengeluaran peternak dan meningkatkan pendapatan mereka." (Agriculture.com) (EurekAlert)
- 8 Desember 2015
- "Urgensi untuk menguangi penggunaan antibiotik pada hewan ternak kembali dimunculkan, sejak munculnya resistansi bakteri terhadap "antibiotik harapan terakhir" manusia. Sebuah panel para pakar meninjau 139 studi akademik terhadap resistansi antibiotik, dan sebanyak 100 menyimpulkan telah ditemukan hubungan antara resistansi antibiotik pada manusia terhadap konsumsi hewan ternak yang dibesarkan dengan antibiotik. Meski demikian, para pakar belum menentukan penurunan dosis maksimum yang akan diterapkan kepada hewan ternak." (The Guardian) (BBC News)
- 6 Desember 2015
- "National Environment Agency Singapura melarang penyajian ikan air tawar mentah di berbagai restoran, warung, kantin, dan pedagang kaki lima. Larangan sajian ikan laut mentah juga diterapkan di warung, kantin, dan pedagang kaki lima sampai mereka mampu membuktikan bagaimana cara menyajikan ikan mentah dengan benar. Namun restoran besar masih diizinkan menyajikan ikan laut mentah, termasuk salmon karena mereka sudah memahami standar kebersihan makanan dan mendapatkan ikan dari penyedia ikan khusus yang disajikan mentah." (Straits Times) (Channel News Asia)
- "Berbagai kafe dan restoran di New York sedang melawan peraturan yang baru yang ditetapkan pemerintah kota New York tentang peringatan pada makanan berkadar garam tinggi, di atas 2300 mg. New York pernah "menang" melawan mereka pada penerapan larangan penyajian makanan yang mengandung lemak trans dan kewajiban menuliskan jumlah kalori di setiap menu. National Restaurant Association menyatakan bahwa berbagai peraturan yang ditetapkan New York, termasuk pelabelan ini, meningkatkan biaya operasional, apalagi setelah peningkatan upah minimum buruh." (Valley News) (CBS News)
- 5 Desember 2015
- "Tripogon loliiformis, rumput asli Australia memiliki sifat unik yang "mematikan" dirinya sendiri di musim kering namun "hidup" kembali ketika kelembaban tanah mencukupi. Peneliti dari Queensland University of Technology menemukan bahwa tumbuhan ini melakukan autofagi secara terkendali sehingga dapat mempertahankan sel yang dianggap penting saja untuk bertahan melawan kekeringan. Autofagi juga mendaur ulang nutrisi untuk digunakan kembali oleh tanaman tersebut. Setelah menemukan sifat ini, ilmu genetika dapat menentukan apakah akan memanfaatkan gen tumbuhan ini pada tanaman pertanian yang produksinya terancam pemanasan global." (Phys.org) (Science Codex)
- 4 Desember 2015
- "Lebah bukan satu-satunya polinator. Sebuah riset memperlihatkan harapan bahwa meski lebah mengalami keruntuhan populasi, namun tidak serta merta pertanian ikut runtuh. University of New England, Australia mengkaji berbagai tanaman pertanian meliputi mangga, apel, kiwi, kopi, dan kanola. Dalam kajian itu, mereka menemukan tidak hanya lebah yang melakukan penyerbukan tetapi juga kupu-kupu, ngengat, tawon, kumbang, lalat, semut, dan kutu. Secara kumulatif, polinator non-lebah melakukan kunjungan bunga sedikit lebih banyak dibandingkan lebah itu sendiri, namun peran mereka masih signifikan. Mereka menyimpulkan bahwa sebaiknya jangan menggantungkan pertanian pada satu polinator saja, diversifikasi polinator harus dilakukan." (RnD Magazine) (ABC)
- 3 Desember 2015
- "NOAA memprediksi bahwa penyakit ciguatera akan meningkat seiring meningkatnya temperatur lautan karena perubahan iklim. Ciguatera adalah penyakit yang diakibatkan dari memakan ikan jenis tertentu yang terkontaminasi oleh toksin alga Gambierdiscus. Alga ini sangat menyukai perairan hangat, sehingga peningkatan temperatur air akan meningkatkan penyebaran alga ini. Semakin tinggi posisi ikan dalam rantai makanan, semakin tinggi pula konsentrasi toksin ini. Ikan yang terkontaminasi toksin ini tidak memiliki rasa, aroma, dan penampilan yang berbeda dengan ikan normal sehingga akan sulit mendeteksinya." (The Fish Site) (Huffington Post)
- 1 Desember 2015
- "Di hari pertama Konferensi Perubahan Iklim PBB 2015, perdana menteri Selandia Baru telah mengumumkan komitmen kabinetnya untuk menyumbangkan 20 juta USD kepada Global Research Alliance on Agricultural Greenhouse Gases, sebuah lembaga penelitian yang dibangun oleh 46 negara. Selain itu, ia juga menyatakan komitmennya kepada negara-negara pasifik sebesar 200 juta USD. Nilai itu diluar bantuan Selandia Baru sebesar 65 juta USD kepada negara pasifik selama tiga tahun ini untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap bahan bakar fosil." (NZ Herald) (Stuff.co.nz)
Arsip: