Portal:Pertanian/Berita terkini/Juni/2016
Tampilan
- 30 Juni 2016
- "107 penerima penghargaan Nobel bersatu menentang Greenpeace dan organisasi aktivis serupa yang menentang riset dan penerapan GMO. Secara spesifik, mereka menginginkan penerapan segera tanaman transgenik padi emas yang memiliki kandungan beta karoten yang dapat menyelamatkan warga dunia dari malnutrisi. Mereka berpendapat bahwa penentang GMO telah menyebarkan informasi yang salah mengenai risiko, dampak, dan manfaat dari GMO pada masyarakat." (Forbes) (ScienceAlert)
- "NASA melakukan analisis spektrum inframerah terhadap Hutan Nasional Sierra dan mendapatkan kesimpulan bahwa kekeringan yang melanda California memicu kematian pohon pinus lebih besar dibandingkan dengan dampak dari penyebaran hama kumbang pepagan. Pohon pinus di kawasan tersebut lebih rentan terhadap hama jika tumbuh dalam kondisi stress." (NASA Climate) (Phys.org)
- 29 Juni 2016
- "Peneliti dari seluruh dunia berkolaborasi untuk mencari keterkaitan antara asam lemak omega-3 dengan kesehatan manusia. Dengan mendata lebih dari 45 ribu partisipan, meeka menemukan bahwa asam lemak omega-3 dapat mengurangi risiko serangan jantung mendadak. Sedangkan asam lemak omega-3 ada pada ikan berminyak, walnut, minyak kanola, dan buah geluk." (Express.co.uk) (Huffington Post)
- 26 Juni 2016
- "Pasca Brexit, harga pangan di Inggris akan naik namun dalam jangka waktu yag tidak terlalu lama. Penyebab utamanya adalah turunnya nilai poundsterling dan hilangnya subsidi yang diterima petani Inggris dari Uni Eropa sehingga memaksa petani untuk merangkai ulang anggarannya. Inggris juga masih mengimpor 40% makanan yang dikonsumsinya. Sedangkan beberapa komoditas pertanian yang diekspor dari Inggris akan dikenakan tarif karena Inggris bukan lagi anggota Uni Eropa. Setidaknya 55% dari penghasilan petani Inggris memiliki keterlibatan secara langsung maupun tidak langsung dengan Uni Eropa." (The Guardian) (Independent)
- 25 Juni 2016
- "Ilmuwan dari Harvard University telah menciptakan Bionic Leaf 2.0, daun buatan yang dapat mengeliminasi karbon dioksida dari atmosfer dua kali lebih cepat dari daun tumbuhan. Daun ini tidak membutuhkan energi listirk dan hanya bergantung pada cahaya matahari sebagai sumber energi. Di dalam daun tersebut terdapat bakteri kemoautotrof Ralstonia eutropha yang mengubah CO2 menjadi isopropanol, dan bakteri mendapatkan ion hidrogen dari reaksi fotolistrik yang membelah molekul air menjadi hidrogen dan oksigen. Gas O2 kemudian dilepaskan ke udara." (ScienceMag) (Scientific American)
- "Laju pemuliaan tanaman mungkin tidak akan dapat mengalahkan laju pemanasan global, karena setelah varietas baru diterapkan, tanaman sudah harus tumbuh di lingkungan yang lebih panas. Peneliti dari University of Leeds fokus pada permasalahan tersebut pada komoditas jagung di Afrika. Mereka juga menemukan bahwa temperatur yang lebih tinggi akan menyebabkan usia tanaman lebih pendek sehingga jumlah biomassa yang terkumpul juga akan lebih sedikit." (The Science Explorer) (Science Daily)
- "Sel kanker menyebar di lautan dan saling menulari moluska bivalvia. Umumnya penyebaran terjadi pada satu spesies, namun peneliti telah menemukan satu kasus penularan antar spesies. Peneliti belum menemukan bukti bahwa penyebaran sel kanker tersebut dapat menyerang manusia, meski telah ditemukan satu kasus penularan kanker dari hewan ke manusia, yaitu dari cacing pita ke penderita AIDS." (The Science Explorer) (Independent.co.uk)
- 24 Juni 2016
- "Sebuah eksperimen yang dilakukan Wageningen University menemukan bahwa tanaman yang ditanam pada tanah yang secara kimia mirip dengan tanah Mars aman untuk dimakan manusia. Keempat tanaman yang telah dipanen, yaitu lobak, tomat, rye, dan kacang-kacangan tidak mengandung logam berat pada kadar yang berbahaya. Tingginya kadar kadmium, tembaga, dan timbal yang ada pada permukaan Mars menyiratkan kemungkinan bahwa tanaman akan menyerap logam berat tersebut dalam jumlah yang berbahaya." (The Guardian) (Phys.org)
- "Rayap purba merupakan makhluk pertama yang melakukan budi daya tanaman. Sebuah lokasi paleontologi di Tanzania menemukan bukti hubungan simbiosis antara rayap dan fungi yang berusia 25 juta tahun, jauh lebih awal dari kemunculan manusia. Jamur membantu rayap dengan memberikan nutrisi dan membantu memecah molekul selulosa tumbuhan dengan enzim, sedangkan rayap menyebarkan spora jamur ke lokasi yang dibutuhkan." (PLOS One) (The Washington Post)
- 23 Juni 2016
- "Impossible Foods akan menyaingi Beyond Meat dalam memproduksi daging cincang palsu, yaitu daging cincang yang terbuat dari bahan nabati seluruhnya. Daging ini diklaim memiliki tekstur, aroma, dan rasa yang sama dengan daging sapi, namun tidak berasal dari peternakan yang selama ini diklaim berkontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca dunia. Dalam mendapatkan daging cincang ini, mereka mengganti seluruh komponen di dalam daging dengan komponen dari nabati, termasuk hemoglobin, sumber warna merah alami daging, yang mereka dapatkan dengan merekayasa ragi untuk menghasilkan heme." (Minnesota Public Radio News) (IT Technologi Review)
- "Kerang hijau, dan kemungkinan moluska lainnya mengalami penipisan cangkang akibat peningkatan keasaman air laut yang merupakan dampak dari perubahan iklim. Sebuah riset membandingkan ketebalan cangkang kerang hijau dengan cangkang yang dikoleksi dari lokasi arkeologi dan yang ditangkap pada tahun 1970 mendapatkan penipisan hingga 32%. Air laut yang semakin asam akan melarutkan kalsium dari tubuh hewan laut, termasuk terumbu karang." (Gizmodo) (The Fish Site)
- 21 Juni 2016
- "Persebaran hama invasif dapat menjadi ancaman bernilai miliaran USD, terutama bagi pertanian di negara berkembang. Tiongkok dan USA akan menjadi dua negara sumber hama terbesar dunia, karena besarnya volume perdagangan dapat meningkatkan risiko pemindahan hama dari kedua negara tersebut ke seluruh dunia. Negara dengan pertanian sebagai sumber ekonomi akan mendapatkan dampak terbesar secara proporsional terhadap pendapatan negaranya." (Phys.org) (Spatial Source)
- 19 Juni 2016
- "Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia menyebut terdapat sejumlah masalah dalam kebijakan pangan nasional. Hal ini terungkap setelah BPK melakukan audit kinerja kebijakan pangan dan implementasinya, termasuk pemeriksaan kinerja penugasan dan penyaluran pupuk. Permasalahan secara rinci ada pada data produksi, distribusi, konsumsi, hingga ketersediaan luas lahan pertanian yang ada di Indonesia. Selain itu, ada ketidaksesuaian data dari yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) dengan yang dimiliki Kementerian Pertanian Republik Indonesia." (MetroTV News) (Republika)
- 18 Juni 2016
- "Dengan memperbanyak konsumsi serealia utuh, sayuran, dan kacang-kacangan serta mengurangi konsumsi daging, menurut hasil riset dapat mengurangi risiko penyakit diabetes tipe 2. Riset ini dilakukan dengan partisipan sebanyak 200 ribu orang selama dua hingga empat tahun. Penurunan tingkat risikonya mencapai 34 persen, meskipun perubahan pola konsumsi hanya sebesar satu atau dua sajian per harinya." (Business Standard) (Greatist)
- 17 Juni 2016
- "Metode pengolahan tanah yang dilakukan warga Afrika Barat mungkin dapat menjadi salah satu metode mitigasi ancaman perubahan iklim terhadap keberlangsungan pertanian. Warga Afrika Barat mengolah tanah dengan mencampurkan arang dan sampah dapur sehinga tanah gersang menjadi subur. Tanah ini mengandung hingga 300 persen karbon organik lebih banyak dibandingkan tanah pada umumnya dan mampu menopang pertanian intensif yang rakus nutrien. Karakteristik tanah yang sama pernah ditemukan di hutan hujan Amazon yang dibuat warga asli pra-Columbus, namun antropologis tidak mampu mereplikasinya karena tidak ada generasi yang meneruskannya." (Science Daily) (UPI)
- 13 Juni 2016
- "ILO dan FAO akan bekerja sama untuk memberantas penggunaan buruh anak di bidang pertanian. Setidaknya 168 juta anak di seluruh dunia dipekerjakan, dan 60 persen diantaranya bekerja di bidang pertanian. Sebagian besar dari 60 persen tersebut terdapat di Asia-Pasifik dan Afrika Sub-Sahara. Kebijakan ini akan dijalankan bersama dengan peningkatan akses dan kualitas pendidikan, perlindungan sosial, dan penyediaan pekerjaan yang layak bagi orangtua anak tersebut." (UN News Centre) (Al Jazeera)
- "Lembaga Keamanan Pangan Irlandia segera melakukan investigasi terkait ditemukannya bukti penggunaan clenbuterol pada sapi pedaging yang dagingnya dijual kepada manusia. Di Uni Eropa, penggunaan clenbuterol pada hewan ternak dilarang. Clenbuterol dipercaya memiliki efek meningkatkan rasio otot/lemak, sehingga menghasilkan daging yang lebih 'ramping' dan rendah lemak. Namun residu yang ditinggalkan clenbuterol pada daging dapat membahayakan kesehatan manusia." (Irish Examiner) (AgriLand)
- 11 Juni 2016
- "Asosiasi produsen telur ayam di Amerika Serikat bertekad untuk menghentikan praktek pembantaian anak ayam yang umum dilakukan jika ayam yang menetas adalah ayam jantan. Mereka akan menggunakan teknologi yang dapat menebak jenis kelamin ayam secara akurat sejak mereka masih dalam bentuk telur, sehingga ketika diketahui bahwa itu adalah telur yang akan menetas menjadi ayam jantan, dapat segera dijual sebelum embryo berkembang. Pada peternakan telur ayam, ayam jantan tidak memiliki peran apapun, sehingga di usia muda mereka segera dibunuh." (The Washington Post) (Huffington Post)
- 8 Juni 2016
- "Keberlanjutan terumbu karang sangat bergantung pada keberadaan ikan dan kualitas air. Sebuah studi yang dilakukan oleh enam institusi selama tiga tahun di Florida Keys memaparkan bahwa penangkapan ikan berlebih dan pencemaran air merusak terumbu karang di kawasan tersebut. Keduanya saling terkait, karena pencemaran air menyebabkan peningkatan populasi alga yang dapat memakan koral, dan populasi ikan yang menurun berarti tidak ada yang memakan alga tersebut." (Science Daily) (Climate Central)
- 7 Juni 2016
- "Asal muasal pertanian di Eropa tidak hanya dilakukan dengan transfer ide, tapi juga bersama dengan orang yang membawa gagasan tersebut. Sebuah studi DNA oleh University of Mainz memperlihatkan bahwa petani di Eropa memiliki gen petani purba asal kepulauan Aegea. Mereka membandingkan DNA fosil dari peradaban di Turki dan Yunani dengan fosil dari peradaban petani purba di Eropa dan menemukan kesamaan yang cukup banyak. Mumi Ötzi diperkirakan juga merupakan bagian dari migran yang bergerak dari timur tersebut." (Daily Mail) (CBS News)
- 6 Juni 2016
- "Hutan Białowieża di Polandia menjadi perhatian dunia karena pemerintahnya berencana melakukan penebangan hutan tersebut demi mencegah penyebaran wabah kumbang pepagan (Scolytinae). Namun penebangan tersebut ditentang oleh aktivis lingkungan karena "tidak ada jaminan suksesnya program tersebut". Hutan Białowieża merupakan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO, dan menteri lingkungan Polandia dituding ingin membawa hutan tersebut keluar dari UNESCO demi memfasilitasi usaha penebangan kayu di sana. Sedangkan menteri lingkungan Polandia telah membawa pakar dari IUCN ke hutan Białowieża untuk mendiskusikan rencana tersebut." (ABC News) (Toronto Star)
- 5 Juni 2016
- "Peneliti dari Dartmouth College menemukan bahwa mikrofita yang dibudidayakan dapat dijadikan pakan ikan karnivora yang dibudidayakan. Selama ini ikan karnivora budi daya mendapatkan pakannya dari ikan hasil tangkapan sehingga bersifat tidak lestari. Mereka menggunakan mikroalga Schizochytrium dan diterapkan kepada ikan nila. Penemuan ini dapat mencegah penangkapan berlebih ikan spesies tertentu yang menjadi pakan ikan karnivora, dan mengurangi biaya budi daya." (ScienceCodex) (Science Daily)
- 4 Juni 2016
- "EPA telah merilis draft penilaian risiko terhadap atrazin, herbisida populer nomor dua di Amerika Serikat setelah glifosat. Atrazin telah menarik perhatian para ilmuwan karena dinilai membahayakan ekosistem perairan serta telah terdeteksi keberadaannya pada air minum, sedangkan atrazin telah digunakan secara luas di ladang jagung. Dan atrazin telah lama dilarang penggunaannya di negara anggota Uni Eropa. Atrazin diproduksi oleh Syngenta." (Environmental Working Group) (Agriculture.com)
- 3 Juni 2016
- "Ilmuwan dai Uppsala University telah mendemonstrasikan dampak mematikan dari partikel plastik mikro terhadap ikan secara fisiologis dan perilaku. Sebuah percobaan dengan larva ikan perca eropa (Perca fluviatilis) menemukan bahwa larva yang mengkonsumsi partikel plastik mikro mengalami pertumbuhan yang lambat dan penurunan tingkat perilaku, menjadikan mereka lebih rentan terhadap predasi. Perca eropa merupakan komoditas perikanan tangkap komersial penting di Eropa, dan keberadaan sampah plastik di lautan merupakan salah satu masalah lingkungan terbesar di dunia." (Telegraph.co.uk) (Reuters)
- 2 Juni 2016
- "Menghindari perut kembung dan buang gas berlebih menjadi alasan mengapa satu dari enam warga Australia mengurangi konsumsi susu dan produk susu. Namun alasan tersebut tidak bisa dibenarkan secara fisiologis karena mengurangi konsumsi susu dan produk susu dapat membahayakan kesehatan. Pakar kesehatan menyatakan ada alasan yang valid mengapa konsumsi susu harus dihindari, namun masih banyak warga yang mendiagnosa dirinya sendiri bahwa mereka mengidap intoleransi laktosa dan penyakit lainnya hanya karena merasa perutnya tidak nyaman. Susu dan produk susu mengandung kalsium yang bermanfaat bagi wanita karena kaum wanita memiliki risiko lebih tinggi mengidap oesteoporosis. Mengurangi susu dapat meningkatkan risiko tersebut." (NZ Herald) (ABC.net)
- 1 Juni 2016
- "Sebuah lembaga pemerhati transportasi dan lingkungan, European Federation for Transport and Environment menunjukkan data bahwa minyak sawit yang diproduksi negara tropis telah menjadi campuran bahan bakar diesel di Eropa dengan jumlah konsumsi mencapai 10 juta liter minyak sawit per hari. Angka ini hanya kalah dari minyak rapeseed (Brassica napus), namun peningkatannya sejak tahun 2010 lebih tinggi dari minyak rapeseed. Kondisi ini menunjukkan bahwa selain perusahaan bahan bakar tidak berpihak pada petani Eropa, konsumsi minyak sawit yang tinggi dapat memangkas hutan tropis yang dapat mengurangi kapasitasnya dalam menahan laju pemanasan global." (Phys.org) (The Guardian)
- "Lebah yang hidup di samping ladang jagung dan kedelai tidak menghabiskan sebagian besar hidupnya menyerbuki kedua komoditas tersebut. Sebuah analisis dari polen lebah yang mereka kumpulkan memperlihatkan bahwa mereka menghabiskan hidup dengan mencari bunga di pekarangan milik masyarakat. Dan dari analisis tersebut, didapatkan bahwa polen lebah tersebut mengandung cukup banyak pestisida rumahan, seperti anti nyamuk dan pestisida pekarangan." (Telegraph.co.uk) (NewsWeek)