Promosi kesehatan
Promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang-orang untuk meningkatkan kontrol atas kesehatan mereka dan penentu-penentunya, dan dengan demikian meningkatkan kesehatan mereka. Definisi ini dinyatakan dalam Piagam Bangkok tentang Promosi Kesehatan di Dunia Global yang diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2005.[1]
Promosi kesehatan sangat berkaitan dengan kebijakan publik yang membahas determinan sosial kesehatan seperti pendapatan, permukiman, ketahanan pangan, pekerjaan, dan kondisi kerja yang berkualitas. Berbagai negara telah menggunakan istilah Kesehatan di Semua Kebijakan untuk menggambarkan tindakan-tindakan yang memasukkan unsur kesehatan ke dalam semua kebijakan publik. Promosi kesehatan selaras dengan konsep kesetaraan kesehatan dan dapat dijadikan fokus oleh lembaga swadaya masyarakat yang mendedikasikan diri untuk mewujudkan keadilan sosial atau hak asasi manusia. Literasi kesehatan dapat dikembangkan di sekolah-sekolah, sedangkan aspek promosi kesehatan seperti promosi menyusui bergantung pada aturan hukum, termasuk aturan di ruang publik. Salah satu butir Aksi Promosi Kesehatan dalam Piagam Ottawa adalah menanamkan pentingnya tindakan pencegahan kepada semua sektor masyarakat sehingga upaya preventif lebih diutamakan dibandingkan upaya kuratif.
Ada kecenderungan di kalangan pejabat kesehatan masyarakat, pemerintah, dan pelaku industri medis untuk menyempitkan makna promosi kesehatan menjadi sebatas pendidikan untuk menjaga kesehatan secara pribadi dan pemasaran sosial yang berfokus untuk mengubah perilaku yang menjadi faktor risiko penyakit.[2] Namun, bukti-bukti terbaru menunjukkan bahwa sikap masyarakat dalam memandang kebijakan kesehatan masyarakat lebih ditentukan oleh keyakinan filosofis seseorang tentang moralitas, politik, dan sains, dibandingkan dengan kualitas pesan yang disampaikan dan kompetensi penerima pesan.[3]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Istilah "promosi kesehatan" mulai digunakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia untuk membedakannya dengan pendidikan kesehatan. Perbedaan kedua istilah ini adalah terletak pada tujuannya. Pendidikan kesehatan hanya bertujuan untuk mengubah perilaku kesehatan manusia. Sedangkan promosi kesehatan mengubah perilaku manusia sekaligus dengan lingkungan yang menjadi tempat berlangsungnya perubahan tersebut. Penggunaan resmi dari istilah "promosi kesehatan" disampaikan pada Konferensi Internasional tentang Promosi Kesehatan. Konferensi ini diadakan pada tahun 1986 di Ottawa, Kanada.[4]
Hasil konferensi ini adalah Piagam Ottawa yang berisi lima pilar. Pilar pertama yaitu mengembangkan kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Pilar kedua ialah penciptaan lingkungan pendukung kebijakan tersebut. Pilar ketiga ialah penguatan gerakan masyarakat. Pilar keempat yaitu pengembangan kemampuan individu. Sedangkan pilar kelima adalah reorientasi pelayanan kesehatan.[5]
Dalam rentang tahun 1995–2005, Konferensi Internasional tentang Promosi Kesehatan telah diadakan sebanyak tiga kali. Konferensi ini meliputi konferensi keempat, kelima dan keenam. Konferensi keempat diadakan pada tahun 1997 di Jakarta. Konferensi kelima diadakan pada tahun 2000 di Kota Meksiko. Lalu konferensi kelima diadakan pada tahun 2005 di Bangkok.[6]
Logo
[sunting | sunting sumber]Organisasi Kesehatan Dunia membuat logo promosi kesehatan dengan elemen grafis berupa sebuah lingkaran yang di dalamnya terdapat tiga sayap dan satu lingkaran. Lingkaran luar diartikan sebagai perwakilan dari kebijakan publik yang sehat yang ditetapkan bersama. Tiga sayap di dalam lingkaran diartikan sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan promosi kesehatan. Sedangkan lingkaran kecil di dalam lingkaran luar diartikan sebagai strategi dasar dalam promosi kesehatan. Tiga sayap menyelesaikan lima permasalahan utama di bidang promosi kesehatan, sedangkan lingkaran yang lebih kecil mencakup tiga strategi dasar di bidang promosi kesehatan.[7]
Faktor-faktor
[sunting | sunting sumber]Promosi kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor penguat dan faktor pemungkin. Faktor predisposisi mencakup riwayat keperawatan, aspek sosial dan budaya, kondisi fisik, motivasi dan kesiapan peserta promosi untuk belajar. Faktor penguat merupakan segala faktor yang menentukan ada tidaknya dukungan yang diberikan kepada tindakan kesehatan. Sedangkan faktor pemungkin meliputi sumber daya dan keterampilan yang berguna dalam memperlihatkan perilaku yang sehat.[8] Selain mengkaji faktor-faktor kesehatan, promosi kesehatan memerlukan kepedulian individu untuk menyesuaikan kebutuhan pasien dan keluarganya. Kegiatan promosi kesehatan juga perlu melibatkan pasien dalam perencanaan perawatan serta menghubungkan pasien dengan sumber daya masyarakat.[9]
Media
[sunting | sunting sumber]Media promosi kesehatan meliputi semua media yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi yang dapat mengubah perilaku kesehatan dari penerima informasi menjadi lebih baik. Bentuk medianya dapat berupa media cetak, media elektronik dan media yang digunakan di luar ruangan. Media juga dapat digabungkan dengan alat peraga. Kombinasi ini misalnya pemakaian foto dan papan tulis. Alat peraga sendiri dapat digunakan secara tunggal, tetapi harus mudah dipahami oleh masyarakat yang menerima informasi tersebut.[10]
Strategi
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1994, Organisasi Kesehatan Dunia menetapkan tiga strategi promosi kesehatan. Ketiganya yaitu advokasi, dukungan sosial dan pemberdayaan masyarakat.[11]
Penyelenggaran
[sunting | sunting sumber]Organisasi Kesehatan Dunia menetapkan bahwa promosi kesehatan di tempat kerja merupakan segala kebijakan dan kegiatan yang berlaku di tempat kerja yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan pihak-pihak yang terlibat di tempat kerja. Pihak-pihak ini meliputi pekerja dan perusahaan pada semua tingkat pekerjaan. Kegiatan promosi kesehatan ini melibatkan pekerja, pihak manajemen dan pemangku kepentingan di tempat kerja.[12]
Keterampilan pendukung
[sunting | sunting sumber]Literasi kesehatan
[sunting | sunting sumber]Literasi kesehatan merupakan kemampuan individu dalam memperoleh dan mengolah informasi tentang kesehatan untuk menetapkan pengambilan keputusan kesehatan bagi dirinya secara tepat. Tanda adanya literasi kesehatan pada individu yaitu adanya tindakan preventif terhadap penyakit. Masyarakat dengan individu yang memiliki kemampuan literasi kesehatan yang rendah umumnya mengalami kesenjangan sosial. Literasi kesehatan berperan penting dalam bidang promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Individu dengan kemampuan literasi kesehatan yang baik dapat menjaga kesehatannya secara mandiri. Begitu pula dengan masyarakat yang memiliki literasi kesehatan yang baik, maka derajat kesehatan masyarakatnya akan meningkat.[13]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Participants at the 6th Global Conference on Health Promotion. The Bangkok Charter for health promotion in a globalized world. Geneva, Switzerland: World Health Organization, 2005 Aug 11. Accessed 2009 Feb 4.
- ^ Bunton R, Macdonald G (2002). Health promotion: disciplines, diversity, and developments (edisi ke-2). Routledge. ISBN 978-0-415-23569-3.
- ^ Byrd, Nick; Białek, Michał (Juli 2021). "Your health vs. my liberty: Philosophical beliefs dominated reflection and identifiable victim effects when predicting public health recommendation compliance during the COVID-19 pandemic". Cognition. 212: 104649. doi:10.1016/j.cognition.2021.104649.
- ^ Nurmala, dkk. (2018). Promosi Kesehatan (PDF). Surabaya: Airlangga University Press. hlm. 1. ISBN 978-602-473-040-6.
- ^ Hikmawati, Isna (2011). Promosi Kesehatan untuk Kebidanan (PDF). Bantul: Nuha Medika. hlm. 7–8. ISBN 978-602-95997-9-4.
- ^ Adventus, Jaya, I. M. M., dan Mahendra, D. (2019). Buku Ajar Promosi Kesehatan (PDF). Jakarta: Program Studi Diploma Tiga Keperawatan, Fakultas Vokasi, Universitas Kristen Indonesia. hlm. 1.
- ^ Rachmawati, Windi Chusniah (2019). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PDF). Malang: Wineka Media. hlm. 1–2. ISBN 978-602-5973-60-4.
- ^ Bolon, Christina Magdalena T (2021). Siregar, Sarmaida, ed. Pendidikan dan Promosi Kesehatan (PDF). Medan: UIM Press. hlm. 93. ISBN 978-623-97680-2-7.
- ^ Asniar, Kamil, H., dan Mayasari, P. (2020). Hikmah, Nisa Ul, ed. Pendidikan dan Promosi Kesehatan (PDF). Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. hlm. 10. ISBN 978-623-264-130-3. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-06-26. Diakses tanggal 2022-02-13.
- ^ Indrayani, T., dan Syafar, M. (2020). Ikhwan, Khaerul, ed. Promosi Kesehatan untuk Bidan (PDF). Serang: CV. AA. Rizky. hlm. 93–94. ISBN 978-623-7726-08-1.
- ^ Pakpahan, M., dkk. (2021). Watrianthos, Ronal, ed. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (PDF). Yayasan Kita Menulis. hlm. 94. ISBN 978-623-6840-73-3.
- ^ Sujoso, Anita Dewi Prahastuti (2012). Dasar-Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (PDF). Jember: UPT Penerbitan UNEJ. hlm. 2. ISBN 978-602-9030-39-6. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-02-13. Diakses tanggal 2022-02-13.
- ^ Larasaty, N. D., dkk. (2019). Widagdo, Muhammad Wahyu, ed. Literasi Kesehatan Remaja Putri Pantura (PDF). Semarang: Unimus Press. hlm. 1. ISBN 978-602-5614-71-2.
Bacaan lanjutan
[sunting | sunting sumber]- O'Donnell, Michael P. (1988). "Definition of Health Promotion: Part III: Expanding the Definition". American Journal of Health Promotion. 3 (3): 5–5. doi:10.4278/0890-1171-3.3.5. ISSN 0890-1171.
- Minkler, Meredith, ed. (2012). Community organizing and community building for health and welfare (edisi ke-3). New Brunswick, N.J.: Rutgers University Press. ISBN 978-0-8135-5314-6. OCLC 804661230.
- Maulana, Heri D.J. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Inggris) Teks Piagam Ottawa