Pura Ulun Danu Bratan
Pura Ulun Danu Bratan (ejaan tidak baku: Pura Ulun Danu Beratan, bahasa Bali: ᬧᬸᬭ ᬉᬮᬸᬦ᭄ ᬤᬦᬸ ᬩᭂᬭᬢᬦ᭄᭟, translit. Pura Ulun Danu Bĕratan., disebut juga Bratan Pura)[1]adalah sebuah pura dan candi air besar di Bali - candi utama air lainnya menjadi Pura Ulun Danu Batur. Kompleks pura ini terletak di tepi barat Danau Bratan di pegunungan dekat Bedugul, tepatnya di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Pura air (ulun/segara) memenuhi seluruh wilayah di daerah aliran; di tepi hilir ada banyak pura kecil air yang spesifik untuk setiap asosiasi irigasi (subak).
Pura Ulun Danu Bratan | |
---|---|
ᬧᬸᬭ ᬉᬮᬸᬦ᭄ᬩᭂ ᬤᬦᬸ ᬭᬢᬦ᭄ | |
![]() Pura Ulun Danu Beratan pagi hari | |
Agama | |
Afiliasi | Hinduisme |
Distrik | Kab. Tabanan |
Provinsi | Bali |
Dewa | Dewi Danu |
Status | Bali |
Lokasi | |
Lokasi | Jl. Raya Bedugul, Desa Candikuning, Kec. Baturiti |
Arsitektur | |
Gaya arsitektur | Bali |
Situs web | |
https://www.instagram.com/ulundanuberatan/ |
Pura ini sebenarnya digunakan untuk upacara persembahyangan Dewi Danu, dewi air, danau dan sungai. Danau Bratan merupakan salah satu danau penting dalam hal irigasi. Pura Batur atau Pura Ulun Danu pertama kali didirikan pada abad ke-17. Pura ini didedikasikan untuk dewa Wisnu dan untuk Dewi Danu sebagai dewi danau.[2]Selain itu, Dewi Laksmi yang merupakan dewi kesuburan dan keindahan juga dipuja di pura ini.[3]
Geografi
[sunting | sunting sumber]Pura ini berjarak sekitar 70 km dari Bandara Internasional Ngurah Rai dan kurang lebih 50 km dari pusat kota Denpasar. Wisata Bedugul, Bali, terletak pada ketinggian sekitar 1.240 meter di atas permukaan laut, dengan suhu sekitar 24° C pada siang hari dan 18° C pada malam hari.
Selain itu, Danau Beratan memiliki luas sekitar 375,6 hektar dengan kedalaman mencapai 22-48 meter. Danau Beratan sendiri sebagai danau terluas kedua di Bali setelah Danau Batur, kemudian menjadi sisi utara Kabupaten Tabanan yang langsung berbatasan dengan Kabupaten Buleleng.[4][3]
Kemudian komplek pura terletak di tepi barat Danau Beratan dan dikenal sebagai danau "gunung suci". Pura Ulun Danu di tengahnya berfungsi sebagai subak atau pura irigasi dari keseluruhan kompleks pura. Untuk wilayah keseluruhan danau tepatnya di tepi hilir danau dipenuhi dengan "Pura Air."
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Arkeologi
[sunting | sunting sumber]Berdasarkan data arkeologi yang terdapat dan berlokasi pada halaman depan Pura Ulun Danu Bedugul ini adalah terdapat peninggalan benda-benda bersejarah seperti sebuah Sarkofagus batu dan papan batu yang diperkirakan telah ada sejak zaman megalitikum, sekitar 500 tahun sebelum Masehi.[3]
Pendirian
[sunting | sunting sumber]Hingga saat ini belum ditemukan sumber pasti mengenai tahun pendirian Pura Ulun Danu. Satu-satunya sumber yang dapat ditemukan adalah berdasar pada Lontar Babad Mengwi. Dijelaskan dalam babad Mengwi bahwa sebelum mendirikan Pura Taman Ayun, pendiri Kerajaan Mengwi, I Gusti Agung Putu, telah mendirikan Pura dipinggir Danau Beratan. [4]
Tidak disebutkan secara spesifik kapan tepatnya Pura Ulun Danu didirikan. Lontar hanya menyebutkan bahwa Pura Taman Ayun didirikan pada hari Anggara Kliwon Mendangsia tahun Saka Sad Bhuta Yaksa Dewa, atau 1556 Saka (1634 Masehi). Berdasarkan penjelasan di atas, disimpulkan bahwa pendirian Pura Ulun Danu dilaksanakan sebelum tahun 1556 Saka.Pura ini dipelihara oleh empat “satakan” dari desa-desa di sekitar area Pura ini, yang terdiri dari: satakan Candikuning mewilayahi 5 bendesa adat, satakan Bangah mewilayahi 3 bendesa adat, satakan Antapan mewilayahi 4 bendesa adat, dan satakan Baturiti mewilayahi 6 bendesa adat.[5]
Kompleks Pura
[sunting | sunting sumber]Pura Ulun Danu Beratan merupakan salah satu Pura Kahyangan Jagat di Bali, kemudian terdiri dari lima kompleks pura yang mengikutinya dan satu stupa Buddha[3], yaitu:
Pura ini terdapat lingga yang berwarna putih, dengan diapit batu hitam dan merah. Pura ini diyakini sebagai sumber utama air dan kesuburan Danau Beratan. Pura ini memiliki dua pelinggih yaitu Pelinggih Meru Tumpang Solas (meru bertingkat 11) yang menghadap ke arah kelod (selatan) dan Pelinggih Meru Tumpang Telu (meru bertingkat 3), dengan posisi menjorok ke tengah danau.
- Pura Penataran Puncak Mangu: Pelinggih Dewa Wisnu
- Pura Terate Bang: Pelinggih Dewa Brahma
- Pura dalem Purwa: Pelinggih Dewi Danu, dewi air, sungai
Pura Dalem Purwa terdapat tiga pelinggih utama yaitu Pelinggih Dalem Purwa sebagai tempat persemayaman Bhatari Durga dan Dewa Ludra yang dipuja sebagai sumber kemakmuran.
- Pura Prajapati
Di pura ini terdapat pohon beringin besar sebagai penandanya. Pura ini didedikasikan sebagai istana Bhatari Durga. Pelinggihnya menghadap ke arah barat dan merupakan bangunan pertama yang dapat Anda jumpai setelah melewati gerbang masuk menuju area Danau Beratan.[3]
- Stupa Buddha
Stupa ini sebagai makna keselarasan dan harmoni beragama, posisinya menghadap ke selatan dan terletak di luar area utama kompleks Pura Ulun Danu Beratan.[6]
Tata Letak
[sunting | sunting sumber]Halaman Luar (Pura Penataran Agung)
Pada bagian ini kita akan menemukan Candi Bentar yang merupakan pintu masuk halaman luar. Di sini kita akan menemukan sarkofagus dan sebuah batu tegak yang berada di sebelah kiri halaman luar.
Halaman Tengah (Pura Dalem Purwa)
Tidak ada tembok (penyengker) yang membatasi antara halaman luar dan halaman tengah, melainkan susunan batu batas yang di atasnya terdapat beberapa arca.
Di halaman tengah kita akan menemukan Kori Agung Stupa yang berhiaskan sapta-nsi dengan tangga masuk berhiaskan patung gajah. Melihat ke dalam relung stupa maka kita akan menemukan arca Biksu, sementara dinding stupanya berhiaskan swastika sebagai perlambang matahari dan kekekalan.
Halaman Dalam (Pura Taman Beiji)
Untuk dapat menjangkau halaman dalam kita harus melalui tiga undakan tangga yang diapit oleh dua pasang arca penjaga. Pada bagian halaman dalam kita akan menemukan beberapa bangunan; Prasada Meru Tumpang Sebelas. Bangunan ini ditujukan pada Siwa dan sakti-nya Parwati.[7]
Persembahyangan
[sunting | sunting sumber]Piodalan
[sunting | sunting sumber]Setiap tahun, Pura Ulun Danu Beratan menjadi pusat berbagai upacara penting, salah satunya adalah Upacara Piodalan, yang dirayakan setiap 210 hari sesuai dengan kalender Pawukon Bali. Terletak di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan, Bali, pura ini memiliki tradisi Pujawali yang dilaksanakan dalam skala kecil (alit) dan besar (ageng). Penguger atau Kelian Pura, I Putu Suma Artha, menjelaskan bahwa Pujawali dilaksanakan setiap Anggarakasih Wuku Julungwangi, atau 15 hari sebelum Hari Raya Galungan. Piodalan dibagi menjadi dua, yaitu piodalan alit dan piodalan ageng. Piodalan ageng dilaksanakan setahun sekali, sedangkan piodalan alit dilaksanakan setiap enam bulan sekali atau setiap 210 hari.
Upacara
[sunting | sunting sumber]Saat Purnama Sasih Kepitu pada Kalender Bali, upacara magpag toya dilaksanakan dengan tujuan memohon kemakmuran. Upacara Pakelem dilaksanakan setiap lima tahun sekali dengan skala yang cukup besar dan selalu menarik wisatawan karena ramai pemedek yang hadir. Upacara ini merupakan ungkapan terima kasih masyarakat atas anugerah berupa kemakmuran, keselamatan, dan hasil panen yang berlimpah. Upacara ini umumnya diikuti oleh Krama Subak. Selain itu, di Pura Ulun Danu Beratan juga dilaksanakan upakara Tawur Agung Balik Sumpah Parisuda Bumi. Ritual Pemahayu Jagat ini terakhir kali dilaksanakan pada tahun 2022.
Melasti
[sunting | sunting sumber]Pura ini juga sering menjadi tempat pelaksanaan upacara Melasti, yaitu ritual penyucian diri yang dilakukan sebelum Hari Raya Nyepi.[8]
Pariwisata
[sunting | sunting sumber]Untuk mengunjungi pura yang berada di tengah danau ini kita harus menggunakan perahu yang sudah tersedia di tepi danau. Untuk penyewaan perahu dikenakan biaya sebesar Rp30.000,00 untuk satu kali keliling, dengan waktu sekitar 30 menit.[3]Pada bagian pura inti yang terpisah daratan, menjadi landmark wisata ini karena tercantum pada gambar uang Rp.50.000 edisi lama.[4]
Jadwal buka Wisata Pura Ulun Danu Beratan ini, untuk setiap hari, kecuali Sabtu ialah mulai pukul 07.00 hingga 19.00 WITA. Sedangkan untuk hari Sabtu, jadwal bukanya adalah mulai pukul 05.00 hingga 19.00 WITA.[9]
Tiket Masuk
[sunting | sunting sumber]- Anak-anak (dalam negeri) : Rp 20.000
- Dewasa (dalam negeri) Rp 30.000
- Anak-anak (turis) Rp 50.000
- Dewasa (turis) : Rp 75.000
Parkir
[sunting | sunting sumber]- Sepeda Motor : Rp 3.000
- Mobil Pribadi : Rp 5.000
- Bis : Rp 10.000[3]
Galeri
[sunting | sunting sumber]Lihat Pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Suweta, I Made (2018-07). "Rekonstruksi Nilai Teo-Ekologi Hindu pada Pemujaan Pura Ulun Danu di Bali". Genta Hredaya. 1 (2598-6848): 2.
- ^ Pringle, Robert (2004). A short history of Bali : Indonesia's Hindu realm. Crows Nest, N.S.W.: Allen & Unwin. ISBN 1-86508-863-3. OCLC 54517415.
- ^ a b c d e f g "Pura Ulun Danu Bratan, Alamat, Fasilitas dan Wahana". Hindu Alukta (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-02-06.
- ^ a b c Kompasiana.com (2023-12-05). "Pura Ulun Danu Beratan sebagai Daya Tarik (DWT) Desa Candikuning Kabupaten Tabanan". KOMPASIANA. Diakses tanggal 2025-02-06.
- ^ "Pura Ulun Danu Beratan, Salah Satu Pura Kahyangan Jagat Di Bali". Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, NTB, NTT (dalam bahasa Inggris). 2016-03-17. Diakses tanggal 2020-09-26.
- ^ Media, Kompas Cyber (2017-02-18). "Pura Ulun Danu, Mahkota Danau Beratan Halaman all - Kompas.com". KOMPAS.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-02-06.
- ^ Sedyawati, Edi, 1938-. Candi Indonesia. Latief, Feri,, Indonesia. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, (edisi ke-Cetakan pertama). [Jakarta]. ISBN 978-602-17669-3-4. OCLC 886882212.
- ^ Mardika, I. Putu. "Tak Hanya Jadi Ikon Bali, Pura Ulun Danu Beratan jadi Tempat Digelarnya Ritual Pemahayu Jagat - Bali Express - Halaman 2". Tak Hanya Jadi Ikon Bali, Pura Ulun Danu Beratan jadi Tempat Digelarnya Ritual Pemahayu Jagat - Bali Express - Halaman 2. Diakses tanggal 2025-02-06.
- ^ "Pura Ulun Danu Beratan Bedugul: Lokasi, Daya Tarik, dan Info Lainnya". kumparan. Diakses tanggal 2025-02-06.
Pustaka
[sunting | sunting sumber]- Pringle, Robert (2004). Bali: Indonesia's Hindu Realm; A short history of. Short History of Asia Series. Allen & Unwin. ISBN 1-86508-863-3.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]![](http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/4a/Commons-logo.svg/30px-Commons-logo.svg.png)
![](http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/dd/Wikivoyage-Logo-v3-icon.svg/40px-Wikivoyage-Logo-v3-icon.svg.png)