Purwawinangun, Kuningan, Kuningan
Purwawinangun | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Barat | ||||
Kabupaten | Kuningan | ||||
Kecamatan | Kuningan | ||||
Kode Kemendagri | 32.08.09.1006 | ||||
Kode BPS | 3208130006 | ||||
Luas | - | ||||
Jumlah penduduk | 12292 jiwa | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Purwawinangun adalah kelurahan di kecamatan Kuningan, Kuningan, Jawa Barat, Indonesia.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Purwawinangun berarti awal dibangun. Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Kuningan menganut agama Hindu dan merupakan daerah otonom yang masuk wilayah kerajaan Sunda yang dikenal dengan nama Pajajaran, seluruh Jawa barat termasuk Cirebon pada tahun 1389 M masuk bagian dari Pajajaran dengan pelabuhannya saat itu meliputi Cirebon, Indramayu, Karawang, Sunda Kelapa, dan Banten. Waktu Cirebon di bawah pimpinan Ki Gedeng Jumajanjati, anaknya Ki Gedeng Kasmaya, datanglah pelaut Cina yang dipimpin oleh Laksamana Te Ho (Cheng Ho) dan sebagai rasa terima kasihnya atas sambutan rakyat Cirebon, maka dibuatlah mercusuar di Pelabuhan Cirebon itu. Setelah itu, Pelabuhan Cirebon kedatangan seorang ulama Islam yang bernama Syekh Idhofi (Syekh Datuk Kahfi) yang dikenal dengan julukan Syeh Nuruljati. Ulama ini kemudian mendirikan pesantren di kaki bukit Sembung dan menetap di Pesambangan (Desa Jatimerta). Salah satu murid ulama ini ada yang bernama Pangeran Walangsungsang Cakrabuana dan mendirikan sebuah kota bernama Caruban yang kemudian dikenal dengan nama Cirebon. Setelah ia berhaji mendapat julukan Haji Duliman yang akhirnya memimpin pemerintahan di Cirebon. Saat itu di pelabuhan Karawang datang juga seorang ulama yang bernama Syekh Hasanuddin dari Campa dan dikenal dengan sebutan Syekh Quro karena mendirikan pesantren Quro. Di kemudian hari pesantren ini kedatangan Syekh Maulana Akbar yang meneruskan perjalanannya ke Pesambangan. Dalam perjalanannya mengembangkan Islam, Syekh Maulana Akbar ini pernah singgah sebentar di daerah Buni Haji–Luragung, kemudian melanjutkannya sampai ke daerah Kuningan yang pada waktu itu dikenal dengan nama Kejene (artinya Kuning), penduduknya menganut agama Hindu (Agama Sanghiang), dengan pusat pemerintahannya di daerah Sidapurna yang artinya sempurna. Syech Maulana Akbar akhirnya menetap disana dan mendirikan pesantren di Sidapurna serta menikah dengan seorang putri pejabat pemerintahan Kejene dan mempunyai seorang putra bernama Syekh Maulana Arifin atau syekh Arif. Karena pesatnya kemajuan pesantren ini sehingga tidak cukup menampung para pendatang, maka dibuatlah pemukiman baru dengan dasar Islam yang diberi nama Purwawinangun (artinya mula-mula dibangun). Syekh Maulana Akbar ini meninggal dan dimakamkan di Astana Gede. Syekh Arif ini meneruskan usaha yang telah dirintis oleh ayahnya dengan memajukan bidang peternakan, terutama peternakan kuda yang khas di Kejene (kuda Kejene yang kemudian terkenal dengan sebutan Kuda Kuningan)
Pemerintahan
[sunting | sunting sumber]Purwawinangun adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Kuningan, jadi wilayah ini dikepalai oleh seorang lurah. Bapak Ikin Mutaqin...
Profil Daerah
[sunting | sunting sumber]Batas Wilayah
[sunting | sunting sumber]Batas wilayah Kelurahan Purwawinangun
- Di sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Cigintung dan Cijoho.
- Di sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Kuningan.
- Di sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Winduherang.
- Di sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Awirarangan.
Geografis
[sunting | sunting sumber]Kelurahan Purwawinangun wilayahnya agak berbukit dan juga berupa dataran. Keadaan iklim Kelurahan Purwawinangun dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 °C–32 °C serta curah hujan berkisar antara 2.000 mm–2.500 mm per tahun. Pergantian musim terjadi antara bulan November–Mei adalah musim hujan dan antara bulan Juni–Oktober adalah musim kemarau.
Ekonomi
[sunting | sunting sumber]Orang-orang Kelurahan Purwawinangun mempunyai berbagai profesi dari mulai PNS, pedagang, wiraswasta dan sebagainya
Pertanian
[sunting | sunting sumber]Kelurahan Purwawinangun tinggal sedikit lahan pertaniannya. Seperti daerah lainnya di Kuningan kebanyakan pertanian yang berkembang adalah tanaman padi dan palawija.
Perkebunan
[sunting | sunting sumber]Hasil perkebunan yang biasanya dibudidayakan kebanyakan dari jenis buah-buahan seperti: pisang, mangga, dan rambutan.
Demografi
[sunting | sunting sumber]Penduduk kelurahan Purwawinangun berjumlah 12292 orang, terdiri dari:
- 6145 orang laki-laki
- 6147 orang perempuan
94% beragama Islam dan ada juga yang beragama Kristen dan Budha. Perdagangan mendominasi pekerjaan penduduk Purwawinangun sekitar 50%, lainnya bekerja sebagai petani, PNS, TNI, polisi, karyawan, wiraswasta dan sebagainya Kode Pos 45512.
Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Di Kelurahan Purwawinangun terdapat delapan sekolah dasar yaitu:
- SDN Purwawinangun I (terletak di Jl. Siliwangi No. 45 )
- SDN Purwawinangun II (terletak di Jl. Pramuka No. 15 )
- SDN Purwawinangun III (terletak di Jl. Wijaya No. 55 )
- SDN Purwawinangun IV (terletak di Jl. Pramuka No. 98 )
- SDN Purwawinangun V (terletak di Jl. Ramajaksa No. 371 )
- SDN Purwawinangun VI (terletak di Jl. Siaga Indah No. 16 )
- SDN Purwawinangun VII (terletak di Jl. Purwawinangun No. 89)
- SDN Purwawinangun VIII (terletak di Jl.Syekh Maulana Akbar)
Akses Transporatasi
[sunting | sunting sumber]Karena terletak di pusat kota Kuningan maka akses transportasi tidak terlalu sulit, hampir semua angkot melewati daerah ini seperti: angkot 01, angkot 02, angkot 03, angkot 04, angkot 06, angkot 09 dan angkot 10.