Rhipicephalus sanguineus
Rhipicephalus sanguineus
| |
---|---|
Rhipicephalus sanguineus | |
Taksonomi | |
Galat Lua: callParserFunction: function "Template" was not found. | |
Spesies | Rhipicephalus sanguineus Latreille, 1806 |
Rhipicephalus sanguineus merupakan ektoparasit umum yang sering menyerang anjing.[1] Ektoparasit ini masuk dalam golongan caplak, sering dikelirukan dengan sebutan kutu.[2]
Morfologi
[sunting | sunting sumber]Rhipicephalus sp. yang sering menyerang pada anjing di Indonesia adalah Rhipicephalus sanguineus.[2] Caplak mudah dikenali karena ukurannya yang besar hingga 30 milimeter dengan bentuknya yang memiliki tiga pasang kaki (tahap belum dewasa) dan empat pasang kaki (tahap dewasa) serta berwarna cokelat gelap.[3] Caplak betina bagian punggungnya berbentuk heksagonal.[butuh rujukan] Parasit ini paling sering ditemukan di kepala, leher, telinga, dan telapak kaki anjing.[4] Caplak jantan memiliki lempeng adanal yang mencolok.[4]
Siklus hidup
[sunting | sunting sumber]Kutu dan caplak keduanya memiliki 4 tahapan siklus hidup mulai dari telur, larva, nimfa, dan dewasa.[3] Keduanya juga hidup dengan mengisap darah inang.[3] Namun kutu memiliki lama siklus hidup lebih pendek yaitu mulai 2 minggu sedangkan caplak kurang lebih 3 bulan.[3]
Rhipicephalus sanguineus merupakan caplak berinang 3, umumnya anjing.[5] Caplak betina bertelur sampai 5.000 butir telur,[6] selanjutnya telur akan menetas dalam 17–30 hari dan kemudian larva menempel pada inang ke-1 (rambut panjang belakang leher anjing).[3] Larva mengisap darah 2–6 hari, jatuh, dan berubah menjadi nimfa 5–23 hari.[3] Lalu nimfa menempel pada inang ke-2, terutama di belakang leher, mengisap darah 4–9 hari, jatuh, dan berubah menjadi dewasa 11–73 hari.[3] Caplak dewasa kemudian menempel pada inang ke-3 yang sering pada hospes telinga dan sela-sela jari kaki anjing, mengisap darah pada 6–21 hari dan lalu jatuh untuk bertelur.[3] Larva tidak makan dapat hidup sampai dengan 8,5 bulan; sedangkan caplak dewasa dapat bertahan 19 bulan.[3]
Patogenesis
[sunting | sunting sumber]Seekor caplak dewasa dapat mengisap darah 0,5–2 mililiter, dalam waktu singkat dapat menyebabkan anemia bagi inangnya.[3] Luka trauma akibat gigitan caplak juga dapat menjadi tempat infeksi sekunder. Caplak juga dapat menyebabkan depresi saraf akibat toksin yang diproduksi oleh caplak betina di kelenjar saliva. Paralisis biasanya dimulai dari otot belakang tubuh, kemudian menyebar ke seluruh tubuh, terakhir menyerang otot-otot pernapasan. Paralisis berlangsung selama 1–4 hari. Inang yang sembuh dari tick paralisis menjadi kebal selama 8 minggu sampai 8 bulan.
Rhipicephalus sanguineus juga dapat menularkan Boutonneuse fever, Babesiosis anjing, Erlichiosis anjing dan sejumlah penyakit-penyakit lain termasuk Rocky Mountain Spotted Fever dan Q Fever.[3]
Seekor caplak betina mampu bertelur 100 butir sehari.[3] Setelah menetas, muncul larvanya yang segera mencari induk semang untuk mengisap darah yang pertama.[5] Setelah itu larva berubah menjadi caplak muda. Caplak muda ini bisa mengalami hibernasi selama bertahun-tahun sebelum berubah menjadi caplak dewasa. Caplak dewasa pun mampu hidup tanpa mengisap darah selama bertahun-tahun. Caplak betina mengisap darah 8–10 hari hingga bobotnya mencapai 100 kali lipat dan kemudian melepaskan diri dari anjing untuk mencari tempat bertelur.[3]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Cruz, V.C. dan V.Z. Garcia. 1999. Seasonal Distribution of Rhipicephalus sangineus Tick on Dog in an Urban Area of Morelos Mexico. Exp. Appl. Acarol.23: 3., 277-280
- ^ a b Subronto. 2006. Penyakit Infeksi dan Mikrob pada Anjing dan Kucing. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
- ^ a b c d e f g h i j k l m Levine N.D. 1994. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Terjemahan G. Ashadi Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
- ^ a b (Inggris)Situs ICB: Rhipicephalus sanguineus
- ^ a b "Rentokil Pest Control Indonesia: Rhipicephalus sanguineus". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-10-25. Diakses tanggal 2010-04-26.
- ^ (Inggris) University of Florida Institute of Food and Agriculture Science: brown dog tick