Lompat ke isi

Riwayat Syu’bah dari ‘Ashim

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Riwayat Syu’bah dari ‘Ashim (bahasa Arab: رواية شعبة عن عاصم) merupakan salah satu riwayat dalam Al-Qur’an yang diriwayatkan oleh Syu’bah bin Ayyasy (95 -193 H) dari gurunya, Ashim bin Abi an-Najud[1].

Syu’bah

[sunting | sunting sumber]

Abu Bakar bin Ayyash bin Salim Al-Asadi Al-Kufi Al-Hannat Al-Muqri’ adalah seorang qari’ terkemuka yang dikenal dalam ilmu qira’at. Ia merupakan mantan budak Wasil Al-Ahdab. Terdapat perbedaan pendapat mengenai namanya; beberapa sumber menyebutnya sebagai Muhammad, sementara pendapat lain menyatakan namanya adalah Syu’bah, Rubah, Muslim, Khaddash, Mutarrif, Hammad, atau Habib. Namun, pendapat yang lebih kuat menyatakan bahwa namanya sama dengan kunyah-nya, yaitu Abu Bakar. Abu Bakar bin Ayyasy memiliki banyak murid yang belajar Al-Qur’an darinya. Di antara mereka adalah Abu Al-Hasan Al-Kisai, yang wafat lebih dahulu darinya, serta Yahya Al-‘Ilmi, Abu Yusuf Al-A’sya, Abdul Hamid bin Shalih Al-Barjami, ‘Urwah bin Muhammad Al-Asadi, dan Abdurrahman bin Abi Hamad. Salah satu muridnya yang paling dikenal dalam bidang tajwid dan penguasaan bacaan adalah Yahya bin Adam, yang belajar langsung darinya dengan tingkat ketelitian yang tinggi.

Abu Bakar bin Ayyash meriwayatkan hadits dari berbagai ulama, termasuk ayahnya sendiri, Abu Ishaq As-Sabi’i, Abu Hushain Utsman bin ‘Ashim, Abdul Aziz bin Rafi’, Abdul Malik bin ‘Umair, Yazid bin Abi Ziyad, Hushain bin Abi Abdurrahman As-Sulami, Humaid Ath-Thawil, Sufyan At-Tammar, Abu Ishaq Asy-Syaibani, ‘Ashim bin Bahdalah, Mughīrah bin Miqsam, dan lainnya.

Banyak ulama besar yang meriwayatkan hadits darinya, di antaranya Sufyan Ats-Tsauri, Abdullah bin Al-Mubarak, Abu Dawud Ath-Thayalisi, Aswad bin ‘Amir Syadhan Al-Madani, Imam Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma’in, dua bersaudara Abu Syaibah, Isma’il bin Aban Al-Warraq, Yahya bin Yahya An-Naisaburi, Khalid bin Yazid Al-Kahili, Abdul Jabbar Al-‘Atharidi, serta banyak perawi lainnya.[2]

Perbandingan antara Hafsh dan Syu’bah

[sunting | sunting sumber]

Abu Hasyim Ar-Rifa’i menyatakan bahwa Hafsh adalah murid ‘Ashim yang paling memahami bacaan gurunya. Ia lebih unggul dibandingkan Syu’bah dalam ketelitian terhadap huruf-huruf bacaan. Adz-Dzahabi juga menegaskan bahwa Hafsh adalah perawi yang terpercaya dan sangat teliti dalam membaca Al-Qur’an.

Ibnu Al-Munadi mencatat bahwa Hafsh sering membaca kepada ‘Ashim berulang kali, dan para ulama terdahulu menganggapnya lebih unggul dalam hafalan dibandingkan Abu Bakar bin ‘Ayyasy. Mereka menggambarkannya sebagai seseorang yang sangat teliti dalam menjaga keaslian huruf-huruf yang ia pelajari dari ‘Ashim, sehingga bacaannya digunakan oleh umat Islam dalam jangka waktu yang lama.

Diriwayatkan bahwa Hafsh pernah bertanya kepada ‘Ashim, “Abu Bakar Syu’bah berbeda dengan saya dalam bacaan Al-Qur’an, bagaimana bisa?” Lalu ‘Ashim menjawab, “Aku mengajarkanmu bacaan sebagaimana yang diajarkan kepadaku oleh Abu Abdurrahman As-Sulami dari Ali bin Abi Thalib. Sedangkan aku mengajarkan Abu Bakar (Syu’bah) bacaan sebagaimana yang aku terima dari Zirr bin Hubaisy dari Abdullah bin Mas’ud.”

Metode bacaan

[sunting | sunting sumber]
  • Membaca basmalah di antara dua surah.
  • Membaca mad munfashil dan mad muttashil dengan tingkat tawassuth (sedang).
  • Mempertahankan huruf “ي” dalam bacaan “يَا عِبَادِي لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمْ” di surah Az-Zukhruf, tetapi hanya saat dibaca dalam keadaan washal (bersambung).

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]

Yang termasuk Qiraah Sab’ah adalah[3]:

Pelengkap qiraat yang sepuluh:

Referensi

[sunting | sunting sumber]