Sejarah Aleksandria (kota)
Sejarah Aleksandria dimulai sejak kota ini didirikan oleh Aleksander Agung pada tahun 331 SM.[1] Namun, sebelum ada kota ini, terdapat juga beberapa kota pelabuhan besar di sebelah timur Aleksandria, di ujung barat tempat yang kini bernama Teluk Abu Qir. Cabang paling barat dari Delta Sungai Nil masih ada pada zaman itu, dan banyak digunakan untuk pengiriman.
Setelah didirikan kota Aleksandria kemudian menjadi ibu kota Kerajaan Ptolemaik, dan dengan cepat bergerak menjadi salah satu kota terbesar di dunia Helenistik. Hanya Roma, kota yang berhasil memperoleh kendali atas Mesir pada tahun 30 SM, yang melebihi Aleksandria dalam hal luas dan kekayaan.
Kota itu jatuh ke tangan bangsa Arab pada tahun 641 Masehi, dan ibu kota Mesir yang baru bernama Fustat telah didirikan di Sungai Nil. Setelah Aleksandria tidak lagi menjadi ibu kota negara, kota ini melemah dalam waktu yang lama, pada periode akhir Utsmaniyah saja, kota ini melemah hingga setara dengan desa nelayan kecil. Tentara Prancis di bawah komando Napoleon mencaplok kota itu pada tahun 1789 dan kemudian Britania Raya mencaplok kota itu dari Prancis, sehingga Aleksandria berada di bawah lingkup pengaruh Britania Raya selama 150 tahun. Kota ini berkembang pada awal abad ke-19 di bawah program industrialisasi oleh Muhammad Ali, seorang raja muda yang bertugas di Mesir.
Kota Aleksandria saat ini merupakan pelabuhan utama sekaligus pusat perdagangan, pariwisata dan transportasi Republik Mesir, dan jantung kawasan industri besar di mana minyak bumi hasil penyaringan, aspal, tekstil kapas, makanan olahan, kertas, plastik dan sterofoam diproduksi.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Centre d'Études Alexandrines – established by Jean-Yves Empereur – site (in French) has useful articles and files
- ^ "Alexandria, Egypt". World History Encyclopedia. Diakses tanggal 2020-04-12.