Lompat ke isi

Brahma Empat Wajah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari She Mien Fo)
Patung Brahma Catur Muka (Phra Phrom) di Kuil Erawan, Bangkok

Brahma Empat Wajah atau Brahma Catur Muka, dikenal sebagai Phra Phrom (bahasa Thai: พระพรหม; Vara Brahma) di Thailand, adalah representasi dewa Brahma dalam Hinduisme atau makhluk brahma dalam Buddhisme.[1] Budaya Thailand memujanya sebagai sosok keberuntungan dan perlindungan.

Meskipun sering secara keliru disebut sebagai Buddha Empat Wajah atau Buddha Catur Muka, penamaan tersebut tidak sesuai dengan ajaran agama Buddha karena makhluk yang direpresentasikan adalah makhluk brahma yang belum mencapai bodhi (kecerahan).[2] Pada suatu kesempatan, sesosok brahma bernama Sahampati bersujud dan memohon kepada Sang Buddha untuk mengajarkan Dhamma.[3][4][5]

Di luar Thailand, Phra Phrom dikenal dengan nama Si Mian Fo (Hanzi: 四面佛; Pinyin: Sì Miàn Fó; lit. Buddha Berwajah Empat) dan Si Mian Shen (Hanzi: 四面神; Pinyin: Sì Miàn Shen; lit. Dewa Berwajah Empat), terutama oleh masyarakat Tionghoa yang tinggal di Hong Kong, Macau, dan Taiwan. Di sana, pemujaan Phra Phrom sangat populer.[6]

Wujud Phra Phrom di seluruh Thailand tidak sama persis, tetapi memiliki perbedaan pada jumlah wajah atau tangan, meskipun umumnya digambarkan memiliki delapan tangan. Pada abad ke-3 hingga 6, India menggambarkan wujud Brahma memiliki empat tangan, tetapi artifak yang ditemukan di daerah Indochina hingga abad ke-6 hingga 11 (pada mangkuk dari periode Gandhara) masih menggambarkannya bertangan sepasang. Barulah pada abad ke-12 hingga 13, sebagian besar menggambarkan Brahma bertangan empat. Wujud Phra Phrom yang bertangan delapan pada masa kini adalah sebuah tambahan, tetapi hal tersebut juga dimaksudkan agar orang dapat melihat wujud Brahma dengan empat tangan pada setiap sisinya.[7]

Kadang-kadang juga ada patung Phra Phrom dengan lima wajah dan delapan tangan. Wujud tersebut didasarkan pada wujud legendaris Brahma yang memiliki lima wajah, yaitu empat wajah menghadap ke keempat arah dan yang kelima menghadap langit.[7] Menurut legenda, kepala kelima Brahma dipotong oleh inkarnasi kemarahan Shiva, yaitu Shiva Bhairava, sehingga kini Brahma hanya memiliki empat kepala.[8] Wujud Phra Phom yang umum memiliki empat muka yang melambangkan empat masa penciptaan, delapan telinga yang welas kasih mendengarkan doa dari seluruh makhluk hidup, dan delapan tangan yang membawa alat-alat keagamaan yang dipercaya memiliki makna khusus.[9]

  1. Tasbih = Mengontrol karma makhluk hidup dan reinkarnasi.
  2. Tangan di depan dada = Mudra belas kasih dan berkah kepada seluruh makhluk hidup.
  3. Rumah Keong = Melambangkan kekayaan dan kemakmuran.
  4. Vas Bunga = Air berkat pemenuh keinginan.
  5. Kitab Veda = Ilmu pengetahuan dan kebijkasanaan.
  6. Tongkat Tombak = Melambangkan daya kehendak dan kesuksesan.
  7. Cittamani (Bendera Kebesaran) = Melambangkan kekuatan penuh kuasa.
  8. Cakra = Untuk menangkal bahaya bencana dan celaka, menangkal setan dan juga menghilangkan semua kemuraman dan kekuatiran.

Sejarah pemujaan

[sunting | sunting sumber]

Masuknya kultus Brahma di Thailand

[sunting | sunting sumber]

Phra Phrom aslinya adalah dewa Hindu yang berasal dari India, yaitu Brahma (Brahmā), pencipta surga dan bumi yang memiliki empat wajah. Meskipun kultus Brahma di India tidak terlalu tersebar luas, di Asia Tenggara, terutama Thailand, ia dianggap sebagai dewata pelindung dalam Buddhisme yang maha kuasa.[10]

Ajaran Brâhmana datang ke Thailand hampir bersamaan dengan kedatangan agama Buddha ke sana. Namun, ajaran Brâhmana di Thailand lebih dikenal dari segi tradisi dan tata upacaranya, alih-alih dari ajarannya; sementara agama Buddha mendapatkan tempat yang lebih resmi sebagai agama panutan. Oleh sebab itu, tradisi dan tata upacara Hindu dianggap menjadi bagian dari tradisi Buddhis. Para brâhmana sendiri, sebelum memulai upacara menurut tradisinya, memimpin peserta upacara memohon Pañcasîla kepada bhikkhu.[11]

Masyarakat Thailand memuja Brahma dan menerima konsep pemujaannya sudah sangat lama. Kultus Brahma tersebar dari India ke Indochina, tetapi mengalami penyurutan lebih dari 700 tahun karena masyarakat Thailand selanjutnya lebih suka untuk memuja dewa Hindu yang lain, yaitu Indra. Pemujaan Phra Phrom saat ini bisa dikatakan sebagai kebangkitan kembali pemujaan Brahma di Thailand.[10]

Pembangunan Kuil Erawan

[sunting | sunting sumber]

Meskipun sebelumnya Brahma sudah dipuja oleh sebagian masyarakat Thai, puncak kepopuleran patung ini baru pada pertengahan abad ke-20. Pada saat itu, ada satu hotel yang diberi nama Erawan, yang adalah nama gajah surgawi tunggangan Indra, dibangun di pusat pertokoan kota Bangkok. Pemilik hotel ingin membangun patung dewa Indra yang sedang menunggang gajah Erawan di pojok sebelah depan hotel.[11]

Pembangunan Hotel Erawan dimulai pada tahun 1951, tetapi kerapkali terjadi kecelakaan sehingga empat tahun kemudian proses pembangunannya belum selesai. Mayor Jenderal Joseph Su Pei Wei yang memiliki mata batin diminta untuk menginspeksi, kemudian ia menyimpulkan bahwa nama Erawan tidak cocok (bersifat sial). Meskipun sudah didirikan patung Indra Erawan, tetapi perlindungan yang diberikan masih tidak mencukupi.[10]

Oleh sebab itu, Mayor Jenderal menganjurkan untuk memuja dewa yang memiliki kedudukan lebih tinggi daripada Indra, yaitu Brahma. Setelah itu, hotel selesai dibangun pada tahun 1956, dan patung Brahma diletakkan di altar depan hotel. Hal tersebut menjadi kebangkitan kembali pemujaan Brahma di Thailand yang sempat padam.[10]

Penyebaran pemujaan ke luar Thailand

[sunting | sunting sumber]

Terdapat sebuah cerita tentang seorang wanita yang sedang dilanda permasalahan dan tidak tahu kemana harus bersandar. Ia datang ke hadapan patung dewa Brahma yang kebetulan ia lihat di pojok sebuah hotel. Ia memohon penyelesaian masalah di hadapan Phra Phrom dan bertekad bahwa kalau masalahnya bisa terselesaikan, ia akan menari telanjang di hadapan patung. Ternyata permasalahannya benar-benar selesai dan wanita itu melakukan tekadnya. Peristiwa ini menjadi sensasi besar bagi masyarakat dan para pemandu wisata mempropagandakan cerita tersebut kepada para pelancong manca negara, terutama yang berasal dari wilayah Asia.[11]

Semenjak saat itu, ketenaran patung Phra Phrom di pojok hotel tersebut tersebar ke mana-mana. Karena berada di Bangkok yang warganya mayoritas memeluk agama Buddha, Phra Phrom dikenal dengan nama Si Mien Fuo (Buddha Catur Muka), bukan sebagai Si Mien Shen (Dewa Catur Muka).[11]

Sejarah para Dewa Thailand menyebutkan bahwa yang pertama sekali lahir di jagad raya ini adalah Maha Brahma ("Se Mien Fo"). Oleh karena itu, ia dianggap sebagai sang pencipta oleh para Dewa dan manusia, sebagai Dewa terbesar karena menggerakkan alam semesta, dan penguasa alam-alam manusia, asura, yakhsa, para Dewa, dan alam-alam lainnya. Phra Phom menawarkan pertolongan kepada orang yang dengan tulus bersujud dan berdoa kepada-Nya dari seluruh arah serta memiliki keyakinan penuh.[9]

Hari raya

[sunting | sunting sumber]

Di Thailand, Asia Tenggara, China, Hong Kong, Macao, dan beberapa tempat lain, hari ulang tahun Phra Phrom dirayakan setiap tanggal 9 November. Namun, perayaan ulang tahun Phra Phrom di Taiwan berbeda-beda.

Cara pemujaan

[sunting | sunting sumber]

Altar Se Mien Fo dianjurkan diletakkan di ruangan terbuka atau di luar rumah yang terletak di dekat persimpangan jalan. Menurut kepercayaan, waktu doa yang terbaik adalah antara jam 7 sampai 8 setiap harinya, karena pada waktu-waktu itu Phra Phom turun ke dunia.[9]

Phra Phrom memiliki kekuasaan atas segala segi kehidupan manusia sehingga keempat wajahnya masing-masing mewakili aspek permohonan yang berbeda. Keempat wajah Phra Phrom mewakili cinta kasih, welas asih, kebahagiaan, dan ketenangan. Bagi yang mengharapkan posisi (karier, jabatan, akademis, dan sebagainya) akan memohon pada wajah yang berada di depan, hubungan (popularitas, cinta, pernikahan) pada wajah di kiri, kesehatan (penyembuhan, kedamaian, keharmonisan keluarga) pada wajah di kanan, dan keuangan pada wajah di belakang. Keempat wajah Phra Phrom harus dipuja semua dan tidak boleh dibeda-bedakan. Umat yang berdoa harus memujanya secara berututan searah putaran jarum jam.

Persembahan

[sunting | sunting sumber]

Para pemuja Phra Phrom biasanya mempersembahkan dupa, bunga atau untaian bunga melati, dan santan kelapa muda yang diletakkan dihadapan masing-masing wajahnya. Setiap wajah mewakili aspek-aspek yang berbeda serta dipercaya memberikan berkah yang berbeda pula. Para pemujanya juga biasanya bervegetarian.[6] Phra Phom sangat menyukai bunga mawar kuning, melati, kelapa hijau, dan buah-buahan sebagai persembahannya.[9]

Cara lain untuk memujanya adalah dengan meletakkan patung-patung gajah kayu di altarnya.[6]

Phra Phrom juga dikenal sangat menyukai musik tradisional Thailand, yang dimainkan di halaman altar serta diiringi tari-tarian.[6] Dikatakan bahwa jika seseorang ingin supaya keinginannya dipenuhi, maka dia harus mendapatkan seorang penari striptis wanita untuk mengadakan pertunjukkan di hadapan Dewa Maha Brahma sebagai persembahan. Hal ini merupakan salah pengertian dan tidak menghargai Dewa Maha Brahma.[9]

Doa dan mantra

[sunting | sunting sumber]

Mantra pengundang Dewa Brahma:

Pah Pong (7x)
Om Palam Pati Lama (7x)

Doa Suci Phra Phom:

Om Karabindunatam Uppannam Brohmasaha Patinama Attikappe Su, A, Kato Pancapatunam Tisva Namo Buddhaya Vandanam.
Siddhi Kiccam, Siddhi Kammam, Siddhi Kariya Tadakato, Siddhi Teco Jayoniccam, Siddhi Ladho Nirantaram Sabba Kammam Pra Siddhime, Sabba Siddhi Bhawantu Me.

Mantra Phra Phom:

Maha Lapo, Maha Tero, Maha Khong Kha Phan,
Maha Savathit, Maha Sitichai,
Maha Siti Chut, Maha Amalichut,
Om, Si, Siti Ut, Bhavantu Me,
Iti Piso Bhagava, Bhagavan Patik,
Namo Buddhaya, Buddhaya, Buddhaya.

Phra Phrom dalam Buddhisme

[sunting | sunting sumber]

Brahma, dalam agama Buddha, adalah sebutan untuk makhluk dewa terkemuka yang menempati loka brahma (Brahmaloka). Loka brahma merupakan bagian dari kumpulan alam-alam surga. Berbeda dari agama Hindu, brahma tidak pernah diyakini sebagai dewa pencipta dalam kitab-kitab Buddhis awal. Meskipun para brahma mungkin memiliki kesaktian tertentu dan berumur panjang, mereka tidak kekal, tidak Maha Kuasa, dan tidak Maha Sempurna. Dalam tradisi Buddhis, Brahma Sahampati muncul di hadapan Buddha dan memohon kepada-Nya untuk membabarkan Dhamma ketika Buddha telah mencapai kecerahan.

Dengan masuknya Buddhisme ke Thailand, pemaknaan empat wajah brahma diinterpretasi ulang agar sesuai dengan ajaran Buddha, bukan ajaran Hindu, menjadi pemaknaan empat sifat luhur (Brahmavihāra), yaitu cinta kasih (mettā), belas kasih (karuṇā), simpati (mudita), dan ketenangan batin (upekkhā).

Tempat pemujaan

[sunting | sunting sumber]

Contoh perwujudan Brahma sebagai Phra Phrom yang paling terkenal adalah patung di Kuil Erawan, Bangkok.[6] Selain itu, Gedung Pemerintahan Thailand juga memiliki sebuah patung Phra Phrom.

Kuil Erawan yang terletak di persimpangan Jalan Ratchadamri dan Phloen Chit, Bangkok, dibangun pada tahun 1956. Bangunan hotel sekarang sudah tidak ada, tetapi Kuil Erawan masih berdiri hingga sekarang. Setiap tahunnya, kuil ini menjadi salah tujuan wisata yang sangat terkenal hingga ke manca negara.

Candi Angkor Wat di Kamboja memiliki patung raksasa Brahma di bagian dalamnya.

China daratan

[sunting | sunting sumber]
  1. Beijing Lama Temple Yong-woo.
  2. Brand Mall di Pudong, Shanghai Shenzhen.
  3. Kuil Hongfa.

Hong Kong dan Macao

[sunting | sunting sumber]
Patung Phra Phrom dari Koon Ngam Ching Yuen, Sha Tin, Hong Kong
Patung Phra Phrom di Chuk Lam Sim Monastery, Fu Yung Shan, Tsuen Wan, Hong Kong
Phra Phrom di Ten Thousand Buddhas Monastery, Sha Tin, Hong Kong

Altar di Hongkong:

  1. Kowloon, Kowloon City, South Road, No. 27, Asian Merciful Buddha altar
  2. New Territories, Sha Tin, Tai Wai, Che Kung Miu Road, the ancient rock Nunnery
  3. New Territories, Sha Tin, Pai Tau Village, Ten Thousand Buddhas Monastery
  4. New Territories, Tsuen Wan, Fu Yung Shan Tsuen, Chuk Lam Sim
  5. New Territories, Tsuen Wan, Cheung Pei Shan Road, Pei Chun, Yuxia Court

Altar di Macau:

  1. Taipa, Macau Jockey Club
Kuil Simianshen (四面神) di Changhua, Taiwan.

Taiwan memiliki banyak tempat pemujaan untuk She Mien Fo.

Taipei / Keelung

[sunting | sunting sumber]
  1. Erawan Changchun Road, Taipei. Pemujaan Si Mien Fo pertama di Taiwan
  2. Wanhua Erawan: Fumin Road, Wanhua District, Taipei City, No. 75
  3. Linsen Erawan: Taipei Linsen North Road, persimpangan Wuchang Street
  4. Taipei Buddha first round Erawan: Zhongxiao East Road, Taipei, No. 50, Lane 223, Sec.
  5. Taipei Zhongshan Erawan: Jinzhou Street, Taipei 136, 1st Floor, Jinzhou Street, persimpangan Central Street
  6. Jizo Buddha Temple, Taipei City: Taipei Shihlin District No. 189 Yanping N.
  7. Songshan District, Nanjing East Road No. 63, lantai 13
  8. Pro Scotia Taipei Buddha: persimpangan Minsheng Road, Minsheng East Road, No. 80
  9. Taipei MRT Jingan, stasiun MRT di New Taipei District No. 381 Jing Ping Road
  10. Xinzhuang District, New Taipei City Siyuan Road 123
  11. Keelung Erawan: Shung Road, Keelung District No. 95, Alley 30, Lane 112

Daerah Tao Zhumiao

[sunting | sunting sumber]
  1. Chungli Erawan: Zhongli City, Taoyuan County, North Road, Sec 122-1
  2. Chungli charity Erawan: Zhongli City, Taoyuan County Cihui Third Street, 1st Floor, No. 14
  3. Nanchow Erawan: Industrial Zone, Taoyuan County Road 35 Xingbang
  4. Fukuyama Pavilion Erawan: Taoyuan County Road 1485
  5. Taoyuan County Township Village 13, Tsinghua Peishih the 8th
  6. Neili Renai Road Erawan: Zhongli City, Taoyuan County 185
  7. Hsinchu ZTE Erawan: Hsinchu Linsen Road 32
  8. Hsinchu Buddha Erawan: Hsinchu Lutheran Street 41
  9. Hsinchu Putian Palace Erawan: Hsinchu Summit Road No. 306
  10. Hsinchu Baoshan Erawan: Baoshan Township, Hsinchu County, Baoshan Village Osaki No. 87
  11. Hsinchu County town Chaoyin Si Erawan: Hsinchu County Town Feng Rd No. 10, Lane 80
  12. Hsinchu County Dongfeng Road No. 29, Lane 446
  13. Miaoli Flaming Mountain Erawan
  14. Mingde Reservoir di Miaoli: Matilda Township, Desa Miaoli County

Distrik Zhongzhang Tou

[sunting | sunting sumber]
  1. Kuil Buddha Shochiku Lu Jin Sheng: Taichung City Shochiku Road 34, Lane 471, persimpangan Jalan Alley dan Peitun
  2. Kuil Taichung Erawan: Dadun 19th Street, Taichung, Taiwan No. 66
  3. Taichung Wenhua Road 150, Lane No. 23
  4. Taichung Feng Chia Wenhua Road Plaza, Wen Hua Road No. 23, Lane 150,
  5. Changhua Pai di Jalan Pai, Section 480
  6. Changhua Tianwei Erawan Place: Tianwei Township, seksi Changhua County dari Jalan Nasional No. 156
  7. Puli Township, Nantou County, No. 83 Zhongshan Road, Sec.

Southwest Pingtung

[sunting | sunting sumber]
  1. Grass Village Township in Yunlin Caoling 17-1
  2. Chiayi City Wing Road No. 351
  3. Tainan Chongming Road 41
  4. Wing Tai Yongkang City, Tainan 209, Sec.
  5. Tainan Baihe District Volcano Road

Indonesia

[sunting | sunting sumber]
Patung raksasa She Mien Fo berlapis emas di Sanggar Agung, Surabaya
  1. Kelenteng Buddha Dharma, Jl. Raya Darmo Permai III No. 91, Kota Surabaya
  2. Klenteng Sanggar Agung, Jalan Kenjeran No. 100, Kota Surabaya
  3. TITD Hu Tang Miao, Jl. Ikan Gurami No. 1, Kota Banyuwangi, Banyuwangi
  4. Vihara Chi Kung Dang, Kota Surabaya
  5. Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa, Kampung Cibutun RT. 43 RW. 12, Blok Citaringgul, Desa Kertajaya/Loji, Kecamatan Simpenan, Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa barat
  6. Vihara Vajra Bumi Nusantara, Jl. Villa Permata, Lippo Karawaci-Tangerang, Banten 15810
  7. Vihara Vipassana Graha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat
  8. Vihara Siddharta, Jl. Manunggal V No. 9 Pondok Aren, Tangerang selatan.
  9. TITD Sin Shen Tau, Jl. Tribrata No. 759 RT.13 RW. 04 KM 3,5 Kota Palembang, Sumatera Selatan.
  10. Vihara Dewa Thay Siong Lo kun , Medan , Sumatera Utara , Jalan Meranti , Sekip.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  • 〈走近泰國四面佛〉,Author:吳聖揚,《世界宗教文化》Januari 2009.
  1. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-04-08. Diakses tanggal 2013-06-30. 
  2. ^ Thera, Dhammadiro (2005-01-05). "Polemik Brahmarupa". Samaggi Phala. Diakses tanggal 2024-08-27. 
  3. ^ Peter Harvey (2013). An Introduction to Buddhism: Teachings, History and Practices. Cambridge University Press. hlm. 37–38. ISBN 978-0-521-85942-4. 
  4. ^ "Ayacana Sutta: The Request". www.accesstoinsight.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-01-08. 
  5. ^ Robert E. Buswell Jr.; Donald S. Lopez Jr. (2013). The Princeton Dictionary of Buddhism. Princeton University Press. hlm. 141–142. ISBN 978-1-4008-4805-8. 
  6. ^ a b c d e Bangkok-traveltips. Erawan Shrine Diarsipkan 2009-05-23 di Wayback Machine.
  7. ^ a b 唐卡中的梵天頭及白描圖 [1] Diarsipkan 2013-09-26 di Wayback Machine.
  8. ^ 中、印、泰三國對四面佛的理解 [2] Diarsipkan 2013-10-16 di Wayback Machine.
  9. ^ a b c d e Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama oocities
  10. ^ a b c d 走近泰國四面佛. September 2010. [3] Diarsipkan 2011-04-14 di Wayback Machine.
  11. ^ a b c d Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama bhikkhu

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]