Sidomulyo, Ambal, Kebumen
Pada masa kepemimpinan raja Mataram sekitar tahun 1700-an Kerajaan Mataram kemasukan berandal atau musuh yang sangat hebat, karena hebatnya musuh yang mengganggu ketentraman Kerajaan Mataram sehingga banyak raja-raja Mataram (Wong Agung) yang lari dari Kerajaan Mataram.Tujuan dan arahnya jelas tidak menentu (langlang buana), salah satunya lari ke wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Desa Sidomulyo.Konon ceritanya yang masuk Desa Sidomulyo seorang perempuan yang bernama Ndoro Behi.Pada saat Ndoro Behi masuk ke Desa Sidomulyo keadaannya masih alas atau hutan banyak hewan buas dan ganas. Setelah menempati bertahun-tahun Ndoro Behi membuka hutan Sidomulyo dengan cara membakar dan jadilah lahan tanah yang makmur antara lain menjadi lahan pertanian, tanaman-tanaman yang ditanam antara lain polopendem atau tanaman yang buahnya di dalam tanah, pologumantung atau tanaman yang buahnya menggantung.Karena banyaknya tanaman yang ditanam menghasilkan buah dan bisa dikonsumsi oleh manusia maka kehidupan pada masa itu menjadi mulyo.Jadi, Ndoro Behi benar-benar seorang keturunan Mataram yang sakti mandraguna, seorang perempuan yang pada waktu itu menempati hutan yang banyak Pohon Popohan sehingga jadilah Pedukuhan Popoh. Dari berbagai sumber yang didapat bahwa keberadaan Dukuh Popoh pada jaman Kerajaan Majapahit adalah salah satu tempat yang digunakan untuk peristirahatan yang dilakukan oleh Wong Agung Mataram.Sehingga sampai saat ini oleh masyarakat diyakini sebagai Makam Pepunden atau Pendiri Desa.Apabila masyarakat melakukan ziarah ke Makam Ndoro Behi sepulangnya mengadakan ritual selamatan dengan berbagai macam seperti Giling Pitu, Gecok Pitik, dan lain-lain.Menurut cerita bahwa selamatan itu adalah makanan yang dulu sering di hidangkan pada saat Ndoro Behi singgah di wilayah Sidomulyo. Di dalam kepemerintahan Ndoro Behi mempunyai seorang ksatria keturunan Mataram yang gagah berani mengarungi hutan-hutan untuk mengantarkan upeti atau pajak ke Kerajaan Mataram.Seorang ksatria itu tinggal dan menetap di Desa Sidomulyo yang bernama Ki Demang Keti Leksono.Sehingga pada jaman itu karena kemuliaan dari Ndoro Behi yang selalu mengantarkan upeti atau pajak ke Kerajaan Mataram maka pada waktu itu karena yang tadinya hutan belantara dan menjadi makmur, maka jadilah Desa Sidomulyo. Makam Ndoro Behi selalu di datangi peziarah dari masyarakat Sidomulyo yang setiap akan mempunyai hajatan, sebagai rasa syukur dan ngabekti pada Pendiri desa.Makam Ndoro Behi akan ramai pada bulan-bulan Syuro, Sya’ban, Ramadhan, dan hari Kamis malam Jum’at untuk mendoakan ke Ndoro Behi.
Sumber : https://sidomulyo.kec-ambal.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/4/104
Sidomulyo | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Kebumen | ||||
Kecamatan | Ambal | ||||
Kode pos | 54392 | ||||
Kode Kemendagri | 33.05.07.2025 | ||||
Luas | 139,525 ha | ||||
Jumlah penduduk | 1896 jiwa / 2020 | ||||
|
Sidomulyo adalah sebuah desa di kecamatan Ambal, Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Indonesia) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-145 Tahun 2022 tentang Pemberian dan Pemutakhiran Kode, Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, dan Pulau tahun 2021
- (Indonesia) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
- (Indonesia) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan