Lompat ke isi

Kabupaten Sidenreng Rappang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Sidrap)
Kabupaten Sidenreng Rappang
PLTB Sidrap
PLTB Sidrap
Lambang resmi Kabupaten Sidenreng Rappang
Julukan: 
Bumi Nene' Mallomo[1]
Motto: 
Resopa Tammangingngi Malomo Nalatei Pammase Dewata
Peta
Peta
Kabupaten Sidenreng Rappang di Sulawesi
Kabupaten Sidenreng Rappang
Kabupaten Sidenreng Rappang
Peta
Kabupaten Sidenreng Rappang di Indonesia
Kabupaten Sidenreng Rappang
Kabupaten Sidenreng Rappang
Kabupaten Sidenreng Rappang (Indonesia)
Koordinat: 3°54′S 119°48′E / 3.9°S 119.8°E / -3.9; 119.8
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Selatan
Tanggal berdiri18 Februari 1344 (Hari Lahir)
18 Februari 1960
Ibu kotaPangkajene
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 11
  • Kelurahan: 105
Pemerintahan
 • BupatiIdham Kadir (Pj.)
 • Wakil Bupatilowong
 • Sekretaris DaerahBasra
 • Ketua DPRDRuslan
Luas
 • Total1.102,10 km2 (425,52 sq mi)
Populasi
 (30 Juni 2024)[2][3]
 • Total330.198
 • Kepadatan300/km2 (780/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 91,23% Islam
  • 8,45% Hindu
 • IPMKenaikan 74,38 (2023)
tinggi[4]
Zona waktuUTC+08:00 (WITA)
Kode pos
Kode BPS
7314 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0421
Kode ISO 3166ID-SN
Pelat kendaraanDP xxxx
Kode Kemendagri73.14 Edit nilai pada Wikidata
Kode SNI 7657:2023SDR
APBDRp 1.203.440.000.000,00- (2023)[6]
PADRp 176.650.000.000,00- (2023)[6]
DAURp 603.941.085.000,00- (2023)
DAKRp 242.987.251.000,00- (2023)
Situs webwww.sidrapkab.go.id


Kabupaten Sidenreng Rappang (Bugis: ᨓᨊᨘᨓ ᨔᨗᨉᨙᨋᨙ ᨑᨄ) adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Pangkajene Sidenreng. Kabupaten Sidenreng Rappang memiliki luas wilayah 1.102,10 km2 dan berpenduduk sebanyak 330.198 jiwa, pada pertengahan tahun 2024.[2][3]

Berdasarkan Lontara’ Mula Ri Timpakenna Tana’e Ri Sidenreng, dikisahkan tentang seorang raja bernama Sangalla. Ia adalah seorang raja di Tana Toraja. Konon, Sangalla memiliki sembilan orang anak yaitu La Maddarammeng, La Wewanriru, La Togellipu, La Pasampoi, La Pakolongi, La Pababbari, La Panaungi, La Mampasessu, dan La Mappatunru. Sebagai saudara sulung, La Maddaremmeng selalu menekan dan mengintimidasi kedelapan adik-adiknya, bahkan daerah kerajaan adik-adiknya ia rampas semua. Karena semua adiknya tidak tahan lagi dengan perlakuan kakaknya, mereka pun sepakat meninggalkan Tana Toraja.[7]

Karena perjalanan yang melelahkan, mereka kehausan lalu mencari jalan ke tepi genangan air di pinggir danau. Namun, danau itu ternyata berada di hutan yang lebat, sehingga sulit bagi mereka untuk mencapainya. Karena harus menembus semak belukar yang lebat, mereka pun sirenreng-renreng (saling berpegangan tangan).Sesampainya di sana, mereka minum sepuas-puasnya dan duduk beristirahat kemudian mandi. Setelah itu, mereka berdiskusi bertukar pikiran tentang nasib yang mereka jalani. Akhirnya, mereka sepakat untuk bermukim di tempat itu. Di sanalah mereka memulai kehidupan baru untuk bertani, berkebun, menangkap ikan, dan beternak. Semakin hari, pengikut-pengikutnya pun semakin banyak. Tempat itulah yang kemudian dikenal “Sidenreng“, yang berasal dari kata sirenreng-renreng mencari jalan ke tepi danau, dan danau itulah yang sekarang dikenal dengan danau Sidenreng. Dari situ, terbentuk kerajaan Sidenreng.

Menurut sejarah, Sidenreng Rappang awalnya terdiri dari dua kerajaan, masing-masing Kerajaan Sidenreng dan Kerajaan Rappang. Kedua kerajaan ini sangat akrab. Begitu akrabnya, sehingga sulit ditemukan batas pemisah. Bahkan dalam urusan pergantian kursi kerajaan, keduanya dapat saling mengisi. Seringkali pemangku adat Sidenreng justru mengisi kursi kerajaan dengan memilih dari komunitas orang Rappang. Begitu pula sebaliknya, bila kursi Kerajaan Rappang kosong, mereka dapat memilih dari kerajaan Sidenreng. Itu pula sebabnya, sulit untuk mencari garis pembeda dari dua kerajaan tersebut. Dialek bahasanya sama, bentuk fisiknya tidak beda, bahasa sehari-harinya juga mirip. Kalaupun ada perbedaan yang menonjol, hanya dari posisi geografisnya saja. Wilayah Rappang menempati posisi sebelah Utara, sedangkan kerajaan Sidenreng berada di bagian Selatan.

Kedua kerajaan tersebut masing-masing memiliki sistem pemerintahan sendiri. Di kerajaan Sidenreng kepala pemerintahannya bergelar Addatuang. Pada pemerintahan Addatuang, keputusan berasal dari tiga sumber yaitu, raja, pemangku adat dan rakyat. Sedangkan di Kerajaan Rappang rajanya bergelar Arung Rappang dan menyandarkan sendi pemerintahanya pada aspirasi rakyat. Demokrasi sudah terlaksana pada setiap pengambilan kebijakan. Demokrasi bagi kerajaan Rappang adalah sesuatu yang sangat penting, salah satu bentuk demokrasinya adalah penolakan diskriminasi gender. Perbedaan gender tidak menjadi masalah, khususnya bagi kaum wanita untuk meniti karier sebagaimana layaknya kaum pria. Buktinya, adalah emansipasi wanita sudah ditunjukkan dengan seorang perempuan yang menjadi rajanya, yaitu Raja Dangku, raja kesembilan yang terkenal cerdas, jujur, dan pemberani. Wanita yang kemudian dikenal sukses menjalankan roda pemerintahan di zamannya.

Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Pada saat pengakuan kedaulatan republik Indonesia oleh Belanda tanggal 27 Desember 1949, berakhirlah dinasti Kerajaan Sidenreng dan Kerajaan Rappang. Setelah kemerdekaan, kerajaan Sidenreng lebih awal menunjukkan watak nasionalismenya dengan bersedia melepaskan sistem kerajaan mereka meskipun sistem itu sudah berlangsung lama, sampai 21 kali pergantian pemimpin. Mereka memilih berubah dan menyatu dengan pola ketatanegaraan Indonesia. Kerajaan akhirnya melebur menjadi Kabupaten Sidenreng Rappang, dengan bupati pertamanya H. Andi Sapada Mapangile dan untuk pertama kalinya dalam sejarah pemerintahan Sidenreng Rappang dilakukan pemilihan umum untuk memilih bupati secara langsung pada tanggal 29 Oktober 2008 lalu.

Batas Wilayah

[sunting | sunting sumber]

Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

Utara Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Pinrang
Timur Kabupaten Luwu dan Kabupaten Wajo
Selatan Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Barru
Barat Kota Parepare dan Kabupaten Pinrang

Topografi

[sunting | sunting sumber]
Kawasan perbukitan di Kecamatan Pitu Riase

Kabupaten Sidenreng Rappang terletak di diantara 30°43’ – 40°09’ Lintang Selatan dan 119°041’ – 120°010’ Bujur Timur. Kabupaten Sidenreng Rappang terletak pada ketinggian antara 10 m – 3.000 m dari permukaan laut (Mdpl) dengan puncak tertinggi berada di Gunung Botto Tallu (3.086 Mdpl). Keadaan Topografi wilayah di daerah ini sangat bervariasi berupa wilayah datar seluas 879.85 km² (46.72%), berbukit seluas 290.17 km² (15.43%) dan bergunung seluas 712.81 km2 (37.85%). Wilayah datar berada di bagian selatan dan barat. Wilayah perbukitan berada di bagian utara dan timur terutama di Kecamatan Pitu Riawa dan Kecamatan Pitu Riase. Di wilayah dataran rendah terdapat dua danau yaitu Danau Tempe dan Danau Sidenreng.

Hidrologi

[sunting | sunting sumber]

Pada wilayah Kabupaten Sidenreng Rappang, terdapat 38 sungai yang mengaliri berbagai Kecamatan. Di Kecamatan Panca Lautang terdapat 6 (enam) aliran sungai sepanjang 33,75 Km, Kecamatan Tellu Limpoe dengan panjang 18 Km, Kecamatan Watang Pulu dengan panjang 39 Km, Kecamatan Baranti dengan panjang 15 Km, Kecamatan Panca Rijang dengan panjang 19,55 Km, Kecamatan Kulo dengan panjang 25,7 Km, Kecamatan Maritengngae dengan panjang 5 Km, Kecamatan Dua Pitue dengan panjang 68,46 Km sehingga merupakan Kecamatan yang memiliki aliran sungai terpanjang di Kabupaten Sidenreng Rappang. Sedangkan di Kecamatan Pitu Riawa dengan panjang 7,5 Km. Sejumlah sungai besar yang ada di Kabupaten Sidenreng Rappang antara lain Sungai Bila, Sungai Bulucenrana, Sungai Betao, Sungai Sidenreng, Sungai Bulete dan lainnnya.

Pemerintahan

[sunting | sunting sumber]

Bupati yang menjabat saat ini di Sidenreng Rappang ialah Dollah Mando, bersama wakil bupati, Mahfud Yusuf. Mereka menjadi pasangan bupati dan wakil bupati terpilih pada pemilihan umum Bupati Sidenreng Rappang 2018. Kemudian dilantik oleh gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah, pada 31 Desember 2018 di Kota Makassar.[8] Jabatan mereka berakhir pada 30 Desember 2023. Selanjutnya, pada 31 Desember 2023, penjabat gubernur Sulawesi Selatan, Bahtiar, melantik Basra sebagai penjabat bupati Sidenreng Rappang.[9]

No Bupati Mulai menjabat Akhir menjabat Wakil Bupati
(-) Idham Kadir 20 Desember 2024 Petahana Lowong

Dewan Perwakilan

[sunting | sunting sumber]


Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Sidenreng Rappang dalam dua periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014–2019 2019–2024
PKB Steady 1 Penurunan 0
Gerindra Kenaikan 3 Kenaikan 4
PDI-P Steady 0 Kenaikan 1
Golkar Kenaikan 9 Penurunan 5
NasDem (baru) 4 Kenaikan 8
PKS Kenaikan 4 Steady 4
Perindo (baru) 1
PPP Kenaikan 2 Kenaikan 4
PAN Steady 3 Penurunan 2
Hanura Kenaikan 2 Penurunan 0
Demokrat Penurunan 4 Steady 4
PBB Penurunan 2 Penurunan 1
PKPI (termasuk PKP) Steady 1 Steady 1
Jumlah Anggota Kenaikan 35 Steady 35
Jumlah Partai Penurunan 11 Steady 11

Kecamatan

[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Sidenreng Rappang terdiri dari 11 kecamatan, 38 kelurahan dan 68 desa. Pada tahun 2017, kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.883,23 km² dan jumlah penduduk sebesar 310.493 jiwa dengan sebaran penduduk 165 jiwa/km².[10][11]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Sidenreng Rappang, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Jumlah Desa Status Daftar
Desa/Kelurahan
73.14.04 Baranti 5 4 Desa
Kelurahan
73.14.09 Duapitue 2 8 Desa
Kelurahan
73.14.06 Kulo 6 Desa
73.14.07 Maritengngae 7 5 Desa
Kelurahan
73.14.01 Panca Lautang 3 7 Desa
Kelurahan
73.14.05 Panca Rijang 4 4 Desa
Kelurahan
73.14.11 Pitu Riase 1 11 Desa
Kelurahan
73.14.10 Pitu Riawa 2 10 Desa
Kelurahan
73.14.02 Tellu Limpoe 6 3 Desa
Kelurahan
73.14.03 Watang Pulu 5 5 Desa
Kelurahan
73.14.08 Watang Sidenreng 3 5 Desa
Kelurahan
TOTAL 38 68


Demografi

[sunting | sunting sumber]

Jumlah penduduk Kabupaten Sidenreng Rappang sebanyak 321.615 jiwa pada tahun 2022. Penduduk asli Kabupaten Sidenreng Rappang adalah Bugis. Sebelum masuknya agama Islam, masyarakat Sidenreng Rappang telah mengenal kepercayaan leluhur yang disebut Tolotang. Agama ini merupakan kepercayaan yang sudah turun temurun dianut oleh masyarakat setempat. Pada masa orde lama, karena pemerintah Indonesia hanya mengakui enam agama resmi, sedangkan agama lokal dikategorikan sebagai Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan penganut agama Tolotang tidak mau disebut sebagai aliran kepercayaan, akhirnya mereka menggabungkan diri dengan Agama Hindu. Sejak itu, kepercayaan ini juga dikenal dengan nama Hindu Tolotang. Sama halnya dengan agama Kaharingan suku Dayak yang juga bergabung dengan Hindu, sehingga dikenal dengan Hindu Kaharingan.[12]

Saat ini, mayoritas penduduk Sidenreng Rappang menganut agama Islam. Penganut agama Hindu menjadi agama terbesar kedua. Sebagian kecil lainnya menganut agama Kristen. Data dari Kementerian Dalam Negeri per 30 Juni 2024, penduduk yang beragama Islam sebanyak 91,23%. Kemudian penganut agama Hindu sebanyak 8,45%, dan selebihnya penduduk yang beragama Kekristenan sebanyak 0,32%, Protestan sebanyak 0,26% dan Katolik sebanyak 0,06%. Kurang dari 0,01% sebagain kecil menganut agama Buddha.[2][13]

Bahasa resmi instansi pemerintahan di Kabupaten Sidenreng Rappang adalah bahasa Indonesia. Menurut Statistik Kebahasaan 2019 oleh Badan Bahasa, terdapat satu bahasa daerah di Kabupaten Sidenreng Rappang,[14] yaitu bahasa Bugis (khususnya dialek Sidenreng Rappang).[15]

Pertanian

[sunting | sunting sumber]
Hamparan sawah di Desa Kalosi, Kecamatan Duapitue

Kabupaten Sidenreng Rappang merupakan salah satu sentra penghasil beras di Sulawesi Selatan. Hal ini terutama didukung oleh jaringan irigasi teknis yang mampu mengairi sawah sepanjang tahun. Beberapa jaringan irigasi yang ada di Sidenreng Rappang antara lain:

  1. Jaringan Irigasi Bulu Cenrana, mengairi 6000 hektare sawah
  2. Jaringan Irigasi Bila, mengairi 5400 hektare sawah
  3. Jaringan Irigasi Bulu Timoreng, mengairi 5400 hektare sawah

Selain penghasil utama beras di Indonesia Bagian Timur, daerah ini juga merupakan penghasil utama telur ayam dan telur itik di luar Pulau Jawa. Komoditas pertanian lainnya adalah kakao, kopra, mete dan kemiri serta hasil hutan berupa kayu dan rotan.

Pariwisata

[sunting | sunting sumber]
Taman wisata Puncak Bila Riase

Kabupaten Sidenreng Rappang memiliki beberapa tempat wisata antara lain:

  1. Taman Wisata Puncak Bila: Merupakan sebuah Taman wisata air dengan wahana sepeda air, perahu kano, aqua bikes, flying fox, Motor ATV, pemancingan, waterboom, dan lain-lain.
  2. Cekdang: Adalah salah satu tempat rekreasi yang baik untuk keluarga karena memiliki tempat memancing ikan, kafe-kafe, tempat untuk memberi makan ikan di Kelurahan Batu, Kecamatan Pituriase.
  3. Danau Sidenreng
  4. Mojong

Transportasi

[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Sidenreng Rappang berjarak ± 200 km dari Makassar dan terletak di persimpangan antara jalur ke Palopo dan Toraja. Untuk menuju daerah ini bisa menggunakan bus jurusan Palopo atau Toraja, mobil penumpang umum (Toyota Kijang, Suzuki APV, Isuzu Panther) dan minibus.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Setyaningrum, Puspasari (8 Maret 2022). "6 Fakta Kabupaten Sidrap, dari Julukan Bumi Nene Mallomo hingga Lokasi Kincir Angin Raksasa Pemanen Listrik". regional.kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-27. Diakses tanggal 12 September 2023. 
  2. ^ a b c d "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2024" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 20 Agustus 2024. 
  3. ^ a b "Kabupaten Sindenreng Rappang Dalam Angka 2023" (pdf). www.sidrapkab.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-20. Diakses tanggal 20 Juli 2023. 
  4. ^ "[Metode Baru] Indeks Pembangunan Manusia menurut Kabupaten/Kota (Umur Harapan Hidup Hasil Long Form SP2020) 2021-2023". www.sulsel.bps.go.id. Diakses tanggal 20 Agustus 2024. 
  5. ^ Ainun, Nur (4 Februari 2023). "Kode Provinsi Sulawesi Selatan Lengkap 24 Kabupaten/Kota". www.detik.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-05. Diakses tanggal 10 Agustus 2023. 
  6. ^ a b Tim redaksi djpk.kemenkeu.go.id (2023). "APBD Tahun Anggaran 2023 Kabupaten Sidenreng Rappang". djpk.kemenkeu.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-11. Diakses tanggal 10 Agustus 2023. 
  7. ^ Lontara’ Mula Ri Timpakenna Tana’e Ri Sidenreng halaman 147.
  8. ^ Syah, M. Haris (31 Desember 2018). Wardana, Anita Kusuma, ed. "Data Diri Bupati dan Wakil Bupati Sidrap Periode 2018-2023". Tribun Timur. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-01. Diakses tanggal 7 Agustus 2023. 
  9. ^ "Bahtiar Resmi Lantik Pj Bupati Sidrap - Jeneponto, Minta Fokus Pemilu Inflasi". www.detik.com. Diakses tanggal 12 Maret 2024. 
  10. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  11. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  12. ^ La panaungi, Pendiri Toani Tolotang, www.rappang.com
  13. ^ "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kabupaten Sidenreng Rappang". www.sp2010.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-17. Diakses tanggal 12 Juni 2020. 
  14. ^ Statistik Kebahasaan 2019. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan. 2019. hlm. 11. ISBN 9786028449182. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-30. Diakses tanggal 2020-05-24. 
  15. ^ "Bahasa di Provinsi Sulawesi Selatan". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-13. Diakses tanggal 23 Mei 2020. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]