Soemino Eko Saputro
Soemino Eko Saputro | |
---|---|
Direktur Jenderal Perkeretaapian ke-1 | |
Masa jabatan 2005–2007 | |
Menteri | |
Pendahulu Jabatan baru Pengganti Wendy Aritenang Yazid | |
Direktur Utama Perusahaan Umum Kereta Api ke-17 | |
Masa jabatan 27 Januari 1995 – 3 September 1998 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 10 September 1947 Delanggu, Klaten, Jawa Tengah, Indonesia |
Orang tua |
|
Almamater | |
Pekerjaan | Rekayasawan perkeretaapian |
Sunting kotak info • L • B |
Dr. Ir. Soemino Eko Saputro, M.M., I.P.U., ASEAN Eng. (lahir 10 September 1947) adalah teknokrat dan rekayasawan perkeretaapian Indonesia. Ia menjabat sebagai Direktur Jenderal Perkeretaapian pada saat pertama kali dibentuk, tepatnya pada 2005–2007. Sebagai teknokrat, ia memiliki fokus pada pengembangan perkeretaapian (transportasi rel) di Indonesia dan pernah menjabat sebagai Direktur Utama Perumka pada tahun 1995–1998. Ia saat ini menjadi Kepala Program Studi Rekayasa Infrastruktur dan Lingkungan bidang Perkeretaapian di Institut Transportasi dan Logistik Trisakti.
Kehidupan awal
[sunting | sunting sumber]Soemino Eko Saputro lahir pada 10 September 1947 dari pasangan Partodihardjo (ayah) dan Asih (ibu). Kedua orang tuanya hidup sederhana sebagai seorang petani, tinggal di Delanggu, sebuah kecamatan di timur Kabupaten Klaten, yang terkenal dengan industri beras. Partodihardjo bertugas mengolah sawah, sedangkan Asih menjual berasnya. Keluarganya menjual beras ke luar wilayah Klaten, dan bahkan sampai Jakarta dengan diangkut menggunakan kereta api. Saputro kecil belum memiliki bayangan bahwa di masa yang akan datang, ia akan bekerja di sektor perkeretaapian.[1]
Saputro menjalani pendidikan SR di Delanggu, SMP, dan SMA di Surakarta (SMA Negeri 3 Surakarta), dan melanjutkan ke perguruan tinggi dengan masuk program studi S1 Teknik Sipil, di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan lulus tahun 1976. Ia sendiri memilih kuliah di Surabaya alih-alih di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, karena menurutnya di Surabaya, orang-orangnya pemberani dan sangat suka mengakrabkan diri. Ia menetap di sana antara tahun 1968 hingga 1975 dan sempat nyaris diberhentikan sebagai mahasiswa. Ia akhirnya lulus pada 1976 dan mendapat gelar sarjana teknik (Ir.).[1]
Karier
[sunting | sunting sumber]Berkarier di PJKA
[sunting | sunting sumber]Setelah lulus dari ITS, Saputro berkesempatan untuk ikatan dinas di beberapa BUMN dan lembaga pemerintahan. Awalnya, ia ditawari untuk berkarier di Pertamina, Semen Gresik, dan Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Ia sendiri hampir menandatangani kontrak di Semen Gresik, tetapi ia justru menjatuhkan pilihannya kepada PJKA. Di masa itu, gajinya dicicil dua kali. Sebagai pembanding, di Departemen Pekerjaan Umum, seorang insinyur mendapat posisi yang bagus, karena proyek pembangunannya gencar dilaksanakan. Akibatnya, timbul persaingan di kalangan sarjana teknik dalam PU. Sebelum menandatangani kontrak di Semen Gresik, ia sempat menanyakan kepada seorang pegawai PJKA, terkait prospek kereta api. Menurut seorang pegawai tersebut, PJKA merupakan sebuah perusahaan milik pemerintah, yang sangat dibutuhkan oleh rakyat. Di masa itu, PJKA belum banyak pegawainya yang lulus sarjana; sehingga menurut pegawai itu, prospek kariernya lebih besar.[2]
Di masa-masa awalnya, Saputro sempat diledek teman-temannya yang saat itu menjalani ikatan dinas, bahwa dirinya akan digaji cicil dua kali jika ia berkarier di PJKA. Namun ia tak patah arang; berkat ketekunannya, ia pun akhirnya mulai bekerja sebagai pegawai tetap pada 1976 setelah setahun menjalani ikatan dinas. Pertama berkarier di PJKA, ia ditempatkan di Subdirektorat Jalan Bangunan, di bawah pimpinan Sayid. Penugasan dilakukan selama enam bulan. Menurut Saputro, Sayid dikenal sebagai sosok yang benar-benar paham mengenai rekayasa jalan rel. Ia hanya menjalani tugas ini selama tiga bulan; berikutnya ia ditempatkan di Surabaya. Belum enam bulan ia berkarier di Surabaya sebagai Pengawas A, ia dipindahkan ke Inspeksi 10 Malang dan menjadi kepala inspeksinya (13 Desember 1977 hingga 17 Oktober 1978).[2]
Karena memiliki rekam jejak yang baik, Saputro akhirnya dikirim ke Jepang untuk pelatihan bidang perencanaan. Sepulangnya dari Jepang, ia akhirnya dipindah ke Jember dan menjadi kepala IKD 11 Jember (18 Oktober 1978 hingga 29 September 1981). Selama berkarier di Jember, ia kemudian menjabat sebagai Kepala Bagian Jalan dan Bangunan. Kepala PJKA Eksploitasi Timur, Edi Ruslani, menganggap bahwa Saputro dikenal sebagai pribadi yang tegas dan disiplin berkaitan dengan kondisi jalan rel. Bahkan jika menyebabkan gelas penumpang kereta api tumpah sekali pun, ia pun tak segan untuk menegur Kepala Seksi maupun Distrik.[2]
Setelah berkarier di Jember, Saputro pun pindah ke Medan. Ia bertugas di sana sejak 30 September 1981 hingga 3 Januari 1985 sebagai Kepala Bagian Jalan dan Bangunan. Di masa-masa ini, ia dihadapkan dengan tantangan baru. Untuk menjawab tantangan tersebut, ia menjalin hubungan dengan sejumlah prajurit dan perwira Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), termasuk dengan Pangdam, Kasdam, dan lain-lain. Selanjutnya ia dipindah ke Kota Bandung, sebagai Kepala Seksi Konstruksi.[3]
Setelah lama berkarier di Bandung, ia pun pindah lagi, kali ini ke Sumatera Barat. Pada waktu itu, terjadi banjir bandang yang melanda wilayah tersebut, menyebabkan terputusnya jalur kereta api di sana. Ia lantas melapor ke Gubernur saat itu, Azwar Anas, dan ia mengatakan bahwa pemulihan jalur kereta api untuk angkutan batu bara akan selesai seminggu. Setelah berhasil memperbaiki jalan rel, pada tanggal 12 Mei 1987, ia diangkat menjadi Kepala Eksploitasi Sumatera Barat hingga 26 Juni 1988. Setelahnya, ia pun kembali ke Bandung, dan menjadi penanggung jawab sementara Direktur Teknik sejak 27 Juni 1988. Jabatan definitifnya mulai diemban pada 15 Juli 1991 (saat itu PJKA telah berubah menjadi Perumka).[4]
Direktur Utama Perumka
[sunting | sunting sumber]Saputro pun akhirnya menjadi Direktur Utama Perumka pada 27 Januari 1995, untuk melanjutkan tugas Anwar Suprijadi.[5] Pada masa kepemimpinannya, ia ingin melanjutkan apa yang diinginkan B. J. Habibie dan Suprijadi, yakni menggagas kereta api yang mengutamakan kecepatan dan kenyamanan perjalanan, dengan kelas eksekutif. Program ini diwujudkan sebagai JB250 (Jakarta–Bandung 2 jam) dan JS950 (Jakarta–Surabaya 9 jam).[6] Program JS950 dan JB250 ini diwujudkan dengan peluncuran kereta api JS950 Argobromo dan JB250 Argogede.[7] Kedua kereta api tersebut diluncurkan oleh Presiden RI kala itu, Soeharto, pada 31 Juli 1995, bertepatan dengan Hari Teknologi Nasional.[8][9]
Hermawan Kartajaya menulis bahwa di bawah Saputro, "Perumka tidak mengurangi KA ekonomi, malah sebaliknya. Namun pada saat bersamaan, Perumka menambah KA untuk pelanggan berorientasi nilai." Perumka, menurutnya, menjadi salah satu perusahaan kereta api di dunia yang meraup untung, karena bisa memberikan nilai bagi pelanggan. Pelanggan premium, khususnya, merupakan pelanggan yang berkontribusi besar bagi untung Perumka. Perumka tidak hanya menjadi berorientasi nilai, tetapi juga berorientasi untuk memperbaiki citra korporatnya. Itulah sebabnya, mengapa KA Argo digagas. Dengan pemasaran yang gencar dilakukan, KA Argo langsung mendapat sambutan hangat dari pasar, dan siap bersaing dengan penerbangan. Ketika nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ambruk sehubungan dengan krisis finansial Asia 1997, sambutan KA Argo bertambah tinggi karena nilai yang ditawarkan menjadi semakin tinggi.[10]
Kurang lebih empat tahun menjabat sebagai Dirut Perumka, Saputro akhirnya berhenti pada 3 September 1998, dan digantikan oleh Edie Haryoto. Ia pun "diparkir sementara" dari jabatannya di Departemen Perhubungan, serta memilih berdagang nasi dan membuka salon. Di samping itu, ia juga membuka rumah makan, yang dikelola oleh istrinya sendiri. Beberapa orang menduga bahwa Saputro berhenti berkarier di sektor transportasi rel, tetapi ia sama sekali tidak mempermasalahkan berhenti ataupun tidak; mengingat masa pensiun PNS adalah 55 tahun. Artinya, ia harus memiliki aktivitas sampingan; yang dapat memungkinkan masyarakat di sekitarnya bisa makan, dan ia sendiri juga bisa menafkahi keluarga. Ia sama sekali tidak memikirkan akan jadi apa ke depannya, tetapi ia ingin bekerja sesuai bidang.[11]
Bisnis salon yang dimiliki oleh Saputro diberi nama Cyberhair Youth Salon, yang terletak di Jalan Bumi 26, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sejumlah artis Indonesia banyak menggunakan jasa salon milik keluarga Saputro, termasuk Agnez Mo, Dewi Sandra, ADA Band, dan Meriam Bellina.[12]
Direktur Jenderal Perkeretaapian
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 2000, ia memperoleh gelar magister manajemennya di STIE-IPWI Jakarta. Tahun 2001, ia bekerja di Dephub sebagai Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Manajemen Transportasi Multimoda hingga 2002, kemudian pindah menjadi Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi hingga 2005. Tatkala Hatta Rajasa membentuk Direktorat Jenderal Perkeretaapian (Ditjen KA atau DJKA) pada 5 Agustus 2005, Saputro dipanggil untuk mengisi jabatannya sebagai Dirjen yang pertama.[13] Ia dikenal kreatif dalam merancang program dan selalu memperbaruinya setiap saat. Bahkan saat tengah malam sekali pun, ia tak segan-segan bangun untuk merumuskan ide yang telah muncul di kepalanya untuk dikoordinasikan dengan teman sejawatnya. Ia dijuluki "Dirjen yang Tak Pernah Tidur".[14] Di masa-masa jabatannya, DJKA mulai menggagas program prioritasnya: jalur ganda, tiket elektronik, KRL Jabodetabek, KA Bandara Soekarno-Hatta, pembenahan di semua sektor perkeretaapian, serta peningkatan keselamatan.[15]
Jabatannya berakhir pada penghujung 2007 dan digantikan oleh Wendy Aritenang Yazid. Setelah berkarier di DJKA, Saputro masih dipercaya sebagai Stafsus Menhub bidang Perkeretaapian serta Komisaris Utama PT INKA. Pada 2018, ia menjadi Kepala Program Studi Rekayasa Infrastruktur dan Lingkungan di Institut Transportasi dan Logistik Trisakti, dan mendapat gelar doktor dari perguruan tinggi tersebut pada 10 Juli 2024.[16]
Kehidupan pribadi
[sunting | sunting sumber]Saputro menikah dengan Raden Ayu Erna P. tahun 1977, dan dikaruniai dua orang anak: Ferry Eko Ernanto dan Ricky Aprianto.[1]
Kasus
[sunting | sunting sumber]Untuk mewujudkan programnya di sektor pengembangan KRL Jabodetabek, DJKA mendatangkan KRL dari Jepang pada 2006–2007. Saputro, yang saat itu menjadi Direktur Jenderal, mengeklaim KRL tersebut adalah hibah Jepang. Padahal, Pemerintah Jepang saat itu belum merencanakan skema hibah, sehingga Dephub diperintahkan berkoordinasi dengan Japan Railway Technical Services (JARTS). Saputro menunjuk langsung Sumitomo Corporation untuk mengangkut KRL ke Indonesia. Dengan penunjukan langsung, Dephub secara terselubung membeli KRL bekas tersebut. Akhirnya, Sumitomo diperkaya Rp1,8 miliar dan KOG Japan sebesar Rp15 miliar. Total kerugian negara akibat perbuatan Saputro mencapai Rp20 miliar.[17] Pada 28 November 2011, Saputro akhirnya dipenjara selama 3 tahun dan didenda sebesar Rp100 miliar.[18]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c mti/crs-sh-ri. "Anak Petani dari Delanggu" (PDF). Tokoh Indonesia (32): 24–25.
- ^ a b c mti/crs-sh-ri. "Memilih Kereta Api, Bukan Pertamina" (PDF). Tokoh Indonesia. 32: 12–14.
- ^ mti/crs-sh-ri. "Ini Medang Bung!" (PDF). Tokoh Indonesia. 32: 14.
- ^ mti/crs-sh. "Tak Pernah Tidur di Padang" (PDF). Tokoh Indonesia. 32: 15–17.
- ^ mti/crs-sh-ri. "Masa Jaya Kereta Api" (PDF). Tokoh Indonesia. 32: 18–20.
- ^ Sampurno 2021, hlm. 66-67.
- ^ Warta Ekonomi 1998, hlm. 37.
- ^ Hendroprijono, Moch S (July 31, 1995). "Presiden Soeharto Resmikan Sore Ini. KA Argo Bromo dan Argo Gede". Kompas. PT Kompas Media Nusantara.
Kereta-kereta ini, yang akan ditarik oleh lokomotif kuat CC 203 dengan 2.150 tenaga kuda, akan menjalani Jakarta-Surabaya dalam waktu cuma 9 jam. Sementara Argo Gede akan beroperasi antara Bandung-Gambir PP dalam waktu 2 jam 20 menit. Nama awal proyek prestis ini adalah JS-950 untuk Argo Bromo, karena akan diluncurkan pada HUT Ke-50 RI dengan waktu tempuh 9 jam Jakarta-Surabaya, dan JB-250, Jakarta-Bandung 2 jam, bukannya Jakarta-Bandung 2 jam 20 menit.
- ^ Miqdad, Mohammad Fadhiel (2023-08-27). Setiawan, Angga Juli, ed. "Diambil Dari Nama Gunung di Jawa Timur dan Sebuah Bunga, Argo Bromo Anggrek Jadi Kereta Tercepat di Rutenya". MalangNetwork.com. Diakses tanggal 2024-02-08.
- ^ Kartajaya 2004, hlm. 115-117.
- ^ mti/crs-sh-ri. ""Diparkir" dan Jualan Nasi" (PDF). Tokoh Indonesia. 32: 20.
- ^ mti/ri-rh. "Cyber Hair Youth Salon: Pelanggannya Para Selebriti" (PDF). Tokoh Indonesia. 32: 23.
- ^ Sujadi 2016, hlm. 114.
- ^ mti/crs-sh-ri. "Soemino Eko Saputro, Direktur Jenderal Perkeretaapian: Pemimpin yang Tak Pernah Tidur" (PDF). Tokoh Indonesia. 32: 8–10.
- ^ mti/crs-sh. "Revitalisasi Kereta Api" (PDF). Tokoh Indonesia. 32: 32–38.
- ^ developer, mediaindonesia com. "Institut Transportasi dan Logistik Trisakti Luluskan Doktor Pertama". mediaindonesia.com. Diakses tanggal 2024-10-26.
- ^ BeritaSatu.com. "Bekas dirjen perkeretaapian didakwa Korupsi KRL". beritasatu.com. Diakses tanggal 2023-05-26.
- ^ "Eks Dirjen Perkeretaapian Soemino Divonis 3 Tahun Bui". detiknews. Diakses tanggal 2023-05-26.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Kartajaya, H. (2004). Hermawan Kartajaya on Positioning. Bandung: Mizan Pustaka. ISBN 9789794333686.
- Sampurno, F.H. (2021). The Last Chance: kebangkitan industri strategis Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. ISBN 9786022602644.
- Sujadi, Akhmad (2016). Si Ular Besi Antar Jonan jadi Menteri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-602-03-2466-1.
Jabatan pemerintahan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Jabatan baru |
Direktur Jenderal Perkeretaapian 2005–2007 |
Diteruskan oleh: Wendy Aritenang Yazid |
Jabatan bisnis | ||
Didahului oleh: Anwar Suprijadi |
Direktur Utama Perumka 1995–1998 |
Diteruskan oleh: Edie Haryoto |
- Orang hidup berusia 77
- Kelahiran 1947
- Tokoh Jawa
- Direktur Utama Kereta Api Indonesia
- Wirausahawan mode Indonesia
- Wirausahawan Jawa
- Teknokrat Indonesia
- Rekayasawan perkeretaapian
- Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember
- Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI Jakarta
- Koruptor Indonesia
- Dosen Indonesia
- Tokoh dari Klaten
- Tokoh perkeretaapian Indonesia