Telaga Ranjeng
Cagar Alam Telaga Ranjeng (BUKAN UNTUK WISATA) | |
---|---|
Letak | Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Indonesia |
Koordinat | 7°16′33″S 109°06′10″E / 7.275815°S 109.102803°E |
Terletak di negara | Indonesia |
Telaga Ranjeng atau biasa juga diucapkan Telaga Renjeng adalah kawasan cagar alam yang berlokasi di desa Pandansari, kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Telaga ini dibangun pada tahun 1924, berada di bawah kaki Gunung Slamet dan merupakan bagian dari kawasan cagar alam milik Perhutani Pekalongan Timur, Cagar Alam Telogo Ranjeng
Kawasan CA Telogo Ranjeng pertama kali ditunjuk sebagai kawasan cagar alam berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 25 tanggal 11 Januari 1925, seluas 48,5 Ha. Status tersebut telah diperkuat dengan SK Penunjukan Menteri Kehutanan No. SK.3 5 9/MenHut-II/2004 tanggal 1 Oktober 2004.
TELAGA RANJENG BUKAN UNTUK TEMPAT WISATA
Kondisi fisik
[sunting | sunting sumber]CA Telogo Ranjeng termasuk dalam wilayah Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes. Topografi kawasan konservasi ini berbukit , bergelombang , dan pegunungan, dengan keadaan geologinya terdiri dari batuan tertier dan kwarter yang berasal dari gunung berapi, sedangkan jenis tanahnya latosol. Cagar alam ini berada pada ketinggian + 1.600 m di atas permukaan laut dengan temperatur harian berkisar antara 13O-27O C, dengan curah hujan rata-rata 600-1.100 mm/tahun.
Potensi
[sunting | sunting sumber]Flora
[sunting | sunting sumber]CA Telogo Ranjeng mempunyai tipe ekosistem Hutan Hujan Tropika Pegunungan Tinggi dan tipe ekosistem perairan berupa telaga, dengan flora penyusunnya Ande-andean (Antidesma tetrandrum), Anggrung (Trema orientale), Bancetan, Baros (Garcinia sp.), Berasan (Tarenna incerta), Cemara Batu (Casuarina sp.), Cemara Nyamplung (Casuarina sp.), Cengkek (Planchonella obovata), Dempul (Glochidion sp.), Gembleb, Geringging (Weinmannia blumei), Jerukan (Xanthophyllum excelsum), Kayu Putihan, Kebeg (Ficus sp.), Kemiren (Hernandia peltata), Kemiri (Aleurites moluccana), Kemiri Sepet, Kendung (Helicia javanica), Kina (Chinchona sp.), Kopeng (Ficus ribes), Pasang (Quercus sp.), Pelah (Dysoxylum alliaceum), Pinus (Pinus merkusii), Puspa (Schima walichii), Rukem (Flacourtia sp.), Sahang (Schefflera aromatica), Suren (Toona sureni).
Fauna
[sunting | sunting sumber]Keragaman fauna yang ada antara lain Bangau Hitam (Ciconia episcopus), Elang Bido (Spilornis cheela), Burung Sesap Madu (Melliphagidae), Ayam Hutan (Gallus sp.), Bajing (Sundasciurus sp.), Burung Bubut (Centropus sp.), Ciblek (Prinia familiaris), Cici Goci (Cisticola sp.), Gelatik Batu (Parus major), Burung Hantu (Otus sp.), Kacer ( Copsychussa ularis ) , Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Burung Pleci, Plentet (Lanius schach), Prenjak (Prinia subflava), Burung Puyuh (Turnix sp.), Burung Siung (Macronous sp.), Sriti (Collocalia esculenta), Burung Trinil (Tringa sp.), Tengkek (Halcyon chloris), Ikan Lele (Clarias batrachus) dan Wader (Puntius sp.).
Lainnya
[sunting | sunting sumber]Sesuai dengan namanya, di dalam kawasan cagar alam ini terdapat telaga air tawar seluas x 18,5 Ha, yang di dalamnya hidup ikan Lele dengan jumlah tak terhitung, yang menjadi ciri khas CA Telogo Ranjeng. Ikan Lele ini sangat jinak dan akan menyambut tamu yang datang dan mengerubuti makanan yang diberikan. Namun sekarang jumlah ikan lele menjadi sedikit dan berkurangnya jumplah itu oun tidak ada yg bisa memastikan penyebabnya, karena jika ikan lele mati pasti ada bangkainya, dan sekarang ikan penghuni telogo ranjeng adalah ikan mas yang jumlahnya ribuan, sama juga dengan ikan lele ikan mas ini jinak jika ada pengunjung yang datang pasti akan mendekat untuk sekedar minta makan, biasanya pengunjung akan memberikan makanan seperti roti yang di jual di sekitaran telogo. Masyarakat setempat mengkeramatkan ikan Lele tersebut, sehingga tidak ada yang berani mengganggu atau mengambilnya karena barang siapa yang mengambil ikan Lele dari telaga ini akan mendapat musibah.
Mitos
[sunting | sunting sumber]Cagar alam tersebut memiliki luas empat puluh delapan setengah hektare terdiri dari hutan damar dan pinus yang mengelilingi telaga, yang sebelumnya merupakan tempat mandi para tokoh kerajaan di Jawa. Daya tarik dari Telaga Ranjeng adalah udara pegunungan yang sejuk, hutan lindung, cagar alam, serta terdapat beribu-ribu ikan lele yang jinak dan dianggap keramat, yang dianggap sebagai penghuni telaga.[butuh rujukan] Konon ikan lele penunggu Telaga Ranjeng yang memiliki kedalaman tiga meter, hanya bisa diajak bermain -main dan tidak diperkenankan untuk diambil meski hanya satu ekor. Penunggu telaga menceritakan pernah ada seorang wisatawan yang mencoba mengambilnya namun sampai di rumah orang tersebut kemudian sakit-sakitan baru sembuh setelah mengembalikan ikan lele ke Telaga Ranjeng. Benar atau tidaknya cerita tersebut, yang jelas Telaga Ranjeng merupakan aset wisata yang memiliki daya tarik tersendiri sehingga dibutuhkan peran serta masyarakat sekitar dan pemerintah untuk mengembangkan tempat tersebut.[butuh rujukan]