Lompat ke isi

Wikipedia:Artikel pilihan/Usulan/Disetujui/Mei 2019

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
CATATAN PENUTUP

3 pengguna sudah memberikan komentar komprehensif. Hanamanteo Halaman pembicaraan saya 2 Mei 2019 02.12 (UTC)

Diskusi di bawah adalah arsip dari pengusulan artikel pilihan. Terima kasih atas partisipasi Anda. Mohon untuk tidak menyunting lagi halaman ini. Komentar selanjutnya dapat diberikan di halaman pembicaraan artikel.

Artikel ini disetujui.


Pengusul: Glorious Engine (b • k • l) · Status:    Selesai

Artikel biografi soal tokoh penyebaran agama Kristiani di Inggris. --Glorious Engine (bicara) 10 April 2019 10.34 (UTC)[balas]

Komentar dari Mimihitam

[sunting sumber]

Seperti biasa, terjemahan mas Japra Jayapati selalu bermutu tinggi dan sangat enak dibaca.  Mimihitam  10 April 2019 11.15 (UTC)[balas]

Berikut adalah beberapa masukanku (kalau ada yang salah silakan disanggah):

Paragraf pembuka
Tiba di Inggris
Uskup Rochester
  • "Pernyataan hibah yang ditujukan secara langsung kepada orang kudus tertentu semacam ini paralel dengan piagam-piagam lain dari khazanah kepustakaan yang sama" --> boleh tahu maksudnya paralel di sini apa?
  • "Dalam tulisannya pada tahun 1946, sejarawan Wilhelm Levison mempertanyakan autentisitas piagam ini" --> ganti jadi "keaslian"?
  • "dengan maksud mengingatkan orang pada keputusan Eadbald untuk menjadi pemeluk agama Kristen yang baru terjadi di kemudian hari" --> ganti jadi "pada kemudian hari", karena "di" adalah preposisi tempat
  • "John Morris berpendapat bahwa piagam maupun daftar saksinya autentik karena menggunakan gelar-gelar dan frasa-frasa yang tidak lagi digunakan pada tahun 800." --> ganti jadi "sahih"?
  • "Serangan kaum penganut kepercayaan leluhur terhadap agama Kristen selepas kemangkatan Raja Æthelberht pada tahun 616, memaksa Yustus dan Melitus untuk mengungsi ke Galia" --> tidak usah pakai koma
    •  Selesai
  • "Pada tahun 617, kedudukan Yustus selaku Uskup Rochester dipulihkan oleh Raja Kent yang baru" --> dipulihkan lewat intervensi militer, politik, atau gimana? Mungkin perlu diperjelas.
Uskup Agung
Pertanyaan
  • "Penganut kepercayaan leluhur" di sini apakah jadi padanan yang sesuai untuk "paganisme Anglo-Saxon"? Soalnya kalau ditulis begitu, aku berasumsi kalau mereka menyembah roh nenek moyang, sementara yang aku tahu orang-orang Kelt menyembah dewa-dewa. Mungkin bisa diganti jadi "paganisme" saja?
Kelengkapan
  • Di infoboxnya aku lihat Yustus dihormati sebagai santo di Gereja Ortodoks Timur, Gereja Katolik, dan persekutuan gereja-gereja Anglikan, dan ia juga menjadi santo pelindung Kota Volterra di Italia, tetapi keterangan-keterangan ini belum disebutkan di artikelnya. Mungkin bisa ditambahkan bagian baru yang membahas soal ini, seperti kapan dan bagaimana prosesnya? Termasuk juga soal Biara Santo Agustinus menjadi "salah satu tempat ziarah umat Kristen Inggris"

──────────────────────────────────────────────────────────────────────────────────────────────────── Oke, saya baru cross check infonya. Mengenai Biara Santo Agustinus, saya cek disini ternyata biara tersebut jadi tempat ziarah karena kabar mukjizat relik St. Mildred tersebar di seluruh belahan Eropa, bukan karena jasad Yustus dimakamkan disana, jadi keterangan "menjadi salah satu tempat ziarah umat Kristen Inggris." saya sembunyikan saja karena di en.wiki juga nggak disertakan.

Sementara untuk masalah kota Volterra, ternyata yang jadi santo pelindungnya bukan Yustus dari Canterbury tapi Yustus & Klemens yang mana kisah mereka hidup mereka adalah:

In answer to the prayers of Saints Justus and Clement the granaries of Volterra, then besieged by Vandals, were miraculously replenished. The bread was placed on the ground outside the city, which so astonished the Vandals that they left. The two saints are shown at the city gates dispensing bread.

Selain itu hari raya Yustus & Klemens itu 5 Juni, sementara Justus dari Canterbury itu 10 November. Jadi mengenai keterangan Volterra di artikel ini saya hapus aja soalnya Yustus yang jadi santo pelindung Volttera kayaknya orang yang beda sama Yustus dari Canterburry --Glorious Engine (bicara) 10 April 2019 14.13 (UTC)[balas]

Referensi

Format catatan kakinya sebaiknya diubah jadi sfn supaya lebih rapi.

Gambar

Lisensi gambar semua sudah OK dan bebas hak cipta

  •  Trims
--Glorious Engine (bicara) 10 April 2019 12.27 (UTC)[balas]
Catatan

@Glorious Engine @Japra Jayapati aku lihat sudah beres semua, terima kasih banyak atas tanggapannya.  Mimihitam  10 April 2019 14.37 (UTC)[balas]

@Glorious Engine dan Mimihitam: Terima kasih atas segala masukan & koreksinya.تابيق ~ Japra (obrol) 10 April 2019 14.42 (UTC)[balas]

Komentar dari Hanamanteo

[sunting sumber]
Tiba di Inggris
Uskup Rochester

Komentar dari Rahmatdenas

[sunting sumber]

Sudah rampung membaca, tetapi saya hanya bisa tinjau beberapa, karena awam tentang topik ini.

Hanya segini saja tinjauan saya.  RahmatdenasMengecat   1 Mei 2019 04.58 (UTC)[balas]


Diskusi di atas adalah arsip. Terima kasih atas partisipasi Anda. Mohon untuk tidak menyunting lagi halaman ini. Komentar selanjutnya dapat diberikan di halaman pembicaraan artikel.
CATATAN PENUTUP

Usulan ini merupakan bagian dari Wiki Jelajah dan berlangsung selama dua minggu. Artikel ini diterima sebagai AP setelah mendapatkan 1 komentar komprehensif dan 3 komentar lainnya.  Mimihitam  14 Mei 2019 17.11 (UTC)

Diskusi di bawah adalah arsip dari pengusulan artikel pilihan. Terima kasih atas partisipasi Anda. Mohon untuk tidak menyunting lagi halaman ini. Komentar selanjutnya dapat diberikan di halaman pembicaraan artikel.

Artikel ini disetujui.


Pengusul: Fandy Aprianto Rohman (b • k • l) · Status:    Selesai

Artikel ini saya usahakan agar dapat menjelaskan garis besar salah satu tarian khas masyarakat Arfak. Sebagai salah satu misi artikel Wiki Jelajah, menurut saya isinya sudah dilengkapi dengan rujukan-rujukan akademis. Saya meminta tambahan saran dari para pembaca sekalian. Fandy Aprianto Rohman (bicara) 2 Mei 2019 14.00 (UTC)[balas]

Komentar dari Mimihitam

[sunting sumber]

Aku sudah baca seluruh artikelnya, dan aku Mendukung Mendukung pencalonan artikel ini sebagai AP. Salam.  Mimihitam  12 Mei 2019 18.18 (UTC)[balas]

Paragraf pembuka
[sunting sumber]
  • Pastikan kalau paragraf pembuka merangkum isi dari artikelnya, jadi paragraf pembukanya sepertinya perlu diperkaya sedikit
    • Sudah dikerjakan
  • " sedangkan masyarakat di wilayah Sorong menyebutnya dengan nama tari Srar." Masyarakat yang mana? Maksudnya masyarakat kotanya yang sudah banyak transmigran, atau suku tertentu yang mendiami daerah Sorong?
    • Sudah dikerjakan
  • Informasi ini tidak ada di tubuh artikel, jadinya tidak ada rujukannya
    • Sudah dikerjakan
  • Pegunungan Arfak bukannya lebih dekat ke Manokwari ya?
    • Sudah dikerjakan
  • Sebentar, kalau tarian ini merupakan tari tradisional khas Pegunungan Arfak, kok di paragraf pembuka malah ada keterangan kalau di wilayah Papua yang lain juga ada? Mungkin bisa dihapus saja karena tidak ada rujukannya, dan ganti dengan konten yang merangkum isi artikelnya
    • Sudah dikerjakan
Asal-usul
[sunting sumber]
  • Setelah membaca bagian ini, aku jadi bertanya-tanya, Mbihima itu nama dari mana ya? Soalnya dari antara suku-suku yang mempraktikkan tari ini, tidak ada yang menyebutnya Mbihima.
    • Sudah dikerjakan
  • " Untuk mempermudah penyebutan tarian ini, mereka menggunakan bahasa Indonesia untuk menyebut tarian masyarakat Arfak tersebut dengan nama tari Tumbu Tanah agar dapat dikenal oleh masyarakat lain di luar keempat sub-suku itu." --> kok tidak nyambung dengan kutipan yang dipakai dari Assa dan Hapsari (2015), hlm. 35: "Tidak dapat disangkal bahwa akibat kontak dengan budaya lainnya, terutama dengan mereka yang senantiasa menggunakan bahasa Indonesia sangat mempengaruhi masyarakat Arfak untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia, khususnya dialek Melayu Timur....."
    • Sudah dikerjakan
  • "tari Tumbu Tanah tidak terlepas dari mitologi asal-usul masyarakat Arfak mengenai cerita "Legenda Jambu Mandatjan" --> masih terlalu mirip dengan kalimat di buku yang dikutip, mohon diparafrase
    • Sudah dikerjakan
  • "Masyarakat suku Hattam menyebutnya dengan nama Ibihim, sedangkan suku Moile menyebutnya dengan nama Isim. Adapun suku Meyakh menyebut tari Tumbu Tanah dengan nama Mugka dan suku Sough menyebutnya dengan nama Manyohora" --> kok persis dengan kutipan dari Kondologit dan Sawaki (2016), hlm. 96? Mohon diparafrase
    • Sudah dikerjakan
  • Kalimat yang ini: "Kelompok yang bergerak menuju ke daerah Anggi selanjutnya menurunkan masyarakat Arfak berbahasa Sough, sedangkan kelompok yang bergerak ke arah timur laut menuju ke Minyambouw menurunkan masyarakat Arfak berbahasa Hattam. ", kok persis dengan kutipan dari Kondologit dan Sawaki (2016), hlm. 43? Mohon untuk diparafrase.
    • Sudah dikerjakan
Gerak dasar
[sunting sumber]
  • "Adapun lagu yang dinyayikan dalam tari Tumbu Tanah harus berbau lagu pujian kepada Tuhan" --> apakah masyarakat Arfak sebelum kedatangan misionaris sudah mengenal yang namanya "Tuhan" atau malah menganut kepercayaan animis? Soalnya kalau menganut kepercayaan animis, rasanya penggunaan kata "Tuhan" di sini seperti ekstrapolasi dari penganut agama monoteistik. Apalagi saat aku lihat kutipan di rujukan yang dipakai, tidak disebutkan "Tuhan" di situ.
    • Sudah dikerjakan
  • "Gerakan ini biasanya dilakukan pada pertengahan lagu, dimana kedua kaki para penari menjadi kekuatan untuk melompat." --> bentuk dimana tidak baku, mohon dirumuskan ulang
    • Sudah dikerjakan
  • "Perbedaan dasar dalam tari Tumbu Tanah terletak pada pasangan tari, lagu yang dinyanyikan, serta tujuan tarian. " --> persis dengan kalimat yang dikutip, mohon diparafrase
    • Sudah dikerjakan
  • "Tumbu Tanah hanya mengenal dua gerak dasar, yaitu bihim ifiri kai cut (melompat sambil menghentakkan kaki di tanah) dan yam (bergandengan tangan)" --> ini juga sama persis, mohon untuk diparafrase, contoh "Terdapat dua gerak dasar dalam tarian umbu tanah, yakni..."
    • Sudah dikerjakan
  • "Maksud gerakan ini selalu dimulai pada pertengahan lagu adalah agar para penari tidak terlalu capek. Satu lagu dalam tari Tumbu Tanah biasanya berlangsung selama 3-5 menit" --> ini juga sama persis. Lagipula "capek" itu tidak baku, seharusnya jadi "lelah"
    • Sudah dikerjakan
  • " Formasi ini dimulai dengan dop (penari yang menjadi pemimpin) mengambil tempat di bagian depan dari para penari lain, dimana dia menyanyikan diun" ---> bentuk dimana tidak baku, mohon dirumuskan ulang
    • Sudah dikerjakan
  • "Hal menarik dalam formasi terakhir ini yaitu apabila jumlah penari lebih dari 10 orang" --> "hal menarik" adalah bahasa majalah, kurang cocok untuk ensiklopedia, mungkin bisa diganti jadi padanan yang lebih dingin.
    • Sudah dikerjakan
  • "memiliki makna simbol yang berhubungan dengan sistem religi dan sosial dari lingkungan tempat tinggalnya" --> terlalu mirip dengan kutipan aslinya, mohon diparafrase
    • Sudah dikerjakan
Lagu pengiring
[sunting sumber]
  • Sebelumnya aku sudah angkat soal penggunaan kata "Tuhan" yang mungkin merupakan ekstrapolasi monoteistik. Terima kasih karena sudah diganti di bagian ini sebelum diminta, sekarang sudah menjadi lebih akurat penggunaan istilahnya
    • Sudah dikerjakan
  • Aku melakukan sedikit copyedit di bagian ini, silakan diubah kalau misalkan ada yang kurang tepat
    • Sudah dikerjakan
Alat musik
[sunting sumber]
Aksesoris
[sunting sumber]
  • Banyak sumber berita yang sebenarnya tidak diperlukan karena rujukan utamanya dari buku-buku yang dikutip di bawah, jadi bisa dihapus saja.
    • Sudah dikerjakan Ada beberapa yang telah saya hapus. Kalau masih ada yang tidak diperlukan lagi nanti akan saya hapus.
  • Terima kasih banyak karena sudah memasukkan kutipan dari bukunya untuk memudahkan crosscheck, tapi mohon agar kalimat-kalimat yang persis/terlalu mirip dengan kutipannya untuk diparafrase. Hati-hati juga dengan close paraphrasing
    • @Mimihitam Terima kasih juga mas atas tinjauannya. Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya mas, artikel yang saya buat sebenarnya sudah berusaha saya parafrase, namun beberapa kalimat di buku itu malah aneh dibaca. Hal ini yang membuat saya sebelumnya menuliskan kutipan di rujukan itu sama dengan yang ada di alinea. Kutipan di rujukan saat ini sudah saya samakan persis dengan yang ada di buku, termasuk tanda bacanya. Untuk kutipan yang tidak ada tanda (...) itu maksudnya satu alinea. Mungkin, kalau masih ada yang masih mirip silahkan ditinjau kembali.

Terima kasih atas penjelasannya. Parafrasenya sudah OK kalau begitu.  Mimihitam  12 Mei 2019 18.12 (UTC)[balas]

Komentar dari HaEr48

[sunting sumber]
Dari segi hak cipta
[sunting sumber]

Menurut kebijakan Wikipedia (Wikipedia:Plagiarisme) sumber yang berhak cipta tidak diperbolehkan disalin-tempel ke Wikipedia. Hal ini dilarang keras, dan walaupun sumbernya ditulis lengkap pun tetap tidak boleh (banyak penulis yang sering salah paham soal ini). Bahkan mengganti beberapa kata dengan sinonim pun(ini namanya close paraphrasing) merupakan hal yang harus dihindari. Yang benar itu menulis/merangkum apa yang Bung baca dengan kata-kata sendiri. Aku lihat beberapa bagian sangat mirip bahkan persis dengan sumbernya, misal:

  • "Kelompok yang bergerak menuju ke daerah Anggi selanjutnya menurunkan masyarakat Arfak.."
    • Sudah dikerjakan
  • "Sejak masa lalu, ampiaba dan tebor tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seorang laki-laki Papua," (mengganti kata busur dan panah dengan padanan kata ampiaba dan tebor tidak cukup)
    • Sudah dikerjakan
  • "Nilai sosial dapat dilihat ketika tari Tumbu Tanah.."
    • Sudah dikerjakan
  • "Secara religius, tari Tumbu Tanah dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada para leluhur..."
    • Sudah dikerjakan
  • "Kegiatan inilah yang digunakan oleh masyarakat Arfak sebagai ajang untuk menunjukkan kemampuan..." (mengganti "kegiatan cintakuek" dengan "kegiatan inilah" tidak cukup)
    • Sudah dikerjakan

Karena aku baru periksa sedikit sudah ketemu banyak kasus seperti ini, aku khawatir kalau-kalau ini masalah yang sistematis di artikel ini. Tolong artikelnya ditinjau ulang dan untuk sumber yang berhak cipta, hal-hal yang seperti ini ditulis dengan kata-kata sendiri. Harap maklum hal ini sifatnya wajib, karena sudah menyangkut kebijakan Wikipedia secara global dan juga agar sesuai dengan hukum-hukum yang berlaku. HaEr48 (bicara) 2 Mei 2019 23.04 (UTC)[balas]

  • @HaEr48 Terima kasih mas atas tinjauannya. Seperti yang saya jelaskan kepada @Mimihitam, artikel yang saya buat sebenarnya sudah berusaha saya parafrase, namun beberapa kalimat di buku itu malah aneh dibaca. Hal ini yang membuat saya sebelumnya menuliskan kutipan di rujukan itu sama dengan yang ada di alinea. Kutipan di rujukan saat ini sudah saya samakan persis dengan yang ada di buku, termasuk tanda bacanya. Untuk kutipan yang tidak ada tanda (...) itu maksudnya satu alinea. Mungkin, kalau masih ada yang masih mirip silahkan ditinjau kembali.

Komentar dari RXerself

[sunting sumber]

Sedikit saja karena saya baru baca sekilas juga. Bab "Asal-usul" apa bisa diganti "Sejarah" saja? Karena bab "Sejarah" sudah lazim dipakai di artikel Wikipedia untuk mencakup etimologi dan mitologi juga. Bab "Aksesoris" apa bisa dibuat daftar saja pakai * daripada dibuat subbab-subbab agar lebih rapi. Begitu pula pada bab "Nilai", subbab "Sosial", "Religius", dan "Ekonomi" sebaiknya tidak dijadikan subbab tapi langsung tulis saja. Kalau saya tulis mungkin bakal malah saya satukan jadi satu paragraf karena kalimatnya sedikit-sedikit. Itu dulu. Terima kasih. RXerself (bicara) 3 Mei 2019 07.12 (UTC)[balas]

  • Sudah dikerjakan

Komentar dari Hanamanteo

[sunting sumber]
Umum
  • Saya perhatikan penulisan subbagian masih ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia, padahal tidak perlu karena membuat penulisan menjadi lebih panjang. Jadi, tidak perlu menulis "Bihim ifiri kai cut (melompat sambil menghentakkan kaki di tanah)", cukup "Bihim ifiri kai cut" sembari menjelaskan artinya di isi subbagian.
    • Sudah dikerjakan
  • Bisa jelaskan Anda menulis format <code>'''*'''</code> di dalam artikel? Format tersebut dapat mengganggu pemandangan artikel sehingga artikel terkesan memiliki masalah penulisan.
    • Sudah dikerjakan
Rujukan
  • Untuk menulis catatan kaki yang terdiri dari 2 penulis atau lebih seperti Kondologit & Sawaki (2016), gunakan format {{sfn|Kondologit|Sawaki|2016}}, bukan {{sfnref|Kondologit dan Sawaki|2016}}.
    • Sudah dikerjakan

Diskusi di atas adalah arsip. Terima kasih atas partisipasi Anda. Mohon untuk tidak menyunting lagi halaman ini. Komentar selanjutnya dapat diberikan di halaman pembicaraan artikel.
CATATAN PENUTUP

Tinjauan sudah komprehensif, sudah ada 2 persetujuan eksplisit dan satu komentar positif. Komentar-komentar lain pun sudah ditanggapi semua.  Mimihitam  23 Mei 2019 21.20 (UTC)

Diskusi di bawah adalah arsip dari pengusulan artikel pilihan. Terima kasih atas partisipasi Anda. Mohon untuk tidak menyunting lagi halaman ini. Komentar selanjutnya dapat diberikan di halaman pembicaraan artikel.

Artikel ini disetujui.


Pengusul: Masjawad99 (b • k • l) · Status:    Selesai

Artikel mengenai periode awal persekutuan kerajaan Gowa dan Tallo. Terjemahan dari versi bahasa Inggris yang berstatus AB. Isinya komprehensif dan lumayan berimbang.  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 07.32 (UTC)[balas]

Komentar dari Mimihitam

[sunting sumber]

Status: Selesai membaca, menunggu tanggapan  Mimihitam  26 April 2019 05.27 (UTC) Mendukung Mendukung pencalonan artikel ini sebagai AP  Mimihitam  29 April 2019 15.24 (UTC)[balas]

Terjemahannya bagus, dan versi Inggrisnya sebenarnya layak jadi AP di sana, sayang saja tidak diusulkan. Referensi-referensinya semua akademis, jadi sangat luar biasa artikelnya dan bisa jadi teladan buat artikel-artikel sejarah Indonesia lainnya (termasuk mungkin kalau ada yang mau melengkapi artikel Kerajaan Gowa). Berikut beberapa masukanku.

Komentar awal
[sunting sumber]
@Masjawad99: Saya rasa boleh saja pakai wanua. Dugaan saya, lema wanua dalam KBBI bukan diserap dari bahasa Bugis melainkan dari istilah generik Austronesia (via bahasa Jawa kuno) untuk menyebut permukiman. Istilah ini lazim dijumpai dalam prasasti-prasasti berbahasa Jawa Kuno dengan pengertian "desa". Sifat umum dari makna wanua/banua sebagai "permukiman" ini masih lestari dalam bahasa-bahasa di Sulawesi. Di Minahasa, wanua berarti "desa", dalam bahasa Bugis, wanua dapat berarti "kampung" (satu permukiman tunggal dengan satu chief) maupun "negeri" suku bangsa Bugis (keseluruhan daerah hunian suku bangsa Bugis), sementara di Toraja, banua berarti tempat tinggal (rumah). تابيق ~ Japra (obrol) 2 Mei 2019 03.13 (UTC)[balas]
@Japra Jayapati: Eh tapi di KBBI ditandai Bg (Bugis). Tapi memang wanua sebenarnya juga ada di bahasa Melayu Kuna, dipakai di Prasasti Kedukan Bukit, jadi tidak begitu asing (dan memang turunan langsung dari Proto-Malayo-Polinesia *banua. Oke kalau begitu saya ganti jadi "wanua" dengan tambahan chiefdom dalam kurung.  Masjawad99  (bicara) 2 Mei 2019 03.24 (UTC)[balas]
@Masjawad99: "Dugaan saya", namanya juga dugaan, bisa saja salah kan? تابيق ~ Japra (obrol) 2 Mei 2019 03.26 (UTC)[balas]
@Japra Jayapati: Hahaha, ok ok. Tapi btw, setelah saya pikir-pikir, rasanya kurang pas karena ada istilah "chiefdom kompleks" yang kalau jadi wanua kompleks rasanya aneh. Jadinya saya tambahkan saja di catatan kaki kalau yang dimaksud ini "banua/banoa/wanua". Terima kasih juga sudah merespon, informasinya menarik sekali.  Masjawad99  (bicara) 2 Mei 2019 03.34 (UTC)[balas]
Paragraf pembuka
[sunting sumber]
Awal mula Gowa dan Talloq
[sunting sumber]
  • "Sistem penulisan Indik" bisa dicarikan padanan yang lebih umum dikenal?
    Sudah dikerjakan Saya ganti "aksara Brahmik".  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 18.16 (UTC)[balas]
  • "dan dapat dikontraskan dengan masyarakat Indonesia lainnya yang memperoleh pengaruh budaya India secara ekstensif" --> mungkin perlu dikasih qualifier "masyarakat di wilayah Nusantara bagian barat", karena aku yakin wilayah Papua atau Timor tidak kena pengaruh budaya India secara ekstensif
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 18.16 (UTC)[balas]
  • "sebuah ras makhluk langit berdarah putih yang muncul secara misterius untuk menikahi penguasa-penguasa fana dan memerintah umat manusia.[14] Tak terkecuali Gowa. " --> daripada titik mending jadi koma saja: "... dan memerintah umat manusia,[14] tak terkecuali Gowa."
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 18.16 (UTC)[balas]
  • "dengan budidaya padi sawah intensif yang bergantung pada alat bajak yang baru dikenalkan" --> dikenalkan dari mana? Dari Jawa kah?
    Saya tambahkan "dari Nusantara bagian barat". Sumbernya menyatakan bahwa alat bajak merupakan impor dari wilayah Nusantara bagian barat, tapi sepertinya bukan dari Jawa. Kata serapan dari bahasa Jawa tidak ditemukan pada sistem pertanian Sulawesi Selatan. Di sisi lain, kuda kemungkinan diintroduksi dari Jawa; bisa dilihat dari penggunaan kata jarang (Makassar) dan anyarang (Bugis), dari bahasa Jawa jaran (Pelras 1997, hal. 100-101).  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 18.16 (UTC)[balas]
    Terima kasih atas pencerahannya  Mimihitam  26 April 2019 03.54 (UTC)[balas]
  • "Pemukiman-pemukiman baru bermunculan dalam jumlah besar di pedalaman semenanjung yang semakin terdeforestasi" --> ganti jadi "mengalami penggundulan"?
    Sudah dikerjakan Saya ganti "semakin gundul".  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 18.16 (UTC)[balas]
  • "Menurut Kronik Talloq, kejadian ini memaksa Karaeng Loe mengungsi ke 'Jawa';[28] lebih tepatnya, pantai utara Jawa,[29] tetapi mungkin juga yang dimaksud adalah komunitas dagang Melayu di pesisir Sulawesi dan Kalimantan" --> boleh tahu kenapa kalau mengungsinya ke "Jawa", kok malah berkorelasi ke komunitas dagang Melayu?
    Lihat catatan penjelasan [e].  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 18.16 (UTC)[balas]
    Wah baru tahu saya, terima kasih  Mimihitam  26 April 2019 03.56 (UTC)[balas]
  • "Insiden ini mungkin saja merupakan bagian dari tahapan perubahan yang lebih besar, di mana Karaeng Gowa melebarkan kuasa langsungnya hingga mengancam negara-negara tetangganya yang berdaulat sendiri"
    • Bentuk "di mana" tidak baku, mohon diparafrase
    Sudah dikerjakan Saya ganti ".. yaitu meluasnya kekuasaan Karaeng Gowa hingga mengancam..."  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 18.16 (UTC)[balas]
    • "Berdaulat sendiri" rasanya agak aneh, mungkin "sendiri"nya bisa dihapus
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 18.16 (UTC)[balas]
  • "Sejak semula, Talloq merupakan negara maritim, mengambil keuntungan dari meningkatnya kuantitas perdagangan regional" --> ganti jadi "menggeliatnya"?
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 18.16 (UTC)[balas]
  • " dan pertumbuhan penduduk pesisir yang mengikuti" --> mengikuti apa?
    Maksudnya populasi bertumbuh seiring menggeliatnya perdagangan. Ada usul parafrase yang lebih baik?  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 18.16 (UTC)[balas]
    @Masjawad99 mungkin bisa dijadikan bentuk pasif? "Sejak semula, Tallo merupakan negara maritim, mengambil keuntungan dari menggeliatnya perdagangan regional[31] yang kemudian diikuti oleh pertumbuhan penduduk di kawasan pesisir."  Mimihitam  26 April 2019 03.56 (UTC)[balas]
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 04.46 (UTC)[balas]

Segini dulu, nanti aku lanjut lagi.  Mimihitam  25 April 2019 09.24 (UTC)[balas]

Gowa dan Talloq dari 1511 hingga 1565
[sunting sumber]
  • "Di bawah pimpinan Tumapaqrisiq Kallonna dan kedua putranya,[n] Gowa berhasil menghalau Talloq dan sekutunya dalam pertempuran." --> pertempuran di mana?
    Maksudnya pertempuran melawan Tallo, Maros dan Polombangkeng yang disebut di kalimat sebelumnya. Sebenarnya ini aksi defensif, jadi semuanya terjadi di dalam wilayah Gowa. Menurut Kronik Gowa (versi terjemahan Cummings), ada tiga front dalam pertempuran ini: (1) pesisir Baroqbosoq, antara pasukan Tunipalangga dan armada Polombangkeng, (2) Rappocini, antara pasukan utama pimpinan Tumapaqrisiq Kallonna melawan tentara Tallo, dan (3) Tamamangung, antara pasukan Tunibatta dan tentara Maros (Cummings 2007a, hlm. 32-33). Perlu dimasukkankah detail ini?  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 20.01 (UTC)[balas]
    @Masjawad99 boleh juga ditambahkan karena lumayan informatif .  Mimihitam  26 April 2019 03.57 (UTC)[balas]
    Sudah dikerjakan Saya tambahkan sedikit di catatan penjelasan, sekaligus mengubah kalimat di atas menjadi "... berhasil menghalau invasi Tallo..."  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 04.46 (UTC)[balas]
  • "dengan ini, penguasa Gowa diakui secara publik sebagai tokoh dominan di tanah Makassar." --> ini kutipan dari siapa, apakah dari Cummings atau yang lain?
    Dari Cummings. Saya ganti kalimatnya menjadi: Dengan ini, "penguasa Gowa pun diakui secara luas sebagai tokoh dominan di tanah Makassar."  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 20.01 (UTC)[balas]
  • "Pada masa ini juga, tembok pelindung dari tanah liat diperkirakan mulai dibangun di sekitar Kale Gowa,[59] Somba Opu dan Garassiq" --> tambahkan koma setelah Somba Opu
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 20.01 (UTC)[balas]
  • " Dengan demikian, Gowa mampu menaklukkan sejumlah besar negeri di Sulawesi, dari Semenanjung Minahasa di utara hingga Pulau Selayar di lepas pantai selatan" --> apakah pada masa itu sudah sampai menguasai Minahasa dan Selayar, atau maksudnya pada zaman berikutnya? Kalau yang dimaksud pada zaman berikutnya, mohon dijelaskan.
    Sudah dikerjakan Saya parafrase jadi "Kemajuan teknologi inilah yang memungkinkan Gowa untuk nantinya menaklukkan sejumlah besar negeri...."  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 20.01 (UTC)[balas]
  • "beserta reformasi ekonomi seperti pembakuan satuan berat dan pengukuran (yang kemungkinan diusulkan oleh komunitas Melayu), menjadikan Gowa-Talloq entrepot unggulan bagi rempah-rempah dan hasil hutan di Indonesia bagian timur.[79]" --> mohon dicari padanan Indonesianya
    Entrepot itu lebih kepada semacam pelabuhan tempat singgah barang-barang; atau pelabuhan tempat gudang penyimpanan sementara. Apakah "bandar persinggahan" padanan yang bagus?  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 20.01 (UTC)[balas]
    @Masjawad99 Setuju dengan "bandar persinggahan"  Mimihitam  26 April 2019 03.58 (UTC)[balas]
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 27 April 2019 06.43 (UTC)[balas]
  • Masjawad99 ada tambahan sedikit. "Tunipalangga juga mengenalkan beragam teknologi militer asing yang lebih maju..." Aku jadi penasaran, teknologi ini asalnya kira2 dari mana? Apakah dari pedagang Portugis atau justru dari wilayah Nusantara lainnya karena nama yang dipakai adalah "peluru Palembang"? Kalau sumbernya menjelaskan dari mana mungkin bisa ditambahkan, kalau nggak juga nggak apa2.  Mimihitam  26 April 2019 05.20 (UTC)[balas]
    Di dalam Kronik Gowa, di tengah-tengah bahasan tentang kemajuan teknologi dan reformasi yang dilakukan Tunipalangga, diselipkan catatan mengenai pakta antara dirinya dan Anakoda Bonang (pemimpin komunitas niaga Melayu). Ada yang menafsirkan bahwa pembaharuan-pembaharuan dalam hal ekonomi merupakan kontribusi komunitas tersebut -- ini sudah disebutkan di artikel, dua paragraf setelah bahasan tentang kemajuan teknologi militer. Tapi untuk teknologi militer sendiri tidak ada sumber yang secara eksplisit menyatakan dari siapa. Cummings hanya menambahkan penjelasan bahwa "peluru Palembang" merupakan peluru senapan laras panjang (Cummings 2007a, hal. 57, mengutip Cense 1979, hal. 54)  Masjawad99  (bicara) 27 April 2019 06.43 (UTC)[balas]
Gowa dan Tallo dari 1565 hingga 1593
[sunting sumber]
  • "Ia menjadikan dirinya tumabicara butta atau perdana menteri;[93] posisi birokratis Gowa terakhir, dan paling penting, yang dikukuhkan." mungkin titik komanya bisa diganti jadi :
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 20.38 (UTC)[balas]
  • "Preseden inilah yang memungkinkan Karaeng Matoaya, putra Tumamenang ri Makkoayang, untuk nantinya menjadi orang paling berpengaruh di Gowa dan Sulawesi Selatan" --> preseden setauku istilah hukum, kalau dalam konteks Gowa Tallo mungkin mesti dicarikan padanan yang lebih pas
    Sudah dikerjakan Saya ganti "Teladan inilah yang memungkinkan...", bagaimana?  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 03.48 (UTC)[balas]
    Sudah OK.  Trims
 Mimihitam  26 April 2019 03.59 (UTC)[balas]
  • " tellumpocco berusaha merintis koalisi pan-Bugis dengan mempertalikan dinasti mereka pada negeri-negeri Bugis di " --> mungkin "koalisi Bugis" saja cukup
    "Pan-Bugis" untuk membedakan dari persekutuan tellumpoco yang saat itu beranggotakan tiga kerajaan Bugis. Di sini maksudnya mereka berusaha mengajak seluruh negeri-negeri Bugis yang belum bergabung, termasuk di antaranya Konfederasi Ajatappareng.  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 20.38 (UTC)[balas]
    @Masjawad99 Bagaimana kalau jadi "koalisi seluruh Bugis"?  Mimihitam  26 April 2019 04.00 (UTC)[balas]
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 04.46 (UTC)[balas]
  • "serangan amuk" itu apa ya?
    Terjemahan literal "amok attack". Ini tafsiran dari sumber sekunder (Pelras 1997). Terjemahan Kronik Gowa oleh Cummings hanya menyebutkan bahwa ia dibunuh oleh bawahannya dari Majannang bernama I Lolo Tamakana di atas kapal lepas pantai Lipukasi (Cummings 2007a, hlm. 38). Saya ganti kalimatnya menjadi "... mati dibunuh seorang bawahannya ketika memimpin armada..."  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 20.38 (UTC)[balas]
    Setelah saya lihat lagi, ternyata bagian "amuk" itu disimpulkan dari gelar anumerta sang Karaeng sendiri, Tunijalloq ("yang diamuk"). Sepertinya terjemahan "... mati diamuk seorang bawahannya ketika memimpin armada..." lebih tepat.  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 01.35 (UTC)[balas]
  • "Pada kurun waktu yang sama, perubahan-perubahan besar terjadi dalam lansekap politik tanah Makassar" --> mungkin bisa pakai ungkapan "panggung perpolitikan"?
    Sudah dikerjakan Padanan yang bagus, jauh lebih enak dibaca .  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 20.38 (UTC)[balas]
  • "Sejak saat itu, wilayah-wilayah Gowa dipimpin oleh konfederasi dinasti-dinasti berkuasa, di mana keluarga kerajaan Gowa berperan sebagai primus inter pares" --> bentuk di mana tidak baku, mohon diparafrase
    Sudah dikerjakan Saya ganti jadi "... dipimpin oleh gabungan dinasti-dinasti berkuasa. Dalam sistem ini, keluarga kerajaan Gowa..."  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 20.43 (UTC)[balas]
  • "menggariskan batasan bagi otoritas Karaeng Gowa" --> ganti jadi wewenang?
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 20.43 (UTC)[balas]
  • Mohon dikasih terjemahan primus inter pares di dalam kurung sesudahnya, dan jangan lupa dikasih pranala
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 20.38 (UTC)[balas]
  • "Selama empat dekade berikutnya" --> empat dasawarsa
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 20.38 (UTC)[balas]
  • "Karaeng Matoaya memelopori perkembangan Islam di Sulawesi Selatan dan ekspansionisme pesat Gowa-Tallo ke Maluku dan Nusa Tenggara" --> ganti jadi memperluas wilayah?
    Sudah dikerjakan Saya ganti jadi "... perkembangan Islam di Sulawesi Selatan serta memperluas wilayah Gowa-Tallo hingga ke Maluku..."  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 20.38 (UTC)[balas]
Perluasan wilayah ini ada rujukannya? Agaknya ekspansi Gowa ke luar Sulawesi Selatan tidak mirip perluasan wilayah ala Eropa, melainkan lebih menyerupai perluasan mandala pengaruh ala majapahit. Dampaknya paling terasa di Kalimantan, Lombok, Sumbawa, & Flores. Ekspansi ke Maluku sepertinya lebih ke urusan niaga. Justru Maluku (Kerajaan Ternate & para bajak laut Maluku) yang melakukan ekspansi wilayah sampai ke daratan Sulawesi (sepanjang pesisir barat pulau Sulawesi plus kepulauan-kepulauan di sekitarnya). Raja Gowa pernah dibujuk masuk Islam oleh Sultan Ternate dengan iming-iming Pulau Selayar (jajahan Ternate). Apa mungkin pada zaman Karaeng Maoaya, situasi sudah berbalik?تابيق ~ Japra (obrol) 27 April 2019 06.21 (UTC)[balas]
Saya tidak menemukan akses ke sumber Reid (1981) yang dijadikan referensi, jadi saya tidak tahu apa konteks aslinya. Di sumber Bulbeck (1992), ekspansi Gowa-Tallo pada masa awal abad ke-17 dijabarkan sebagai berikut: "The wider victories during the early 17th century, some of which are attributed both to Abdullah [Karaeng Matoaya] and to Alauddin [Tumamenanga ri Gaukanna], extended to Sumbawa at the south, almost to Ternate at the east, and to Lombok and west Kalimantan in the form of protection pacts" (hlm. 120). Bulbeck juga secara spesifik menyebutkan bahwa "... Gowa's empire grew dramatically at the expense of Ternate's" (hlm. 120). Namun, ini sepertinya lebih tepat diartikan sebagai ekspansi Gowa ke wilayah-wilayah Ternate yang berada di Sulawesi (seperti Selayar), alih-alih di Maluku. Perlu dicatat juga bahwa "penaklukan" Gowa tidak serta-merta mengintegrasikan wilayah taklukan ke dalam pemerintahan langsungnya. Jika ditilik dari pola invasi Gowa, sepertinya mereka tidak memasang penguasa boneka ataupun tentara di wilayah yang ditaklukkan, tapi hanya mewajibkan pembayaran upeti. Jika kiriman upeti ini putus, wilayah tersebut akan diserang lagi. Sebagai contoh, Bulukumba yang dekat saja "ditaklukkan" sebanyak setidaknya lima kali, termasuk satu serangan pada masa Abdullah dan Alauddin (Bulbeck 1992, hlm. 121). Saya rasa memang "memperluas wilayah" ada benarnya, tapi juga bisa disalahartikan. Apakah sebaiknya dikembalikan ke "ekspansionisme"?  Masjawad99  (bicara) 27 April 2019 10.32 (UTC)[balas]
@Masjawad99: Menurut saya, sebaiknya pakai kata "ekspansi" saja, sehingga dapat diartikan "perluasan wilayah" maupun "perluasan pengaruh" dll.تابيق ~ Japra (obrol) 2 Mei 2019 03.33 (UTC)[balas]
Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 2 Mei 2019 03.37 (UTC)[balas]
Perubahan demografis dan kultural
[sunting sumber]
  • "Sejumlah besar lahan-lahan tak berpenghuni ditempati dan dibuat sawah.[132] Termasuk juga lembah Sungai Tallo;[46] nama "Tallo" sendiri diambil dari kata taqloang yang dalam bahasa Makassar berarti "luas dan kosong," merujuk pada hutan tak berpenghuni yang dibersihkan untuk dijadikan pemukiman" --> kalimatnya mending diubah jadi gini: "Sejumlah besar lahan-lahan tak berpenghuni ditempati dan dibuat sawah,[132] termasuk juga lembah Sungai Tallo.[46] Nama "Tallo" sendiri diambil dari kata taqloang yang dalam bahasa Makassar berarti "luas dan kosong," merujuk pada hutan tak berpenghuni yang dibersihkan untuk dijadikan pemukiman."
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 10.13 (UTC)[balas]
  • "setidaknya 10.000 keping keramik pra-1600 dari China, Vietnam, dan Thailand." --> ganti China jadi Tiongkok
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 10.13 (UTC)[balas]
  • "Seiring waktu, para wanita kelas atas juga meninggalkan budaya bertelanjang dada." --> berarti yang kelas bawah masih memiliki budaya seperti itu? Atau setelah Karaeng Matoaya berkuasa semua wanita sudah tidak lagi seperti itu akibat masuknya agama Islam?
Telanjang dada = tidak pakai baju? تابيق ~ Japra (obrol) 27 April 2019 07.15 (UTC)[balas]
@Mimihitam: Dari sumbernya: "... while slave women still went bare-breasted, free married women wore short tunics with sleeves. Western visitors were amazed to see that in this still unislamized country men and women bathed together naked. Adult men are described at this period still wearing only loincloths, but this must have applied only to the common people. The more affluent were developing a taste for western shirts, hats, sometimes adorned with a plume, and jackets" (Pelras 1997, hlm. 123-124). Laporan Belanda tentang Makassar pada tahun 1607 (tak berapa lama setelah Karaeng Matoaya masuk Islam) menyebutkan bahwa "the slaves and poorer women in the back streets [..] still had 'their upper body with the breasts completely naked'". Namun, laporan lain 40 tahun setelahnya menyiratkan bahwa para wanita sudah berpakaian tertutup (Reid 1988, hlm. 89). Apapun itu, sepertinya lumayan jelas bahwa wanita selain dari kelas atas masih bertelanjang dada pada masa-masa awal kontak dengan Eropa.  Masjawad99  (bicara) 28 April 2019 00.33 (UTC)[balas]
@Japra Jayapati: Saya menerjemahkan dari kata "topless". Kalau "tidak pakai baju" nanti disalahartikan tidak berpakaian sama sekali.  Masjawad99  (bicara) 28 April 2019 00.33 (UTC)[balas]
  • "Walaupun beberapa sejarawan, berdasarkan Kronik Gowa, menafsirkan bahwa baca-tulis tidak dikenal sebelum masa pemerintahan Tumapaqrisiq Kallonna,[31][145] tampaknya sistem penulisan sudah ada di daerah tersebut sebelum abad ke-16." --> bagaimana kalau jadi "Walaupun beberapa sejarawan (berdasarkan Kronik Gowa) menafsirkan bahwa baca-tulis tidak dikenal sebelum masa pemerintahan Tumapaqrisiq Kallonna,[31][145] tampaknya sistem penulisan sudah ada di daerah tersebut sebelum abad ke-16."
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 10.13 (UTC)[balas]
Sejarah awal Gowa sebagai pembentukan negara
[sunting sumber]
  • "Para ahli meyakini bahwa di antara negeri-negeri prakolonial Sulawesi Selatan, Gowa merupakan negara sejati pertama" --> mungkin bisa ditambahkan definisi "negara sejati" di sini itu apa? Apakah pemerintahan yang memonopoli penggunaan kekerasan dan memiliki sistem birokrasi? Soalnya mungkin akan ada yang bertanya, "apakah itu berarti Kerajaan Bone bukan negara yang sesungguhnya?" Ngomong2 aku lihat di bawahnya ada penjelasan seperti ini: "Sejalan dengan Bulbeck, Ian Caldwell menganggap bahwa Gowa merupakan "negara modern" yang ditandai dengan "pengembangan tatanan kerajaan, kodifikasi hukum, pertumbuhan birokrasi, penerapan sistem perpajakan dan wajib militer, serta kemunculan pekerja penuh-waktu." Mungkin bisa juga dipindahkan ke atas biar lebih jelas.
    Di versi Inggrisnya pakai "true state societ[y]" sama "genuine state". Soal kriterianya, dijelaskan di paragraf berikutnya, tapi sepertinya ada nuansa yang hilang di bagian transisinya. Antara "Francis David Bulbeck merupakan penyokong utama..." dan "... Bulbeck berargumen... " itu masih membahas hal yang sama, bukan putus di "teori ini". Ada usul bagaimana menyambungkannya?  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 10.36 (UTC)[balas]
    Setelah dipikir2 lagi, seperti sekarang sudah tidak masalah, karena di paragraf berikutnya dijabarkan semua kriteria2nya.  Mimihitam  29 April 2019 15.25 (UTC)[balas]
  • "kodifikasi hukum" --> pranalakan ke kodifikasi
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 10.15 (UTC)[balas]
  • "Cummings mengakui adanya kecenderungan penguatan birokrasi dan rasionalisasi pemerintahan, namun" --> ganti namun jadi tetapi, karena namun hanya bisa di awal kalimat menurut PUEBI
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 10.15 (UTC)[balas]
  • " ia menyimpulkan bahwa kebijakan ini memiliki cakupan dan dampak yang terbatas – bahkan birokrasi Gowa masih didasarkan pada ikatan patron-klien – dan tidak mengubah kehidupan masyarakat Makassar secara mendasar" --> ganti – jadi kurung
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 10.15 (UTC)[balas]
  • Pranalakan ikatan patron-klien ke patronase
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 10.15 (UTC)[balas]

Sepertinya ejaan "q" mending dihapus semua. Sebagai contoh, di Indonesia ejaan yang lazim dipakai adalah "Wajo" dan "Luwu", bukan "Wajoq" dan "Luwuq". Nama penguasanya pun tidak pakai q, contoh Tunipasulu. Lihat: [1] Mimihitam 25 April 2019 16.37 (UTC)[balas]

  • Hmm, di sumber yang Anda berikan, penggunaannya tidak konsisten; kadang memakai apostrof (Tumapa'risi' Kallonna), kadang-kadang dihapus (Tunijallo, Tunipasulu). Saya rasa memang mengakomodasi ejaan yang lebih umum itu perlu, tapi saya masih bingung menentukan mau pakai yang mana.  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 01.29 (UTC)[balas]
    Masjawad99 Hmm repot juga ya kalau begini, pembahasannya dilanjutkan saja di Pembicaraan:Sejarah awal Gowa dan Tallo. Nanti kalau nggak ada solusinya, saranku mungkin qnya bisa dipertahankan untuk nama orang dll, tapi dihilangkan untuk Tallo, Wajo, dan Luwu yang merupakan ejaan yang selalu konsisten tanpa q di sumber Indonesia.  Mimihitam  26 April 2019 04.01 (UTC)[balas]

Semua gambar sudah OK status hak ciptanya.  Mimihitam  26 April 2019 05.35 (UTC)[balas]

Sumber-sumbernya akademis semua, sudah sepatutnya jadi teladan bagi artikel-artikel sejarah lainnya di WBI.  Mimihitam  26 April 2019 05.35 (UTC)[balas]

Komentar dari Glorious Engine

[sunting sumber]
Pengislaman Sulawesi Selatan secara besar-besaran bukan dilakukan melalui dakwah, melainkan melalui paksaan/perang. Sultan Gowa memanfaatkan "kewajiban berdakwah" sebagai pembenaran kebijakan ekspansi wilayah di daratan Sulawesi. Amalan-amalan Islami sendiri tidak diberlakukan secara tegas, sementara adat-istiadat lama malah sengaja dilestarikan (animisme, judi sabung ayam, kebiasaan menenggak tuak, makna aurat yang terbatas pada alat kelamin & tungkai perempuan, dsb). Pengislaman ini maksudnya "penyebaran agama Islam" atau "penerapan amalan-amalan Islami"?تابيق ~ Japra (obrol) 27 April 2019 06.37 (UTC)[balas]
@Japra Jayapati: Maksudnya "penyebaran agama Islam", tapi ini masih tahapan internal, sebelum ekspansi Gowa secara besar-besaran. Bundu Kasallangan/Musu' Sellengnge (Perang Pengislaman) berada di luar cakupan artikel ini (1300-1593). Mungkin bisa dimasukkan kalau-kalau ada yang mau mengembangkan artikel "Sejarah Gowa dan Tallo dari 1593 hingga 1669".  Masjawad99  (bicara) 27 April 2019 06.58 (UTC)[balas]

--Glorious Engine (bicara) 25 April 2019 11.32 (UTC)[balas]

Komentar dari HaEr48

[sunting sumber]

Aku baru baca sebagian, terlihat sangat menjanjikan sekali Artikel aslinya diriset dengan baik, penerjemahannya pun sangat baik. Sambil baca, aku ada komentar dulu, silakan diliat di bawah

Status: Selesai membaca, tinggal menunggu jawaban-jawaban di bawah. HaEr48 (bicara) 27 April 2019 02.50 (UTC)[balas]

Setuju Setuju Artikel yang ditulis dan diterjemahkan dengan bagus, komprehensif, bersumber akademik, ditulis dengan netral dan dingin sesuai gaya Wikipedia. Saran-saran dibawah juga sudah ditindak dengan memuaskan. Terima kasih buat Masjawad99 yang sudah menulis artikel, dan menanggapi dengan baik, termasuk mengecek kembali dari sumber. Mudah-mudahan semakin banyak artikel bertopik Nusantara seperti ini. HaEr48 (bicara) 29 April 2019 03.06 (UTC)[balas]

Bagian pembuka
[sunting sumber]
Awal mula Gowa dan Tallo
[sunting sumber]
  • Bagus sekali Berkas:Pendirian Tallo id.png diindonesiakan dari versi en-nya. Pertanyaanku, apa bisa diberi inset peta Sulawesi agar tau lokasi peta ini di Sulawesi Selatan bagian mana? Kalau bisa saja lho ya, kalau repot ya gak usah.
    Pinginnya sih sekalian me-remake gambar-gambar aslinya (sangat tidak intuitif petanya ahaha) tapi sekarang belum sempat. Jadi pakai modifikasi dulu. Ini juga sudah saya improvisasi sedikit (bandingkan, misalnya, peta yang ini dengan versi terjemahannya).  Masjawad99  (bicara) 27 April 2019 07.17 (UTC)[balas]
  • "negara Gowa didirikan pada sekitar tahun 1300": apakah bisa dijelaskan apa maksudnya pernyataan ini? Mengingat, kalau membaca paragraf pembukaan, ada dua peristiwa "pendirian", yaitu berdirinya sebuah chiefdom dan transisi dari sebuah chiefdom ke sebuah kerajaan besar
    Versi Inggrisnya pakai polity. Saya ganti jadi "... masyarakat berpemerintahan di Gowa terbentuk pada...", bagaimana?  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 19.31 (UTC)[balas]
    @Masjawad99: kalau "masyarakat"nya cuma 100 orang apakah cocok ditulis seperti itu? HaEr48 (bicara) 27 April 2019 02.46 (UTC)[balas]
    @HaEr48: Sepertinya tidak masalah. Dalam kajian sosiologi dan antropologi, gerombolan yang beranggotakan 30 hingga 50 orang pun dianggap sebagai sebuah "masyarakat". Penggunaan "masyarakat berpemerintahan" sebagai padanan polity mengacu pada Glosarium Kemendikbud  Masjawad99  (bicara) 27 April 2019 10.48 (UTC)[balas]
  • Apakah diketahui dari mana muncul/datangnya praktek budidaya padi di Sulsel, dan kenapa masyarakat beralih ke situ dari sagu dan jali? Sepertinya ini berandil besar dalam perkembangan demografinya.
    Setelah saya cek sumber-sumbernya, sebenarnya padi juga ditanam dalam skala kecil sebelum abad ke-13. Ini dibawa oleh orang-orang Austronesia sekitar 3000 SM (Pelras 1997, hlm. 23). Yang baru itu adalah budidaya padi intensif, dengan sawah-sawah beririgasi. Alat bajak juga baru diperkenalkan pada abad ke-14. Menurut Pelras, teknologi pertanian ini diperkenalkan dari negeri-negeri Nusantara bagian barat yang masuk ke dalam lingkung budaya India (tapi budaya Indianya sendiri tidak secara langsung memengaruhi Sulawesi Selatan). Tidak dijelaskan secara rinci dari mananya, tapi hanya disebut bahwa "... plough has a name of Indian origin throughout this area..." dan bahwa pengaruh luar dibawa melalui "... indirect contacts mainly with Sumatra but perhaps also Java" (Pelras 1997, hlm. 92). Soal peralihan itu, sepertinya lumayan jelas; intensifikasi budidaya padi menyebabkan surplus beras, sehingga masyarakat tidak perlu menanam sagu dan jali lagi. Atau perlu ditambahkan agar lebih jelas?  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 19.31 (UTC)[balas]
  • "Budaya komersial Tallo turut berkontribusi terhadap kebangkitan Makassar di kemudian hari sebagai pusat perdagangan yang berjaya." kok tidak ada sumber ya pernyataannya?
    Hm, benar, saya hapus dulu untuk saat ini.  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 19.31 (UTC)[balas]
    @HaEr48: Setelah saya cek lagi, sepertinya pernyataan ini didasarkan pada sumber dari Cummings (2007a, hlm. 5): "This access [to maritime trade of coastal Talloq] must have been decisive in fueling Gowa’s rise. Significant too was the beginning afterwards, as yet tentative, of a close partnership with Talloq that would flourish in the seventeenth century." Pernyataan di atas sudah saya kembalikan plus sumbernya.  Masjawad99  (bicara) 28 April 2019 00.47 (UTC)[balas]
  • Setauku kalau titel saja, seperti "Karaeng" tidak diikuti nama maka tidak dikapitalisasi. Misal, "Aku ingin menjadi presiden", "Ia adalah anak seorang raja", dst.
    Sudah dikerjakan Saya ganti semua sebutan "Karaeng" yang berdiri sendiri dengan "karaeng" (dicetak miring, agar konsisten dengan titel lainnya).  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 19.31 (UTC)[balas]
  • Apa bisa disebutkan suku-suku apa saja yang ada di Sulawesi Selatan ketika itu? Agar jelas kalau ada kalimat seperti "negara Bugis di Bone dan Wajo" atau "Kerajaan Makassar di Gowa" bahwa "Makassar" dan "Bugis" di sini adalah nama suku.
    Bagusnya dimasukkan di mana? Setelah paragraf pertama? Di sumber Pelras (1997) ada satu bagian yang mendeskripsikan hubungan antaretnis di Sulawesi Selatan prakolonial. Memang, fokus Pelras di situ adalah suku Bugis, tapi jabarannya lumayan bagus kalau mau dimasukkan sekilas.  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 19.31 (UTC)[balas]
  • Mungkin bisa disebutkan juga daerah asal suku Bajau
    Sebenarnya sudah disebut di kalimat: "Pada saat itu, suku Bajau, yang merupakan pengembara maritim, merupakan komunitas utama yang membawa barang dagangan dari Laut Sulu hingga Sulawesi Selatan." Suku Bajau tersebar-sebar komunitasnya, tidak menetap di satu tempat. Tapi yang pasti, suku Bajau bukan suku "asli" Sulawesi Selatan (maka Karaeng Bayo dianggap sebagai raja asing). Secara linguistik bahasa Sama-Bajau juga tidak termasuk rumpun bahasa Sulawesi Selatan (yang di antaranya mencakup bahasa Bugis, Makassar, Toraja, Mandar).  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 19.31 (UTC)[balas]
    @HaEr48: Saya tambahkan pembahasan mengenai suku Bajau di catatan penjelasan [e].  Masjawad99  (bicara) 28 April 2019 01.33 (UTC)[balas]
Gowa dan Tallo dari 1511 hingga 1565
[sunting sumber]
  • pengambilan pampasan: bagaimana kalau pengambilan upeti?
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 19.31 (UTC)[balas]
  • "Gowa berhasil menghalau invasi Tallo dan sekutunya. Sebagai pemenang perang, …" Menurutku sekadar "menghalau invasi" belum sama dengan pemenang perang yang setelah itu diangkat menjadi hegemon. Apa bisa dijelaskan apa ada faktor lain dalam kemenangan Gowa selain menghalau invasi? Misal, apakah mereka menduduki Tallo atau kota lainnya, menghancurkan sumber daya manusia, dst? Soalnya, sepertinya perjanjian damainya sangat menguntungkan Gowa.
    Hm, Kronik Gowa (terjemahan Cummings) hanya menyatakan begini: "Once the battle raged the people of Talloq, the people of Maros, the people of Polombangkeng were put to flight. They launched ships and flew up toward their homelands. The people of Talloq fled deep into Talloq. Then an invitation was sent out to Tumapaqrisiq Kallonna. He entered Talloq. For seven [nights] there he was feasted and honoured. They all swore oaths, the karaeng [of Gowa], the karaeng of Talloq, all the gallarrang in the great hall: ‘Anyone who sets Gowa and Talloq against each other, he is cursed by the gods’." Saya tidak paham budaya Sulawesi Selatan, tapi saya pikir ini semacam pengakuan dominasi Gowa karena sudah berhasil mengalahkan mereka di pertempuran. Saya ganti jadi "memenangkan pertempuran melawan" alih-alih "menghalau invasi".  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 19.31 (UTC)[balas]
Gowa dan Tallo dari 1565 hingga 1593
[sunting sumber]
  • "La Tenrirawe menghasut tiga vasal Gowa ".. Kok rasanya "menghasut" agak kurang netral ya? Dari segi Gowa mungkin terlihat menghasut, tapi kan dalam diplomasi wajar-wajar aja saling berebut sekutu. Bagaimana kalau "membujuk"?
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 19.31 (UTC)[balas]
  • "pendidikan kerajaan": menurutku "royal education" itu maksudnya lebih ke pendidikan para raja atau keluarga kerajaan, alih-alih kerajaan secara keseluruhan. Bagaimana menurut bung?
    Sudah dikerjakan Benar, sudah saya ganti. Di dalam rincian tugas tumabicara butta menurut lontara Latoa, salah satunya adalah "mendidik anaknya raja dan anak [tumabicara butta] sendiri"  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 19.31 (UTC)[balas]
  • Pemujaan akan sifat keilahian asal-usul para bangsawan: agak janggal kalimatnya, bagaimana kalau "Pemujaan terhadap bangsawan yang dianggap memiliki asal-usul dari langit" atau "Pemujaan terhadap bangsawan yang dianggap keturunan dewa"?
    Sudah dikerjakan Saya ambil usul dari Mas Japra Jayapati: "Pengagungan kaum ningrat sebagai keturunan dewa-dewi..."  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 19.31 (UTC)[balas]
  • Empat orang Fransiskan : bagaimana kalau "Empat misionaris Fransiskan"? Mengingat nama "Fransiskan" ini tidak seterkenal di audience bahasa Inggris
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 19.31 (UTC)[balas]
  • Selama empat dasawarsa berikutnya, Karaeng Matoaya memelopori perkembangan Islam di Sulawesi Selatan serta memperluas wilayah Gowa-Tallo hingga ke Maluku dan Nusa Tenggara: Kalau terjadi selama empat dasawarsa dan merupakan peristiwa penting, kenapa cuma dijelaskan satu kalimat? Bagaimana kalau diberikan penjelasan skeitar 1-2 paragraf, seperti bagian "kelanjutan" atau "aftermath" yang sering ada di artikel-artikel sejarah lainnya?
    Mungkin karena berada di luar tema utama artikel? Sepertinya si penulis asli mengikuti pembagian kronologi sejarah Sulsel versi Bulbeck & Caldwell; mulai awal 1600 itu sudah masuk Periode Sejarah Modern Awal yang ditandai dengan ekspansi besar-besaran Gowa-Tallo, integrasi dengan dunia perdagangan internasional, dan perkembangan agama Islam (Bulbeck & Caldwell 2000, hal. 106-107). Kalau mau menambahkan #Kelanjutan, bisa sih, tinggal meringkas poin-poin penting periode tersebut dan dampak sosiopolitiknya. Tapi saya mungkin tidak sempat menambahkan sekarang.  Masjawad99  (bicara) 27 April 2019 08.30 (UTC)[balas]
  • Aku ada https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sejarah_awal_Gowa_dan_Tallo&type=revision&diff=15027039&oldid=15026346], silakan diperiksa atau dikembalikan kalau tidak cocok
    Terima kasih  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 19.31 (UTC)[balas]
  • Sekian dulu, nanti aku lanjutkan lagi.

--HaEr48 (bicara) 26 April 2019 14.28 (UTC)[balas]

Perubahan demografis dan kultural
[sunting sumber]
  • Kalau dimulainya aksara masih tidak jelas, apakah sejarah yang diceritakan di sini berasal dari catatan tertulis? Kronik Gowa dan Kronik Tallo itu sendiri siapa yang menulis dan kapan ditulisnya? Kalau ada cukup bahan, bisa dibuat bagian "Sumber sejarah" seperti di Æthelflæd#Sumber sejarah untuk menjelaskan sumber yang dipakai para sejarawan
    Cummings 1999 dan bagian pendahuluan Cummings 2007a itu bahasan utamanya tentang historiografi Kronik Gowa dan Kronik Tallo. Isinya lumayan kalau mau menambahkan satu bagian tersendiri. Nanti saya coba tambahkan.  Masjawad99  (bicara) 27 April 2019 05.41 (UTC)[balas]
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 5 Mei 2019 14.40 (UTC)[balas]
  • Apa ada penjelasan kenapa perkiraan Bulbeck tahun 1992 dan 1994 berbeda cukup besar? Apa ada penjelasan sumber yang ia pakai untuk menyimpulkan?
    Strategi yang dipakai Bulbeck sebenarnya cukup sederhana. Pertama, dia mendaftar situs-situs pekuburan yang aktif digunakan antara abad ke-14 hingga ke-17 melalui survei langsung (sebagian di antaranya masih aktif hingga kini). Kedua, ia mendaftar situs yang aktif di masa modern lalu membaginya dengan hasil sensus penduduk. Nah, perkiraan populasi pada masa tertentu didapatkan dengan rumus: jumlah situs pekuburan yang aktif pada masa tersebut dikali populasi/pekuburan (Bulbeck 1992). Namun estimasi ini jelas kurang tepat, karena jumlah pekuburan aktif tidak bertumbuh secepat kepadatan penduduk; dengan kata lain, untuk kepadatan penduduk yang sama, ada lebih sedikit pekuburan aktif di masa kini. Atau jika dibalik, dengan jumlah pekuburan aktif yang sama, kepadatan penduduknya jauh lebih tinggi di masa kini. Di dalam jurnal kajian tahun 1994, estimasi ini dikoreksi dengan menambahkan variabel pertumbuhan kepadatan penduduk (beserta koreksi jumlah situs pekuburan di wilayah-wilayah tertentu) hingga hasilnya berbeda.  Masjawad99  (bicara) 27 April 2019 12.04 (UTC)[balas]
  • klaim keturunan ilahi para bangsawan: "keturunan dewata"? Sepertinya "divine" ini lebih cocok dikaitkan dengan dewa/dewi kalau untuk agama bukan monoteisme/abrahamik.
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 27 April 2019 05.41 (UTC)[balas]
Sejarah awal Gowa sebagai pembentukan negara
[sunting sumber]
  • "delapan belas dari dua puluh dua atribut":
    • menurutku, kalau melihat aturan dari PUEBI [2], bisa ditulis "18 dari 22" karena merupakan perincian, dan selain itu "dua puluh dua" sudah lebih dari dua kata?
      Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 27 April 2019 09.29 (UTC)[balas]
    • Apakah 22 syarat ini dibuat oleh Bulbeck sendiri, ataukah dia kutip dari sumber lain? Aneh juga membuat kriteria rinci seperti itu tapi hanya untuk menguji satu kasus
      Saya cek langsung ke sumbernya. Di daftar aslinya, Bulbeck mengutip 26 atribut dari enam nama berbeda, jadi bisa dikatakan bahwa syarat-syarat tersebut diakui oleh sebagian besar ahli antropologi dan bukan buatan Bulbeck sendiri. Dari 26 atribut tersebut, 22 di antaranya ditandai oleh Bulbeck sebagai "kriteria yang spesifik dan lebih berguna". Dari 22 syarat ini, 18 diantaranya sudah terpenuhi pada abad ke-16 (Bulbeck 1992, hlm. 470-471). Btw, terimakasih sudah membahas bagian ini, saya baru sadar ada kesalahan penerjemahan. Tabel yang ada di artikel menunjukkan 22 kriteria (bukan 18) beserta masa terpenuhinya. Ada 18 kriteria di tabel tersebut yang terpenuhi sebelum 1600. Sudah saya sunting bagian ini, coba dibaca ulang.  Masjawad99  (bicara) 27 April 2019 09.29 (UTC)[balas]
    • Apa 4 syarat yang tidak terpenuhi?
      Semua kriteria di tabel yang masa terpenuhinya 1600 ke atas (di luar cakupan Periode Sejarah Awal): [1] sistem pengairan yang disokong negara, [2] agama resmi, [3] pembagian wewenang dalam jaringan pemerintahan yang pluralistik, dan [4] mata uang sendiri. Perlukah di-highlight (atau diberi tanda bintang, misalnya)? Masjawad99  (bicara) 27 April 2019 09.29 (UTC)[balas]
Lain-lain
[sunting sumber]
  • Istilah "Kronik Gowa" dan "Kronik Tallo" apakah ada padanan yang lebih bahasa nusantara? Judul aslinya bukan dalam bahasa Barat, kan?
    Yang versi bahasa Inggris memang pakai "chronicle" sebagai padanan patturioloang. Mungkin "hikayat" atau "babad"? Tapi yang terakhir kayaknya terlalu Jawa. @Japra Jayapati gimana bagusnya?  Masjawad99  (bicara) 27 April 2019 04.23 (UTC)[balas]
Patturioloang = "perihal orang-orang zaman dulu" = catatan sejarah. Sepertinya ini adalah sebutan yang diberikan generasi terkemudian kepada naskah-naskah sejarah warisan generasi terdahulu. Kronik Bugis-Makassar pada hakikatnya mirip wikipedia, dingin, netral, berusaha menyajikan keterangan apa adanya, bahkan menyepelekan keyakinan tradisional sendiri (semisal asal-usul para tumanurunga), jauh berbeda dari ragam karya tulis hikayat Melayu maupun babad Jawa yang disusun dengan tujuan utama mengagungkan leluhur atau penguasa. Catatan kronologis Bugis Makassar seperti jurnal, buku harian, knonik, dsb disebut (ini nama jenis, bukan judul naskahnya lho) "Lontara' bilang" (lontar angka/catatan bertarikh). Lebih mirip naskah-naskah tarikh/tawarikh Eropa, diawali dengan penjabaran tarikh lalu diikuti keterangan mentah, tanpa bumbu-bumbu dan gaya bahasa berbunga-bunga khas hikayat/babad. Saya lebih suka kata "tarikh" atau "tawarikh" sebagai padanan "kronik" dalam konteks Bugis-Makassar, "kronik" juga sudah nongol di KBBI kok.تابيق ~ Japra (obrol) 27 April 2019 05.53 (UTC)[balas]
@Japra Jayapati dan HaEr48: Soal dingin itu betul sekali, ketika menulis hal-hal "supernatural", si penulis selalu menambahkan "dikatakan bahwa..." tanpa secara eksplisit menganggapnya sebagai fakta. Jika ada yang tidak diketahui, ya tidak dituliskan ("karena tidak ada yang dikatakan tentangnya"), jadi memang bukan seperti hikayat Melayu apalagi babad Jawa yang banyak kejadian gak masuk akal. Cuma, Mas, dari sumber-sumber yang saya baca (koreksi kalau saya salah) lontara' bilang dan patturioloang itu agak berbeda genrenya. Lontara' bilang itu lebih kepada daftar kejadian-kejadian (lengkap dengan tanggal dsb.), sedangkan patturioloang itu bentuknya narasi sejarah. Kalau memadankan lontara' bilang dengan "tarikh" sepertinya pas, tapi kalau patturioloang, rasanya lebih tepat "kronik".  Masjawad99  (bicara) 27 April 2019 06.20 (UTC)[balas]
Lontara' bilang memang nama generik (segala macam catatan bertarikh), mungkin patturioloang lebih khusus sifatnya, termasuk catatan bertarikh, tetapi lebih panjang uraiannya. Patturioloang = sejarah. Ngomong-ngomong "tarikh" juga dapat berarti catatan sejarah lho. Tetap pakai "kronik" juga tidak apa-apa kok.تابيق ~ Japra (obrol) 27 April 2019 06.52 (UTC)[balas]
Oke, kalau begitu sepertinya tidak akan saya ubah, agar tidak terlalu jauh terjemahannya. Omong-omong, patturioloang itu kata dasarnya turiolo ya?  Masjawad99  (bicara) 27 April 2019 07.47 (UTC)[balas]
@Masjawad99: Betul. Tu ri yolo (harfiah: orang di masa lampau), diimbuhi awalan pa- dan akhiran -a.

Demikian saja tinjauanku. Semoga bermanfaat. HaEr48 (bicara) 27 April 2019 02.50 (UTC)[balas]

@Masjawad99: Terima kasih jawabannya dan tambahan-tambahan barunya di artikel. Beberapa aku tanggapi balik, silakan cek teks yang berwarna biru diatas. HaEr48 (bicara) 27 April 2019 16.30 (UTC)[balas]

@Masjawad99 masih ada 2 masukan yang ditandai dengan warna biru tuh.  Mimihitam  5 Mei 2019 10.38 (UTC)[balas]

Komentar dari Japra Jayapati

[sunting sumber]
  • "Tumakkajananngang", lebih tepat Tumakkajanangngang (bukan ..nan-ngang melainkan ..nang-ngang, penekanan pada fonem "ng").
    Sudah dikerjakan Ini masalah ejaan juga sih. Cummings tidak mendobel digraf; dia pakai "nng" dan "nny" alih-alih "ngng" dan "nyny". Sudah saya sesuaikan ke bentuk yang lebih umum.  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 19.42 (UTC)[balas]
  • "Tumamenang", lebih tepat Tumamenanga (alias Tumenanga, "orang yang mangkat").
    Dalam Kronik Gowa dan Kronik Tallo yang ditransliterasikan Cummings, sebutan Tumamenang lebih banyak dipakai daripada Tumenanga. Apakah ada perbedaan kapan harus memakainya?  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 19.42 (UTC)[balas]
Ya sudah kalau memang hasil transliterasi lontara' bilang (kronik). Saya sendiri belum pernah baca. Agaknya lontara' bilang menggunakan kata "tu-mamena", sama saja artinya dengan tu-mamenanga atau tu-menanga. Tulisan "tumamena ri ..." dalam aksara lontara' dapat saja dibunyikan tumamenanga ri ...
Sudah dikerjakan Betul, saya juga pikir ini cuma masalah cara baca. Sudah saya ganti semua "Tumamenang" dengan "Tumamenanga"  Masjawad99  (bicara) 27 April 2019 05.43 (UTC)[balas]

Artikelnya bagus sekali. تابيق ~ Japra (obrol) 26 April 2019 15.34 (UTC)[balas]

Komentar dari Hanamanteo

[sunting sumber]
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Bagian pembuka
Latar belakang
  • "..., tampaknya perkembangan peradaban awal Sulawesi Selatan "secara garis besar tidak terhubung dengan teknologi dan ide-ide asing."" Tambahkan bahwa kutipan itu berasal dari Ian Caldwell.
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 3 Mei 2019 20.38 (UTC)[balas]
  • "..., Gowa pra-Islam dan jiran-jirannya merupakan peradaban yang berdasarkan "pada kelompok pemikiran sosial dan politik asli 'bangsa Austronesia'"" Kutipan itu berasal dari siapa? Masih Ian Caldwell atau Christian Pelras?
    Caldwell. Pelras di situ pembahasannya panjang lebar, tapi intinya sama.  Masjawad99  (bicara) 3 Mei 2019 20.39 (UTC)[balas]
  • "..., dapat dikontraskan dengan masyarakat Nusantara bagian barat lainnya yang memperoleh pengaruh budaya India secara ekstensif." Bagaimana jika "meluas"?
    Saya rasa sudah pas. "Ekstensif" di sini tidak sama dengan "meluas", karena pengaruh budaya India di masyarakat Nusantara bagian barat tidak hanya menyebar secara horizontal tapi juga vertikal, menembus segala kelas sosial.  Masjawad99  (bicara) 3 Mei 2019 20.38 (UTC)[balas]
Sumber sejarah
  • "Naskah-naskah dalam genre ini disusun secara kronologis, mendaftar kejadian-kejadian penting semisal kelahiran dan kematian para bangsawan, proyek-proyek pembangunan, kedatangan delegasi asing, bencana alam, hingga kejadian tak biasa seperti gerhana dan melintasnya komet." Mungkin bisa ditambah satu atau beberapa perkataan sebelum "mendaftar"?
    Saya pindahkan ke awal kalimat sebelumnya (tentang penanggalan), sepertinya lebih pas. Bagaimana?  Masjawad99  (bicara) 10 Mei 2019 21.32 (UTC)[balas]
  • "Sedikit sekali catatan eksternal mengenai Sulawesi Selatan sebelum abad ke-16. Salah satunya naskah Jawa Nagarakretagama dari abad ke-14, yang menyebut beberapa nama tempat di Sulawesi Selatan." Mungkin titik di kalimat pertama bisa diganti dengan koma? Sepertinya setelah diganti, kalimatnya masih tidak terlalu panjang.
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 10 Mei 2019 21.32 (UTC)[balas]
Awal mula Gowa dan Tallo
  • "Dinasti-dinasti utama di Sulawesi Selatan mengaitkan ..." Apa sajakah itu?
    Tidak disebutkan rinci di sumber, tapi hampir seluruh dinasti di Sulawesi Selatan punya legenda ini, mulai dari Luwu sampai Bone, bahkan dinasti minor seperti Sidenreng di Ajatappareng. Saya sampai hafal narasi ini karena diulang terus dalam setiap asal-usul dinasti Sulawesi Selatan. Rasanya tidak terlalu perlu dibuat spesifik.  Masjawad99  (bicara) 10 Mei 2019 21.32 (UTC)[balas]
  • "Kronik Gowa dari abad ke-17 secara spesifik menyebutkan bahwa orangtua Karaeng Gowa ..." Maksudnya semua Karaeng Gowa atau hanya Tumaparisi Kallonna?
    Sudah dikerjakan Saya lupa menambahkan "pertama" setelah Karaeng Gowa.  Masjawad99  (bicara) 10 Mei 2019 21.32 (UTC)[balas]
  • "Pemerintahan Gowa terlahir ketika pemimpin-pemimpin setempat yang dikenal secara kolektif sebagai Bate Salapang ..." Tidak dimiringkan?
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 10 Mei 2019 21.32 (UTC)[balas]
  • "... yang mengantarkan pada zaman yang disebut "Periode Sejarah Awal" oleh Bulbeck and Ian Caldwell (2000)." Penulisan seperti ini malah membuat kesan catatan kaki ditulis ganda, bagaimana jika cukup ditulis Bulbeck dan Caldwell saja?
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 10 Mei 2019 21.32 (UTC)[balas]
  • Pranala Asia Tenggara Maritim untuk Nusantara mestinya dipindah ke bagian #Latar belakang karena kata Nusantara pertama kali digunakan di bagian itu.
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 10 Mei 2019 21.32 (UTC)[balas]
  • "Hal ini berakibat pada naiknya permintaan beras dari Sulawesi Selatan, yang mendorong sentralisasi politis serta intensifikasi pertanian padi." Tidak perlu koma.
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 10 Mei 2019 21.32 (UTC)[balas]
  • "Menurut Kronik Tallo, kejadian ini memaksa Karaeng Loe mengungsi ke 'Jawa'; lebih tepatnya, pantai utara Jawa, ..." Bagaimana jika "Menurut Kronik Tallo, kejadian ini memaksa Karaeng Loe mengungsi ke 'Jawa', lebih tepatnya pantai utara Jawa, ..."?
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 10 Mei 2019 21.32 (UTC)[balas]
  • "Sejak semula, Tallo merupakan negara maritim, mengambil keuntungan dari ..." Agak kaku, bagaimana jika "Sejak semula, Tallo merupakan negara maritim dengan mengambil keuntungan dari ..."
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 10 Mei 2019 21.32 (UTC)[balas]
Catatan
  • "Juga ditulis sebagai Tallo', Tallok atau Talloq, ..." Tambahkan koma setelah Tallok.
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 3 Mei 2019 20.38 (UTC)[balas]
  • "William Cummings secara konsisten menyebut bahwa Tumaparisi Kallonna memerintah sejak tahun 1510 atau 1511 hingga 1546 (Cummings 2002, 2007, 2014), ..." Tidak diubah ke sfn? Halaman jangan lupa.
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 3 Mei 2019 20.38 (UTC)[balas]
  • "..., namun Anthony Reid memberikan tahun 1566 sebagai waktu mangkatnya." Ganti dengan "tetapi".
    Sudah dikerjakan  Masjawad99  (bicara) 3 Mei 2019 20.38 (UTC)[balas]
  • "Bulbeck (1991, 2006) dan Gibson (2005), ..." Ubah ke harvtxt. Bulbeck (1991) tidak dijumpai sama sekali di daftar pustaka, adanya Bulbeck (1992).
    Bulbeck yang dimaksud adalah Bulbeck 1992, sudah saya cek sumbernya. Sepertinya tidak perlu diubah ke harvtxt, toh sumber yang dimaksud sudah diletakkan di akhir kalimat.  Masjawad99  (bicara) 3 Mei 2019 20.39 (UTC)[balas]
Rujukan
  • Walaupun artikel ini bertemakan Indonesia, saya sama sekali tidak menemukan satupun sumber berbahasa Indonesia. Ini bukanla kewajiban, tetapi rasanya agak kurang manakala sumber berbahasa Indonesia bahkan tidak ada sama sekali di artikel bertema Indonesia.
    Nggak aneh, pusat kajian sejarah Indonesia saja sekarang salah satu yang terbaiknya itu di Leiden, jadi tidak wajib untuk ada sumber bahasa Indonesianya.  Mimihitam  2 Mei 2019 15.20 (UTC)[balas]
    Saya juga maunya ada sumber Indonesia, tapi karena kebetulan ini terjemahan dari versi Inggris dan menurut saya sudah cukup lengkap, rasanya tidak perlu ditambahkan lagi.  Masjawad99  (bicara) 3 Mei 2019 20.38 (UTC)[balas]

@Hanamanteo masih ada komentar lagi?  Mimihitam  6 Mei 2019 09.01 (UTC)[balas]

Mimihitam Belum, akan dikerjakan bersamaan dengan pengusulan lainnya. Hanamanteo Halaman pembicaraan saya 10 Mei 2019 06.49 (UTC)[balas]
  • @Hanamanteo: Rencananya kira-kira kapan Bung? Saranku, kalau memang sibuk, yang ini tidak usah dipaksakan karena peninjauan yang lain sudah lumayan komprehensif dan banyak yang setuju, sehingga sudah siap diangkat. Supaya waktu bung yang berharga bisa difokuskan ke usulan yang lumayan kurang peninjau seperti Zenobia. HaEr48 (bicara) 14 Mei 2019 14.35 (UTC)[balas]

Sepertinya bung Hanamanteo masih sibuk dan belum ada perkiraan kapan mau melanjutkan lagi. @Mimihitam, Glorious Engine, dan Japra Jayapati: Mengingat untuk yang ini sudah ada cukup tinjauan dan reaksi positif, bagaimana kalau kita bungkus saja? HaEr48 (bicara) 23 Mei 2019 17.50 (UTC)[balas]

@HaEr48 aku setuju. Kasihan kalau pengusulan yang sudah dapat banyak peninjauan komprehensif jadi ketahan gara-gara satu orang lagi sibuk.  Mimihitam  23 Mei 2019 21.19 (UTC)[balas]

Tambahan

[sunting sumber]
Ini adalah ringkasan peninjauan tambahan yang diambil dari Pembicaraan:Sejarah_awal_Gowa_dan_Tallo#Ejaan

Dalam proses menerjemahkan artikel ini, saya mempertahankan penggunaan huruf q untuk hentian glotal. Termasuk menggunakan ejaan Talloq dan Wajoq alih-alih Tallo dan Wajo. Alternatif lainnya adalah menggunakan apostrof atau huruf k, tapi ini bisa jadi masalah juga (apostrof untuk hamzah bisa disalahartikan sebagai tanda petik, dan huruf k juga ambigu pengucapannya). Apakah ejaan dengan q ini bisa diterima? Atau apakah sebaiknya di-Indonesiakan dengan menghapus q atau menggantinya dengan hamzah/k (setidaknya untuk nama wilayah yang familiar)?  Masjawad99  (bicara) 24 April 2019 04.40 (UTC)[balas]

Tanya @HaEr48. Tapi di Indonesia memang ejaan yang tanpa q lebih dikenal sih, jadi kalau aku sih mungkin akan aku hapus.  Mimihitam  24 April 2019 04.46 (UTC)[balas]
@Mimihitam dan Masjawad99: Kalau begitu semua glottal stop yang dilambangkan dengan q harus dihapus/diganti juga dong supaya konsisten? Misal "Tumapaqrisiq Kallonna". HaEr48 (bicara) 25 April 2019 21.36 (UTC)[balas]

@HaEr48 dan Mimihitam: Kalau seandainya perlu mengikuti nama yang sudah umum di Indonesia, saya rasa tidak apa jika dihapus, terutama untuk nama daerah dan individu. Tapi sepertinya akan saya pertahankan untuk istilah-istilah atau kutipan dalam bahasa Makassar (dicetak miring). Jadi misalnya, ketika menjelaskan asal-usul nama Tallo, akan jadi begini: "... nama "Tallo" sendiri diambil dari kata taqloang yang dalam bahasa Makassar...." Intinya, ejaan dengan 'q' hanya dipakai dalam konteks bahasa Makassar. Bagaimana?  Masjawad99  (bicara) 25 April 2019 22.11 (UTC)[balas]

Bung Masjawad99 tau gak, untuk teks akademik Indonesia lebih sering dipakai tanda kutip atau q? HaEr48 (bicara) 25 April 2019 23.54 (UTC)[balas]
Hmm, sepertinya sih lebih banyak yang pakai apostrof, atau tidak dituliskan sama sekali. Kadang-kadang ada yang pakai 'k'. Jarang sekali yang pakai 'q'. Saya pribadi lebih suka pakai huruf untuk membedakan antara bunyi /ʔ/ dan tanda petik ortografis (agar tidak ada kerancuan ketika menulis dalam tanda kutip, seperti "Talloq" alih-alih "Tallo'"). Tapi tentu Wikipedia bukan tempat yang tepat untuk mempromosikan ejaan tertentu. O ya, sekadar tambahan, sebenarnya dalam aksara Makassar sendiri hentian glotal, sengau velar, dan geminasi tidak ditandai. Jadi, Tallo'/Talloq (IPA: /'tal:oʔ/) dalam aksara Makassar Kuna dieja ta-lo, Sidenreng dan Sidenre sama-sama dieja si-de-re, butta (negeri) dieja bu-ta, dan begitu seterusnya. Makanya transliterasinya jadi banyak variasi.  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 00.55 (UTC)[balas]

Sepertinya isunya agak sulit karena sumber-sumber Indonesia tampaknya tidak konsisten dalam hal ini. Contohnya sewaktu aku nemu artikel di [3], Masjawad99 mendapati kalau "penggunaannya tidak konsisten; kadang memakai apostrof (Tumapa'risi' Kallonna), kadang-kadang dihapus (Tunijallo, Tunipasulu)."

Memohon pendapat tambahan dari @Meursault2004 @Gunkarta @Japra Jayapati  Mimihitam  26 April 2019 04.03 (UTC)[balas]

Saya lebih suka pakai koma hamzah dari pada huruf 'q' (nanti malah dikira sama dengan fonem 'q' dalam bahasa sasak). Benar, penulisan kata-kata bahasa Makassar tidak konsisten dalam pemakaian penanda hentian glotal (Tumapa'risi' Kallonna, Tumapakrisik Kallonna, Tumaparisi Kallona), tapi saya belum pernah jumpai pemakaian huruf 'q' sebagai tanda hentian glotal dalam penulisan kata-kata bahasa Makassar. Hentian glotal bahasa Makassar hanya muncul dalam bahasa tutur, aksara Bugis-Makassar tidak memiliki tanda hentian glotal.تابيق ~ Japra (obrol) 26 April 2019 04.32 (UTC)[balas]
@Japra Jayapati: Kalau mau konsisten dengan ejaan Tallo (tanpa penanda hentian glotal), saya usulkan untuk menghilangkannya di seluruh tempat, kecuali dalam kutipan langsung (di dalam artikel ini saya mengutip beberapa kali dari transliterasi versi Cummings yang memakai ejaan dengan 'q'). Toh ini lebih dekat juga dengan ragam tulis Bugis-Makassar.  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 05.04 (UTC)[balas]

@Masjawad99 setuju  Mimihitam  26 April 2019 05.30 (UTC)[balas]

Masjawad99 Lho silahkan saja kalau mau pakai 'q'. Saya pribadi lebih suka koma hamzah, engga masuk neraka kan? Mengenai bentuk "Tallo" sebagai acuan, sepertinya harus dipertimbangkan dulu. Tallo ini kan sekarang adalah nama sungai dan nama kecamatan di kota Makassar, jadi dalam konteks modern, harus menggunakan bentuk Tallo, tapi kalau dalam konteks sejarah pra-RI silahkan saja mengacu pada sumber yang anda pakai.تابيق ~ Japra (obrol) 26 April 2019 05.48 (UTC)[balas]
Ngomong-ngomong, nama mahkota kerajaan Gowa bukan "Salakoa" melainkan "Salokoa", "Karaeng" bukan berarti "raja" (meskipun seringkali diterjemahkan menjadi "raja") melainkan "tuan"/"junjungan" (penguasa chiefdom tertentu, setara dengan "Lord" di Inggris, karena itu kata "karaeng" lazimnya dirangkaikan dengan nama daerah tertentu, dan tetap disandang oleh pemiliknya sekalipun sudah menjadi raja), raja dalam bahasa Makassar adalah "Sombaya" ("yang disembah"). Mau saya ganti, tapi takutnya nama dalam artikel ini mengacu ke sumber tertentu. تابيق ~ Japra (obrol) 26 April 2019 06.00 (UTC)[balas]
@Japra Jayapati: Ahahaha, kalimat saya terdengar agresif, ya? Usul saya di atas maksudnya mau minta pendapat Mas Japra, gimana bagusnya. Alternatif lain yang juga sempat dibicarakan adalah tetap menggunakan penanda hentian glotal, tapi menghapusnya bagi nama-nama daerah tertentu yang sudah dikenal umum (seperti Wajo, Luwu, dll). Soal Salakoa, wah, saya baru tahu ejaan yang benarnya. Saya coba track sumbernya, ejaan ini sepertinya banyak dipakai di jurnal luar alih-alih dalam negeri. Sepertinya ada satu sumber luar yang salah mengutip dan diikuti sebagai acuan. Caption gambar sudah saya ganti dengan ejaan yang benar. Untuk "Karaeng", memang arti harfiahnya bukan raja. Tadinya saya terjemahkan jadi "penguasa Gowa" tapi rasanya kurang pas. Apa perlu dikembalikan, atau diganti yang lain? Mengenai "Sombaya", istilah ini dipakai di sumber tapi tidak di artikel versi WP Inggris. Saya saya tidak tahu kapan harus menggunakannya. Ada saran?  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 08.27 (UTC)[balas]
Tidak agresif kok. Saya justru khawatir pendapat saya malah bikin  Masjawad99  urung pakai 'q' seturut sumber. Dalam bahasa Makassar, "saloko" berarti hiasan kepala, akhiran -a pada kata "salokoa" sama fungsinya dengan kata sandang "the" dalam bahasa Inggris, jadi salokoa berarti "the crown". Kata "karaeng" sama persis seperti kata "gusti" dalam bahasa Jawa, dapat berarti "tuan" maupun "Tuhan", padanannya dalam bahasa bugis adalah Arung/Puang. Dapat dimaklumi kalau diterjemahkan menjadi raja, karena para karaeng & puang ini memang berkuasa mutlak di daerahnya masing-masing. Masyarakat Makassar sampai hari ini masih menggunakan kata ini dengan makna tersebut(digandengkan dengan nama Tuhan, misalnya Karaeng Allah Ta'ala, maupun sebagai sapaan takzim bagi orang-orang terkemuka, biasanya keturunan bangsawan). Karaeng Gowa, bisa diartikan, penguasa daerah Gowa, sementara Sombaya sudah jelas berarti kepala negara monarki yang berpusat di Gowa. Maaf saya tidak punya sumber daring. Sumber pustaka lumayan banyak. تابيق ~ Japra (obrol) 26 April 2019 09.37 (UTC)[balas]
Ah, oke, paham. Kalau begitu, ketika merujuk pada pemimpin Gowa, sebaiknya saya gunakan "Karaeng Gowa" secara penuh atau "Sombaya", begitu? Soalnya rasanya di artikel saya menyebut beberapa kali hanya "Karaeng" saja; sepertinya perlu diklarifikasi.  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 09.43 (UTC)[balas]
Saya kurang tahu kalau ada gelar "karaeng Gowa". Kalau Raja Bone memang biasa disebut Arumpone (Arung Bone), singkatan dari Arung Mangkau' ri Bone. Setahu saya, Gowa adalah daerah tempat berdirinya kota Somba Opu, pusat pemerintahan monarki suku bangsa Makassar. Gelar kepala monarki di Sulawesi Selatan antara lain [Karaeng] Sombaya ri Gowa (yang disembah di Gowa), [Arung] Mangkau' ri Bone (yang berwenang di Bone), [Datu] Mappajunge ri Luwu (yang dipayungi di Luwu), dan [Arung] Matowa ri Wajo (yang dituakan di Wajo). Jika seorang sombaya memiliki gelar "karaeng", lazimnya gelar itu ia peroleh sebelum naik takhta menjadi sombaya, dan jika tidak dirangkaikan dengan nama daerah tertentu, maka "karaeng" merupakan bentuk sapaan takzim karena yang bersangkutan berdarah ningrat. Misalnya, nama lengkap Sultan Hasanuddin, pahlawan asal Makassar, adalah "I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape Sultan Hasanuddin Tumenanga ri Balla'pangkana", I Mallombassi (Si Mallombassi) adalah nama lahir, Daeng Mattawang (Kakanda Mattawang) adalah nama dewasa, Karaeng Bonto Mangape (Junjungan Bonto Mangape) adalah gelar penguasa Bontomangape, Sultan Hasanuddin adalah nama sombaya, sementara Tumenanga ri Balla'pangkana (yang mangkat di istananya) adalah nama anumerta." Sebaiknya jangan pakai "karaeng" dengan makna "raja".تابيق ~ Japra (obrol) 26 April 2019 11.18 (UTC)[balas]
Bung Japra Jayapati, wah terima kasih penjelasannya. Apa ada saran untuk kalimat seperti "Untuk pertama kalinya, Karaeng Gowa berbagi kekuasaan dengan Karaeng Tallo" atau "Sang Karaeng sendiri tertangkap musuh dan dipenggal" sebaiknya diganti menjadi apa? HaEr48 (bicara) 26 April 2019 14.04 (UTC)[balas]
@HaEr48: Bagaimana kalau Karaeng Gowa & Karaeng Tallo diganti saja menjadi Raja Gowa & Raja Tallo khusus untuk kurun waktu ketika kerajaan suku bangsa Makassar terbagi dua. Untuk kurun waktu setelah dipersatukan kembali, dipakai istilah Raja Gowa & Karaeng Tallo.تابيق ~ Japra (obrol) 26 April 2019 14.11 (UTC)[balas]
@Japra Jayapati: Boleh juga. Biar tidak rancu siapa yang dimaksud, apakah semua sebutan "sang karaeng" (yang merujuk pada Sombaya ri Gowa) perlu diganti menjadi "sang raja"?  Masjawad99  (bicara) 27 April 2019 07.25 (UTC)[balas]
Setelah dipikir-pikir lagi, tampaknya sebutan karaeng sengaja digunakan oleh penulis aslinya, dan bukan untuk padanan "raja". Sepertinya, karena artikel ini secara khusus memfokuskan pada pertumbuhan Gowa dari sebuah chiefdom hingga imperium, si penulis asli berusaha mencari kata yang bisa dipakai untuk merujuk pada penguasa Gowa dalam semua tahap, agar tidak banyak berganti istilah. "Karaeng Gowa" disini bukan digunakan sebagai gelar bagi raja Gowa, tapi sekadar merujuk pada siapa pun yang menguasai Gowa dalam setiap tahap. Setidaknya itu impresi saya ketika membaca artikel aslinya. Apakah ini bisa diterima? Jika tidak, ya sebaiknya kita ganti yang lebih akurat.  Masjawad99  (bicara) 27 April 2019 07.37 (UTC)[balas]
Silahkan saja mas. Soalnya setelah saya baca artikel Inggrisnya dengan mengganti semua kata Karaeng dengan "Lord", rasanya benar, tetapi ketika membaca artikel Indonesianya dengan mengganti semua kata Karaeng dengan "Raja" kok rasanya salah.تابيق ~ Japra (obrol) 27 April 2019 07.45 (UTC)[balas]

Diskusi di atas adalah arsip. Terima kasih atas partisipasi Anda. Mohon untuk tidak menyunting lagi halaman ini. Komentar selanjutnya dapat diberikan di halaman pembicaraan artikel.
CATATAN PENUTUP

5 pengguna sudah memberikan komentar komprehensif. Terima kasih kepada Fandy Aprianto Rohman atas kerja kerasnya.  Mimihitam  27 Mei 2019 05.52 (UTC)

Diskusi di bawah adalah arsip dari pengusulan artikel pilihan. Terima kasih atas partisipasi Anda. Mohon untuk tidak menyunting lagi halaman ini. Komentar selanjutnya dapat diberikan di halaman pembicaraan artikel.

Artikel ini disetujui.


Pengusul: Fandy Aprianto Rohman (b • k • l) · Status:    Selesai

Artikel ini saya usahakan agar dapat menjelaskan garis besar sistem pengetahuan lokal di masyarakat suku Kerinci. Sebagai salah satu misi artikel Wiki Jelajah, menurut saya isinya sudah dilengkapi dengan rujukan-rujukan akademis. Saya meminta tambahan saran dari para pembaca sekalian.Fandy Aprianto Rohman (bicara) 30 Maret 2019 01.31 (UTC)[balas]

Komentar dari Mimihitam

[sunting sumber]

Secara garis besar sudah layak untuk menjadi Artikel Pilihan, tetapi perlu dilakukan beberapa penyesuaian. Saya berikan beberapa komentar umum dulu:

  • Bagian "Sekilas Sejarah Masyarakat Kerinci" sepertinya perlu dipangkas atau dipindahkan ke artikel Suku Kerinci. Salah satu kriteria AP adalah "Memiliki panjang yang pantas, tetap fokus pada topik utama tanpa terlalu menggali rincian yang tak perlu." Kalau mau dibuat pengenalan mengenai Suku Kerinci, kalau bisa dibuat seringkas mungkin. Jadi bisa langsung fokus ke "Suku Kerinci adalah..." dan tidak perlu pakai etimologi nama suku dan tempat. Kalau misalkan jadi terlalu singkat, saran saya langsung saja ke bagian "Asal-Usul Serayo" dan konten yang sudah dibuat di "Sekilas Sejarah Masyarakat Kerinci" dipindahkan ke artikel suku Kerinci.
    • Sudah dikerjakan
  • "Lembah Kerinci telah dihuni oleh penduduk pribumi yang disebut sebagai Kecik Wok Gedang Wok setidaknya 10.000 tahun lalu.[15] Kelompok ini diduga kuat merupakan manusia pertama yang mendiami Pulau Sumatra." --> kok aku agak curiga ya kalau "penduduk asli" ini bukan orang Austronesia, karena kalau pakai Out of Taiwan/Yunnan model, leluhur orang Austronesia baru bermigrasi massal dari Taiwan/Yunnan ke Asia Tenggara sekitar 3000-1000 SM. Saran saya kalau mau menambahkan keterangan soal suku dan peradaban, sumber yang dipakai adalah sumber ilmiah, karena situs berita kadang suka ngawur kalau memberitakan soal ini (termasuk soal "suku Inka [sic]" yang sudah saya hapus)
    • Sudah dikerjakan
  • "Seperti layaknya kearifan sistem pengetahuan dalam masyarakat lain, kearifan tradisi pada suku Kerinci secara dominan masih diwarnai oleh nilai-nilai adat yang maknanya disepadankan dengan pengetahuan, keilmuwan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya" --> aku lihat sumbernya tidak membahas Kerinci secara spesifik dan hanya soal nilai adat yang disepadankan dengan pengetahuan dll. Yang seperti ini sebenarnya termasuk riset asli, jadi mestinya dihapus saja dan hanya masukkan yang benar2 secara eksplisit menghubungkan suatu konsep dengan sukunya.
    • Sudah dikerjakan
  • Subjudulnya jangan "Asal-Usul Serayo", "Bentuk Serayo", dll, tapi ringkas saja, "Asal-usul", "Bentuk", "Ketentuan", "Hasil", dll.
    • Sudah dikerjakan
  • Catatan kaki 1 sepertinya tidak diperlukan karena malah membahas etimologi Kerinci
    • Sudah dikerjakan
  • "Istilah serayo atau nyanyo lebih dekat pada pengucapan yang dipengaruhi oleh bahasa Minang, sedangkan istilah baselang atau berselang lebih dekat pengucapannya pada bahasa Melayu.[3] Serayo atau nyanyo berarti "menyampaikan maksud yang akan dikerjakan", sedangkan baselang atau berselang berarti "kerja sama dalam bidang mata pencaharian hidup"." --> mungkin bisa dikembangkan lagi dan dibuatkan bagiannya sendiri, "etimologi"?
  • Pastikan setiap akhir paragraf ada referensinya. Di bagian Ketentuan dan Hasil masih ada beberapa paragraf yang belum dibubuhkan referensi.
    • Sudah dikerjakan

Terima kasih sebelumnya atas kerja kerasnya. Jarang sekali ada artikel tentang budaya Indonesia langsung bagus di sini .  Mimihitam  30 Maret 2019 01.09 (UTC)[balas]

@Mimihitam Mas, saran-sarannya sudah saya selesaikan semua. Tapi, untuk sub bab "etimologi" saya belum bisa soalnya takutnya cuman jadi beberapa kata saja. Terimakasih Fandy Aprianto Rohman (bicara) 31 Maret 2019 05.21 (UTC)[balas]

@Fandy Aprianto Rohman terima kasih mas atas kerja kerasnya. Sekarang saya akan berikan peninjauan spesifiknya ya. Lain kali kalau sudah dikerjakan, di setiap butirnya dikasih tag "{{sudah}} kalau misalkan sudah dikerjakan supaya gampang ngetracknya, atau kalau misalkan tidak setuju dengan peninjauan saya, bisa langsung disanggah di bawah butirannya.

Secara garis besar, aku mendukung pencalonan artikel ini karena isinya sangat informatif, tetapi masih ada beberapa penyesuaian yang perlu dilakukan. Berikut masukanku.

Paragraf pembuka
[sunting sumber]
  • "Sistem ini juga sering disebut dengan baselang atau berselang" --> mungkin tidak perlu preposisi "dengan"
    • Sudah dikerjakan
  • "serayo merupakan gotong-royong tolong-menolong" --> bedanya gotong-royong dan tolong-menolong apa ya? Kalau misalkan memang redundan, mungkin salah satunya bisa dihapus.
    • Sudah dikerjakan
  • "Orang-orang yang dimintai pertolongan akan memberikan bantuan sesuai dengan permintaan yang diinginkan atau diminta oleh pihak yang memerlukan bantuan" --> sepertinya redundan, mungkin cukup tulis "sesuai dengan permintaan."
    • Sudah dikerjakan
  • "Dalam sistem serayo terlihat adanya unsur kerja sama mengerjakan sesuatu yang dipimpin oleh orang yang meminta pertolongan." --> tambahkan preposisi "dalam" setelah kata "kerja sama"
    • Sudah dikerjakan
Latar belakang
[sunting sumber]
  • "Kelompok masyarakat atau pemukiman suatu suku bangsa" --> permukiman, bukan pemukiman
    • Sudah dikerjakan
  • "Sebagai salah satu suku yang memiliki tipikal dekat dengan alam" --> dikenal dekat dengan alam?
    • Sudah dikerjakan
  • "Beragam benda budaya yang dapat ditemukan di setiap jengkal pelosok alam Kerinci antara lain" --> "di setiap jengkal" sepertinya agak berlebihan. Gaya bahasa di Wikipedia harus netral, jadi mungkin bisa diganti jadi "di berbagai tempat di pelosok alam Kerinci..."
    • Sudah dikerjakan
  • "Dataran Tinggi Kerinci atau Kerinci Highland" --> tidak perlu pakai "Kerinci Highland"
  • "Lembah Kerinci telah dihuni oleh penduduk pribumi yang disebut sebagai Kecik Wok Gedang Wok di masa lalu." --> "di" adalah preposisi tempat, bukan waktu. Preposisi yang dipakai untuk waktu adalah "pada", jadi harusnya "pada masa lalu". \
    • Sudah dikerjakan
  • "Kelompok ini diduga kuat merupakan manusia pertama yang mendiami Pulau Sumatra." --> karena klaimnya lumayan bombastis, perlu ditopang dengan jurnal ilmiah alih-alih wacana.co. Kalau tidak ketemu mungkin bisa dihapus saja.
    • Sudah dikerjakan
Asal-usul
[sunting sumber]
  • Sumber dari pesona.travel kira-kira bisa diganti dengan buku Novendra (2010) tidak? Karena agak jomplang untuk menyandingkan keduanya
    • Sudah dikerjakan
  • "Hal ini disebabkan karena unsur utama dari serayo adalah gotong-royong atau kerja sama guna mewujudkan keteraturan sosial dalam masyarakat." --> hapus salah satu
    • Sudah dikerjakan
  • Paragraf pertama dalam subbagian bentuk perlu dikasih referensi. Catatan saja tidak cukup kalau tidak dicantumkan referensinya di situ.
    • Sudah dikerjakan
  • Catatan yang dibubuhi di paragraf pertama juga perlu referensi. Caranya tinggal tambahkan {{harvnb|Nama belakang|2019|pp=144}} **
    • Sudah dikerjakan
  • "Pemberitahuan serayo pada masa lampau dilakukan dengan cara memukul canang (gong kecil) mengelilingi kampung, namun ada juga yang melakukan pemberitahuan serayo..." --> "namun" hanya bisa di awal kalimat, ganti jadi "tetapi" yang merupakan kata hubung
    • Sudah dikerjakan
  • "Apabila dirasa sudah cukup banyak orang yang didatangi, maka si pembawa sirih pinang akan kembali ke rumahnya karena dia hanya menginginkan bantuan tenaga dari orang yang dikunjungi saja." --> hapus kata "maka", karena menurut mas IvanLanin, "apabila dirasa.." merupakan kalimat anak, kalau ditambah maka dua2nya jadi kalimat anak dan tidak ada induknya.
    • Sudah dikerjakan
  • "Mereka "termakan" dengan sesuatu yang dinamakan dengan balas budi." --> "termakan" di sini seperti bahasa sastra, mungkin bisa dinetralkan dengan kata yang lebih dingin, seperti "Mereka harus membalas budi bantuan yang telah diberikan suatu saat nanti".
    • Sudah dikerjakan
  • @Fandy Aprianto Rohman kalimat2 tambahan berikut boleh dikasih rujukan tidak?
  • Bagi masyarakat yang tidak pernah aktif dalam kegiatan serayo, orang tersebut tidak akan ditolong apabila mempunyai maksud mengerjakan sesuatu.
    • Sudah dikerjakan
  • Adapun upacara keagamaan tersebut antara lain upacara lingkaran hidup (kehamilan, kelahiran, pernikahan, dan kematian), upacara membuka tanah, dan upacara mendirikan rumah.
    • Sudah dikerjakan

Terima kasih sebelumnya  Mimihitam  15 April 2019 02.20 (UTC)[balas]

Ketentuan
[sunting sumber]
  • "Ketentuan yang selama ini berlaku dalam sistem serayo bukanlah berdasarkan hitam di atas putih" --> ganti jadi "berdasarkan perjanjian perdata"?
    • Sudah dikerjakan
  • "Apabila minum kwo ini tidak disediakan, maka orang yang meminta tolong dianggap sebagai orang yang pelit atau kikir" --> hapus "maka" sesuai penjelasan di atas
    • Sudah dikerjakan
  • "Keluarga yang pelit atau kikir biasanya tidak banyak yang mau membantu jika meminya bantuan" --> ada salah ketik di sini
    • Sudah dikerjakan
  • "Seseorang baru mau menolong apabila bantuan yang diberikan diberikan upah berupa uang atau padi sebanyak yang telah disepakati." --> typo. Hapus juga kata "upah"
  • "Tidak mungkin rasanya mengolah sawah, mendirikan rumah, ataupun melaksanakan upacara keagamaan dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan dari orang lain" --> bahasanya agak editorial. Bisa diganti jadi "Kegiatan mengolah sawah, mendirikan rumah, ataupun melaksanakan upacara keagamaan sulit untuk dilakukan sendiri tanpa bantuan dari orang lain, mengingat beratnya beban yang harus dilaksanakan."
    • Sudah dikerjakan
  • "Untuk memudahkan pekerjaan tersebut, maka diperlukan bantuan tenaga orang lain" --> hapus "maka"
    • Sudah dikerjakan
  • "Hasil dari kegiatan serayo dalam segi non-material" --> dari segi non-material?
    • Sudah dikerjakan
Parafrase
[sunting sumber]
  • Kalimat-kalimat berikut masih perlu diparafrase karena persis dengan sumber yang dikutip:
    • Suku Kerinci adalah suku asli yang mendiami wilayah Dataran Tinggi Kerinci yang berada di Jambi
      • Sudah dikerjakan
    • Adapun "Kerinci" adalah nama awal sebuah gunung serta danau dan wilayah yang berada di sekitarnya disebut dengan nama yang sama. Dengan demikian, daerahnya disebut dengan Kerinci (Kurinchai, Kunchai, atau Kinchai dalam logat asli), sedangkan penduduknya disebut dengan orang Kerinci atau suku Kerinci. Pada masa lalu, lembah Kerinci telah dihuni oleh penduduk pribumi yang disebut sebagai Kecik Wok Gedang Wok
      • Sudah dikerjakan
    • Faktor yang membuat munculnya sistem serayo (terutama dalam bidang pertanian) adalah adanya kepemilikan tanah pertanian, baik milik sendiri maupun milik kerabat (tanah pusaka) atau milik adat (tanah adat)
      • Sudah dikerjakan
    • Mereka yang memiliki lahan pertanian luas akan membutuhkan bantuan dari orang lain untuk mengolah dan merawat lahannya, sedangkan mereka yang tidak memiliki lahan pertanian biasanya akan menumpang tanam atau mengerjakan lahan pertanian dari pemilik lahan dengan sistem bagi hasil. Selain itu, kegiatan serayo dalam bidang kemasyarakatan juga tumbuh karena adanya kesadaran dalam kelompok masyarakat kecil, seperti halnya kegiatan gotong royong lain di daerah pedesaan
      • Sudah dikerjakan
    • Sejak zaman dahulu, masyarakat suku Kerinci mengerjakan sawah maupun terlibat dalam berbagai kegiatan yang bersifat umum dilakukan secara gotong royong tanpa memberikan upah kepada orang yang telah membantunya. Imbalan yang diterima hanya berupa makanan dan minuman yang disantap bersama dan disediakan oleh pihak yang meminta bantuan.
      • Sudah dikerjakan
    • Kegiatan serayo dalam bidang mata pencaharian hidup hanya dilakukan untuk mengolah lahan pertanian dan perkebunan, seperti menanam padi di sawah dan membersihkan ladang atau kebun.
      • Sudah dikerjakan
    • Adapun kegiatan serayo dalam bidang mata pencaharian hidup lain adalah membuka hutan untuk dijadikan sebagai kebun atau ladang. Upaya tersebut dapat memupuk sifat gotong royong karena dalam kegiatan ini biasanya para pelakunya akan saling membantu dan secara bergiliran mengerjakan bagian masing-masing --> juga perlu diparafrase karena masih terlalu mirip
      • Sudah dikerjakan
    • Serayo dalam upacara keagamaan biasanya dipimpin oleh sko depati (pemimpin adat tertinggi)[a] dan sko ninik mamak (pemimpin dalam kekerabatan)
      • Sudah dikerjakan
    • Adapun upacara keagamaan tersebut antara lain upacara lingkaran hidup (kehamilan, kelahiran, pernikahan, dan kematian), upacara membuka tanah, dan upacara mendirikan rumah
      • Sudah dikerjakan
    • Ketentuan yang selama ini berlaku dalam sistem serayo bukanlah berdasarkan perjanjian perdata. Tidak ada ketentuan formal dalam serayo karena sistem ini telah menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan pada masa lampau oleh nenek moyang suku Kerinci, seperti layaknya sistem gotong royong yang berada di daerah lain di Indonesia. Serayo dilaksanakan dari awal sampai selesai, biasanya dimulai sejak pagi hari sampai dengan sore hari. Apabila pada siang hari aktivitas serayo belum selesai, maka mereka akan kembali ke rumah untuk melaksanakan ibadah salat zuhur atau makan siang bersama di sekitar tempat gotong royong tersebut dilaksanakan --> masih terlalu mirip juga
      • Sudah dikerjakan
    • Makanan dan minuman yang disediakan dalam serayo dalam bahasa setempat dinamakan dengan minum kwo. Minum kwo sudah menjadi kelaziman untuk disediakan mengingat yang melakukan serayo tentu akan haus dan lapar. Apabila minum kwo ini tidak disediakan, orang yang meminta tolong dianggap sebagai orang yang pelit. Keluarga yang pelit biasanya tidak banyak yang mau membantu jika meminta bantuan, meskipun itu kaum kerabatnya sendiri. Bagi orang-orang atau keluarga yang jarang atau tidak pernah mau mengikuti serayo, konsekuensinya mereka tidak akan ditolong ketika meminta bantuan. Seseorang baru mau menolong apabila bantuannya diberikan upah berupa uang atau padi sebanyak yang telah disepakati
      • Sudah dikerjakan

Panggil juga HaEr48  Mimihitam  5 Mei 2019 10.43 (UTC)[balas]

  • Mimihitam Sebenarnya artikel ini juga sudah saya parafrase dan saya otak-atik kalimatnya, namun seperti masalah dalam artikel satunya yang saya buat, yaitu kalimat di buku yang saya pakai (menurut saya) bahasanya memang terasa aneh bahkan susah dibaca, misalnya rujukan nomer 15, dalam buku tertulis "Tidak ada imbalan yang diterima dalam kegiatan ini, yang ada hanyalah minum kwo yang dimakan bersama-sama. Kesadaran yang timbul dalam serayo membuat pihak yang diberikan bantuan akan melakukan timbal-balik pada orang-orang yang membantunya". Menurut saya, kalimat tersebut terlalu banyak kata "yang". Hal ini yang membuat saya menuliskan kutipan di rujukan itu sama dengan yang ada di alinea. Saya meminta maaf karena belum mengerti jika hal ini menimbulkan masalah dan sebelumnya saya kira itu tidak masalah jika kutipan di rujukan saya tuliskan sama seperti keterangan yang ada di artikel. Kutipan di rujukan saat ini sudah saya samakan persis dengan yang ada di buku, termasuk tanda bacanya, bahkan beberapa ada yang saya tulis satu alinea.

Terima kasih atas penjelasannya. Penjelasan diterima. Semoga bisa jadi pembelajaran untuk lain kali  Mimihitam  14 Mei 2019 17.56 (UTC)[balas]

Di bagian-bagian inti, sumber-sumbernya menggunakan sumber akademik, tetapi sumber-sumber dari situs berita dan panduan wisata kalau bisa diganti dengan sumber-sumber akademik juga supaya artikelnya semakin mantap.

@Fandy Aprianto Rohman saya lihat situs pesona.travelnya masih ada tuh.  Mimihitam  1 April 2019 01.25 (UTC)[balas]
Sudah dikerjakan

Semua gambar sudah pantas dan memiliki status hak cipta yang sesuai.

Sudah dikerjakan

Komentar dari Rex Aurorum

[sunting sumber]
Paragraf pembuka
[sunting sumber]
  • "Adapun permintaan tersebut dilakukan oleh salah satu pihak kepada kaum kerabatnya, para tetangga yang berada di dekat rumahnya, maupun warga sekampung (kelurahan ataupun dusun)" --> mungkin bisa diganti atau diperjelas
    • Sudah dikerjakan
  • "Orang-orang yang dimintai pertolongan akan memberikan bantuan sesuai dengan permintaan yang diinginkan atau diminta oleh pihak yang memerlukan bantuan" --> cukup ditulis orang
    • Sudah dikerjakan
Latar belakang
[sunting sumber]
  • "Beragam benda budaya yang dapat ditemukan di setiap jengkal pelosok alam Kerinci antara lain: batu megalit, punden berundak, menhir, dan berbagai artefak-artefak lainnya, termasuk prasasti Kerinci (lebih dikenal dengan nama Tambo Kerinci) yang ditulis pada daun lontar, tanduk, dan ruas bambu yang berumur ribuan tahun" --> cukup ditulis artefak
    • Sudah dikerjakan
  • "Suku Kerinci atau Kincai adalah suku asli yang mendiami wilayah Dataran Tinggi Kerinci atau Kerinci Highland yang berada di Provinsi Jambi" --> dikursifkan
    • Sudah dikerjakan Untuk bagian ini saya hapus
  • "Masyarakat suku Kerinci merupakan salah satu bagian dari Proto-Melayu di Nusantara yang memiliki beragam peninggalan kebudayaan masa lampau hingga peninggalan sejarah masa kini. Suku Melayu yang mendiami daerah Kerinci termasuk dalam suku Melayu tua." --> hal yang dirujuk sama tetapi menggunakan istilah berbeda
    • Sudah dikerjakan
  • "Dengan demikian, daerahnya disebut dengan Kerinci (Kurinchai, Kunchai, atau Kinchai dalam logat asli)..." --> dikursifkan
    • @Rex Aurorum Untuk bagian ini saya belum bisa karena sumber yang saya pakai juga hanya menyebutkan seperti itu, di internet juga hanya seperti itu.
  • "...sedangkan penduduknya disebut dengan orang Kerinci atau suku Kerinci" --> hapus salah satu pranala atau hapus dua-duanya
    • Sudah dikerjakan
  • " Lembah Kerinci telah dihuni oleh penduduk pribumi yang disebut sebagai Kecik Wok Gedang Wok di masa lalu" --> tidak perlu dipranalakan
    • Sudah dikerjakan
Asal-usul
[sunting sumber]
  • "Faktor yang membuat munculnya sistem serayo atau baselang (terutama dalam bidang pertanian) adalah adanya pemilikan tanah pertanian, baik milik sendiri maupun milik kerabat (tanah pusaka) atau milik adat (tanah adat)." --> ganti kepemilikan
    • Sudah dikerjakan
  • "Mereka yang memiliki tanah pertanian luas akan membutuhkan bantuan dari orang lain untuk mengolah dan merawat tanahnya, sedangkan mereka yang tidak memiliki tanah pertanian biasanya akan menumpang tanam atau mengerjakan tanah pertanian dari pemilik lahan dengan sistem bagi hasil" --> ganti lahan
    • Sudah dikerjakan
  • "Selain itu, kegiatan serayo atau gotong-royong dalam bidang kemasyarakatan juga tumbuh karena adanya kesadaran dalam kelompok masyarakat kecil, seperti halnya daerah pedesaan." --> pola kalimat sebaiknya diubah
    • Sudah dikerjakan
  • "Sejak zaman dahulu, masyarakat suku Kerinci mengerjakan sawah maupun terjun bersama dalam hal-hal maupun kegiatan yang bersifat umum secara gotong-royong tanpa memberikan upah kepada orang yang telah membantunya" --> pola kalimat sebaiknya diubah
    • Sudah dikerjakan
  • "Imbalan yang diterima hanya berupa makanan dan minuman yang disantap bersama dan disediakan oleh pihak yang meminta bantuan" --> ganti yang
    • @Rex Aurorum Untuk bagian ini tidak saya ubah karena nantinya malah jadi terlalu banyak kata "yang".
  • "...maka pihak yang telah menerima bantuan memiliki kewajiban untuk membalas jasa pihak yang telah menolong dan membantunya." --> hapus salah satu
    • Sudah dikerjakan
  • "Upaya tersebut dapat memupuk sifat gotong-royong karena dalam kegiatan ini biasanya para pesertanya akan saling membantu dan secara bergiliran mengerjakan bagian masing-masing." --> ganti pelaku
    • Sudah dikerjakan
  • "Sistem serayo pada akhirnya melahirkan perilaku sebagai hasil dari pergaulan sosial mereka terhadap warga masyarakat di lingkungan sekitarnya yang mempunyai implikasi positif terhadap kesatuan dan persatuan." --> diperjelas
    • Sudah dikerjakan
  • "Sistem serayo tidak mengenal adanya pembagian tingkatan kerja berdasarkan keterampilan atau keahlian. Keterampilan atau keahlian baru dipilah-pilah ketika dilaksanakan gotong-royong dalam mendirikan rumah dan upacara keagamaan." --> hapus salah satu
    • Sudah dikerjakan
  • "Keterampilan atau keahlian baru dipilah-pilah ketika dilaksanakan gotong-royong dalam mendirikan rumah dan upacara keagamaan." --> ganti akan
    • Sudah dikerjakan
  • "...sambil membawa sirih pinang untuk dicicipi kaum kerabat atau tetangga dekat yang didatangi. Apabila dirasa sudah cukup banyak orang yang didatangi, maka si pembawa sirih pinang akan kembali ke rumahnya karena dia hanya menginginkan bantuan tenaga dari orang yang dikunjungi saja." --> tidak perlu dikursifkan
    • @Rex Aurorum Untuk bagian ini kalau tidak dikursifkan nantinya pembaca malah kehilangan makna pembacaan apa itu sirih pinang.
  • "...serayo ini dilakukan erat kaitannya dengan pengolahan tanah pusaka dari nenek moyangnya" --> hapus, tanah pusaka sudah mengandung makna itu
    • Sudah dikerjakan
  • "Apabila minum kwo ini tidak disediakan, maka orang yang meminta tolong dianggap sebagai orang yang pelit atau kikir. Keluarga yang pelit atau kikir biasanya tidak banyak yang mau membantu jika meminya bantuan..." --> hapus salah satu
    • Sudah dikerjakan
  • Terlalu banyak mempranalakan frasa gotong royong.
    • Sudah dikerjakan

Komentar dari Hanamanteo

[sunting sumber]
Kamus Besar Bahasa Indonesia
  • "..., maka mereka akan kembali ke rumah untuk melaksanakan ibadah salah zuhur atau makan siang bersama di sekitar tempat gotong-royong tersebut dilaksanakan." Dalam hal ini, gunakan istilah "salat" alih-alih "salah", rujuk KBBI.
    • Sudah dikerjakan
Bagian pembuka
  • "Serayo atau nyanyo adalah sistem gotong-royong (terutama dalam mengolah sawah) pada masyarakat suku bangsa Kerinci yang berada di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Sistem ini juga sering disebut baselang atau berselang." Tebalkan nama lain dari serayo. Penulisan nama daerah cukup ditulis namanya tanpa status, jadi yang benar adalah Kerinci, Jambi, bukan Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
    • Sekadar menambah pendapat, menurutku mengenai penulisan "Kabupaten Kerinci" dan "Provinsi Jambi" tidak masalah untuk penyebutan pertama. Mengingat belum tentu semua orang tahu apakah "Kerinci" itu nama kabupaten, kota, atau daerah geografis biasa. Selain itu juga berguna sedikit menghilangkan ambiguitas karena Jambi juga nama kota (Kota Jambi), dan Kerinci juga nama gunung/dataran tinggi sekitarnya. HaEr48 (bicara) 2 April 2019 03.16 (UTC)[balas]
Latar belakang
  • Bagian #Sekilas mengenai masyarakat Kerinci mesti diganti namanya dengan #Latar belakang agar lebih ensiklopedik.
    • Sudah dikerjakan
  • "Kelompok masyarakat atau permukiman suatu suku bangsa biasanya merupakan cerminan dari seluruh wujud kebudayaan dalam masyarakat yang mendiami wilayah tersebut." Sepertinya kalimat ini tidak diperlukan sehingga bagian ini langsung dimulai dari "Sebagai salah satu suku yang dikenal dekat dengan alam, ..."
    • Sudah dikerjakan
  • "Beragam benda budaya yang dapat ditemukan di berbagai pelosok alam Kerinci antara lain: batu megalit, punden berundak, menhir, dan berbagai artefak lainnya, termasuk prasasti Kerinci (lebih dikenal dengan nama Tambo Kerinci) yang ditulis pada daun lontar, tanduk, dan ruas bambu yang berumur ribuan tahun." Tidak perlu titik dua. Prasasti Kerinci tidak perlu dipranalakan ke situs web lain semisal ini sehingga diganti dengan pranala wiki.
    • Sudah dikerjakan
  • "Suku Kerinci" dan "Kabupaten Kerinci" tidak perlu dipranalakan berlebihan, cukup di kalimat pertama yang menggunakan kata tersebut. Ini berlaku di keseluruhan artikel, tidak hanya untuk bagian ini.
    • Sudah dikerjakan
  • "Suku Kerinci adalah suku asli yang mendiami wilayah Dataran Tinggi Kerinci yang berada di Provinsi Jambi." Tidak perlu, cukup ditulis Jambi saja.
    • Sudah dikerjakan
  • "Adapun "Kerinci" adalah nama awal sebuah gunung serta tasik (danau) dan wilayah yang berada di sekitarnya disebut dengan nama yang sama." Mungkin bisa diganti dengan "... sebuah gunung, tasik (danau), dan wilayah ..."? Jangan lupa "tasik" sudah terdaftar di KBBI, jadi tidak perlu dimiringkan apalagi diberi penjelas danau.
    • Sudah dikerjakan
Asal-usul
  • "Faktor yang membuat munculnya sistem serayo atau baselang (terutama dalam bidang pertanian) adalah adanya kepemilikan tanah pertanian, baik milik sendiri maupun milik kerabat (tanah pusaka) atau milik adat (tanah adat)." Tidak perlu ditulis nama lainnya, cukup nama utamanya saja.
    • Sudah dikerjakan
Bentuk
  • "..., tetapi ada juga yang melakukan pemberitahuan serayo dengan mengunjungi rumah orang-orang yang hendak dimintai pertolongan sambil membawa sirih pinang untuk dicicipi kaum kerabat atau tetangga dekat yang didatangi." Berlebihan, jadi dihapus saja.
    • Sudah dikerjakan
  • "..., si pembawa sirih pinang akan kembali ke rumahnya karena dia hanya menginginkan bantuan tenaga dari orang yang dikunjungi saja." Hilangkan salah satu dari dua kata ini.
    • Sudah dikerjakan
  • "Kegiatan gotong-royong serayo berskala kecil atau kelompok kecil disebut dengan mbobo, yaitu hanya diikuti oleh 5-10 orang. ... Gotong-royong serayo dalam kelompok kecil atau mbabo biasanya diikuti oleh sko tigo takah." Mana penulisan yang benar?
    • Sudah dikerjakan
  • "Kelompok kecil dari sko tigo takah ini antara lain: ..." Tidak perlu titik dua.
    • Sudah dikerjakan
  • Apa yang terjadi bila seandainya kerabat ataupun masyarakat sekitar menolak permintaan serayo?
    • Ada di bagian ketentuan Sudah dikerjakan
Sumber
  • Walaupun penulisan sumber sudah lumayan baik, tetapi masih didapati penulisan manual. Perhatikan: {{harvnb|nama|tahun|p=xx}}. "teks". Harap diganti dengan: {{sfnp|nama pengarang|tahun|p=xx|ps=: "teks"}}
    • Sudah dikerjakan
  • Bagian pembuka sebaiknya tidak diberi sumber karena merupakan rangkuman dari isi artikel.
  • Apakah buku-buku yang digunakan memang tak memiliki ISBN?
    • Hanamanteo Sumber buku pada artikel ini yang memiliki ISBN hanya karya Novendra, selebihnya tidak ada ISBN-nya. Saya pernah mengkonsultasikan hal ini pada panitia WikiJelajah dan dijawab tidak masalah asalkan benar-benar buku dengan penerbit yang jelas. Saya juga mencari kerapian dalam artikel saya, jika hanya satu buku saja yang memiliki ISBN, saya memilih untuk tidak mencantumkan ISBN-nya.
  • Yolla & Astrid (2018) mestinya diganti dengan format sfn, lalu penulisan format lengkapnya dipindahkan ke bagian #Daftar pustaka.
    • Sudah dikerjakan
  • Parameter |volume= hanya diisi nomor jilid, sementara nomor edisi harus diisi di parameter |issue=.
    • Sudah dikerjakan
  • Jika penulis suatu karya berjumlah 2 atau lebih, gunakan parameter |last1=|first1=|last2=|first2=|....
    • Sudah dikerjakan
  • Hanya nama terakhir yang digunakan sebagai kutipan catatan kaki, jadi bukan "Hadiyanto dan Sovia Wulandari (2018)", tetapi "Hadiyanto dan Wulandari (2018)".
    • Sudah dikerjakan
  • Sumber ini tidak bisa diakses lagi.
    • Sudah dikerjakan
  • Budhi V. J. Rio Temenggung bukan penulis artikel berjudul "Peninggalan Budaya Suku Kerinci". Tanggal artikel yaitu 7 Mei 2014 jangan lupa dicantumkan. Penerbit artikel yaitu Jaringan Kota Pusaka Indonesia juga jangan lupa dicantumkan.
    • Sudah dikerjakan
  • Artikel "Upacara Adat dan Kesenian Tradisional Suku Kerinci" perlu juga ditulis tanggalnya yaitu 12 September 2013.
    • Sudah dikerjakan

Komentar dari HaEr48

[sunting sumber]

Terima kasih bung Fandy Aprianto Rohman sudah mengerjakan artikel ini dan mengajukan untuk artikel pilihan. Kerja kerasnya sangat patut dihargai apalagi topiknya mengenai budaya Nusantara yang kadang sulit mencari bahan untuk membahasnya.

Secara umum artikel ini cukup baik, bahasanya mudah dimengerti, referensi yang kebanyakan cukup memadai, hierarki yang cukup baik, cakupan cukup luas, dan tidak banyak rincian tak perlu. Namun aku punya beberapa masukan, supaya artikelnya lebih mantap lagi, silakan diperiksa di bawah.

  • Sekedar umum dulu, gaya bahasa Wikipedia lebih cenderung menyatakan fakta dengan "dingin", dan kurang menyukai menghias-hias dengan bahasa yang berlebihan atau terlihat kurang netral, walaupun gaya ini sering dipakai di koran atau bacaan sehari-hari. Inilah alasan misalnya sub judul "Sekilas mengenai masyarakat Kerinci" diminta menjadi "Latar belakang" saja yang lebih dingin, dan banyak lagi permintaan oleh peninjau sebelumnya. Ini tolong diperhatikan, dan beberapa tanggapanku di bawah pun terkait hal ini.
    • Sudah dikerjakan
Bagian pembuka
[sunting sumber]
  • Bagian pembuka hendaknya merangkum bagian-bagian penting dibawahnya. Mungkin perlu disebutkan bahwa orang yang diminta biasanya tidak menolak, dan ada ekspektasi bahwa warga akan "membalas" kebaikan sebelumnya.
    • Sudah dikerjakan
  • Sepertinya yang tepat gotong royong, bukan gotong-royong. Misal lihat KBBI: [4]. Perlu diperbaiki di seluruh artikel.
    • Sudah dikerjakan
Latar belakang
[sunting sumber]
  • Bagian "Latar belakang" aku rasa lebih runut kalau dimulai begini. "Suku Kerinci adalah suku asli yang mendiami wilayah Dataran Tinggi Kerinci yang berada di Jambi. Sebagai salah satu suku yang dikenal dekat dengan alam, … (dan seterusnya seperti isi sekarang)" Bagian "Kelompok masyarakat atau permukiman ..." sepertinya terlalu hampa/menyebutkan hal yang sudah jelas, jadi saranku dihapus saja.
  • "Kelompok ini diduga kuat merupakan manusia pertama yang mendiami Pulau Sumatra." Menurutku klaim sebesar ini agak lemah kalau cuma direferensikan ke skripsi mahasiswa S1. Tolong dicari sumber yang lebih kuat, misal jurnal, buku yang diterbitkan penulis akademis, atau kalau tidak ketemu, dihapus atau diubah kalimatnya menjadi yang ada sumbernya.
    • Sudah dikerjakan
Asal usul
[sunting sumber]

Paragraf terakhir bagian ini rasanya terlalu berbunga-bunga dan kurang padat informasi. Tolong dipangkas dan didinginkan sehingga hanya menyebutkan fakta saja. Jika ada opini yang patut disampaikan, bisa ditulis dengan menyebutkan siapa yang mempunyai opini tersebut, misal "Menurut ahli XX YY, serayo …."

  • Sudah dikerjakan
  • Di bagian sebelunnya disebutkan serayo hanya menyangkut mata pencaharian seperti pertanian, tapi di paragraf 1 bentuk disebutkan mendirikan rumah dan upacara keagamaan. Yang betul yang mana?
    • HaEr48 Jadi, serayo itu tidak hanya dalam pertanian saja karena serayo juga dilaksanakan dalam upacara keagamaan dan peternakan (lihat bagian "asal-usul"). Menurut bukunya Novendra, asal-usul serayo yang jelas memang dalam bidang pertanian, meskipun serayo juga dilakukan dalam bidang lain.
  • Paragraf 1 bagian "Bentuk" menyebutkan "upacara keagamaan". Apakah "keagamaan" di sini mengacu kepada agama seperti Islam dsb, ataukah agama kepercayaan setempat? Ataukah maksudnya "adat" (bukan agama) karena disebutkan dipimpin oleh sko depati (pemimpin adat tertinggi) alih-alih pemuka agama? Apakah bisa disebutkan contoh upacara yang dilakukan dengan serayo? Tolong dijelaskan di artikel.
  • Mungkin "pinang" bisa dipranalakan jadi pinang ketika pertama kali disebutkan, kalau memang tumbuhan itu yang dimaksud
    • Sudah dikerjakan
  • Apakah ada terjemahan dari "sko tigo takah"
    • Sudah dikerjakan
  • sistem gotong-royong yang berada di daerah lain: bisa ditambah "daerah lain di Indonesia", karena konteks Wikipedia tidak harus mengasumsikan membicarakan Indonesia saja.
    • Sudah dikerjakan
  • Kalimat pertama terkesan memuji-muji dan kurang netral. Bagaimana kalau "Kegiatan serayo dapat mengurangi beban kerja individu dalam masyarakat Kerinci."?
    • Sudah dikerjakan
  • sulit untuk dilakukan sendiri tanpa bantuan dari orang lain, mengingat beratnya beban yang harus dilaksanakan bagian yang hijau redundan/berlebihan dan bisa dihilangkan
    • Sudah dikerjakan
  • Hasil dalam kegiatan serayo dalam segi non-material sangat bermanfaat untuk mempererat hubungan kekeluargaan serta menjalin tali silaturahmi antar sesama: Bagaimana kalau "Dari segi non-material, kegiatan serayo mempererat hubungan kekeluargaan antar warga sebuah desa", atau semacamnya. Kalimat-kalimat selanjutnya juga tolong "didinginkan" lagi, atau ditulis dengan format "Menurut XX, ... "
    • Sudah dikerjakan
Lengkapnya artikel
[sunting sumber]

Agar artikel lebih komprehensif, bagaimana kalau membicarakan hal-hal berikut juga

  • Adakah masalah yang timbul dari sistem ini? Misalnya ada yang merasa terpaksa, merasa tidak diperlakukan adil, dst.
  • Seberapa banyak sistem ini digunakan, dibanding sistem lain misalnya membayar upah seperti layaknya di kota-kota. Jika ada tipe pekerjaan yang umumnya tidak pakai serayo, bisa disebutkan juga. Hanya dengan membaca artikel ini saat ini cukup susah membayangkan seberapa umum praktek ini dilakukan.
    • HaEr48 Saya berikan tambahan di bagian "bentuk".
      • @Fandy Aprianto Rohman: Kalau maksudnya cuma kalimat "Sistem serayo telah melembaga di dalam kehidupan masyarakat Kerinci dan mereka memiliki kewajiban untuk memenuhinya sebagai kewajiban sosial", menurutku ini terlalu umum dan perlu dijelaskan lebih spesifik lagi. Misal, dengan membandingkan dengan apakah banyak/sering pekerjaan dilakukan tanpa serayo (misal, melalui bayar upah biasa), atau apakah pilihan serayo atau bukan ada kaitan dengan faktor seperti jenis pekerjaan, besar pekerjaan, kota/desa, dst. HaEr48 (bicara) 15 April 2019 04.57 (UTC)[balas]
        • HaEr48 Mungkin untuk hal ini saya belum bisa menjelaskan lebih detail. Masalahnya, kegiatan dalam serayo itu ya umum (mulai dari membangun rumah, pengolahan sawah, upacara kematian, dsb) sama halnya dengan gotong royong biasa yang dilakukan orang-orang di daerah lain, tapi gotong royong itu untuk kepentingan salah satu individu/keluarga. Oleh karena itu, saya baru dapat memberikan tambahan penjelasan "Lawan dari kegiatan serayo adalah gawe karepat, yaitu gotong royong untuk menyelesaikan kepentingan umum (membuat jalan desa, memperbaiki jembatan, membersihkan saluran irigasi, dan sebagainya)" (bagian etimologi).
        • Serayo: ada yang meminta, gotong royong untuk individu/keluarga (di Jawa: sambatan).
        • Gawe karepat: tidak ada yang meminta (hanya diumumkan lewat rapat desa, misalnya), gotong royong untuk kepentingan umum.
  • Apakah ada gambar yang lebih spesifik, misalnya kegiatan serayo yang sedang berlangsung? Kalau tidak ada juga tidak apa-apa
    • HaEr48 Belum ada mas, mungkin nanti ada yang bisa membantu dengan mengunggah di commons.
  • Subiyantoro, dkk (2017): Melihat judul/nama pengarangnya sepertinya ini buku yang tiap bab memiliki penulis sendiri-sendiri, benar kah? Apa bisa disebutkan nama bab yang dikutip disini, beserta nama penulisnya?
    • Sudah dikerjakan
  • Sumber Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat perlu dilengkapi dengan tanggal
  • Sumber Tumenggung, Budhi VJ. Rio perlu dilengkapi dengan penerbit dan tanggal
    • HaEr48 Ini sumber internet, bukan buku.
      • @Fandy Aprianto Rohman: Sumber internet tetap perlu "penerbit" yaitu organisasi yang bertanggung jawab atas penerbitan/penayangan halaman tersebut. Dari situlah salah satu kriteria kita menilai apa sumber itu tepercaya atau bukan. Kalau ada tanggalnya, perlu juga, sehingga pembaca bisa menilai usang tidaknya sumber tersebut. HaEr48 (bicara) 15 April 2019 04.52 (UTC)[balas]
        • Sudah dikerjakan
  • Sumber Hadiyanto dan Sovia Wulandari yang berbentuk jurnal, mungkin bisa dimasukkan daftar pustaka juga? Bisa pakai {{cite journal}}
    • Sudah dikerjakan
  • Jika buku-buku yang dipakai ada tanda pengenal seperti ISBN atau URL, akan lebih baik.
    • Sama seperti jawaban saya kepada Hanamanteo, sumber buku pada artikel ini yang memiliki ISBN hanya karya Novendra, selebihnya tidak ada ISBN-nya. Saya pernah mengkonsultasikan hal ini pada panitia WikiJelajah dan dijawab tidak masalah asalkan benar-benar buku dengan penerbit yang jelas. Saya juga mencari kerapian dalam artikel saya, jika hanya satu buku saja yang memiliki ISBN, saya memilih untuk tidak mencantumkan ISBN-nya.

Sekian dulu masukanku, semoga berguna. HaEr48 (bicara) 3 April 2019 06.02 (UTC)[balas]

@Fandy Aprianto Rohman masih ada beberapa poin dari @HaEr48 yang belum beres tuh (ditandai dengan warna biru di atas), tanggung tinggal itu saja soalnya. Mungkin HaEr48 juga bisa membantu sedikit?  Mimihitam  23 Mei 2019 21.51 (UTC)[balas]

Komentar dari Masjawad99

[sunting sumber]

Saya ikut membahas ya, temanya cukup menarik. Bahasannya lumayan lengkap, tapi menurut saya strukturnya bisa diperbaiki lagi.

Bagian pembuka
[sunting sumber]
  • "Sistem ini juga sering disebut baselang atau berselang." --> tebalkan "baselang" dan "berselang".
    • Sudah dikerjakan
  • Bagian "Istilah serayo atau nyanyo lebih dekat pada..." hingga "...mata pencaharian hidup" sebaiknya dipindahkan ke isi, jangan di paragraf pembuka. Mungkin tambahkan #Etimologi atau #Pengertian? Bisa dipanjangkan sedikit kalau dipindah ke sana (jangan lupa tambahkan referensi bagi definisi yang dikutip).
    • Sudah dikerjakan Saya hanya dapat menambahkan seperti itu karena kedua buku utama yang saya jadikan acuan juga tidak banyak menyebutkan mengenai etimologi dari serayo.
Latar belakang
[sunting sumber]

Secara keseluruhan bagian ini terasa kurang kohesif. Bisa dipangkas atau diparafrase lagi biar lebih efisien.

  • Tukar posisi paragraf pertama dan kedua, atau hapus paragraf pertama. Kalimat "Suku Kerinci adalah..." sebaiknya ada di awal.
    • Sudah dikerjakan
  • Proto-Melayu tidak disebutkan baik di dalam Ramadani & Qommaneeci ataupun Hadiyanto & Wulandari. Istilah "suku melayu tertua [sic]" (Ramadani & Qommaneeci) =/= Proto-Melayu. Hadiyanto & Wulandari memang menyebut "... termasuk dalam suku melayu tua [sic]" tapi sumbernya malah balik mengutip Wikipedia (saya jadi ingat ini). Sekadar tambahan saja, dalam diskusi antropologi, teori yang membagi masyarakat Nusantara antara Proto- dan Deutero-Melayu sudah dianggap usang. Sebaiknya dihapus atau diganti sumber yang lebih baik.
    • Sudah dikerjakan
  • Entah apakah ini karena lokasi saya di AS, tapi sumber dari Negerisatu tidak bisa diakses (sudah saya coba dengan berbagai gawai, termasuk komputer umum), coba ganti dengan yang lain.
    • Sudah dikerjakan
Asal-usul
[sunting sumber]
  • Kalimat "Menurut Marbakri, sistem serayo pada akhirnya melahirkan suatu kesadaran sebagai hasil dari pergaulan sosial mereka terhadap warga masyarakat di lingkungan sekitarnya yang mempunyai implikasi positif terhadap kesatuan dan persatuan" tidak efektif. Sebaiknya dipecah atau diparafrase.
    • Sudah dikerjakan
  • Bagian "Menurut Marbakri, sistem serayo..." hingga "... mewujudkan keteraturan sosial dalam masyarakat" apa tidak sebaiknya dipindah ke #Hasil? Mungkin bisa jadi paragraf penutup.
  • "Serayo merupakan suatu ajakan atau permintaan dari seseorang untuk melaksanakan gotong royong menyelesaikan pekerjaan..." --> bagaimana jika diganti menjadi "Serayo merupakan ajakan dari seseorang untuk bergotong royong menyelesaikan pekerjaan..."?
    • Sudah dikerjakan
  • "... tidak semua masyarakat suku Kerinci benar-benar paham dengan adat." Mungkin pranalakan "adat" ke hukum adat?
    • Sudah dikerjakan
  • Tambahkan referensi setelah kalimat "Adapun upacara keagamaan tersebut antara lain upacara lingkaran hidup (kehamilan, kelahiran, pernikahan, dan kematian), upacara membuka tanah, dan upacara mendirikan rumah."
    • Sudah dikerjakan
Ketentuan
[sunting sumber]
  • Keluarga yang pelit biasanya tidak banyak yang mau membantu jika meminta bantuan, meskipun itu kaum kerabatnya sendiri. Bagi orang-orang atau keluarga yang jarang atau tidak pernah mau mengikuti serayo, konsekuensinya mereka tidak akan ditolong ketika meminta bantuan." --> redundan. Coba diparafrase.
    • Sudah dikerjakan
  • "Seseorang baru mau menolong apabila bantuannya diberikan upah berupa uang atau padi..." --> bagaimana jika diganti menjadi "Seseorang baru mau membantu jika diberi imbalan berupa uang atau padi...."?
    • Sudah dikerjakan

Mungkin itu dulu untuk saat ini, semoga bermanfaat  Masjawad99  (bicara) 26 April 2019 23.31 (UTC)[balas]


Diskusi di atas adalah arsip. Terima kasih atas partisipasi Anda. Mohon untuk tidak menyunting lagi halaman ini. Komentar selanjutnya dapat diberikan di halaman pembicaraan artikel.
CATATAN PENUTUP

Tinjauan sudah komprehensif dan ditanggapi semua, beberapa penijau sudah positif setuju. Lulus sebagai AP. HaEr48 (bicara) 29 Mei 2019 17.31 (UTC)

Diskusi di bawah adalah arsip dari pengusulan artikel pilihan. Terima kasih atas partisipasi Anda. Mohon untuk tidak menyunting lagi halaman ini. Komentar selanjutnya dapat diberikan di halaman pembicaraan artikel.

Artikel ini disetujui. HaEr48 (bicara) 29 Mei 2019 17.31 (UTC)[balas]


Pengusul: Van08789 (b • k • l) · Status:    Selesai

Artikel tersebut telah menjelaskan apa itu satelit Titania yang merupakan satelit alami planet Uranus. Artikel ini juga memiliki referensi yang lengkap. Artikel ini saya terjemahkan dari halamannya dalam Wikipedia Bahasa Inggris yang sudah berstatus AP. Van08789 (bicara) 4 Mei 2019 15.52 (UTC)[balas]

Komentar dari Mimihitam

[sunting sumber]
Peninjauan sumber

Aku mau tinjau sumbernya dulu sebelum lanjut ke terjemahannya.

  • "Akan tetapi, pengetahuan mengenai evolusi geologis Titania pada masa kini cukup terbatas." --> butuh rujukan
  • "Tidak ada wahana antariksa lain yang pernah mengunjungi sistem Uranus atau Titania, dan tidak ada misi yang sedang direncanakan. Satu kemungkinan, yang sekarang tidak lagi memungkinkan, adalah mengirimkan Cassini yang mempelajari Saturnus ke Uranus dalam sebuah perpanjangan misi. Konsep misi lainnya yang diajukan adalah konsep orbiter dan probe Uranus, yang dievaluasi sekitar tahun 2010. Uranus juga diuji sebagai bagian dari jalur yang akan dilewati untuk konsep prekursor wahana antarbintang, Innovative Interstellar Explorer." --> butuh rujukan
    • Sudah dikerjakan
  • Sumber-sumbernya akademis semua (dan sumber berita yang digunakan hanya untuk mengabarkan soal wahana penjelajah), tetapi sumber yang ini (yang dikutip sebanyak 5 kali) perlu dicantumkan halaman spesifiknya untuk setiap penyebutan: Bell III, J.F.; McCord, T. B. (1991). A search for spectral units on the Uranian satellites using color ratio images. Lunar and Planetary Science
    • Sudah dikerjakan

Terima kasih dan salam  Mimihitam  4 Mei 2019 16.04 (UTC)[balas]

Setelah aku bandingkan dengan versi Inggrisnya, terjemahannya sudah sangat baik. Berikut masukanku.

Paragraf pembuka
  • "Permukaan Titania juga dipenuhi oleh kawah tubrukan yang diameternya dapat mencapai 326 km, namun tidak lebih berkawah dari satelit terluar Uranus, Oberon." --> ganti "namun" jadi "tetapi", karena namun hanya bisa di awal kalimat.
    • Sudah dikerjakan
Sejarah
  • "Selama hampir lima puluh tahun setelah ditemukan, Titania dan Oberon tidak diamati dengan alat lain, selain teleskop William Herschel." --> tidak perlu koma setelah "dengan alat lain"
    • Sudah dikerjakan
Orbit
  • "Semua satelit Uranus (termasuk Titania) mengalami siklus musim ekstrem karena Uranus mengorbit Matahari hampir pada sisinya, dan satelitnya mengorbit di bidang khatulistiwa planet tersebut." --> maksudnya "Uranus mengorbit Matahari dengan sumbu rotasi yang miring"? Kalau iya, mungkin bisa diganti supaya lebih mudah dipahami.
    • Sudah dikerjakan
Komposisi dan struktur dalam
  • "Spektrum pita serapan es air pada belahan depan Titania sedikit lebih kuat daripada pada belahan belakangnya. Hal ini berkebalikan dengan pengamatan di Oberon yang justru menunjukkan bahwa belahan belakang satelit ini memiliki tanda es air yang lebih kuat. Penyebab hal ini masih belum diketahui, tetapi mungkin berhubungan dengan tubrukan partikel bermuatan dari magnetosfer Uranus yang ternyata lebih kuat pada belahan belakangnya (disebabkan oleh plasma yang turut berotasi di planet tersebut)" --> belahan belakangnya Oberon atau Titania?
    • Sudah dikerjakan belahan (sisi) disini tidak merujuk pada sisi belakang Oberon maupun Titania, tetapi menjelaskan bahwa tubrukan partikel bermuatan dari magnetosfer Uranus yang ternyata (hanya) lebih kuat pada sisi belakang saja.
  • "Jika hal ini memang benar, jari-jari intinya yang sebesar 520 km adalah sekitar 66% dari jari-jari satelit, dan massa-nya sekitar 58% dari massa satelit—proporsi ini ditentukan oleh komposisi satelit." --> bagaimana kalau jadi "Jika hal ini memang benar, jari-jari inti Titania yang sebesar 520 km adalah sekitar 66% dari jari-jarinya, dan massa Titania sekitar 58% dari massanya; proporsi ini ditentukan oleh komposisi satelit alami tersebut."?
    • Sudah dikerjakan
Kenampakan permukaan
Atmosfer
  • "Efemeris" itu apa?
  • "Es karbon dioksida yang terakumulasikan tersebut dapat dilepaskan dari cold trap (daerah yang cukup dingin yang dapat membekukan bahan volatil) dari permukaan satelit oleh partikel-partikel magnetosfer." --> bagaimana kalau jadi "Partikel-partikel magnetosfer dapat mengeluarkan es karbon dioksida yang telah terakumulasi dari cold trap (daerah yang cukup dingin dan dapat membekukan bahan volatil), sehingga karbon dioksida pun terlepas dari permukaan satelit"?
Penjelajahan
Kelengkapan
  • Di bagian atmosfer, aku lihat kalau Titania punya musim panas. Aku sempat bingung, kalau Titania itu tidally locked, kok bisa ada musim? Apakah itu berarti satelit ini mengalami kemiringan sumbu sehingga jadi ada musim? Mungkin perlu ditambahkan penjelasan soal ini supaya nggak bikin bingung. Paling tidak perlu diklarifikasi apa yang dimaksud dengan "musim panas" di Titania.
    • @Mimihitam: Oleh karena Titania itu tidally locked, aku rasa musim panas disini mengacu pada masa ketika kutub utara maupun kutub selatan disinari oleh matahari secara terus-menerus selama 42 tahun. Bagaimana menurut kakak? Van08789 (bicara) 6 Mei 2019 18.25 (UTC)[balas]
      • @Mimihitam: Uranus memiliki musim, dan satelit-satelitnya mengorbit sebidang dengan khatulistiwa (ini disebutkan di artikel), jadi satelitnya pun ikut punya musim panas dan dingin. Tidal locking tidak berpengaruh karena itu berkaitan dengan orbit Titania mengitari Saturnus, sedangkan musim panas dan dingin disebabkan oleh caranya mengitari matahari. HaEr48 (bicara) 6 Mei 2019 18.30 (UTC)[balas]
Padanan
  • Mungkin kata "probe" bisa dipadankan jadi "wahana antariksa"? Mungkin maknannya tidak sespesifik prob antariksa, tetapi lebih mudah dipahami. Minta pendapat juga dari @HaEr48, kira2 tepat tidak?
    • @Mimihitam baik, di artikel probe saya terjemahkan menjadi "wahana", jadi perlu ditambahkan menjadi "wahana antariksa"?
    • Sudah dikerjakan
Pranala merah
  • Kalau dibandingkan dengan panjang artikelnya, sebenarnya pranala merahnya masih lumayan banyak, mungkin bisa dikurangi sedikit.

Terima kasih karena sudah dikurangi  Mimihitam  5 Mei 2019 16.45 (UTC)[balas]

Komentar dari HaEr48

[sunting sumber]

Setuju Setuju setelah tinjauan dan tanggapan di bawah. Terima kasih untuk pengusul Kak Van08789. HaEr48 (bicara) 6 Mei 2019 16.35 (UTC)[balas]

Artikelnya sudah bagus dari segi penulisan dan penerjemahan. Aku senang sekali ada lagi usulan AP bertopik sains. Artikel ini pembahasannya sudah cukup lengkap, gaya tulisannya profesional dan faktual. Diterjemahkan dari FA bahasa Inggris. Peninjauan FAnya sudah dari 2009, jadi mungkin kita perlu tinjau dengan hati-hati, tetapi dari yang kulihat sejauh ini kualitasnya masih memuaskan untuk FA. Jadi cukup menjanjikan untuk dijadikan AP di sini juga.

Aku ada saran-saran di bawah, tolong diperhatikan. Sebenarnya penulisannya sudah baik dan penerjemahannya akurat, aku cuma punya saran agar beberapa hal perlu diperjelas lagi. Tujuannya bukan untuk menyalahkan/menjatuhkan siapa-siapa, tetapi supaya kualitas artikel lebih mantap lagi dan lebih bermanfaat untuk pembaca. Kadang artikel WB Indonesia perlu tambahan penjelasan dibanding WB Inggrisnya, terutama jika banyak istilah istilah teknis yang tidak umum di bahasa Indonesia. Semoga berguna.

Bagian pembuka
[sunting sumber]
  • "kurang lebih setimbang": bagaimana kalau "kurang lebih sama banyak"? Setimbang bisa disalahartikan dengan konsep "kesetimbangan" dalam termodinamika, kimia, dll
    • Sudah dikerjakan
  • Permukaannya mengalami proses pelapisan: Permukaan Titania atau Oberon?
    • Sudah dikerjakan yang dimaksudkan disini adalah permukaan Titania.
  • perluasan bagian dalamnya: Apakah "pengembangan" lebih cocok? Karena proses 3 dimensi (vs perluasan yang kesannya 2 dimensi)
    • Sudah dikerjakan
  • "atas permintaan William Lassell": yang diminta Lassell ini apa ya, apa kalimatnya bisa diperjelas? Apa dia meminta John menamainya?
    • Sudah dikerjakan baik sudah saya perjelas, silahkan dibaca kembali.
  • Di bagian sebelumnya disebutkan Uranus punya 4 satelit, tetapi kenapa di awal bagian ini disebutkan "kelima satelit utama"?
    • Sudah dikerjakan begini, di bagian sebelumnya memang tertulis bahwa ada empat satelit Uranus yang diusulkan namanya oleh John Herschel; keempat satelit itu adalah Ariel, Umbriel, Titania, dan Oberon, empat dari lima satelit utama Uranus, yang salah satunya adalah satelit Miranda yang ditemukan jauh setelah penemuan keempat satelit tersebut. Saya sudah tambahkan explanatory notes di kalimat "Nama keempat satelit Uranus" yang meliputi nama dari keempat satelit tersebut.
  • Orbit Titania mempunyai eksentrisitas yang kecil dan juga mempunyai inklinasi yang relatif sangat kecil: Terjemahan ini tidak salah, tetapi menurutku istilah "eksentrisitas" dan "inklinasi" jarang didengar sehari-hari untuk pembaca Indonesia sehingga tidak mudah dipahami. Saranku, ada baiknya kalau dijelaskan seperti ini: Orbit Titania mempunyai eksentrisitas yang kecil (artinya bentuknya sangat mendekati sebuah lingkaran) dan juga mempunyai inklinasi atau sudut kemiringan yang relatif sangat kecil terhadap … .
    • Sudah dikerjakan baik saya setuju dan sudah saya tambahkan.
  • "belahan belakang": mungkin bisa diberi penjelasan tanda kurung atau catatan kaki mengenai arti "belakang" di sini. Pembaca biasa mungkin menyimpulkan maksudnya "sisi jauh yang tidak menghadap planet", tetapi kalau aku baca bahasa Inggrisnya kayaknya maksudnya "sisi yang berlawanan dengan arah revolusi mengelilingi Uranus", betul tidak?
    • @HaEr48 saya setuju, karena aku baca di bahasa Inggrisnya artinya kurang lebih seperti yang anda sebutkan. Boleh minta pendapat juga @Mimihitam?
    • @HaEr48 maaf, tapi bagaimana kalau kita tetap menggunakan kata "belahan belakang" seperti yang digunakan pada artikel-artikel yang membahas tentang satelit lainnya?
  • " Uranus mengorbit Matahari hampir pada sisinya": Sepertinya ini terjemahan yang terlalu harfiah untuk "almost on its side". Bagaimana kalau "kemiringan sumbu hampir 90°" atau "dengan sumbu rotasinya hampir sejajar orbit revolusinya"
    • Sudah dikerjakan
  • okultasi antara satelit Uranus: bagaimana kalau "okultasi antara satelit Uranus, atau tertutupnya salah satu satelit oleh satelit yang lain"?
    • Sudah dikerjakan
  • okultasi Titania oleh satelit Umbriel: okultasi (tertutupnya) Titania oleh Umbriel?
    • Sudah dikerjakan
Komposisi dan struktur dalam
[sunting sumber]
  • pita serapan es air pada belahan depan: Jelaskan maksud "depan"?
    • @HaEr48 saya disini mengikuti terjemahan pada artikel satelit Oberon. Jadi, mungkin yang lebih paham bisa bantu jelaskan? @Mimihitam
      • @Van08789 @HaEr48 Definisi leading hemisphere adalah "The hemisphere that faces forward, into the direction of motion of a satellite that keeps the same face toward the planet." Sementara itu trailing hemisphere adalah "The hemisphere that faces backwards, away from the direction of motion of a satellite that keeps the same face toward the planet." Dua istilah ini hanya berlaku untuk satelit alami yang tidally locked. Untuk padanan persisnya yang dipakai oleh para astronom di Indonesia saya kurang tahu sih. Dalam bahasa Prancis, leading hemisphere dipadankan jadi "l'hémisphère de proue", dan "proue" di sini adalah bagian depan kapal. Apakah mau dibiarkan pakai istilah Inggrisnya saja? Atau solusi lain ya kita kasih catatan penjelas yang menjabarkan definisi dari trailing dan leading hemisphere ketika istilahnya pertama kali disebutkan di artikelnya.  Mimihitam  5 Mei 2019 13.20 (UTC)[balas]
  • Apa bisa dijelaskan maksudnya "menggelapkan senyawa-senyawa organik "
    • Maksudnya disini partikel energetik mengubah senyawa-senyawa organik yang ada pada satelit tersebut menjadi gelap sehingga meninggalkan residu yang gelap. Benar tidak? @HaEr48 @Mimihitam
    • Sudah dikerjakan
  • Namun, struktur dalam Titania sangat bergantung pada sejarah termalnya yang kurang diketahui." Tidak ada sumber padahal kalimatnya cukup penting.
    • Sudah dikerjakan
  • Baru baca sampai di sini dulu, nanti aku lanjutkan meninjaunya.

-- HaEr48 (bicara) 4 Mei 2019 20.19 (UTC)[balas]

Kenampakan permukaan
[sunting sumber]
  • "Permukaannya menunjukkan gelombang oposisi yang kuat": Kalau lihat penjelasannya, sepertinya en:opposition surge itu maksudnya suatu benda menjadi lebih reflektif/terang karena memantulkan banyak cahaya ketika sumber cahayanya tepat di posisi berhadapan ya? Kalau begitu, aku rasa "gelombang oposisi" kurang cocok. Bagaimana kalau "Efek berhadapan" atau "Efek pertentangan"?
    • Sudah dikerjakan
  • mungkin juga tidak disengaja: "mungkin juga merupakan kebetulan"?
    • Sudah dikerjakan
  • satelit iregular: satelit tak teratur?
    • @HaEr48 Betul, satelit iregular adalah satelit yang tak beraturan karena memiliki orbit yang sangat lonjong dengan sudut kemiringan yang juga sangat besar. Apakah kita tetap menggunakan istilah "satelit iregular" atau kita ganti saja dengan "satelit tak beraturan"? Van08789 (bicara) 5 Mei 2019 18.13 (UTC)[balas]
      • Apa "satelit iregular" ada sumbernya? (Misal dari buku teks, kamus atau glosarium)? Kalau tidak ada, menurutku sih lebih baik gunakan yang lebih dimengerti. Tag Mimihitam HaEr48 (bicara) 5 Mei 2019 18.17 (UTC)[balas]
        • Sepertinya tidak ada sumber jelas yang menyatakan "satelit iregular". Aku sih setuju untuk menggunakan istilah yang lebih mudah dipahami seperti "satelit tak beraturan". Van08789 (bicara) 5 Mei 2019 18.25 (UTC)[balas]
          • Sudah dikerjakan
  • "endapan tubrukan baru", "yang mengendap terutama pada sisi depan": wikt:mengendap artinya "turun dan tertimbun di dasar" dari suatu cairan, sepertinya tidak cocok untuk di sini. Saran, gunakan "deposit" dan "terdeposit" saja
    • Sudah dikerjakan
  • "ejecta" kalau ini istilah asing, sebaiknya dicetak miring. Karena muncul beberapa kali, ada baiknya saat pertama disebutkan diberi penjelasan dalam tanda kurung. Audiens bahasa Indonesia mungkin lebih sulit mengerti kata ini dibanding audiens bahasa Inggris karena dalam bahasa Inggris ada kata "eject" yang terkait.
    • Sudah dikerjakan
  • "puncak yang memusat": apa maksudnya? Teks inggrisnya menyebut "central peak", apa maksudnya "memiliki puncak di tengahnya"?
    • Sudah dikerjakan
  • "Permukaan Titania sendiri berpotongan dengan sebuah sistem sesar yang sangat besar, atau gawir" Hmm susah mengerti maksud kalimat ini, saran tolong coba ditulis ulang agar lebih jelas.
    • Sudah dikerjakan
  • Paragraf ini (yang dimulai "Permukaan Titania sendiri berpotongan…") terlihat agak kaku dan sulit dimengerti. Tolong dicoba perbaiki lagi agar mudah diterima pembaca. Saranku, tidak perlu terpaku mengikuti struktur kalimat bahasa Inggrisnya, coba bayangkan menceritakan kembali informasinya untuk audiens Indonesia
  • Mereka melenyapkan medan aslinya yang sangat berkawah: "Mereka" itu biasanya untuk banyak orang, coba digunakan kata yang lebih tepat.
    • Sudah dikerjakan
  • "Medan aslinya" juga coba diganti dengan kata yang lebih tepat
    • Sudah dikerjakan
Atmosfer
[sunting sumber]
Asal usul dan evolusi
[sunting sumber]
  • "sebuah piringan gas dan debu yang ada di sekitar Uranus selama beberapa waktu setelah pembentukannya atau dibentuk oleh tubrukan raksasa yang sepertinya menyebabkan Uranus memiliki kemiringan sumbu yang besar": Sulit dimengerti, coba diperjelas. Mungkin bisa dipecah jadi 2 kalimat yang lebih pendek
    • Sudah dikerjakan
  • Mungkin arti "akresi" bisa disebutkan dalam tanda kurung, karena istilahnya cukup banyak dipakai di bagian ini
  • Suhu maksimum sekitar 250 K (−23 °C) dapat dicapai pada kedalaman sekitar 60 km: Karena kalimat bahasa Inggrisnya past tense, perlu dijelaskan juga di kalimat Indonesianya kalau penjelasan ini berlaku di masa lalu
    • Sudah dikerjakan
  • Aku ada copyedit sebagian lagi [8], silakan diperhatikan dan diperiksa kalau ada yang tidak cocok
Bagian pembuka (lagi)
[sunting sumber]
  • Permukaan Titania mengalami proses pelapisan kembali secara endogenik: Jangan lupa ini past tense, mungkin bisa ditulis "Permukaan Titania pernah mengalami proses…", atau semacamnya
    • Sudah dikerjakan
  • Kata "endogenik" atau "proses endogenik" muncul beberapa kali di bagian pembuka, mungkin ada baiknya diberi penjelasan dalam tanda kurung
    • Sudah dikerjakan
  • keberadaan atmosfer karbon dioksida dengan tekanan sekitar satu per sepuluh triliun (10−13) bar : Fakta ini ada disebutkan/direferensikan di bagian tubuh artikel tidak ya?
  • seperti sebelumnya, aku juga ada copy edit. Tolong diperiksa [9] kalau-kalau ada yang tidak cocok
Gambar-gambar
[sunting sumber]
  • Gambar yang dipakai sudah aku periksa, semuanya cocok dan pantas dari segi hak cipta.
  • Terima kasih untuk Van08789 yang sudah menulis dan mengusulkan artikel ini Menurutku, secara umum bagus sekali dan dapat disetujui sebagai AP setelah memperbaiki sesuai saran-saran di atas, dan setelah lulus peninjauan sumber yang dilakukan Mimihitam di atas.
  • Tambahan usul, tolong dibaca artikelnya dan diperbaiki jika ada kalimat yang bisa lebih jelas lagi untuk audiens Indonesia. Aku sudah coba copy edit dan berikan saran seperti di atas, tapi mungkin saja ada yang luput.
  • Selain itu, dipastikan tidak ada masalah mengenai kalimat past tense yang diterjemahkan seolah-olah terjadi saat ini. Memang unsur past tense tidak selalu wajib diterjemahkan terutama kalau sudah jelas dari konteks, tetapi ada beberapa yang dapat menimbulkan kesalahpahaman, misalnya " Permukaan Titania mengalami proses pelapisan kembali secara endogenik yang menghancurkan permukaan yang tua dan sangat berkawah" yang akan terdengar seperti present tense jika tidak diberi penanda masa lalu.

Segitu dari aku, mudah-mudahan bermanfaat HaEr48 (bicara) 6 Mei 2019 02.28 (UTC)[balas]

Baik, terimakasih atas bantuannya kak @HaEr48. Saran-sarannya sudah saya perbaiki semua, dan jika berkenan silahkan diperiksa kembali. Van08789 (bicara) 6 Mei 2019 06.34 (UTC)[balas]

@Van08789: Terima kasih tanggapannya. Sudah aku periksa, hampir semuanya sudah memuaskan, tetapi ada beberapa yang masih belum, aku tandai dengan teks biru di atas. Tolong diperhatikan/diperbaiki lagi. Sekali lagi terima kasih HaEr48 (bicara) 6 Mei 2019 14.25 (UTC)[balas]
@HaEr48: Terima kasih kak atas masukannya. Sudah aku perbaiki harap diperiksa kembali ya. Van08789 (bicara) 6 Mei 2019 14.56 (UTC)[balas]
@Van08789: Sip. Sudah diaksi semua! Sekian aja tinjauan dari aku, aku rasa sekarang udah cocok untuk jadi AP. Terima kasih! HaEr48 (bicara) 6 Mei 2019 16.35 (UTC)[balas]
@HaEr48: Baik, terima kasih kembali kak! Van08789 (bicara) 6 Mei 2019 16.37 (UTC)[balas]

Komentar dari Glorious Engine

[sunting sumber]

Komentar dari Rahmatdenas

[sunting sumber]

Mas @Van08789:, artikelnya sudah rampung saya baca. Saya Mendukung Mendukung! Untuk isi, saya awam jadi tidak ada catatan. Dari segi bahasa sudah baik. Tapi, catatan saya sementara:

  • Di bagian Asal usul: Pembekuan air mungkin merupakan penyebab melebarnya bagian dalamnya, yang mengakibatkan pembentukan sebagian besar ngarai. Entah karena saya awam, saya sulit mengerti kalimat ini. Apakah, pembekuan air juga penyebab pembentukan sebagian besar ngarai? Jika iya, saya usul kalimatnya perlu disusun ulang. Juga karena alasan nya. Sekian dulu.  RahmatdenasMengecat   6 Mei 2019 00.53 (UTC)[balas]

Komentar dari Hanamanteo

[sunting sumber]
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Bagian pembuka
  • "Titania adalah satelit alami terbesar planet Uranus dan merupakan satelit alami terbesar kedelapan di Tata Surya dengan diameter 1.578 km (981 mi)." Sepertinya agak kaku, mungkin bisa diganti dengan "sekaligus"?
    • Sudah dikerjakan
  • "Permukaan Titania, yang relatif gelap dan sedikit merah, ..." Tambahkan "berwarna" setelah "sedikit".
    • Sudah dikerjakan
  • "..., tetapi tidak lebih berkawah dari satelit terluar Uranus, Oberon." Sebagian pembaca mungkin bingung maksudnya apa.
    • Sudah dikerjakan
  • "Berkawah" itu maksudnya kawah di Titania sangat dalam atau apa?
Sejarah
  • Pranalakan William Herschel.
    • Sudah dikerjakan
  • "..., hari yang sama dengan saat ia menemukan satelit terbesar kedua Uranus, Oberon." Ganti dengan "ketika".
    • Sudah dikerjakan
  • Karena A Midsummer Night's Dream sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai Impian di Tengah Musim, maka ganti dengan judul terjemahan bahasa Indonesia alih-alih judul asli.
    • Sudah dikerjakan
  • "Nama keempat satelit Uranus kemudian diketahui diusulkan oleh putra Herschel, John, pada tahun 1852 atas permintaan William Lassell, yang menemukan dua satelit lainnya, Ariel dan Umbriel setahun sebelumnya, untuk menamai keempat satelit tersebut." Terlalu banyak koma dalam sebuah kalimat, perlu dipecah menjadi 2 kalimat.
    • Sudah dikerjakan
  • Uranus I dan Uranus III tidak perlu ditebalkan karena tidak berada di bagian pembuka.
    • Sudah dikerjakan
Orbit
  • "..., menjadikannya satelit terjauh kedua yang mengorbit planet tersebut di antara kelima satelit utama lainnya." Lebih terlihat seperti terjemahan mesin.
    • Sudah dikerjakan
  • "Orbit Titania mempunyai eksentrisitas yang kecil (artinya bentuknya sangat mendekati sebuah lingkaran), dan juga mempunyai inklinasi atau sudut kemiringan yang relatif sangat kecil terhadap khatulistiwa Uranus." Bagaimana jika "Orbit Titania mempunyai eksentrisitas (bentuknya sangat mendekati sebuah lingkaran) yang kecil dan juga mempunyai inklinasi (sudut kemiringan) yang relatif sangat kecil terhadap khatulistiwa Uranus."? Tidak perlu koma dalam kalimat ini.
  • "Paparan ini akan menyebabkan sisi belakang satelit menjadi gelap, dan hal ini dapat diamati di semua satelit Uranus kecuali Oberon (lihat di bawah)." Bagian mana?
    • @Hanamanteo: Bagian Komposisi dan struktur dalam "Hal ini berkebalikan dengan pengamatan di Oberon yang justru menunjukkan bahwa sisi belakang satelit ini memiliki tanda es air yang lebih kuat. Penyebab hal ini masih belum diketahui, tetapi mungkin berhubungan dengan tubrukan partikel bermuatan dari magnetosfer Uranus yang ternyata lebih kuat pada sisi belakang (disebabkan oleh plasma yang turut berotasi di planet tersebut). Partikel energetik cenderung menggerogoti es air, mengurai metana yang terperangkap di dalam es menjadi klatrat hidrat, dan menggelapkan senyawa-senyawa organik lainnya, yang meninggalkan residu gelap serta kaya akan karbon." Van08789 let's talk! 9 Mei 2019 08.35 (UTC)[balas]
  • "Pada tahun 2007–2008, terdapat sejumlah fenomena semacam itu yang diamati, termasuk dua okultasi (tertutupnya) Titania oleh Umbriel pada tanggal 15 Agustus dan 28 Desember 2007." Tidak perlu karena sudah dijelaskan sebelumnya. Hanya tanggal pada 2007 yang dimasukkan, sementara 2008 malah tidak ada sama sekali.
  • Pranalakan Voyager 2.
Komposisi dan struktur dalam
  • "Bukti keberadaan es air diperkuat oleh penelitian spektroskopi inframerah pada tahun 2001–2005, yang mengungkapkan keberadaan es air kristalin di permukaan satelit ini." Tidak perlu koma.
  • "Spektrum pita serapan es air pada sisi depan Titania ... sedikit lebih kuat daripada pada sisi belakangnya." Tidak perlu.
  • "Karbon dioksida tersebut mungkin dihasilkan dari bahan-bahan karbonat atau organik yang terkena pengaruh radiasi ultraviolet matahari atau partikel bermuatan berenergi tinggi dari magnetosfer Uranus." Hilangkan dan ganti dengan koma, koma setelah atau yang tersisa jangan lupa.
  • "Proses yang terakhir dapat menjelaskan hal yang menyebabkan terjadinya kesenjangan dalam persebaran karbon dioksida tersebut, karena sisi belakang satelit terkena pengaruh magnetosfer Uranus yang lebih kuat daripada sisi depannya." Tidak perlu koma.
Ketampakan permukaan
Atmosfer
Asal usul dan evolusi
Penjelajahan
Keterangan
Rujukan
Berkas

Komentar dari Rex Aurorum

[sunting sumber]
Paragraf pembuka
[sunting sumber]
  • "...di dalam magnetosfer terpapar oleh plasma magnetosfer, yang turut berotasi dengan planet tersebut. Paparan ini akan menyebabkan sisi belakang satelit menjadi gelap..." --> Apa ada istilah yang lebih tepat untuk terjemahan struck dan bombardment?
    • @Rex Aurorum: Saya mencontoh terjemahan yang ada di AP Oberon (satelit), tapi kalau mau diganti mungkin struck = dihantam dan bombardment = pengeboman. Tapi kayaknya jadi aneh terjemahannya. Mungkin ada saran kak @HaEr48 @Mimihitam? Van08789 let's talk! 16 Mei 2019 17.33 (UTC)[balas]
      • Menurutku, tujuan utama menulis artikel terjemahan itu bukan menerjemahkan "sedekat" mungkin, tetapi bagaimana caranya agar hasil terjemahannya tetap akurat dan bisa dimengerti. Kata yang dipakai bukan padanan tidak masalah, bahkan susunan kalimat dirombak pun tidak masalah. Terpapar/paparan menurutku sudah masuk akal, kalau mau diubah mungkin jadi dihantam/hantaman. Setuju kalau pengeboman akan jadi aneh. HaEr48 (bicara) 16 Mei 2019 18.29 (UTC)[balas]
Komposisi dan struktur dalam
[sunting sumber]

Diskusi di atas adalah arsip. Terima kasih atas partisipasi Anda. Mohon untuk tidak menyunting lagi halaman ini. Komentar selanjutnya dapat diberikan di halaman pembicaraan artikel.