Wiyogo Atmodarminto
Wiyogo Atmodarminto | |
---|---|
Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta ke-9 | |
Masa jabatan 6 Oktober 1987 – 6 Oktober 1992 | |
Wakil |
|
Panglima Komando Wilayah Pertahanan II | |
Masa jabatan 1981–1983 | |
Presiden | Soeharto |
Panglima Komando Strategi dan Cadangan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat ke-10 | |
Masa jabatan 19 Januari 1978 – 1 Maret 1980 | |
Presiden | Soeharto |
Duta Besar RI untuk Jepang | |
Masa jabatan 31 Agustus 1983[1] – 1987 | |
Presiden | Soeharto |
Pengganti Yogi Supardi | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Wiyogo Atmodarminto 22 November 1922 Yogyakarta, Hindia Belanda |
Meninggal | 19 Oktober 2012 Jakarta | (umur 89)
Almamater | Militaire Academie (MA) Jogya Angkatan I (1948) |
Pekerjaan | Tentara |
Tanda tangan | |
Karier militer | |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Pangkat | Letnan Jenderal TNI |
Satuan | Infanteri (Kopassus) |
Sunting kotak info • L • B |
Letnan Jenderal TNI (Purn.) Wiyogo Atmodarminto, (22 November 1922 – 19 Oktober 2012) atau yang lebih dikenal dengan panggilan Bang Wi adalah tokoh militer dan politisi berkebangasaan Indonesia. Dia pernah menjabat sebagai Gubernur Jakarta periode 1987–1992.[2] Sebelumnya, ia bertugas sebagai Duta besar RI untuk Jepang. Wiyogo pernah menjabat Panglima Kowilhan II (1981–1983) dan Panglima Kostrad (1978–1981).[3][4]
Wiyogo merupakan salah satu pelaku sejarah pada peristiwa Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta.[5]
Karier
[sunting | sunting sumber]Menjadi Gubernur Jakarta
[sunting | sunting sumber]Pada masa kepemimpinannya ia secara rutin berkunjung ke berbagai tempat di Jakarta. Ia dikenal sebagai pemimpin yang terbuka dan bersikap disiplin. Di awal kepemimpinannya, dia memutuskan untuk menerapkan konsep BMW: Bersih, Manusiawi, berwibawa di Jakarta.[6] Ia menerapkan kerja sama pengelolaan sampah antara pemerintah dan swasta. Ia juga menertibkan penyimpangan bangunan. Bahkan, ia juga pernah memerintahkan membongkar bangunan baru di kompleks pertokoan Tanah Abang karena dianggap tak memiliki izin mendirikan bangunan.[3]
Dia juga berhasil direalisasikan sejumlah program, diantaranya, pembebasan kawasan becak, Swastanisasi kebersihan, pembangunan jalan lingkar luar (outer ring road), perbaikan jalur kereta api, pembangunan dan perluasan jalan arteri, jalan layang dan underpass. Selain itu, Bang Wi juga yang memindahkan Pekan Raya Jakarta yang semula diselenggarakan di Monas ke Kemayoran. Lalu, memindahkan Terminal Cililitan ke Kampung Rambutan juga pengembalian kelestarian Ciliwung.[7]
Meninggal
[sunting | sunting sumber]Wiyogo Atmodarminto meninggal dunia pada usia 89 tahun di Rumah Sakit MMC Jln. HR Rasuna Said, Kuningan, sekitar pukul 20.15 WIB, Jumat 19 Oktober 2012. Mantan Pangkostrad ke 10 (1978–1980) itu, meninggal akibat penyakit tua dan beberapa komplikasi penyakit yang diderita sudah cukup lama. Dia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.[8]
Penghargaan
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Lantik Lima Dubes, Presiden Soeharto: Kita Harus Ikut Atasi Ketimpangan Dunia Diarsipkan 2020-06-11 di Wayback Machine. hmsoeharto.id (31/8/1983). Diakses tanggal 12 Juni 2020
- ^ "Profil: Wiyogo Atmodarminto – Gubernur DKI Jakarta 1987–1982". TokohIndonesia.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-10-11. Diakses tanggal 31 Januari 2016.
- ^ a b Munawwaroh (20 Oktober 2012). Kustiani, Rini, ed. "Wiyogo Atmodarminto, Gubernur yang 'Doyan' Sidak". Tempo.co. Jakarta. Diakses tanggal 31 Januari 2016.
- ^ Iwa (20 Oktober 2012). "Former governor Wiyogo Atmodarminto dies at 85". The Jakarta Post. Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-02. Diakses tanggal 31 Januari 2016.
- ^ "Profil: Wiyogo Atmodarminto". Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-01-31. Diakses tanggal 31 Januari 2016.
- ^ Februana, Ngarto (1 April 2004). "Profil Gubernur DKI Jakarta". Tempo Interaktif. Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-21. Diakses tanggal 31 Januari 2016.
- ^ Sari, Henny Rachma (20 September 2012). Fadillah, Ramadhian, ed. "Jejak langkah dan karya 13 gubernur Jakarta". Merdeka.com. Diakses tanggal 31 Januari 2016.
- ^ "Pangkostrad irup pemakaman Letjen TNI Purn Wiyogo Atmodarminto". Komando Strategi dan Cadangan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat. 22 Oktober 2012. Diakses tanggal 31 Januari 2016.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Administrator (1993-12-11). "Penghargaan". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-04-25.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]Jabatan militer | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Leo Lopulisa |
Pangkostrad 1978–1980 |
Diteruskan oleh: Muhammad Ismail |
Jabatan diplomatik | ||
Didahului oleh: Sayidiman Suryohadiprojo |
Duta Besar RI untuk Jepang 1983–1987 |
Diteruskan oleh: Yogi Supardi |
Jabatan politik | ||
Didahului oleh: Soeprapto |
Gubernur Jakarta 1987–1992 |
Diteruskan oleh: Soerjadi Soedirdja |
- Kelahiran 1922
- Kematian 2012
- Meninggal usia 90
- Pejuang kemerdekaan Indonesia
- Tokoh TNI
- Tokoh militer Indonesia
- Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat
- Panglima Divisi Infanteri 1/Kostrad
- Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat
- Alumni Kolese Kanisius
- Alumni SMA Negeri 3 Yogyakarta
- Tokoh Jawa
- Tokoh Yogyakarta
- Tokoh Jakarta
- Tokoh Angkatan 45
- Politikus Indonesia
- Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta
- Duta Besar Indonesia untuk Jepang
- Tokoh Kopassus
- Penerima Bintang Gerilya
- Penerima Bintang Sewindu APRI