Lompat ke isi

Bahasa Jawa Serang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bahasa Jawa Serang
ꦧꦱꦼꦗꦮꦼꦱꦼꦫꦁ
  • basê Jawê Sèrang/basa Jawa Sèrang
  • basê Jasèng/basa Jasèng
Bahasa Jawa Banten
Dituturkan diIndonesia
Wilayah
Penutur
Lihat sumber templat}}
Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman ini
Klasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
Posisi bahasa Jawa Serang dalam dialek-dialek bahasa Jawa Sunting klasifikasi ini

Catatan:

Simbol "" menandai bahwa bahasa tersebut telah atau diperkirakan telah punah
Bentuk awal
Status resmi
Diakui sebagai
bahasa minoritas di
Kode bahasa
ISO 639-3
Glottologbant1291[1]
Informasi penggunaan templat
Status pemertahanan
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
ICHEL Red Book: Not Endangered

Jawa Serang diklasifikasikan sebagai bahasa aman ataupun tidak terancam (NE) pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan

Referensi: [2][3]

Lokasi penuturan
Peta persebaran bahasa di Serang Raya, bahasa Jawa Serang dilambangkan dengan warna ungu.
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Bahasa Jawa Serang (disingkat Jaseng; bahasa Jawa: ꦧꦱꦼꦗꦮꦼꦱꦼꦫꦁ, translit. basê Jawê Sèrang/basa Jawa Sèrang) adalah dialek bahasa Jawa yang dituturkan oleh masyarakat Jawa Serang (wong Jasèng), yakni kelompok masyarakat yang hubungannya paling erat dengan Kesultanan Banten. Pada masa Kesultanan Banten, dialek ini merupakan bahasa resmi pemerintahan dan juga digunakan sebagai bahasa pengantar di lingkungan keraton.

Bahasa Jawa Serang terutama dituturkan di wilayah utara Provinsi Banten seperti Kabupaten Tangerang bagian utara dan barat laut, Kota Serang bagian utara dan tengah, Kabupaten Serang bagian utara, dan Kota Cilegon. Bahasa Jawa Serang juga dituturkan di sebagian kecil wilayah di Provinsi Lampung. Dialek ini juga dianggap sebagai turunan dari bahasa Jawa Kuno.

Klasifikasi

[sunting | sunting sumber]

Bahasa Jawa Serang merupakan sebuah dialek bahasa Jawa yang masih termasuk dalam ragam dialek bahasa Jawa Cirebon-Indramayu (rumpun bahasa Jawa bagian barat). Namun seiring berjalannya waktu, dialek ini mengalami beberapa perubahan kosakata akibat dikelilingi oleh wilayah penuturan bahasa Sunda Banten (khususnya dialek Serang) di sekitarnya serta letak geografisnya yang terlalu jauh dengan Cirebon dan Indramayu sehingga lebih sering dikategorikan sebagai dialek yang terpisah dengan dialek Cirebon-Indramayu.

Kekerabatan bahasa

[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan jurnal berjudul Bahasa Jawa Serang dan Bahasa Sunda Pandeglang: Satu Tinjauan Perbandingan Linguistik Historis Komparatif oleh Syahwardi dkk. pada tahun 2023, disebutkan bahwa bahasa Jawa Serang dengan bahasa Sunda Pandeglang awalnya adalah sebuah ragam bahasa yang sama.[4] Mereka kemudian berpisah sekitar tahun 1450 Masehi. Penelitian tersebut menggunakan metode kuantitatif melalui teknik leksikostatistik melalui 200 kata dasar Morris Swadesh, diketahui 157 kata mempunyai kekerabatan/kognat sedangkan 43 kata tidak mempunyai kekerabatan. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa bahasa Jawa Serang dengan Sunda Pandeglang berada pada tingkat kekerabatan sebesar 78,5%.[5]

Dalam bahasa Jawa Serang terdapat dua tingkatan bahasa, yaitu tingkatan babasan (krama) dan standar. Dalam bahasa Jawa Serang, pengucapan huruf [e] ada dua versi, yaitu ada yang diucapkan [è] dan [ê], seperti pada kata hendaknè 'hendaknya' atau orê 'tidak', dan juga ada yang diucapkan [a], seperti pada kata apa 'apa' atau kita 'saya/kita'. Daerah yang melafalkan [a] adalah Kragilan, Kibin, Cikande, Tanara, Pontang, Tirtayasa, dan wilayah Serang bagian timur lainnya, serta sebagian utara Kabupaten Tangerang, seperti Kresek, Mekar Baru, Gunung Kaler, Kronjo, Kemiri, dan Mauk. Sedangkan daerah yang melafalkan [e] adalah Serang Kota, Cipocok Jaya, Kasemen, Bojonegara, Kramatwatu, Ciruas, Anyer, Waringinkurung, dan wilayah Serang bagian barat lainnya, termasuk Kota Cilegon.


Pengaruh bahasa Sunda

[sunting | sunting sumber]

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahasa Jawa Serang secara geografis dikelilingi oleh wilayah penuturan bahasa Sunda, sehingga dalam perkembangannya, terdapat pengaruh bahasa Sunda dialek Banten yang dituturkan di Serang, pengaruh tersebut di antaranya berupa pengaruh pada tataran leksikon (kosakata), dan sedikit pada tataran fonologi.[6]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Jawa Serang". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  2. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. 
  3. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  4. ^ Syahwardi et al. (2023), hlm. 123.
  5. ^ Syahwardi et al. (2023), hlm. 135.
  6. ^ Muhyidin (2016), hlm. 3.
  7. ^ Fokus (27 Januari 2023). "Kamus Bahasa Jawa Serang Banten Online Lengkap A-Z". Fokus. Diakses tanggal 29 Januari 2023. 
  8. ^ Henrayana, D.; Ismail, Y.R. (2019). Kamus Basa Sunda - Indonesia , Indonesia - Sunda Untuk Pelajar & Umum. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. ISBN 978-623-216-405-5. 
  9. ^ Fahmi et al. (2021), hlm. 25.
  10. ^ Blust, R.; Trussel, S. "*aba₁ father". Austronesian Comparative Dictionary, web edition. Diakses tanggal 8 April 2024. 
  11. ^ Fahmi et al. (2021), hlm. 30.
  12. ^ a b Fahmi et al. (2021), hlm. 33.
  13. ^ Fahmi et al. (2021), hlm. 2.
  14. ^ Fahmi et al. (2021), hlm. 15.
  15. ^ Fahmi et al. (2021), hlm. 56.
  16. ^ Fahmi et al. (2021), hlm. 5.
  17. ^ a b Fahmi et al. (2021), hlm. 48.
  18. ^ Fahmi et al. (2021), hlm. 46.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]