Jochi
Jochi | |
---|---|
Sebuah patung Jochi di Mongolia | |
Khan Ulus Jochi | |
Pendahulu | tidak ada |
Penerus | Orda Batu |
Kelahiran | ca 1182 |
Kematian | ca 1225 |
Keturunan | Orda Khan Batu Khan Berke Khan dan lain-lain |
Dinasti | Borjigin |
Ibu | Börte |
Jochi (Mongolia:ᠵᠦᠴᠢ; juga ditulis sebagai Jüchi; ca 1182 – ca 1225)[1] adalah seorang pangeran pada masa Kekaisaran Mongol awal. Hidupnya ditandai dengan kontroversi mengenai kelahirannya dan berpuncak pada pengasingannya dari keluarganya. Walaupun begitu, ia adalah seorang panglima militer terkemuka dan leluhur dari keluarga yang memerintah atas kekhanan Gerombolan Emas.
Jochi adalah putra dari Börte, istri pertama dari pemimpin Mongol Temüjin. Selama beberapa bulan sebelum kelahiran Jochi, Börte telah menjadi tahanan dari suku Merkit, yang salah satu anggotanya kemudian menikahinya secara paksa dan memperkosanya. Meskipun terdapat keraguan yang cukup besar mengenai nasab dari Jochi, Temüjin menganggapnya sebagai putra kandung dan memperlakukannya sebagaimana seorang putra kandung. Namun, sejumlah orang Mongol, terutama putra Börte selanjutnya, Chagatai, tidak setuju. Ketegangan tersebut kemudian membuat Chagatai dan Jochi dikecualikan dari garis suksesi Kekaisaran Mongol.
Setelah Temüjin mendirikan Kekaisaran Mongol pada tahun 1206 dan memakai nama Jenghis Khan, Jochi dipercaya untuk memimpin 9.000 orang prajurit dan wilayah yang luas di barat dari wilayah jantung Mongol. Jochi kemudian memimpin dan berpartisipasi dalam sejumlah kampanye untuk mengamankan dan memperluas kekuatan Mongol di wilayah tersebut. Ia juga menjadi panglima terkemuka selama invasi Kekaisaran Khwarazmia (1219–1221), dengan menduduki kota-kota dan suku-suku di utara. Selama Pengepungan Gurganj pada tahun 1221, muncul ketegangan di antara Jochi, saudara-saudaranya, dan Jenghis, yang terus berlanjut, bahkan setelah pengepungan selesai, sehingga Jochi masih diasingkan dari keluarganya saat meninggal akibat penyakit pada ca 1225. Putranya, Batu, lalu ditunjuk untuk menggantikannya.
Kelahiran dan nasab
[sunting | sunting sumber]Ibu Jochi, Börte, lahir pada suku Onggirat, yang tinggal di sepanjang pegunungan Khingan Raya di selatan sungai Ergüne, yang kini berada di Mongolia Dalam.[2] Pada usia 10 tahun, Börte dijodohkan dengan seorang pemuda Mongol bernama Temüjin, putra dari kepala suku Mongol Yesugei.[a] Tujuh tahun kemudian (ca 1178), setelah selamat dari masa remaja yang penuh kekerasan, mereka akhirnya menikah.[4] Mereka lalu dikaruniai anak pertama, seorang putri yang diberi nama Qojin, pada tahun 1179 atau 1180.[5] Melalui aliansi dengan para pemimpin stepa terkenal, seperti temannya Jamukha dan mantan sekutu dari ayahnya Toghrul, serta dengan dukungan dari karismanya, Temüjin lalu mulai mendapat pengikut dan mendapat kekuasaan.[6] Kabar tentang kebangkitan Temüjin pun tersebar dan kemudian menarik perhatian dari suku Merkit di barat laut, yang merupakan suku dari ibu Temüjin Hö'elün, yang sebelumnya diculik oleh Yesugei, sehingga menjadikan mereka musuh bebuyutan. Suku Merkit kemudian memutuskan untuk membalas dendam kepada keturunan dari Yesugei.[7]
Karena dampaknya, peristiwa-peristiwa berikut ini dianggap kontroversial, dengan sebagian besar penulis kontemporer tidak menyebutkan peristiwa-peristiwa tersebut, sementara dua sumber yang menyebutkan peristiwa-peristiwa tersebut (Sejarah Rahasia Bangsa Mongol, sebuah puisi epik pertengahan abad ke-13, dan Jami al-tawarikh karya sejarawan Persia abad ke-14 Rashid al-Din) saling bertolak belakang.[8] Penjelasan berikut ini pun mengandung penjelasan dari dua sumber tersebut yang dianggap paling masuk akal. Pada tahun 1180 atau 1181,[9] pasukan Merkit menyerbu kamp Temüjin, dan berhasil menangkap Börte.[10] Börte lalu dipaksa untuk menikahi Chilger-Bökö, adik dari suami asli Hö'elün. Sementara itu, Temüjin berhasil meyakinkan sekutunya untuk mengumpulkan pasukan guna membantunya menyelamatkan Börte.[11] Di bawah kepemimpinan dari Jamukha, pasukan tersebut lalu berkampanye melawan Merkit dan berhasil mengalahkan mereka, sehingga Börte berhasil diselamatkan dan banyak jarahan dapat diambil.[12]
Börte saat itu sedang hamil besar dan akhirnya melahirkan Jochi di kamp Jamukha. Karena Chilger-Bökö telah memperkosanya, dan karena Börte telah ditahan oleh suku Merkit selama hampir sembilan bulan, nasab Jochi pun menjadi tidak pasti.[13] Ketidakpastian tersebut juga tercermin dalam namanya, yang berarti "tamu" dalam bahasa Mongolia.[14] Walaupun Temüjin selalu menganggap Jochi sebagai putra kandung dan memperlakukannya sebagaimana putra kandung, sejumlah orang Mongol, seperti adiknya Chagatai, menganggap Jochi sebagai anak haram dari Chilger-Bökö.[15]
Masa dewasa
[sunting | sunting sumber]Pernikahan dan keluarga
[sunting | sunting sumber]Jochi tidak muncul lagi dalam sumber-sumber sejarah hingga tahun 1203,[16] saat Jochi telah cukup dewasa untuk menikah. Temüjin berniat untuk menjodohkannya dengan putri dari sekutunya Toghrul, tetapi karena nasab Jochi yang tidak pasti dan status Temüjin yang relatif rendah, niat tersebut pun dianggap sebagai hinaan oleh orang-orang Toghrul, sehingga akhirnya berujung pada perang antara dua pemimpin tersebut.[17] Setelah Toghrul kalah pada tahun 1204, Jochi pun dinikahkan dengan salah satu kemenakannya, Begtütmish.[18] Jochi juga menikahi sejumlah wanita lain, yakni kemenakan dari Börte, Öki; kerabatnya, Sorghan; dan sejumlah wanita lain yang kurang berpengaruh, yakni Qutlugh Khatun, Sultan Khatun, Nubqus, Shīr, Qarajin, dan Kul. Selain itu, Jochi juga memiliki gundik. Tidak diketahui wanita mana yang menjadi istri utama dari Jochi, tetapi kemungkinan besar adalah Öki atau Sorghan.[19]

Putra dari Jochi yang paling berpengaruh adalah Orda Khan dan Batu Khan, yang masing-masing merupakan putra dari Sorghan dan Öki. Berke juga berpengaruh, tetapi tidak diketahui ia adalah putra dari istri yang mana. Nama dari sebelas putra lainnya juga diketahui, tetapi tidak ada yang memiliki karier yang signifikan, karena ibu mereka bukan merupakan istri utama dari Jochi.[20] Walaupun begitu, keturunan mereka tetap menggunakan garis keturunan Jochi untuk melegitimasi hak mereka untuk berkuasa, seperti Khiḍr Khan dari garis Shiban, dan Tokhtamysh yang merupakan keturunan dari putra bungsu Jochi, Tuqa-Timur.[21]
Kepemimpinan awal
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1206, setelah menyatukan suku-suku Mongolia, Temüjin mengadakan sebuah rapat besar yang disebut sebagai kurultai, di mana ia lalu dinobatkan sebagai "Jenghis Khan".[22] Ia kemudian menata kembali negara barunya, dengan membagi negara tersebut ke anggota dari dinastinya. Sebagai putra sulung, Jochi mendapat bagian terbesar, yakni sembilan ribu orang prajurit, beserta keluarga dan ternaknya. Sementara Chagatai mendapat delapan ribu orang prajurit. Sedangkan adik mereka, Ögedei dan Tolui, masing-masing mendapat lima ribu orang prajurit.[23] Sebagaimana yang diharapkan untuk anak sulung, Jochi mendapat wilayah yang paling jauh untuk ulus-nya, yakni di Mongolia bagian barat di sepanjang Sungai Irtysh.[24]

Pembagian tersebut dibuat dengan harapan bahwa Jochi akan memperluas wilayahnya, sehingga pada tahun 1207–08, Jochi berkampanye melawan dan menaklukkan Hoi-yin Irgen , sekumpulan suku di tepi taiga Siberia di antara sungai Angara dan Irtysh.[25] Jochi lalu menjalin aliansi pernikahan dengan suku Oirat, yang pemimpinnya Qutuqa Beki memandu bangsa Mongol ke Kirgiz Yenisei dan anggota Hoi-yin Irgen yang lain. Suku-suku tersebut kemudian menyerahkan diri, dan Jochi mengambil alih kendali atas perdagangan biji-bijian dan bulu di wilayah tersebut, serta tambang emasnya.[26] Ia lalu memperkuat pasukan Subutai, sehingga dapat mengalahkan pasukan Merkit dalam pertempuran Sungai Irtysh pada akhir tahun 1208 atau awal tahun 1209.[27] Jochi kemudian berkampanye secara bergantian melawan Merkit dan sekutu Qangli mereka sepanjang satu dekade berikutnya, sehingga akhirnya menghancurkan sisa terakhir dari suku tersebut pada tahun 1217 atau 1218 bersama Subutai.[28] Sejarawan Christopher Atwood berpendapat bahwa penjelasan tersebut mengecilkan peran Jochi, karena pada kenyataannya ialah komandan utama dalam semua kampanye melawan Merkit dan Qangli, bukannya Subutai, dan bahwa haknya untuk menguasai bekas wilayah Qangli didasarkan pada kesuksesannya dalam kampanye tersebut.[29]
Bersama saudaranya, Chagatai dan Ögedei, Jochi memimpin sayap kanan dalam invasi tahun 1211 terhadap dinasti Jin di Tiongkok. Pasukan Mongol bergerak ke arah selatan dari markas kampanye Jenghis yang terletak di wilayah yang kini menjadi Mongolia Dalam. Awalnya mereka menyerang kota-kota di antara Hohhot dan Datong, dan kemudian mereka menyusuri Pegunungan Taihang untuk menuju ke Shanxi, di mana mereka menjarah dan merampok pada musim gugur tahun 1213.[30] Jochi mungkin juga berpartisipasi dalam pertikaian Sungai Irghiz melawan pasukan dari Muhammad II dari Khwarazm.[31] Sejarah Rahasia mencatat dua percakapan antara Jochi dan ayahnya mengenai kampanye-kampanyenya. Satu percakapan saat Jenghis menolak permintaan Jochi untuk membiarkan seorang pemanah terkemuka dari Merkit agar tetap hidup, dan satu percakapan lain saat Jenghis memuji Jochi karena berhasil menaklukkan suku Oirat.[32]
Perang Khwarazmia dan suksesi
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1218, Jenghis terprovokasi untuk meluncurkan sebuah kampanye melawan Kekaisaran Khwarazmia di Asia Tengah, setelah sebuah rombongan dagang dari Mongol dibunuh oleh gubernur dari Otrar dan pendekatan diplomatik mengalami kegagalan.[33] Menurut Sejarah Rahasia, Yesui, salah satu istri dari Jenghis, lalu memintanya untuk memilih suksesornya sebelum berkampanye. Walaupun Jenghis tampaknya tidak peduli dengan potensi ilegalitas dari Jochi, Chagatai sangat tidak setuju jika Jochi dipilih menjadi suksesor, dengan berteriak "Bagaimana bisa kita membiarkan diri kita dipimpin oleh anak haram dari Merkit ini?" Setelah perselisihan singkat tersebut berakhir, Sejarah Rahasia menjelaskan bahwa Ögedei kemudian dipilih sebagai suksesor, karena mendapat dukungan dari Jochi, Chagatai, dan Jenghis.[34] Sumber-sumber lain mencatat bahwa perselisihan singkat tersebut terjadi setelah kampanye berakhir, sehingga sejumlah sejarawan berspekulasi bahwa penjelasan di Sejarah Rahasia adalah "interpolasi pada masa berikutnya" dan bahwa Jochi tidak dipilih sebagai suksesor, karena melakukan kesalahan selama kampanye.[35]

Pasukan Mongol, yang diperkirakan berjumlah 150.000 atau 200.000 orang, kemudian diturunkan ke Otrar pada akhir tahun 1219. Mempercayai Chagatai dan Ögedei untuk mengepung kota tersebut, Jenghis lalu membawa adik mereka Tolui dan melintasi gurun Kyzyl Kum untuk menyerang kota Bukhara.[36] Sementara itu, Jochi diutus untuk menyusuri sungai Syr Darya ke arah ibukota Khwarazmia Gurganj dan menaklukkan semua kota yang dilalui, yang ingin Jenghis jadikan sebagai wilayah Jochi. Kota Sighnaq dan Asanas memberikan perlawanan yang sangat keras, sehingga penduduknya kemudian dibantai, sementara Jand dan Yanikant berhasil ditaklukkan tanpa perlawanan berarti.[37] Pada akhir tahun 1220, Jochi bergerak ke arah barat daya di sepanjang pesisir Laut Aral untuk menuju ke Gurganj, sementara saudaranya, Chagatai dan Ögedei, setelah berhasil menaklukkan Otrar, bergerak menghampiri Jochi.[38]
Terdapat sejumlah cerita yang saling bertentangan mengenai pengepungan Gurganj dan partisipasi Jochi di dalamnya. Yang pasti adalah bahwa pengepungan tersebut berlangsung lama, yakni antara empat hingga tujuh bulan, dan bahwa pengepungan tersebut berlangsung sangat sengit. Pasukan Khwarazmia memaksa pasukan Mongol untuk terlibat dalam perang perkotaan dari rumah ke rumah, dengan sebagian besar kota telah hancur karena pembakaran nafta atau banjir akibat bendungan yang jebol.[39] Setelah kota tersebut berhasil ditaklukkan, penduduknya pun dibunuh atau diperbudak.[40]
Penjelasan umum mengenai pengepungan tersebut menceritakan bahwa Jochi dan Chagatai berselisih mengenai cara terbaik untuk melakukan pengepungan, karena Jochi menganggap bahwa kota yang kaya tersebut akan menjadi bagian dari wilayahnya, sehingga ia tidak ingin menghancurkannya. Di sisi lain, Chagatai tidak memiliki anggapan semacam itu. Saat Jenghis mendengar mengenai perselisihan tersebut, ia pun memerintahkan agar Ögedei dipromosikan untuk memimpin saudara-saudaranya.[41] Atwood berpendapat bahwa penjelasan tersebut adalah rekaan pada masa berikutnya yang dirancang untuk memperkuat peran Ögedei sebagai khan dari kekaisaran, padahal Jochi pada kenyataannya masih menjadi pemimpin dalam pengepungan tersebut.[42]
Kematian dan peninggalan
[sunting | sunting sumber]
Terlepas dari perbedaan penjelasan, Jochi memang kehilangan dukungan dari ayahnya setelah pengepungan tersebut.[43] Jenghis kemungkinan menganggap pengepungan tersebut sebagai sebuah kegagalan, karena durasinya yang lama dan kehancurannya yang masif. Jochi juga melakukan kesalahan dengan tidak mengirimkan sejumlah harta rampasan kepada ayahnya.[44] Setelah pengepungan tersebut, Chagatai dan Ögedei bergerak ke arah selatan untuk bergabung dengan ayahnya guna mengejar pangeran Khwarazmia Jalal al-Din yang memberontak, sementara Jochi bergerak ke arah utara, seolah-olah untuk menaklukkan Qangli, yang meliputi stepa di barat dari sungai Chu. Sejumlah sumber menduga bahwa Jochi sebenarnya pergi untuk berburu. Tidak jelas apakah ia pernah bertemu ayahnya lagi.[45]
Meskipun Jochi kemudian mengirim banyak keledai liar dan 20.000 ekor kuda putih kepada Jenghis sebagai hadiah pada ca 1224, hubungan mereka semakin memburuk karena Jochi sibuk mengurus wilayahnya.[46] Sekembalinya ke rumah, Jenghis memerintahkan Jochi untuk bergabung dengannya, tetapi Jochi beralasan bahwa ia masih sakit. Saat seorang pengembara mengklaim bahwa Jochi tidak sakit dan sebenarnya sedang berburu, Jenghis pun bertekad untuk mengalahkan Jochi. Sebelum Jenghis dapat melakukannya, pada tahun 1225 atau 1227,[b] muncul kabar bahwa Jochi telah meninggal karena sakit.[49] Satu catatan, yang mungkin dibuat-buat, menyatakan bahwa Jochi sangat tersinggung oleh kehancuran Gurganj, sehingga ia menjalin aliansi rahasia dengan orang Khwarazmia, dan setelah mengetahui hal tersebut, Jenghis pun memerintahkan agar Jochi diracun.[50]
Jenghis lalu menunjuk Batu untuk memimpin bekas wilayah Jochi.[51] Keturunan Jochi kemudian menjadi lebih independen, dan akhirnya berkuasa atas wilayah yang dikenal sebagai Gerombolan Emas.[52] Meskipun sebuah mausoleum besar di Wilayah Ulytau, Kazakhstan, secara tradisional dianggap sebagai makam dari Jochi, penanggalan radiokarbon mengindikasikan bahwa mausoleum tersebut dibangun pada masa berikutnya dan bahwa mausoleum tersebut bukanlah makam dari Jochi.[53]
Referensi
[sunting | sunting sumber]Catatan
[sunting | sunting sumber]- ^ Pada saat itu, kata "Mongol" hanya merujuk pada anggota dari suatu suku di timur laut Mongolia. Karena suku tersebut memainkan peran penting dalam pembentukan Kekaisaran Mongol, nama suku tersebut kemudian dipakai untuk menyebut seluruh suku.[3]
- ^ Sumber untuk tahun 1225:[47]
Sumber untuk tahun 1227:[48]
Kutipan
[sunting | sunting sumber]- ^ Atwood 2004, hlm. 278.
- ^ Atwood 2004, hlm. 456.
- ^ Atwood 2004, hlm. 389–391.
- ^ Broadbridge 2018, hlm. 49–50, 57; Ratchnevsky 1991, hlm. 20–21, 31; May 2018, hlm. 23–28.
- ^ Broadbridge 2018, hlm. 58.
- ^ Favereau 2021, hlm. 34; May 2018, hlm. 28–30; Ratchnevsky 1991, hlm. 31–34.
- ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 34; Broadbridge 2018, hlm. 46–47.
- ^ Broadbridge 2018, hlm. 58–64; Ratchnevsky 1991, hlm. 34–37; May 2018, hlm. 30–31.
- ^ Broadbridge 2018, hlm. 63.
- ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 34; May 2022a, hlm. 55.
- ^ May 2018, hlm. 30; May 2022a, hlm. 55–56; Broadbridge 2018, hlm. 59; Atwood 2004, hlm. 278.
- ^ Favereau 2021, hlm. 34; Ratchnevsky 1991, hlm. 35–36; May 2018, hlm. 30.
- ^ Biran 2012, hlm. 35; May 2022a, hlm. 56; Atwood 2004, hlm. 278.
- ^ Dunnell 2023, hlm. 25; Atwood 2004, hlm. 278.
- ^ Favereau 2021, hlm. 65; Biran 2012, hlm. 35; Atwood 2004, hlm. 278.
- ^ May 2017, hlm. 162.
- ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 67–69; May 2022a, hlm. 59–61; Broadbridge 2018, hlm. 78–79.
- ^ May 2022a, hlm. 61.
- ^ Broadbridge 2018, hlm. 230–231.
- ^ Broadbridge 2018, hlm. 229–232.
- ^ May 2018, hlm. 302–304.
- ^ Atwood 2004, hlm. 98–99.
- ^ Dunnell 2023, hlm. 30–31.
- ^ Biran 2012, hlm. 69; Favereau 2021, hlm. 65–66; Favereau & Pochekaev 2023, hlm. 248.
- ^ May 2022b, hlm. 138; Favereau & Pochekaev 2023, hlm. 248.
- ^ Atwood 2004, hlm. 502; May 2018, hlm. 44–45; May 2022b, hlm. 139.
- ^ May 2018, hlm. 45; Favereau 2021, hlm. 43–44.
- ^ Atwood 2004, hlm. 278; Favereau 2021, hlm. 46–47; Favereau & Pochekaev 2023, hlm. 248.
- ^ Atwood 2017, hlm. 44–45, 50.
- ^ Favereau 2021, hlm. 48; Dunnell 2023, hlm. 35; Atwood 2004, hlm. 278; Atwood 2017, hlm. 36.
- ^ Dunnell 2023, hlm. 38; May 2018, hlm. 58–59.
- ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 116–118.
- ^ Biran 2012, hlm. 54–55.
- ^ Atwood 2004, hlm. 278, 416; Broadbridge 2018, hlm. 130; May 2018, hlm. 69; Ratchnevsky 1991, hlm. 125–126.
- ^ Broadbridge 2018, hlm. 131; Dunnell 2023, hlm. 41; Favereau 2021, hlm. 63.
- ^ Boyle 2007, hlm. 307; Dunnell 2023, hlm. 42; Biran 2012, hlm. 56.
- ^ Barthold 1992, hlm. 414–416; Chambers 1979, hlm. 10; Favereau 2021, hlm. 61.
- ^ Dunnell 2023, hlm. 44; Barthold 1992, hlm. 433.
- ^ Atwood 2017, hlm. 51; Barthold 1992, hlm. 434–437.
- ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 131; Atwood 2017, hlm. 51.
- ^ Atwood 2017, hlm. 52–53; Dunnell 2023, hlm. 44; Barthold 1992, hlm. 435; Ratchnevsky 1991, hlm. 136–137.
- ^ Atwood 2017, hlm. 53.
- ^ Atwood 2017, hlm. 54.
- ^ Favereau 2021, hlm. 61–63; Favereau & Pochekaev 2023, hlm. 248.
- ^ Dunnell 2023, hlm. 44, 47.
- ^ Barthold 1992, hlm. 455; Atwood 2004, hlm. 278.
- ^ Atwood 2004, hlm. 278; Broadbridge 2018, hlm. 169.
- ^ Dunnell 2023, hlm. 47; Favereau & Pochekaev 2023, hlm. 248–249.
- ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 136–137; Favereau 2021, hlm. 76; Dafeng & Jianyi 1998, hlm. 290.
- ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 137; Biran 2012, hlm. 69; Barthold 1992, hlm. 458.
- ^ Favereau & Pochekaev 2023, hlm. 249.
- ^ Atwood 2004, hlm. 201–202.
- ^ Panyushkina et al. 2022.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Atwood, Christopher P. (2004). Encyclopedia of Mongolia and the Mongol Empire. New York: Facts on File. ISBN 978-0-8160-4671-3.
- Atwood, Christopher P. (2017). "Jochi and the Early Western Campaigns". Dalam Rossabi, Morris. How Mongolia Matters: War, Law, and Society. Leiden: Brill. hlm. 35–56. ISBN 978-9-0043-4340-5.
- Barthold, Vasily (1992). Bosworth, Clifford E., ed. Turkestan Down To The Mongol Invasion (edisi ke-Third). New Delhi: Munshiram Manoharlal. ISBN 978-8-1215-0544-4.
- Biran, Michal (2012). Chinggis Khan. Makers of the Muslim World. London: Oneworld Publications. ISBN 978-1-7807-4204-5.
- Boyle, John Andrew (2007). The Cambridge History of Iran Volume 5: The Saljuq and Mongol Periods. Cambridge: Cambridge University Press. doi:10.1017/CHOL9780521069366. ISBN 978-1-1390-5497-3.
- Broadbridge, Anne F. (2018). Women and the Making of the Mongol Empire. Cambridge Studies in Islamic Civilization. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-1-1086-3662-9.
- Chambers, James (1979). The Devil's Horsemen: The Mongol Invasion of Europe. New York: Atheneum. ISBN 978-0-6891-0942-3.
- Dafeng, Qu; Jianyi, Liu (1998). "On Some Problems Concerning Jochi's Lifetime". Central Asiatic Journal. 42 (2): 283–290.
- Dunnell, Ruth W. (2023). "The Rise of Chinggis Khan and the United Empire". Dalam Biran, Michal; Kim, Hodong. The Cambridge History of the Mongol Empire. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 19–106. ISBN 978-1-3163-3742-4.
- Favereau, Marie (2021). The Horde: How the Mongols Changed the World. Cambridge: Harvard University Press. ISBN 978-0-6742-7865-3.
- Favereau, Marie; Pochekaev, Roman Yu. (2023). "The Golden Horde, c. 1260–1502". Dalam Biran, Michal; Kim, Hodong. The Cambridge History of the Mongol Empire. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 243–318. ISBN 978-1-3163-3742-4.
- May, Timothy (2018). The Mongol Empire. Edinburgh: Edinburgh University Press. ISBN 978-0-7486-4237-3.
- May, Timothy (2022a). "The Rise of Chinggis Khan". Dalam May, Timothy; Hope, Michael. The Mongol World. Abingdon: Routledge. hlm. 51–67. ISBN 978-1-3151-6517-2.
- May, Timothy (2022b). "The Conquest of Qara Khitai and Western Siberia". Dalam May, Timothy; Hope, Michael. The Mongol World. Abingdon: Routledge. hlm. 137–149. ISBN 978-1-3151-6517-2.
- Panyushkina, Irina P.; Usmanova, Emma R.; Uskenbay, Kanat Z.; Kozha, Mukhtar B.; Dzhumabekov, Dzhambul A.; Akhatov, Gaziz A.; Jull, A. J. Timothy (2022). "Chronology of the Golden Horde in Kazakhstan: 14C Dating of Jochi Khan Mausoleum". Radiocarbon. 64 (2): 323–331. doi:10.1017/RDC.2022.24.
- Ratchnevsky, Paul (1991). Genghis Khan: His Life and Legacy
. Diterjemahkan oleh Thomas Haining. Oxford: Blackwell Publishing. ISBN 978-0-6311-6785-3.
Jochi Borjigin (1206–1634) Meninggal: 1226
| ||
Gelar kebangsawanan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Tidak ada |
Gerombolan Emas 1225–1226 |
Diteruskan oleh: Batu Khan |