Lompat ke isi

Kubilai Khan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Kublai Khan)
Khubilai
Kha Khan Kekaisaran Mongolia
Khan Dinasti Yuan
Kaisar Tiongkok
Portret Kublai Khan, Khan Agung (Kha Khan) terakhir.
Khan Agung Kekaisaran Mongol
Berkuasa5 Mei 1260 – 18 Februari 1293
Penobatan5 Mei 1260
PendahuluMongke Khan
PenerusTemur Khan (Dinasti Yuan)
WaliAriq Böke (dari 11 Agustus 1258 – 21 Agustus 1264)
Kaisar Dinasti Yuan
Berkuasa18 Desember 1271 – 18 Februari 1294
PendahuluPosisi didirikan
PenerusTemur Khan
Kelahiran23 September 1215
Kematian18 Februari 1294(1294-02-18) (umur 78)
Dadu (Khanbaliq)
Pemakaman
PermaisuriChabi
Nama lengkap
Zhongtong (中統) 1260-1264
Zhiyuan (至元) 1264-1294
Setsen Khan (Цэцэн хаан)
Nama kuil: Shizu (世祖)
Nama poshumus: Kaisar Shengde
Shengong Wenwu
(聖德神功文武皇帝)
Nama lengkap
WangsaBorjigin (Bhs. Mongolia: Боржигин)
AyahTolui
IbuSorghaghtani Beki
AgamaAgama Buddha

Kubilai Khan[a] (23 September 1215 – 18 Februari 1294), juga dikenal dengan nama kuil sebagai Kaisar Shizu dari Yuan dan nama regnal Setsen Khan, adalah pendiri dan kaisar pertama Kekaisaran Mongol yang memimpin Dinasti Yuan di Tiongkok. Dia memproklamirkan nama dinasti "Yuan Agung"[b] pada tahun 1271, dan memerintah Dinasti Yuan hingga kematiannya pada tahun 1294.

Kubilai adalah putra kedua Tolui dari istri utamanya Sorghaghtani Beki, dan cucu dari Jenghis Khan. Dia hampir berusia 12 tahun ketika Jenghis Khan meninggal pada tahun 1227. Dia menggantikan kakak laki-lakinya, Möngke sebagai Khagan pada tahun 1260, tetapi harus mengalahkan adik laki-lakinya Ariq Böke dalam Perang Saudara Toluid yang berlangsung hingga tahun 1264. Perang Saudara ini menandai dimulainya fragmentasi kekaisaran.[4] Kekuatan Kubilai yang sebenarnya terbatas pada Kekaisaran Yuan, meskipun sebagai Khagan dia masih memiliki pengaruh di Ilkhanat dan, pada tingkat yang jauh lebih rendah, di Gerombolan Emas.[5][6][7]

Pada tahun 1271, Kubilai mendirikan Dinasti Yuan dan secara resmi mengklaim suksesi ortodoks dari dinasti Tiongkok sebelumnya.[8] Dinasti Yuan menguasai sebagian besar Tiongkok saat ini, Mongolia, Korea, Siberia selatan, dan wilayah lain yang berdekatan. Dia juga mengumpulkan pengaruh di Timur Tengah dan Eropa sebagai khagan. Pada tahun 1279, Penaklukan Yuan atas Dinasti Song selesai dan Kublai menjadi kaisar non-Han pertama yang memerintah seluruh Tiongkok.

Potret kekaisaran Kubilai adalah bagian dari album potret kaisar dan permaisuri Yuan, yang sekarang menjadi koleksi Museum Istana Nasional di Taipei. Putih, warna kostum kekaisaran Kublai, adalah warna kekaisaran dinasti Yuan berdasarkan konsep filosofi Tiongkok tentang Lima Elemen.[9]

Masa kecil

[sunting | sunting sumber]

Kubilai adalah cucu Jenghis Khan. Masa mudanya dihabiskan untuk mempelajari kebudayaan Tiongkok. Saat Mongke khan menjadi kaisar, Kubilai menjadi gubernur daerah Selatan Mongol. Saat menjabat, Kubilai meningkatkan hasil bumi provinsi Henan dan meningkatkan kesejahteraan sosial Xi'an.

Pada tahun 1253, Kubilai menyerang Yunnan. Kemudian ia menguasai dan menghancurkan kerajaan Dali. Pada tahun 1258, Mongke menunjuk Kubilai untuk memimpin Pasukan dari Timur untuk membantu menaklukkan Sichuan dan Yunnan. Sebelum tiba (1259), ada berita bahwa Mongke wafat. Saat itu Kubilai tetap menyerang Wuhan. Tak lama ia mendengar bahwa adiknya merebut tahta. Kubilai langsung berdamai dengan negeri Sung dan pulang ke arah utara padang Mongolia.

Kubilai dan adiknya masing-masing lalu mengangkat diri menjadi Khan. Pertempuran keduanya berlangsung selama 3 tahun, di mana Kubilai muncul sebagai pemenang. Saat itulah gubernur Yizhou, Li memberontak melawan Mongol. Kejadian ini menimbulkan rasa tidak percaya Kubilai terhadap bangsa Han. Saat berkuasa, Kubilai mengeluarkan hukum anti Han, seperti larangan gelar bagi penguasa daerah di Tiongkok.

Dinasti Yuan

[sunting | sunting sumber]

Kubilai Khan kemudian mengangkat dirinya bukan saja sebagai Khan dari Kekaisaran Mongolia, tetapi juga sebagai Kaisar China, dan membangun Dinasti Yuan di tanah China. Ia lalu memerintahkan untuk memindahkan ibu kota Mongol ke Beijing. Pada saat itu kerajaan Mongol mencapai zaman keemasannya di mana pedagang dari China dapat pergi berdagang di Eropa dengan aman. Para pedagang Eropa yang haus akan kain sutra pun dapat datang membeli barang dagangan di China dengan aman tenteram. Marco Polo dari Italia tiba di China pada masa Dinasti Yuan, dan pernah dijadikan gubernur oleh Kubilai Khan. Hal inilah menandakan perdagangan langsung pertama kalinya muncul antar Eropa dan China, di mana permintaan Eropa akan porselein, ukiran, dan sutra dari China melaju tinggi.

Berbagai invasi ke negeri-negeri Asia Timur dan Asia Tenggara dilancarkan oleh pasukan-pasukan Kublai Khan. Tujuan utamanya ialah untuk memperluas pengaruh kekuasaan, melancarkan perdagangan dan menerima upeti dari negara-negara lain di Asia. Kekaisaran Dinasti Yuan mencapai batas terluasnya saat di bawah kekuasaan Kublai Khan, dengan penaklukan tuntasnya atas Dinasti Sung, yang terjadi pada tahun 1279.

Kubilai Khan tidak hanya disibukan oleh peperangan, tetapi ia juga mempelajari tradisi China. Ia senang dengan kehidupan dan adat istiadat China. Artis, tukang pahat, tukang masak terbaik semua dikumpulkan di Beijing untuk memacu adat-istiadat negara. Marco Polo dikabarkan juga membawa banyak kekayaan budaya seperti sutra dan resep memasak dari China ke Italia.

Invasi ke Korea

[sunting | sunting sumber]

Pasukan Mongol memasuki wilayah Korea pada tahun 1216. Pada saat itu hubungan berlangsung baik dikarenakan pasukan Mongol diperintahkan untuk menghancurkan angkatan perang Khitan. Pada saat itu hubungan antar kerajaan Koryo (Korea) dan kerajaan Khitan tidaklah berlangsung baik. Angkatan perang Khitan yang tidak mendapat bantuan pangan dari kerajaan Korea mengambil langkah untuk merebut pangan dari desa-desa di Korea untuk melawan kerajaan Mongolia. Raja Koryo memutuskan untuk bergabung dengan pasukan Mongolia dalam menghancurkan pasukan Khitan. Setelah perang usai, raja Koryo membuat perjanjian damai terhadap kerajaan Mongolia dan mengirim upeti tahunan. Namun upeti tersebut dirampas oleh kawanan perampok dan duta besar Mongolia terbunuh. Hal itu mengakibatkan kerajaan Mongol marah dan mengirim pasukan penghukumnya untuk memasuki wilayah Korea yang kedua kalinya.

Pertempuran terjadi sengit pada tahun 1231. Pasukan Mongol berhasil menawan raja Korea dan mendirikan perkemahan Mongol untuk mengamankan wilayah jajahannya. Kemudian sebagian besar pasukan mereka kembali ke negeri Mongol. Namun perkemahan tersebut diserang oleh para pemberontak. Hal itu menimbulkan invasi ketiga pada tahun 1254 yang mengakhiri hidup kerajaan Korea. Pada tahun 1258 seluruh wilayah Korea berhasil dikuasai oleh kerajaan Mongol. Raja Korea yang kabur ke pulau kecil Cheju, lalu mengawinkan putrinya kepada kerajaan Mongol pada tahun 1273. Pulau itulah yang kemudian dipakai oleh pihak Mongol untuk rencana invasi ke negeri Jepang.

Invasi ke Jepang

[sunting | sunting sumber]

Invasi ke tanah Jepang dilakukan jauh sebelum invasi ke kerajaan di Asia Tenggara. Invasi ini berlangsung dua kali. Invasi pertama dilakukan pada tahun 1274 di mana pasukan Mongol bergabung dengan pasukan Korea (pada umumnya budak) mendarat di teluk Hakata. Ribuan pasukan yang berangkat dari Pusan (Korea) melewati pulau Tsushima dan Iki dengan mudah. Namun pada saat mereka hendak mencapai tanah Jepang, mereka diserang oleh badai Tsunami yang menghancurkan pasukan serta pangan mereka hingga tiga per empatnya. Pasukan yang mendarat di teluk Hakata tidak memiliki pangan dan senjata yang cukup untuk melawan pasukan Jepang. Mereka dihancurkan oleh pasukan Samurai. Kaisar Jepang memerintahkan pasukan China untuk dibebaskan karena mereka adalah penduduk dari Tang (kerajaan China pada zaman dinasti Tang mempunyai hubungan baik dengan Jepang). Sedangkan pasukan Mongolia dan Korea semuanya dihukum penggal. Pasukan Mongol yang dikirim ke Jepang itu berupa gabungan dari tentara Mongolia sendiri dan budak-budak dari China dan Korea.

Pasukan Samurai Suenaga menghadapi serangan panah dan bom Mongol. Karya Moko Shurai Ekotoba (蒙古襲来絵詞), ca. 1293.

Pada tahun 1281 ratusan ribu pasukan Mongol mendarat untuk kedua kalinya ditanah Jepang. Pasukan Samurai Jepang saat itu tidak mengerti dengan taktik perang Mongol. Menurut tradisi Jepang, sebelum perang dimulai, mereka harus mengadakan duel (satu lawan satu) antar panglima diatas kuda untuk mengukur kekuatan dan semangat lawan. Namun pada saat itu, tidak ada orang yang bisa berbicara bahasa Mongol dari jajaran pasukan Jepang. Pasukan Mongol sendiri tidak mengerti bahasa Jepang. Sehingga pada saat tantangan duel diteriakkan, ribuan pasukan Mongol maju menyerang secara membabi buta. Pasukan Samurai juga menderita oleh serangan Mongol yang berupa hujan anak panah. Secara tradisi pasukan Samurai berperang dengan memanah musuh secara akurat tidak seperti Mongol yang memanah musuh secara membabi buta dan dengan jumlah yang besar. Pasukan Mongol juga menggunakan "senjata guntur" (bom) untuk menghancurkan jajaran pasukan Samurai. Senjata guntur itu pertama kali diciptakan oleh kerajaan China. Senjata itu terbuat dari tanah liat dan dengan bentuk bola yang besar. Di dalam tanah liat tersebut diisi penuh dengan bubuk mesiu. Kemudian bola tanah liat itu diikat dengan tali dan diayukan kearah musuh. Ledakan bola tanah liat itu bagaikan guntur dan menakuti jajaran pasukan samurai dan kuda-kuda yang mereka tunggangi.

Setelah perang dimenangkan, ratusan ribu pasukan Mongol kembali ke perkemahan mereka di daerah pantai serta membakar desa-desa disekitarnya. Pada malam harinya terjadi Tsunami ganda yang menghancurkan perkemahan mereka serta kapal-kapal mereka lebih parah dengan apa yang terjadi pada tahun 1274. Tsunami ganda tersebut dinamakan Kamikaze, yang kemudian nama itu digunakan oleh kerajaan perang sebagai kode tempur dalam perang pasifik pada perang dunia ke 2. Pasukan Mongol yang tersisa sedikit tersebut kemudian dihancurkan oleh pasukan Jepang. Hal itu menandakan akhir invasi Mongol ke Jepang. Beberapa ahli sejarah mengatakan bahwa kaisar Jepang mengakui kedaulatan Mongol serta mengirimkan upeti, hal itulah yang membuat Kubilai Khan puas dan mulai mengarahkan pandangannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara (Jawa, Vietnam, Kamboja, dsb).

Invasi ke Annam (Vietnam Utara)

[sunting | sunting sumber]

Kubilai Khan menaruh perhatiannya ke wilayah Asia tenggara setelah ia berhasil menguasai seluruh wilayah Asia Timur. Ia mulai mengirim duta besarnya kepada puluhan kerajaan kecil untuk meminta upeti tahunan. Namun hal itu tidak berlangsung baik, karena banyak kerajaan yang tidak mengenal Mongolia dan bahkan mempermalukan duta besar mereka. Pasukan Mongolia lalu dikirimkan untuk menghancurkan kerajaan Champa, tetapi mereka tidak diperbolehkan untuk memasuki wilayah Annam. Hal ini menimbulkan amarah Kubilai Khan setelah pasukannya diserang secara tiba-tiba 1285. Pada tahun 1287 pasukan gelombang kedua tiba dan berhasil mengepung serta menghancurkan ibu kota Annam, Hanoi. Raja Annam berhasil kabur ke selatan. Iklim tropis yang panas dan lembap di daerah itu memaksa pasukan Mongol untuk meninggalkan keberhasilan mereka setelah merebut kota Hanoi. Pada tahun 1288 panglima Mongol merasa tidak puas dan menyerang wilayah Annam untuk ketiga kalinya. Walaupun raja Annam berhasil melarikan diri, ia sadar bahwa pasukan Mongol tidak akan pernah berhenti menyerang tanpa adanya perjanjian damai. Raja Annam kemudian mengakui kekuatan Mongol dan mengirimkan upeti.

Invasi ke Champa (Vietnam Selatan) dan Kamboja

[sunting | sunting sumber]

Setelah kerajaan Annam berhasil dikuasai Mongol, pasukannya mulai berekspedisi ke arah selatan. Dalam tahun yang sama, raja Champa menyerah dan menyerahkan kekuasaan ketangan Mongolia seperti raja Annam. Mereka menjadi raja boneka yang dikontrol sepenuhnya oleh Kubilai Khan.

Invasi ke Tibet dan Thailand

[sunting | sunting sumber]

Invasi ini berlangsung damai. Hal tersebut dikarenakan raja dari kerajaan tersebut mengakui kedaulatan Mongolia dan setuju untuk mengirimkan upeti terhadap kerajaan Mongol. Pada saat itu, Kubilai Khan juga disibukkan oleh berbagai perang dengan kerajaan lain, sehingga tidak ada pasukan yang dikirim untuk mendiami wilayah Tibet maupun Thailand.

Invasi ke Myanmar

[sunting | sunting sumber]

Invasi ini berlangsung dikarenakan duta besar Mongol yang dibunuh oleh raja Burma (Sekarang Myanmar). Kerajaan Burma pada saat itu sedang dalam zaman keemasan dengan memiliki pasukan yang berlimpah. Pasukan Burma pada umumnya berupa pasukan gajah. Namun hal itu tidak menjadi tantangan besar oleh pasukan Mongolia. Pada tahun 1277 dan 1283, pasukan Burma mengadakan invasi ketanah Mongolia di China untuk menunjukkan kekuatan mereka. Pasukan penghukum yang dipimpin oleh Temur (cucu Kubilai Khan) meratakan ibu kota Burma, Pagan. Raja Myanmar berhasil kabur dari pertempuran tersebut, tetapi pada tahu 1287 seluruh wilayah Burma berada dalam kekuasaan Mongolia.

Invasi ke Jawa

[sunting | sunting sumber]

Pada akhir tahun 1292 angkatan perang Mongol mulai dikirim ke tanah Jawa, karena duta besar mereka dipermalukan oleh kerajaan Singhasari di bawah rajanya Kertanagara. Pada tahun 1293 angkatan perang tersebut mendarat di Rembang dan mulai melaju ke arah Jawa Timur. Pada saat mereka tiba, tanah Jawa dipenuhi dengan kehancuran yang diakibatkan oleh perang, jauh sebelum mereka tiba. Kerajaan Singhasari sendiri sudah jauh hari dihancurkan oleh kerajaan Kediri. Pasukan Mongol yang tidak tahu apa yang harus mereka perbuat itu disiasati oleh Raden Wijaya untuk membantunya memberontak melawan kerajaan Kediri. Raja Jayakatwang akhirnya tertangkap, dan Raden Wijaya mendirikan kerajaan yang diberi nama Majapahit. Pasukan Mongolia kemudian diserang oleh Raden Wijaya sendiri dan diusir dari tanah Jawa. Panglima Mongol, Ike Mese, yang sudah kehilangan sedikitnya 3000 tentara dan dipengaruhi dengan iklim tropis yang lembap dan panas itu memutuskan untuk berlayar kembali ke tanah Mongolia dengan berbekal emas, budak dan hasil rampasan perang lainnya dari tanah Jawa. Namun setelah ia kembali, Kubilai Khan menjadi marah besar setelah mendengar cerita ekspedisinya. Panglima tersebut diberi hukuman 16 cambukan dan setengah dari kekayaannya disita kerajaan.

Warisan budaya

[sunting | sunting sumber]

Kubilai Khan pernah memerintahkan berbagai bumbu makanan dari pelosok dunia Eropa, India, dan Arab dikirimkan ke Beijing untuk membuat makanan baru. Pada saat itu juga, makanan terkenal dinamakan Bebek Panggang Beijing (Peking Roast Duck) ditemukan dan sampai sekarang ini makanan itu dikenal seluruh dunia sebagai salah satu makanan terenak dari China. Salah satu legenda yang umum, ialah tentang resep masak dan cara membuat mie (bakmie), yang telah dipakai oleh rakyat China selama lebih dari 4000 tahun. Dikatakan bahwa makanan aneh tersebut kemudian dinamakan Spaghetti dan menjadi makanan nasional Italia.

Walaupun Kubilai Khan gemar mempelajari budaya Tiongkok, tetapi tidak semua panglimanya memiliki minat yang sama. Banyak sekali panglima perang atau tentara Mongol yang selalu menjarah desa-desa dan kota. Banyak pula wanita yang diculik ataupun dibawa paksa untuk dijadikan budak digurun Mongolia. Desa-desa sering kali dibakar dan penduduknya terbantai sebagai sarana olahraga atau permainan yang diadakan oleh pasukan Mongol. Adapula panglima Mongol yang memerintahkan agar setiap rumah tangga harus dikawal oleh satu tentara Mongol. Setiap orang dilarang untuk berhubungan dengan tetangganya. Hal ini menimbulkan amarah penduduk setempat, yang kemudian menyiasatkan sebuah taktik, yaitu dengan cara menyembunyikan surat rahasia kedalam kue-kue yang kemudian dibagikan kepada setiap rumah sebagai peringatan pesta bulan penuh. Dalam surat itu menyatakan tindak pemberontakan dan setiap penduduk diminta untuk membunuh tentara Mongol yang menjaga rumah mereka pada saat yang sama. Hari peringatan tersebut kemudian dijadikan hari adat-istiadat nasional di China, dan bahkan dirayakan oleh orang Tionghoa seluruh dunia sebagai Perayaan Kue Bulan - Moon Cake Festival (Perayaan Tiong Chiu).

Akhir kerajaan Mongol

[sunting | sunting sumber]

Kerajaan Mongol diakhiri oleh perebutan kekuasaan dan pemberontakan diseluruh jajaran wilayah Mongolia. Setelah kehancuran Dinasti Yuan di China, Kaisar Zhu Yuanzhang dari China mendirikan kerajaan Ming dan memerintahkan untuk mengadakan operasi balas dendam terhadap Mongolia. Ibu kota Mongolia diratakan dengan tanah berserta seluruh harta karunnya. Setelah kerajaan Mongolia hancur, sejarah mencatat bahwa hanya dalam 1-2 generasi, rakyat China dan Eropa hilang hubungan dan tidak mengetahui sesamanya. Setelah itu Eropa tidak pernah tahu keberadaan negeri China, dan sebaliknya. Marco Polo yang pulang ke Italia dan memberitakan ekspedisi yang ia alami selama di China, di mana ia melihat vihara yang beratapkan emas, kerajaan yang berlimpah akan makanan dan harta itu, tidak dipercayai oleh orang Eropa. Namun ada seseorang yang percaya akan legenda yang diceritakan oleh Marco Polo. Ia adalah Columbus, yang mengadakan pelayaran untuk mencari dunia yang diceritakan oleh Marco Polo, dan akhirnya mendarat di benua baru yang dinamakan benua Amerika.

  1. ^ Juga dikenal sebagai Qubilai atau Kublai; bahasa Mongol: Хубилай; aksara Mongol: ᠬᠤᠪᠢᠯᠠᠢ; Hanzi: 忽必烈; Pinyin: Hūbìliè
  2. ^ Sesuai norma historiografi modern, "Dinasti Yuan" dalam artikel ini merujuk secara eksklusif pada wilayah yang berbasis di Dadu (sekarang Beijing). Namun, nama dinasti gaya Han "Yuan Agung" (大元) seperti yang diproklamirkan oleh Kubilai pada tahun 1271, serta klaim ortodoksi politik Tiongkok dimaksudkan untuk diterapkan ke seluruh Kekaisaran Mongol.[1][2][3] Meskipun demikian, "Dinasti Yuan" jarang digunakan dalam arti luas oleh para sarjana modern karena sifat pembagian Kekaisaran Mongol secara de facto.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Robinson, David (2019). In the Shadow of the Mongol Empire: Ming China and Eurasia. Cambridge University Press. hlm. 50. ISBN 9781108482448. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 March 2022. Diakses tanggal 18 March 2022. 
  2. ^ Robinson, David (2009). Empire's Twilight: Northeast Asia Under the Mongols. Harvard University Press. hlm. 293. ISBN 9780674036086. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 March 2022. Diakses tanggal 18 March 2022. 
  3. ^ Brook, Timothy; Walt van Praag, Michael van; Boltjes, Miekn (2018). Sacred Mandates: Asian International Relations since Chinggis Khan. University of Chicago Press. hlm. 45. ISBN 9780226562933. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 March 2022. Diakses tanggal 18 March 2022. 
  4. ^ Encyclopædia Britannica. hlm. 893. [perlu rujukan lengkap]
  5. ^ Marshall, Robert. Storm from the South: from Genghis Khan to Khubilai Khan. hlm. 224. 
  6. ^ Borthwick, Mark (2007). Pacific Century. Westview Press. ISBN 978-0-8133-4355-6. 
  7. ^ Howorth, H. H. The History of the Mongols. II. hlm. 288. 
  8. ^ Kublai (18 December 1271), 《建國號詔》 [Edict to Establish the Name of the State], 《元典章》[Statutes of Yuan] (in Classical Chinese)
  9. ^ Chen, Yuan Julian (2014). ""Legitimation Discourse and the Theory of the Five Elements in Imperial China." Journal of Song-Yuan Studies 44 (2014): 325–364". Journal of Song-Yuan Studies (dalam bahasa Inggris). 44 (1): 325–364. doi:10.1353/sys.2014.0000. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 October 2019. Diakses tanggal 27 April 2018. 

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]
Didahului oleh:
Mongke Khan
Khan Agung Mongolia
1260–1294
Diteruskan oleh:
Temur Oljeytu
Didahului oleh:
tidak ada
(menggantikan Dinasti Song)
Kaisar Dinasti Yuan
1271–1294
Diteruskan oleh:
Temur Oljeytu