Lompat ke isi

Para Raja Dinasti Han

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Setelah Liu Bang mengalahkan Xiang Yu dan memproklamirkan dirinya sebagai kaisar dari dinasti Han, ia mengikuti praktik Xiang Yu dengan membagi-bagikan gelar bangsawan kepada para anggota keluarganya yang membuat iri para jenderal, bangsawan, dan anggota kekaisaran lainnya. Gelar yang diberikan adalah (Hanzi: ; Pinyin: wáng)) "raja", sebuah gelar yang setara dengan yang digunakan penguasa dalam era Shang dan Zhou, serta oleh para penguasa di Periode Negara Perang.

Setiap "raja" yang adalah kerabat dekat sang Kaisar sendiri memiliki kerajaan semi-otonomnya masing-masing. Kebijakan ini merupakan penyimpangan dari kebijakan era Dinasti Qin, yang membagi Tiongkok menjadi wilayah-wilayah yang diperintah oleh seorang gubernur, bukan turun-temurun. Namun harap diingat bahwa gelar "wang" kadang-kadang diterjemahkan sebagai "pangeran" dan sebaliknya, raja terkadang disebut sebagai pangeran.

Raja-raja dibagi menjadi dua kelompok: yìxìng wáng berarti "raja-raja dengan nama keluarga yang berbeda", dan tóngxing wáng yang berarti "raja-raja dengan nama keluarga yang sama", yaitu, nama keluarga kekaisaran Liu . Yixing wang merupakan ancaman yang nyata bagi kekaisaran Han, dan Liu Bang serta penggantinya segera menekan mereka secepat mungkin, akibatnya mereka menghilang pada 157 SM. Sedangkan Tongxing wang pada awalnya dibiarkan saja, tetapi setelah Pemberontakan Tujuh Negara pada tahun 154 SM, kemerdekaan mereka mulai dibatasi, sampai akhirnya mereka kehilangan sebagian besar daerah otonomi mereka.

Raja dari dinasti lain (Hanzi: ; Pinyin: yìxìng wáng) kebanyakan berasal dari sisa pemberontak Dinasti Qin setelah pemberontakan Dazexiang. Banyak bangsawan Qin yang memberontak kemudian membentuk kerajaan mereka sendiri, mengeklaim bahwa mereka adalah penerus dari enam negara yang dikuasai oleh Qin. Diantara mereka, Chu merupakan negara yang paling kuat. Namun, Raja Huai II dibunuh oleh Xiang Yu dan Delapan Belas Kerajaan yang didirikan oleh Xiang Yu kembali memberontak. Liu Bang yang memerintah Han dengan telak mengalahkan Chu dan mendirikan Dinasti Han. Para raja yang berpihak dengan Liu Bang diperbolehkan tetap menjadi raja dan memerintah di kerajaan mereka. Beberapa kerajaan juga didirikan oleh Liu Bang untuk jenderal dan pendukungnya.

Walaupun secara nominal setia kepada Dinasti Han, raja raja ini memiliki otonomi yang besar dan secara de facto negara merdeka. Karena kerajaan ini cukup menganggu stabilitas negara, Liu Bang mulai perlahan-lahan melucuti otonomi tersebut dengan menyebarkan konspirasi, manuver politik, dan bahkan perang. Banyak diantara mereka jatuh dan kerajaan mereka dianeksasi oleh Dinasti Han. Saat Liu Bang sekarat, ia meminta para menteri untuk bersumpah bahwa hanya Wangsa Liu yang diperbolehkan untuk mengangkat diri mereka sebagai raja. Pesan ini dilanggar oleh istrinya, Permaisuri Lü Zhi yang membentuk kerajaan dengan menempatkan keluarganya sebagai raja. Kerajaan ini kemudian dihancurkan setelah Permaisuri Lu meninggal. Raja terakhir Dinasti Han Barat adalah Wu Zhu, Raja Jing dari Changsha yang meinggal tanpa memiliki putra mahkota pada 157 SM. Sejak itu, tidak ada orang selain keluarga atau kerabat kekaisaran yang mendeklarasikan diri mereka sebagai raja sampai Akhir Dinasti Han, saat Cao Cao menobati dirinya Raja Wei pada tahun 216.

Kerajaan awal

[sunting | sunting sumber]

Didirikan oleh Liu Bang

[sunting | sunting sumber]
  • Dai

Didirikan oleh Permaisuri Lü

[sunting | sunting sumber]
  • Lu
  • Huaiyang
  • Changshan

Didirikan oleh Kaisar Xian

[sunting | sunting sumber]

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]