Pascapositivisme (hubungan internasional)
Pascapositivisme dalam teori hubungan internasional mengacu pada teori-teori yang secara epistemologis menolak positivisme, pemikiran bahwa pengamatan ilmu alam secara empiris dapat diterapkan juga pada ilmu sosial.
Teori pascapositivis (atau reflektivis) HI berupaya mengintegrasikan berbagai permasalahan keamanan. Para pendukungnya berpendapat bahwa apabila HI mempelajari hubungan luar negeri, HI perlu menyertakan pelaku non-negara dan negara itu sendiri. Daripada mempelajari politik tinggi sebuah negara, HI juga harus mempelajari politik dunia sehari-hari yang terdiri dari politik tinggi dan politik rendah. Isu-isu seperti gender (biasanya feminisme) dan etnisitas (misalnya pelaku tanpa negara seperti Kashmir atau Palestina) dapat dipermasalahkan dan dijadikan masalah keamanan internasional, melengkapi (bukan mengganti) permasalahan diplomasi dan perang yang menjadi ciri khas HI.
Pendekatan pascapositivis dapat disebut sebagai ketidakpercayaan yang mengarah ke metanarasi. Dalam HI, ini berarti penolakan terhadap seluruh konsep yang mencoba menjelaskan sistem internasional. Pascapositivis berpendapat bahwa realisme ataupun liberalisme tidak dapat menjelaskan semuanya. Pendekatan HI ini mengaku tidak dapat memberi jawaban universal, tetapi justru ingin menjadi pihak yang melontarkan pertanyaan. Perbedaan utamanya adalah apabila teori positivis seperti realisme dan liberalisme menekankan bagaimana kekuasaan dijalankan, teori pascapositivis justru berfokus pada bagaimana kekuasaan dialami sehingga fokusnya terpusat pada subjek dan agen yang berbeda.
Teori pascapositivis kadang mengutamakan pendekatan normatif pada HI dengan melibatkan etika. Hal ini sering diabaikan di HI tradisional karena teori positivis berusaha membedakan fakta positif dan penilaian normatif. Pascapositivis berpendapat bahwa diskursus adalah bagian dari kenyataan. Dengan kata lain, sebuah teori tidak akan bisa independen dan faktual karena pengetahuan yang bebas kuasa tidak mungkin ada.(#)
Teori pascapositivis tidak ingin terlihat ilmiah atau tampak seperti ilmu sosial. Para teoriwan pascapositivis melakukan analisis mendalam terhadap beberapa kasus untuk "memahami" fenomena politik internasional. Mereka mengajukan pertanyaan yang relevan sehingga dapat menentukan cara status-quo mendorong adanya hubungan kekuasaan.
Bacaan lanjutan
[sunting | sunting sumber]- Pettman, Ralph (2001): World Politics: Rationalism and Beyond, Palgrave, London and New York.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]