Renault dalam Formula Satu
51°55′12″N 1°23′25″W / 51.92000°N 1.39028°W
Nama resmi | Renault DP World F1 Team |
---|---|
Kantor pusat | Enstone, Oxfordshire, Inggris (sasis) Viry-Châtillon, Essonne (unit tenaga) |
Kepala tim | Cyril Abiteboul (Direktur pengatur) Marcin Budkowski (Direktur eksekutif) |
Direktur teknis | Pat Fry (Direktur teknik sasis) Rémi Taffin (Direktur teknik mesin) |
Pembalap terkenal | Fernando Alonso Esteban Ocon |
Nama sebelumnya | Benetton Formula (1986–2001) Lotus F1 Team (2012–2015) |
Nama selanjutnya | Alpine F1 Team |
Sejarah dalam ajang Formula Satu | |
Gelar Konstruktor | 2 (2005, 2006) |
Gelar Pembalap | 2 (2005, 2006) |
Jumlah lomba | 403 (400 start) |
Menang | 35 |
Posisi pole | 51 |
Putaran tercepat | 33 |
Lomba pertama | Grand Prix Inggris 1977 |
Lomba terakhir | Grand Prix Abu Dhabi 2020 |
Sejarah dalam ajang Formula Satu | |
---|---|
Lomba pertama | Grand Prix Inggris 1977 |
Lomba terakhir | Grand Prix Kota Meksiko 2024 |
Jumlah lomba | 744 (741 starts) |
Sasis | Renault, Lotus, Ligier, Tyrrell, Williams, Benetton, Red Bull, Lotus (2011), Lotus (2012–2014), Caterham, Toro Rosso, McLaren, Alpine |
Gelar Konstruktor | 12 (1992, 1993, 1994, 1995, 1996, 1997, 2005, 2006, 2010, 2011, 2012, 2013)[N 1] |
Gelar Pembalap | 11 (1992, 1993, 1995, 1996, 1997, 2005, 2006, 2010, 2011, 2012, 2013)[N 2] |
Menang | 169[N 3] |
Podium | 463 |
Poin | 8.154,5 |
Posisi pole | 213 |
Putaran tercepat | 716 |
Pabrikan mobil asal Prancis, Renault, turun di dalam ajang Formula Satu sebagai tim pabrikan penuh dalam tiga kesempatan yang terpisah. Yang pertama adalah dari tahun 1977 sampai dengan musim 1985, yang kedua adalah dari musim 2002 sampai dengan musim 2011, dan yang ketiga adalah dari musim 2016 sampai dengan musim 2020. Renault merupakan pelopor pemakaian mesin turbo di dalam ajang F1, ketika mereka memulai debut mereka di dalam ajang F1 di Grand Prix Inggris 1977.[1] Sampai dengan saat ini, Renault merupakan salah satu pabrikan mobil tersukses di dalam ajang F1, dengan memenangi beberapa gelar kejuaraan dunia konstruktor, ketika mereka masih menjadi pemasok mesin bagi tim Williams, Benetton, dan Red Bull Racing. Renault yang sempat mundur dari ajang F1 di akhir musim 1997, memutuskan untuk kembali lagi ke dalam ajang F1 sebagai konstruktor penuh pada musim 2002, setelah sebelumnya pada tahun 2001 mereka membeli tim Benetton Formula, dan mengubahnya menjadi Renault F1 Team. Sekali lagi, sebagai konstruktor penuh, tim Renault mampu menunjukkan giginya ketika mereka berhasil memenangi gelar juara dunia pembalap (melalui Fernando Alonso) dan konstruktor pada musim 2005 dan 2006.
Pada musim 2009, tim Renault mengalami krisis kepercayaan yang cukup besar sebagai dampak dari kontroversi crashgate di Grand Prix Singapura 2008, yang menyebabkan sponsor-sponsor pergi, dan penjatuhan hukuman kepada pihak intern tim yang terlibat dalam hal tersebut. Sebagai langkah upaya penyelamatan tim, Renault France kemudian menjual mayoritas saham mereka kepada sebuah perusahaan investasi asal Luksemburg, yakni Genii Capital, yang sekaligus mengakhiri kontribusi Renault sebagai tim pabrikan penuh di dalam ajang F1 mulai musim 2010. Pada tanggal 14 Januari 2011, tim memutuskan untuk turun di bawah bendera negara Inggris Raya pada musim F1 tahun 2011, setelah sebelumnya selama 8 tahun (2002-2010), mereka turun dengan bendera lisensi Prancis.[2] Hal ini diakibatkan karena masuknya Group Lotus sebagai salah satu sponsor sekaligus juga sebagai pemegang saham tim ini. Pada musim 2012, tim ini kemudian berganti nama menjadi Lotus F1 Team.
Pada akhir musim 2015, Renault kembali lagi sebagai tim pabrikan penuh di dalam ajang F1, usai membeli lagi saham tim Lotus, dan mengembalikan nama tim menjadi Renault Sport F1 Team.[3] Pada musim 2019, Renault menyederhanakan nama tim mereka menjadi Renault F1 Team, dengan menghilangkan kata "Sport". Tim tersebut tidak menang dalam lima musim berikutnya, dan diganti namanya menjadi Alpine pada tahun 2021, dengan merek Renault yang masih tetap bertahan sebagai pabrikan mesin.[4]
Sebagai pemilik tim, Renault telah berhasil memenangkan dua gelar Kejuaraan Dunia Konstruktor dan Pembalap, sedangkan sebagai produsen mesin memiliki 12 gelar Kejuaraan Dunia Konstruktor dan 11 gelar Kejuaraan Dunia Pembalap. Pabrikan ini telah berhasil mengumpulkan lebih dari 160 kemenangan sebagai pemasok mesin, peringkat keempat di dalam sejarah ajang Formula Satu.[5]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]1970-an
[sunting | sunting sumber]Renault pertama kali berkompetisi di dalam ajang F1 pada Grand Prix Inggris 1977. Pada saat itu, mereka dengan berani memperkenalkan mesin turbo yang pada saat itu masih terbilang asing di dalam arena F1. Pembalap Renault pada saat itu dipercayakan kepada Jean-Pierre Jabouille. Sasis dan mesin tim Renault pada saat itu dikenal dengan nama Renault-Gordini V6 1.5L turbocharged engine. Sayangnya, mesin turbo yang tim Renault gunakan ternyata kurang begitu andal dan reliabel, dengan hasil yaitu lima kali DNF dalam lima balapan debutnya, sehingga banyak disebut-sebut oleh para penonton F1 sebagai sebuah "Teko Kuning" yang akan mengepul asapnya (meledak) bila mesinnya sudah kepanasan.
Balapan pertama yang diikuti oleh tim, dengan nama Equipe Renault Elf, adalah Grand Prix Prancis 1977, putaran kesembilan musim ini, tetapi mobil belum siap. Debut tim ditunda hingga babak berikutnya, yaitu Grand Prix Inggris. Sesi kualifikasi pertama mobil tidak sukses, dan Jabouille lolos ke urutan ke-21 dari 30 pembalap dan 26 pembalap yang berhasil start, 1,62 detik di belakang pole sitter James Hunt di tim McLaren. Jabouille melaju dengan baik dalam balapan, berhasil naik ke posisi ke-16, sebelum turbo mobilnya mengalami kegagalan pada putaran ke-17. Tim terpaksa melewatkan Grand Prix Jerman dan Austria selama mobil sedang diperbaiki setelah kekecewaan di Inggris. Mereka kembali untuk Grand Prix Belanda, dan kinerja di sesi kualifikasi jauh lebih baik setelah Jabouille lolos babak kualifikasi di posisi kesepuluh. Dia memulai balapan ini dengan buruk, tetapi berhasil naik ke posisi keenam, sebelum suspensi mobilnya mengalami kegagalan pada putaran ke-40.
Bentuk sesi kualifikasi tim yang buruk kembali terjadi di Italia, pada saat Jabouille lolos ke urutan ke-20. Dia berada di luar posisi 10 besar sampai mesin mobilnya mati di putaran ke-24, melanjutkan keandalannya yang buruk. Segalanya membaik di Watkins Glen untuk Grand Prix Amerika Serikat, setelah Jabouille lolos babak kualifikasi ke posisi ke-14, tetapi kecepatan yang baik dari Zandvoort sepertinya hilang saat dia sekali lagi keluar dari posisi 10 besar sebelum pensiun dengan masalah keandalan lainnya, kali ini alternator, di putaran ke-31. Jabouille gagal lolos babak kualifikasi di Kanada; pada saat 27 pembalap memasuki balapan, hanya ada satu saja yang tidak berhasil lolos, dan ini adalah Jabouille saat dia menjadi yang terakhir, lebih dari 7,5 detik di belakang pembalap tercepat di sesi kualifikasi, yaitu Mario Andretti, dari tim Lotus, dan hampir dua detik di belakang rival terdekatnya, yaitu Rupert Keegan, di tim Hesketh. Setelah ini, tim Renault tidak melakukan perjalanan ke musim terakhir di Jepang.
Tahun berikutnya hampir tidak lebih baik, ditandai dengan empat pengunduran diri secara berturut-turut, yang disebabkan oleh mesin mobil yang meledak, tetapi menjelang akhir tahun, tim menunjukkan tanda-tanda kesuksesan. Dua kali, RS01 lolos babak kualifikasi di posisi ke-3 di grid, dan sementara upaya untuk finis masih menjadi masalah, serangkaian perbaikan mendalam pada mesin selanjutnya dilakukan oleh tim asal Prancis ini, dan akhirnya membuahkan hasil di Grand Prix Amerika Serikat pada tahun 1978, pada saat mereka berhasil finish di P4, yang sekaligus pula menjadi poin perdana bagi tim Renault di dalam ajang F1.
Tim tidak mengikuti dua balapan pertama tahun 1978, yaitu di Argentina dan Brasil, tetapi kembali lagi untuk Grand Prix Afrika Selatan di Kyalami. Jabouille mengamankan posisi kualifikasi terbaik tim Renault hingga saat ini, dengan posisi keenam, hanya 0,71 detik di belakang pole-sitter Niki Lauda di tim Brabham. Dia keluar dari zona poin di awal balapan, sebelum pensiun karena mobilnya mengalami masalah kelistrikan pada putaran ke-39. Di Long Beach, Jabouille lolos babak kualifikasi di posisi ke-13, tetapi berhenti karena turbo pada mobilnya mengalami kegagalan lagi di putaran ke-44, lolos babak kualifikasi di posisi kedua belas dalam kualifikasi untuk Grand Prix Monako pertama untuk tim, dan memberi tim finis yang pertama untuk mereka di dalam ajang Formula Satu, finis di tempat kesepuluh, dengan tertinggal empat putaran di bawah pemenang balapan, yaitu pembalap Tyrrell Patrick Depailler.
Pada tahun 1979, René Arnoux bergabung bersama dengan Jabouille di tim. Jabouille berhasil meraih posisi pole di Afsel. Di pertengahan musim, kedua pembalap tersebut mendapatkan tambahan suntikan tenaga lewat ground-effect. Hasilnya mulai terasa di Grand Prix Prancis,[6] pada saat dua mobil tim Renault start terdepan, dan Jabouille akhirnya berhasil mengantarkan tim meraih gelar juara balapan, sekaligus pula menjadikan Renault sebagai tim F1 yang pertama yang mampu menang dengan mesin turbo,[7] sementara Arnoux dan Gilles Villeneuve terlibat dalam duel yang sangat kompetitif untuk memperebutkan posisi kedua, Arnoux nyaris saja kalah di garis depan. Sementara Jabouille mengalami masa-masa yang sulit setelah balapan itu, Arnoux berhasil finis di posisi kedua di Silverstone pada balapan berikutnya, dan kemudian mengulanginya lagi di Glen, membuktikan bahwa hal itu bukan kebetulan semata.
1980-an
[sunting | sunting sumber]Pada musim 1980, Arnoux kembali mengigit dengan dua kemenangan di Brazil dan Afrika Selatan.[8] Namun, Jabouille gagal menunjukkan performa terbaiknya, karena beberapa kali mobilnya bermasalah. Di akhir musim, Jabouille mengalami sebuah kecelakaan parah di Grand Prix Kanada, yang menyebabkan kakinya cedera, dan menyebabkan pula karier balapannya berakhir. Alain Prost direkrut untuk musim 1981, dengan jangka waktu kontrak selama tiga tahun. Prost berhasil membukukan sembilan kemenangan untuk tim sepanjang musim 1981 sampai dengan musim 1983, sementara rekan setimnya, yaitu Arnoux, hanya bisa meraih dua kemenangan saja di musim 1982.
Arnoux kemudian keluar dari tim di akhir musim 1982, dan bergabung ke tim Scuderia Ferrari. Posisinya kemudian digantikan oleh Eddie Cheever untuk satu musim. Alain Prost menyusul keluar dari tim di akhir musim 1983, dan posisinya kemudian digantikan oleh Patrick Tambay, yang masuk bersama dengan Derek Warwick. Tim Renault kemudian gagal menunjukan performa terbaik mereka pada tahun 1984, dan akhirnya mereka memutuskan untuk keluar sebagai konstruktor penuh, dan memilih untuk menjadi pemasok mesin saja. Pada musim 1985, Renault menurunkan mobil ketiga di Jerman,[9] dan mobil tersebut dilengkapi dengan kamera on-board, untuk membantu para pemirsa TV melihat cara mengemudi pembalap di dalam mobil.
2000-an
[sunting | sunting sumber]2002–2004: Pembangunan tim
[sunting | sunting sumber]Pada tanggal 16 Maret 2000, Renault secara resmi memutuskan bahwa mereka akan kembali ke dalam ajang F1 sebagai konstruktor penuh, terhitung mulai dari musim 2002. Mereka masuk kembali ke dalam ajang F1 dengan membeli tim Benetton Formula seharga 120 juta dollar AS. Renault mempertahankan nama Benetton untuk musim 2000 dan 2001, sebelum kemudian mengubah namanya menjadi Renault F1 Team di musim 2002.[10] Tim Renault kemudian memasangkan duet Jarno Trulli dan Jenson Button di musim "debutnya" tersebut. Button dan Trulli berhasil meraih 23 poin di musim 2002, dan finish di P4 klasemen akhir kejuaraan dunia konstruktor. Penampilan Jenson Button yang cukup cemerlang di musim 2002, ternyata tidak menjadi jaminan kursinya aman untuk musim 2003. Flavio Briatore kemudian memindahkan Jenson ke tim B.A.R-Honda, dan mempromosikan pembalap muda calon juara dunia Formula Satu musim 2005 dan 2006, yaitu Fernando Alonso, untuk masuk ke dalam tim.
Pada musim 2003, dengan duet Fernando Alonso dan Jarno Trulli, tim Renault kerap kali disebut "roket", karena aksi start dua pembalap mereka yang fantastis. Tim Renault pada saat itu memang dikenal cepat dalam mengadaptasikan aplikasi launch control, sehingga membuat mereka mampu naik beberapa posisi pada saat start. Penampilan tim Renault yang bagus kembali menebarkan ancaman, pada saat Fernando Alonso berhasil meraih pole position di Grand Prix Malaysia,[11] dan finish di P3 pada keesokan harinya. Puncaknya adalah pada saat Alonso berhasil menang balapan di Grand Prix Hungaria, dengan mengalahkan Kimi Räikkönen dan tim McLaren.[12]
Pada musim 2004, tim Renault menjadi salah satu kandidat kuat untuk merebut tempat kedua di klasemen kejuaraan dunia konstruktor di belakang tim Ferrari. Jarno Trulli memenangi Grand Prix Monako[13] dengan spektakuler, sementara Fernando Alonso menabrak pembatas. Akan tetapi, hubungan antara Jarno dengan bosnya, yaitu Flavio Briatore, memburuk. Jarno bahkan kehilangan posisi podium ketiganya di Prancis, setelah kalah oleh Barrichello di tikungan terakhir sebelum garis finish. Trulli keluar dari tim sebelum musim ini usai, dan ia pindah ke tim Toyota. Tim Renault lantas menggantikan posisinya dengan Jacques Villeneuve. Sayangnya, JV gagal menunjukkan performa bagusnya, dan tim Renault pun pada akhirnya harus rela tergusur ke P3 di klasemen akhir kejuaraan dunia konstruktor di belakang tim B.A.R..
2005–2006: Menjadi juara dunia
[sunting | sunting sumber]Pada musim 2005, tim Renault mendominasi balapan dengan pasangan pembalap Giancarlo Fisichella dan Fernando Alonso. Pada saat tes pramusim, tim Renault mulai menunjukkan potensinya sebagai salah satu kandidat juara dunia, dengan beberapa kali meraih waktu tercepat. Giancarlo Fisichella lantas memulai musim 2005 dengan baik, pada saat ia berhasil menang di Melbourne. ia mengambil keuntungan dari sesi kualifikasi yang berlangsung dalam kondisi hujan, yang membuat tim-tim lain tampak kesulitan dengan format kualifikasi yang baru. Fernando Alonso kemudian memenangkan tiga balapan berikutnya, dan naik menjadi pemimpin klasemen kejuaraan dunia pembalap, serta mengantarkan tim Renault memimpin di klasemen kejuaraan dunia kontruktor. Sementara itu, Fisichella mengalami kegagalan di beberapa balapan. Setelah sempat tampil labil di pertengahan musim, tim McLaren kemudian mengambil alih pimpinan klasemen kejuaraan dunia konstruktor dari tangan tim Renault di São Paulo setelah finish di posisi 1-2, namun di sisi lain, Fernando Alonso berhasil mengunci gelar juara dunianya yang pertama. Tim Renault kembali mengambil alih puncak klasemen kejuaraan dunia konstruktor di Cina, sekaligus memantapkan tim untuk menjadi juara dunia konstruktor untuk kali pertama sepanjang sejarah.
Pada musim 2006, Alonso berhasil mempertahankan gelar juara dunianya, di tengah kabar bahwa ia pindah ke tim McLaren mulai dari musim 2007.[14] Alonso mengawali musim ini dengan keberhasilannya memenangi lomba di Bahrain dan Australia. Di Malaysia, Fisichella ganti berhasil memenangi lomba, dan Alonso finish di posisi kedua. Dengan hasil ini, maka tim Renault berhasil menjadi juara balapan 1-2 yang pertama sejak Rene Arnoux dan Alain Prost di musim 1982. Alonso mengambil dua kali finis di tempat kedua lagi, dan kemudian berhasil menang di Grand Prix yang berlangsung di rumahnya sendiri di Spanyol, dan di Grand Prix Monako. Fisichella menempati posisi ke-8, ke-6, dan ke-3 di Grand Prix San Marino, Grand Prix Eropa, dan Grand Prix Spanyol.
Tim Renault lantas merayakan balapan F1 ke-200nya di Grand Prix Inggris, dengan hasil kemenangan dari Alonso. Pada saat musim ini berlanjut ke tugasnya di kawasan Amerika Utara, Alonso berhasil memenangkan Grand Prix Kanada di Montreal, Kanada. Di Grand Prix AS, tim Ferrari memiliki keunggulan performa yang berbeda sepanjang akhir pekan ini berlangsung. Namun, tim Renault adalah yang tercepat dari semua pengguna ban Michelin. Fisichella finis di posisi ke-3, sedangkan Alonso finis di urutan ke-5.
Pada Grand Prix Prancis, tim Renault diharapkan lebih cepat dari tim Ferrari, tetapi tim Ferrari kembali diuntungkan. Alonso berada di urutan ketiga untuk sebagian besar balapan, dan tidak mampu menantang duet pembalap Ferrari, yaitu Schumacher dan Massa. Namun, peralihan taktis ke strategi dua langkah memungkinkannya untuk melewati Massa dan finis di urutan kedua.
Pada tanggal 21 Juli 2006, FIA melarang penggunaan sistem mass damper, yang dikembangkan dan pertama kali digunakan oleh tim Renault, dan selanjutnya digunakan oleh 7 tim yang lain, termasuk tim Ferrari. Flavio Briatore mengklaim bahwa tim McLaren telah mengangkat masalah legalitas sistem dengan FIA.[15] Sistem ini menggunakan massa yang dipasang pegas di kerucut hidung untuk mengurangi kepekaan mobil terhadap getaran. Sistem ini sangat efektif di tikungan dan di atas trotoar untuk menjaga kontak ban lebih dekat ke permukaan trek daripada yang seharusnya.[16] Namun, pengawas balapan di Grand Prix Jerman menganggap bahwa sistem tersebut legal. FIA mengumumkan niatnya untuk mengajukan banding atas keputusan tersebut, dan tim Renault mengumumkan bahwa mereka tidak akan balapan dengan sistem tersebut karena takut akan hukuman retrospektif jika banding tersebut dikabulkan. Penampilan tim Renault di Grand Prix Jerman adalah salah satu yang terburuk pada musim ini; namun, tim menyalahkan ban Michelin mereka yang melepuh daripada hilangnya sistem peredam massa. Pengadilan Banding Internasional FIA bertemu di Paris pada tanggal 22 Agustus 2006, untuk memeriksa banding yang dibuat oleh FIA terhadap keputusan pengurus Grand Prix Jerman. Pengadilan memutuskan bahwa penggunaan perangkat yang dikenal sebagai Tuned Mass Damper tersebut merupakan sebuah pelanggaran terhadap Pasal 3.15 Regulasi Teknis Formula Satu.
Sama seperti musim sebelumnya, gelar juara dunia pembalap dan konstruktor baru bisa dipastikan di seri terakhir di Brasil, pada saat Fernando Alonso berhasil finish di posisi kedua tepat di belakang pembalap lokal yang kelak akan menjadi partnernya, yakni Felipe Massa.
Pada tanggal 16 Oktober 2006, tim Renault secara resmi mengumumkan bahwa raksasa perbankan asal Belanda, yaitu ING, akan menggantikan posisi Mild Seven sebagai sponsor utama selama tiga tahun mulai dari musim 2007.[17]
2007–2009: Tahun angin-anginan
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 2007, tim Renault memperkenalkan Heikki Kovalainen sebagai pengganti Alonso. Giancarlo Fisichella masih tetap dipertahankan oleh tim. Tim Renault lantas memperkenalkan sebuah sponsor utama yang baru, yaitu ING Group, yang menggantikan sponsor utama sebelumnya, yaitu Mild Seven.[18] Mobil tahun 2007, yaitu R27, diresmikan pada tanggal 24 Januari 2007 di Amsterdam, dan memiliki livery kuning, biru, oranye, dan putih baru untuk menghormati warna korporat ING, grup keuangan Belanda yang berbasis di Amsterdam. Mesin Renault juga dipasok ke tim Red Bull Racing untuk musim 2007.
Sepanjang musim 2007, tim gagal menampilkan performa terbaik. Tim Renault kesulitan dibandingkan dengan performa mereka di musim sebelumnya di Australia, dengan Giancarlo Fisichella yang menyelesaikan balapan di posisi ke-5. Rookie Heikki Kovalainen berjuang lebih keras daripada pembalap asal Italia itu, memutar mobilnya pada saat dia sedang mengejar pembalap Toyota, yaitu Ralf Schumacher, dan berakhir di posisi ke-10. Hasil tidak membaik sampai dengan awal musim di benua Eropa, meskipun kedua pembalap mampu menyelesaikan poin pada balapan berikutnya di Malaysia. Heikki Kovalainen berjuang di Bahrain juga, meskipun jarak antara dirinya dan Fisichella di akhir balapan tidak sebesar yang terlihat di Melbourne, dengan Fisichella yang hanya mampu finis di urutan ke-8. Kecepatan tim mulai meningkat di Barcelona, dengan kedua pembalap yang berhasil mencapai sesi Q3, menetapkan waktu putaran kompetitif dalam balapan (putaran tercepat ke-4 untuk Kovalainen), dan bersiap untuk posisi ke-5 dan ke-8, hanya terhambat oleh masalah yang sama pada keduanya, yaitu rig bahan bakar, memaksa kedua pembalap melakukan pit-stop ekstra yang menjatuhkan mereka kembali ke posisi ke-7 dan ke-9. Satu-satunya hasil spektakuler adalah pada saat Heikki Kovalainen tampil luar biasa di Grand Prix Jepang, dengan menahan laju Kimi Räikkönen dari tim Ferrari, sehingga akhirnya Heikki mampu finish di posisi kedua.
Pada tanggal 8 November 2007, FIA menuduh bahwa tim Renault F1 memiliki informasi teknis F1 tim McLaren yang mereka miliki.[19] Menurut tuduhan, informasi di tangan "termasuk tata letak dan dimensi kritis mobil McLaren serta detail sistem pengisian bahan bakar McLaren, perakitan roda gigi, sistem kontrol hidrolik, dan suspensi". Sidang tentang masalah ini berlangsung di Monako pada tanggal 6 Desember 2007. Tuduhan yang dihadapi oleh tim Renault F1 – melanggar pasal 151c Peraturan Olahraga – sama dengan yang dihadapi oleh tim McLaren sebelumnya pada tahun 2007 di kontroversi spionase yang melibatkan tim Ferrari & McLaren. FIA menemukan bahwa tim Renault F1 telah melanggar pasal 151c, tetapi tidak menghukum tim.
Tim mengakhiri musim 2007 dengan finish di P3 di klasemen akhir kejuaraan dunia konstruktor.
Pada musim 2008, Alonso kembali lagi ke tim Renault, dan Heikki pindah ke tim McLaren. Alonso lantas disambut hangat oleh seisi tim yang bermarkas di Enstone, Inggris tersebut. Partner Alonso untuk musim 2008 adalah Nelson Angelo Piquet, yang merupakan putra dari juara dunia tiga kali era dasawarsa 1980-an, yakni Nelson Piquet.[20][21] Alonso kali ini merasakan kurang andalnya Renault dalam balapan. Sampai dengan pertengahan musim, tim Renault mssih kesulitan mendapatkan settingan mobil terbaik. Podium pertama tim Renault di musim 2008 dicetak di Jerman, pada saat Nelsinho Piquet berhasil mengakali safety car yang keluar karena kecelakaan yang menimpa Timo Glock (Toyota), sehingga pada akhirnya ia bisa finish di urutan kedua. Kemenangan balapan yang ditunggu akhirnya datang juga di Singapura, pada saat Fernando Alonso berhasil memenangi lomba tersebut (walaupun kemudian diketahui bahwa tim Renault bermain dengan curang di dalam balapan tersebut), dan dilanjutkan dua minggu sesudahnya di Jepang.
Pada musim 2009, tim Renault sangat berharap agar mereka bisa kembali menjadi penantang gelar juara dunia lagi. Sayangnya, harapan mereka tersebut tidak terlaksana setelah mobil Renault R29 kembali tampil amburadul. Fernando Alonso berhasil meraih posisi pole di Hungaria, namun pada saat lomba berlangsung, mekanik pitnya salah memasang baut ban, dan menyebabkan ban kanan mobil Alonso terlepas pada saat ia keluar dari pit. Tim lantas mendapat hukuman larangan satu kali ikut balapan, namun kemudian hukuman tersebut dibatalkan setelah banding tim Renault diterima oleh FIA.[22][23] Kejutan lain kemudian dibuat oleh tim Renault, dengan mendepak Nelson Piquet Junior[24] dan menggantikannya dengan Romain Grosjean. Podium pertama bagi tim Renault di musim 2009 diraih di Grand Prix Singapura melalui Fernando Alonso. Sayangnya, hanya berselang satu jam saja setelah berhasil meraih podium, Alonso secara resmi mengumumkan bahwa ia akan pindah ke tim raksasa Italia, yaitu Scuderia Ferrari, mulai musim 2010, dan ia kemudian menegaskan bahwa bahwa tim Ferrari akan menjadi tim F1-nya yang terakhir sampai pensiun nanti, sehingga tidak mungkin bagi tim Renault untuk memanggilnya pulang suatu hari nanti. Posisi Alonso untuk musim 2010 kemudian digantikan oleh pembalap asal Polandia, yaitu Robert Kubica.[25]
2010-an
[sunting | sunting sumber]2010: Reformasi tim
[sunting | sunting sumber]Pada musim 2010, tim Renault tampil dengan pulas warna klasik, kuning dan hitam. Di awal musim,[26] Renault France mengumumkan secara resmi bahwa mereka telah menjual 75% saham tim Renault F1 kepada Genii Capital,[27] sebuah perusahaan investasi dari Luxemburg.[28] Renault France sendiri masih mempertahankan sisa 25% saham di dalam tim. Untuk duet pembalap sendiri, tim Renault akhirnya berhasil mendapatkan Robert Kubica,[29][30][31] dan memasangkannya dengan pembalap debutan dari Rusia yang ditenggarai berhasil masuk ke dalam tim Renault karena membawa sponsor, yaitu Vitaly Petrov. Genii Capital kemudian mengumumkan bahwa Eric Boullier akan menjadi team principal Renault yang baru, dengan menggantikan posisi Bob Bell yang kembali lagi ke posisi asalnya sebagai direktur teknik sampai dengan pertengahan musim 2010, ketika Bell kemudian mengundurkan diri dari tim Renault.
Penampilan tim Renault di musim 2010 termasuk baik, dan banyak dikatakan oleh orang sebagai salah satu tim kuda hitam. Kubica membuktikan kualitasnya pada saat berhasil finish di P3 sebanyak dua kali di Monako dan Belgia, dan menjadi aktor utama tim dalam meraih peringkat kelima di klasemen akhir kejuaraan dunia konstruktor. Sementara Vitaly Petrov, sekalipun terkesan angin-anginan ketika berlaga, dan kerap kali membuat kesalahan yang tidak perlu, ternyata sukses meraih 27 poin, dan menempatkannya sebagai rookie teratas dari seluruh rookie yang berlaga di musim 2010. Petrov bahkan sempat terancam posisinya ketika tim Renault mengumumkan bahwa mereka berusaha untuk mengincar Kimi Räikkönen untuk musim 2011, tetapi Kimi kemudian membantah hal tersebut, dan menganggap bahwa tim Renault hanya menggunakan namanya untuk tujuan pemasaran saja.[32] Petrov sendiri akhirnya sukses dipertahankan oleh tim ini setelah ia berhasil menarik beberapa sponsor baru dari Rusia.
2011: Lotus Renault GP
[sunting | sunting sumber]Pada tanggal 5 November 2010, Renault kemudian mengadakan kolaborasi dengan Group Lotus seputar kerjasama masa depan di dalam ajang F1, dan memunculkan gosip bahwa Renault akan menutup timnya, dan mengubah namanya menjadi Team Lotus. Kerjasama kemitraan ini kemudian difinalisasikan pada awal bulan Desember 2010, dengan Group Lotus yang membeli 25% saham tim yang dimiliki oleh Renault Cars,[33] yang sekaligus membuat Renault hanya berperan sebagai pemasok mesin saja, dan memberikan kesempatan bagi Lotus Cars untuk menambahkan embel-embel nama Lotus pada tim Renault, yang kemudian diwujudkan dengan nama Lotus Renault GP. Untuk penamaan sasis sendiri, mereka masih menggunakan warisan nama Renault, yaitu inisial "R". Di sisi lain, tampilnya tim Lotus Renault GP di musim 2011 juga memberikan masalah bagi para penggemar F1, karena ada dua tim Lotus yang berlaga di dalam ajang F1, dengan tim Lotus yang satunya lagi yang dimiliki oleh Tony Fernandes yang bernama Team Lotus.[34] Tim Lotus Renault GP memilih untuk menggunakan warna emas-hitam (sehingga mendapat julukan Lotus Hitam) sebagai corak warna mobilnya, sementara tim Lotus Racing akan menggunakan warna hijau (sehingga dijuluki Lotus Hijau). Kedua "Lotus" kemudian saling mengklaim bahwa mereka memiliki syarat yang sah untuk menggunakan nama "Lotus" di dalam ajang F1, dan kemudian mereka membawa masalah ini ke Pengadilan Tinggi di London untuk membuktikan siapakah yang berhak memakai nama "Lotus".[35][36] Pengadilan Tinggi London kemudian memutuskan pada tanggal 27 Mei 2011 bahwa tim Lotus Racing (Tony Fernandes) merupakan pemilik sah hak nama "Team Lotus", sementara Group Lotus (yang memiliki saham di tim Renault) hanya memiliki hak nama "Lotus" berikut skema warna hitam-emas.[37][38]
Pada awal bulan Februari 2011, Robert Kubica mengalami kecelakaan parah pada saat dirinya mengikuti sebuah balapan reli di Italia.[39] Ia divonis tidak bisa mengikuti musim 2011 karena cedera tangannya yang cukup parah, dan memerlukan waktu yang lama untuk pemulihan.[40][41] Sebagai pengganti, tim kemudian menunjuk pembalap asal Jerman, yaitu Nick Heidfeld. Kubica sendiri, sekalipun tidak bisa berlaga di musim 2011, tetap dinyatakan dalam kondisi terkontrak oleh tim.[42]
Musim 2011 diawali oleh tim Lotus Hitam dengan baik, di mana Vitaly Petrov mampu finish di P3 di Australia, dan disusul kemudian oleh Nick Heidfeld yang finish di P3 di Malaysia. Selanjutnya, kedua pembalap hanya mampu meraih poin seadanya saja di balapan-balapan selanjutnya, tanpa mampu meraih lagi podium. Hasil dua kali tersingkir dari lomba secara berturut-turut yang dialami oleh Heidfeld di Jerman dan Hungaria, membuat posisinya di dalam tim harus rela tergusur oleh Bruno Senna.[43] Heidfeld sempat berencana untuk membawa masalah pemecatan dirinya ke pengadilan, namun kemudian tim Renault memutuskan untuk menyelesaikannya secara kekeluargaan pada tanggal 2 September 2011.[44] Pada akhir musim 2011, tim Renault resmi berganti nama menjadi Lotus F1 Team untuk musim 2012.[45] Mantan juara dunia Kimi Räikkönen di tarik masuk sebagai pembalap untuk musim 2012 dan 2013.[46]
2016–2020: Renault Sport Formula One Team dan Renault F1 Team
[sunting | sunting sumber]Musim 2016
[sunting | sunting sumber]Pada tanggal 28 September 2015, Renault Sport F1 secara resmi mengumumkan bahwa letter of intent antara Renault Group dan Gravity Motorsports, yang dimiliki oleh Genii Capital, telah ditandatangani, dan selama beberapa minggu berikutnya, akan dibahas transaksi pengambilalihan untuk Lotus F1 Team (yang sebelumnya dimiliki oleh Renault hingga musim 2010), dengan harapan bahwa tim tersebut akan bersaing di musim 2016 sebagai Renault Sport Formula One Team. Ada spekulasi bahwa veteran F1 asal Prancis, yakni Alain Prost, yang pernah mengendarai mobil tim Renault dari musim 1981-1983, bisa mengambil sebuah peran senior di dalam tim ini.[47]
Pada tanggal 3 Desember 2015, Renault mengumumkan secara resmi bahwa mereka telah membeli Lotus F1 Team, dan sedang mempersiapkan musim 2016, dengan informasi lebih lanjut yang akan dirilis pada awal tahun 2016.[48] Dengan Renault yang kembali lagi ke dalam ajang Formula Satu sebagai tim konstruktor yang bekerja secara penuh, maka tim Red Bull Racing secara resmi diturunkan menjadi tim pelanggan mesin Renault, dan dengan demikian menerima sponsor rebadging TAG Heuer dari musim 2016 hingga 2018.
Pada tanggal 3 Februari 2016, tim Renault secara resmi meluncurkan livery pengujian untuk mobil musim 2016 mereka, yakni Renault R.S.16, dan mengonfirmasi Kevin Magnussen dan Jolyon Palmer sebagai dua pembalap utamanya, juara umum Seri GP3 musim 2015, yakni Esteban Ocon, sebagai pembalap cadangan, Carmen Jordá sebagai pembalap pengembangan, dan bahwa banyak pembalap, termasuk juara umum Formula Renault 3.5 musim 2015, yaitu Oliver Rowland, Jack Aitken, Louis Delétraz, dan Kevin Jorg, adalah bagian dari akademi pembalap mudanya. Selain itu, Bob Bell (sebelumnya dari tim Mercedes, Marussia, dan inkarnasi tim Renault sebelumnya) dikukuhkan sebagai kepala petugas teknis tim, dan Frédéric Vasseur (dari tim ART Grand Prix) sebagai direktur balapan yang baru.[49] Renault Sport F1 bermitra dengan Renault-Nissan Alliance. Namun, ia juga memiliki sponsor yang lain, dengan mitra termasuk Bell & Ross, Devialet, EMC, Genii Capital, Infiniti, Total, CD-adapco, Microsoft, Pirelli, OZ Racing, dan Jack & Jones.[50]
Tim menyelesaikan musim ini di tempat kesembilan di klasemen akhir kejuaraan dunia konstruktor dengan 8 poin.[51]
Musim 2017
[sunting | sunting sumber]Pada tanggal 11 Januari 2017, Frédéric Vasseur secara resmi meninggalkan tim Renault, setelah terjadi perselisihan dengan personel tim ini.[52] Oleh karena itu, tim tersebut dikelola oleh presiden Jérôme Stoll, dan juga direktur pelaksana Cyril Abiteboul.[53]
Pada tanggal 14 Oktober 2016, diumumkan secara resmi bahwa Nico Hülkenberg akan bergabung bersama dengan tim Renault untuk musim 2017.[54] Kevin Magnussen kemudian lebih memilih untuk meninggalkan tim Renault, untuk bergabung bersama dengan tim Haas, dengan Jolyon Palmer yang tetap bertahan di dalam tim ini untuk musim kedua secara berturut-turut,[55] tetapi kemudian posisinya digantikan oleh Carlos Sainz Jr. dari Grand Prix Amerika Serikat dan seterusnya, setelah dirinya hanya mampu mencetak satu poin saja.[56] Sainz menjalani debut yang bagus untuk tim Renault di Grand Prix Amerika Serikat, dengan finis di urutan ketujuh, dan mengungguli rekan setimnya yang gagal finis. Tim Renault menyelesaikan musim ini di tempat keenam di klasemen akhir kejuaraan dunia konstruktor dengan 57 poin.
Musim 2018
[sunting | sunting sumber]Nico Hülkenberg terus mengendarai mobil tim Renault pada musim 2018, pada saat ia menandatangani kontrak berdurasi selama multi-tahun pada tahun sebelumnya. Setelah bergabung bersama dengan tim pada pertengahan musim pada tahun musim 2017, Carlos Sainz Jr. terus membalap bersama dengan mereka pada tahun musim 2018. Mereka finis di urutan ke-4 di dalam klasemen akhir kejuaraan dunia konstruktor dengan 122 poin.
Musim 2019
[sunting | sunting sumber]Pada tanggal 3 Agustus 2018, diumumkan secara resmi bahwa pembalap Red Bull Racing, yaitu Daniel Ricciardo, akan bergabung bersama dengan tim, dengan durasi kontrak selama dua tahun, untuk bermitra bersama dengan Hülkenberg.[57]
Diganggu oleh masalah keandalan di awal musim, dan performa aerodinamis yang buruk, membuat tim ini finis di urutan ke-5 di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor, dan gagal lolos dari lini tengah. Yang juga perlu diperhatikan adalah ketika Grand Prix Jepang 2019, di mana tim tersebut pada akhirnya didiskualifikasi karena sistem penggantian keseimbangan rem otomatis di mobil mereka, yang dianggap ilegal.
Di akhir musim, tim ini secara resmi mengumumkan perubahan pada bagian departemen aerodinamis tim mereka, sebagai akibat dari kegagalan mobil Renault R.S.19. Direktur Teknik Sasis, yaitu Nick Chester, akan meninggalkan tim ini,[58] dengan mantan insinyur sasis tim Ferrari dan McLaren, yaitu Pat Fry, dan mantan ahli aerodinamika tim Williams dan Ferrari, yakni Dirk de Beer, yang direkrut untuk bergabung bersama dengan tim ini.[59]
Musim 2020
[sunting | sunting sumber]Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Mantan pembalap Force India dan pembalap cadangan Mercedes, yaitu Esteban Ocon, bergabung bersama dengan tim Renault untuk musim 2020, dengan durasi kontrak selama beberapa tahun, dengan menggantikan posisi Nico Hülkenberg.[60] Di Belgia, tim Renault finis di posisi ke-4 dan ke-5, mencetak 23 poin dalam satu balapan tunggal, terbanyak dalam balapan apa pun sebagai sebuah konstruktor, dan juga putaran tercepat yang pertama bagi mereka selama satu dekade terakhir.[61] Pada balapan Grand Prix Eifel di sirkuit Nürburgring, Ricciardo berhasil mencetak finis di posisi ketiga, yang merupakan podium yang pertama bagi tim Renault sejak Grand Prix Malaysia 2011. Ricciardo juga berhasil mencetak finis di urutan ketiga di Grand Prix Emilia Romagna.[62] Ocon juga berhasil mencetak finis di posisi kedua di Grand Prix Sakhir, yang merupakan podium yang pertama baginya, dan juga podium yang ketiga bagi tim Renault di musim ini.
Tim Renault kemudian diganti namanya menjadi Alpine untuk musim 2021.[63]
Keterlibatan Renault di F1 sebagai perusahaan
[sunting | sunting sumber]Peran sebagai pemasok mesin
[sunting | sunting sumber]Renault menjual 25% sisa sahamnya di tim F1 mereka pada akhir 2010 kepada pemegang saham mayoritas Genii Capital.[64] Tetapi Renault juga masih tetap berkomitmen bertahan di ajang Formula Satu sebagai pemasok mesin. Hal ini mereka wujudkan melalui pengelolaan kantor sekaligus pabrik pembuatan mesin balap mereka di Viry-Châtillon, Prancis sampai saat ini melalui anak perusahaan baru mereka yaitu Renault Sport F1.[65][66]
Tugas dan aktivitas utama Renault Sport F1 adalah menyediakan pasokan mesin untuk para tim pelanggan mereka, saat ini diisi oleh Red Bull Racing,[67] Lotus Renault GP dan Team Caterham.[68] Terhitung sejak musim 2012, Renault Sport F1 juga menambah pasokan mesin mereka kepada tim Williams F1.[69] Selain memasok mesin, Renault Sport F1 juga berperan besar pada pengembangan peralatan KERS di masing-masing rekanan mereka.
Dalam setiap lomba, pihak Renault Sport F1 mengirimkan sekurang-kurangnya 30 teknisi mereka kepada setiap tim yang dipasok. Masing-masing tim menerima enam orang teknisi (2 insinyur mesin, 2 teknisi mesin, 1 teknisi pendukung dan 1 ahli elektrik). Secara total setiap musimnya, Renault Sport F1 mengirimkan 48 mesin kepada seluruh tim yang mereka pasok.
Era turbo original (1980-an)
[sunting | sunting sumber]Renault mulai memproduksi mesin di pabrik Viry-Châtillon pada tahun 1976, setelah menutup departemen kompetisi Alpine sebelumnya,[70][71] yang dijalankan bersama dengan tim Formula Satu di bawah divisi Renault Sport.[70][71] Perusahaan ini memproduksi mesin turbocharged yang pertama yang terlihat pada kategori tersebut,[72] yaitu mesin V6 Renault-Gordini EF1 1.5 liter,[72][73] pada saat mesin 3 liter aspirasi alami sedang dominan.[72] Awalnya hanya memasok mesin ke tim pabrik, Renault memulai program pelanggan pada tahun 1983 pada saat menjadi pemasok mesin untuk Team Lotus.[74] Mecachrome, sebuah perusahaan rekayasa presisi, menyiapkan mesin untuk tim pelanggan.[75]
Meskipun pada awalnya tidak kompetitif, dengan perekrutan desainer Gérard Ducarouge, namun merek tersebut memperoleh daya saing menjelang akhir musim 1983 hingga 1984, dengan Nigel Mansell dan Elio de Angelis yang mencetak podium reguler. Pada tahun itu, Renault juga mulai memasok mesin ke tim Ligier,[76] yang berhasil mencetak tiga poin pada tahun 1984, sebuah peningkatan karena tidak terklasifikasi di dalam kejuaraan dunia tahun 1983. Ayrton Senna bergabung bersama dengan Team Lotus pada tahun 1985 dan kombinasi bakatnya dan mobil Lotus 97T yang cepat, namun boros bahan bakar, memperoleh delapan posisi terdepan dan tiga kemenangan (dua untuk Senna, satu untuk de Angelis), tetapi ketidakandalan mencegah upaya berkelanjutan untuk meraih salah satu gelar juara dunia. Tim Tyrrell mulai menggunakan mesin Renault dari Grand Prix ketujuh pada tahun itu, sementara tim Ligier memperoleh tiga podium dengan sasis Ligier JS25. Pada tahun 1986, bangsawan Johnny Dumfries dipilih menjadi mitra baru Senna di tim Lotus setelah Senna memveto pilihan awal tim ini, yaitu Derek Warwick. Posisi terdepan dan dua kemenangan berhasil diraih oleh pembalap asal Brasil itu dengan mengendarai mobil Lotus 98T, tetapi mobil itu mengalami masalah yang sama seperti pendahulunya, yakni masalah keandalan dan konsumsi bahan bakar yang buruk. Hal ini menyebabkan tim Lotus tidak dapat bertahan dalam persaingan sepanjang musim dengan tim-tim terkemuka McLaren dan Williams.
Setelah musim 1985, tim pabrikan Renault mengakhiri partisipasinya di dalam ajang Formula Satu, tetapi terus menjadi pemasok mesin untuk tim Ligier, Tyrrell Racing, dan Lotus. Tahun 1986 menandai diperkenalkannya mesin EF15B, yang mencakup beberapa inovasi, seperti pengapian statis dan pengembalian katup pneumatik. Renault Sport menghentikan program mesinnya di akhir tahun, setelah meraih 19 posisi terdepan dan 5 kemenangan Grand Prix dengan tim pelanggan.[72]
Mesin aspirasi alami (1990-an dan 2000-an)
[sunting | sunting sumber]Renault kembali lagi sebagai pemasok mesin Formula Satu pada tahun 1989 dengan pelarangan mesin turbocharged, dalam kemitraan dengan tim Williams. Pabrik Viry memproduksi [[Mesin V10]|mesin V10]] 3,5 katup pneumatik yang pertama, yaitu RS1, sementara produsen mesin yang lainnya memasok mesin V8 (Ford, Judd, dan Yamaha), V10 (Honda), atau V12 (Ferrari dan Lamborghini).[72] Kombinasi Williams-Renault berhasil mencetak kemenangan pertamanya di Grand Prix Kanada 1989 yang basah, dengan Thierry Boutsen, dan menyelesaikan musim pertama mereka bersama dengan Boutsen yang berhasil memenangkan Grand Prix Australia 1989 yang sangat basah.[77]
Tim Williams memiliki tanda-tanda yang menjanjikan untuk 2 tahun berikutnya, dan pada tahun 1992, dengan bantuan suspensi aktif dan mesin yang lebih baik, Williams-Renault menjadi mobil pemenang gelar Kejuaraan Dunia, dengan keberhasilannya memenangkan lebih dari setengah balapan selama musim tersebut, karena pembalapnya, yaitu Nigel Mansell, berhasil memenangkan gelar juara dunia pembalap.[72] Mantan tim pelanggan Ligier juga kembali menggunakan mesin Renault yang sama dengan yang dipakai oleh tim Williams pada tahun 1992.[72] Kejuaraan Dunia tersebut berhasil dimenangkan lagi oleh tim Williams pada tahun 1993, dengan menggunakan mobil Williams FW15C yang berteknologi maju – tim tersebut telah mengembangkan teknologi, seperti sistem rem anti-terkunci, kontrol traksi, dan kemudi daya, bersama dengan penggunaan mesin RS5 dengan intake dan pembakaran yang didesain ulang.[72] Alain Prost berhasil memenangkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap setelah berhasil memenangkan 7 dari 16 ronde, dan rekan setimnya, yaitu Damon Hill, berhasil memenangkan tiga Grand Prix yang lainnya.
Musim 1994 menyaksikan pembalap Williams, yaitu Ayrton Senna, tewas di Grand Prix San Marino 1994, yang membuat rekan setim pembalap asal Brasil itu yang tidak berpengalaman, yakni Damon Hill, menjadi pemimpin tim. Hill tertinggal sebanyak 37 poin di belakang pemimpin klasemen sementara Kejuaraan Dunia Pembalap, yaitu Michael Schumacher, pada Grand Prix Prancis, tetapi berhasil memperkecil selisih menjadi hanya 1 poin saja sebelum balapan terakhir di Adelaide. Kedua pembalap tersebut bertabrakan secara kontroversial dan keluar dari balapan, sehingga menjadikan Schumacher sebagai Juara Dunia Pembalap, sementara tim Williams tetap mempertahankan gelar Kejuaraan Dunia Konstruktor.
Pada tahun 1995, peraturan mesin mengurangi kapasitas mesin maksimum menjadi tiga liter, dengan Renault yang mengadaptasi RS7, membuatnya lebih ringan dan dilengkapi dengan throttle fly-by-wire. Tim Benetton membeli mesin Renault dari tim Ligier untuk musim 1995, dan pembalap mereka, yaitu Michael Schumacher, berhasil mempertahankan gelar juara dunia pembalapnya dengan selisih 33 poin dari rival terdekatnya, yaitu Damon Hill. Tim Benetton berhasil memenangkan gelar juara dunia konstruktor dengan selisih 29 poin, setelah berhasil memenangkan 11 balapan selama musim tersebut. Tim Williams berhasil memenangkan dua musim berikutnya, baik dalam Kejuaraan Dunia Pembalap maupun Konstruktor, dengan Damon Hill yang berhasil memenangkan gelar juara dunia pada musim 1996 dan Jacques Villeneuve pada musim 1997. Schumacher dan staf tim Benetton yang lainnya pindah ke tim Ferrari pada tahun 1996, dan tim tersebut finis di posisi ketiga selama kedua tahun tersebut.
Renault meninggalkan ajang F1 lagi pada akhir tahun 1997, dan evolusi mesin terakhirnya, yaitu RS9, masih digunakan oleh banyak tim selama musim-musim berikutnya.[72] Renault terus bekerja dengan Mecachrome, yang membiayai pengembangan mesin tersebut,[75] dan memasoknya ke tim Williams dengan menggunakan nama Mecachrome.[78] Tim Benetton terus menggunakan mesin tersebut dengan menggunakan merek Playlife hingga tahun 2000, meskipun hanya meraih beberapa podium saja selama kurun waktu tersebut. Perusahaan milik Flavio Briatore, yaitu Supertec, mendistribusikan mesin tersebut mulai dari tahun 1999,[79] dengan tim Williams dan BAR yang menggunakannya dengan nama Supertec tahun itu, dan mobil Arrows menggunakannya pada tahun 2000, sementara tim Benetton menggunakannya dengan nama Playlife pada tahun 1999 dan 2000.[80] Meskipun pada beberapa kesempatan poin berhasil dicetak, namun pada akhirnya mesin tersebut tidak sukses di bawah kendali Supertec, dan selanjutnya, semua, kecuali satu, tim pindah ke pemasok mesin yang lain setelah hanya satu musim saja.[79][80]
Setelah Renault membeli tim Benetton, mereka tidak memasok mesin pelanggan hingga tahun 2007, ketika mereka menandatangani perjanjian dengan tim Red Bull Racing pada tanggal 15 September 2006. Tim Red Bull merupakan sebuah tim lini tengah selama dua tahun pertama kemitraan tersebut, sebelum perubahan regulasi untuk musim 2009 memungkinkan tim Red Bull untuk mengklaim kemenangan pertama mereka di Grand Prix Tiongkok.[81] Pembalap Sebastian Vettel dan Mark Webber berhasil memenangkan lima kemenangan lagi, sehingga tim tersebut dapat finis di posisi kedua di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor. Pada tahun 2010, Vettel dan tim Red Bull berhasil memenangkan kedua gelar kejuaraan dunia tersebut, dan menjadikannya gelar juara dunia yang kesembilan untuk mesin Renault, dan yang pertama untuk mesin RS27.[82]
Era modern dan kembalinya mesin turbo (2010-an)
[sunting | sunting sumber]Pada akhir tahun 2010, ketika Renault menjual sisa sahamnya di tim Formula Satu yang berbasis di Enstone, operasional mesin di Viry-Châtillon dibentuk menjadi sebuah anak perusahaan yang dikenal sebagai Renault Sport F1.[65][83] Renault Sport F1 terus memasok mesin ke mantan tim pabrikan mereka dan Red Bull, dan memperluas jumlah pelanggan mereka ke tim Lotus Racing pada akhir tahun 2010.[84][85] Sebagai hasil dari tim konstruktor penuh Renault yang berganti nama menjadi Lotus Renault GP, tim Red Bull Racing secara resmi dipromosikan menjadi tim kemitraan kerja penuh Renault, dan dengan demikian, mereka menerima mesin yang gratis dari Renault dan berkat sponsor Infiniti.[86][87] Tim Red Bull kembali berhasil memenangkan kedua gelar juara dunia pada tahun 2011, di mana sasis Red Bull RB7 benar-benar tidak tertandingi oleh lawan-lawannya, dan berhasil memperoleh 18 posisi terdepan sepanjang musim. Vettel memimpin klasemen Kejuaraan Dunia Pembalap sejak balapan pertama di negara Australia, dan selalu finis di posisi pertama atau kedua di setiap Grand Prix, hingga balapan kandangnya di negara Jerman, di mana dia finis di posisi keempat. Dia kemudian melanjutkan tren positifnya yang selalu finis di atas podium, kecuali satu kali tersingkir dari balapan, hingga akhir musim, sementara Webber finis di belakang hingga dua balapan terakhir.[88] Pada musim 2012, tim Red Bull [89] dan Sebastian Vettel[90] mampu meraih kedua gelar kejuaraan dunia untuk yang ketiga kalinya, meskipun mobil RB8 kali ini tidak menikmati dominasi seperti musim sebelumnya, dan mengalami beberapa masalah keandalan yang terkait dengan alternator RS27.[91] Pada tahun itu, tim Williams kembali bermitra bersama dengan mesin Renault, dengan menandatangani kesepakatan untuk menerima mesin RS27 hingga akhir tahun 2013.[92] Tim Red Bull kembali lagi mendominasi pada musim 2013, dan baik tim maupun Sebastian Vettel berhasil mengamankan gelar juara dunia untuk yang keempat kalinya secara berturut-turut bagi mereka di Grand Prix India 2013.[93][94]
Era V6 turbo-hibrida
[sunting | sunting sumber]Renault mengembangkan mesin V6 turbocharged 1,6 liter yang baru, yaitu Renault Energy F1-2014, sejalan dengan regulasi baru untuk musim 2014, dengan APC Pankl Turbosystems GmbH yang memasok kit turbocharger hibrida untuk mesin Renault Formula Satu dari tahun 2014 hingga 2020, dan BorgWarner memasoknya mulai dari tahun 2021 dan seterusnya.[95][96] Pada tanggal 21 Juni 2013, Renault memperkenalkan mesin barunya di Paris Air Show. Mesin tersebut diberi nama Energy F1, yang diambil dari mesin mobil jalan raya Renault.[97] Tim Red Bull[98] dan Caterham[99] (sebelumnya Lotus Racing/Team Lotus) memiliki kesepakatan untuk menggunakan mesin Renault hingga tahun 2016. Pada Grand Prix Monako 2013, tim Scuderia Toro Rosso mengumumkan kontrak pasokan mesin pelanggan dengan Renault untuk periode awal 2014–2016.[100]
Selama pengujian awal tahun 2014 di Jerez mesin Renault yang baru ini menunjukkan masalah pada unit turbo dan sistem pemulihan energi.[101][102] Perbaikan sebagian diperkenalkan untuk sesi tes pra-musim yang terakhir di negara Bahrain, khususnya peningkatan perangkat lunak.[103] Pada awal musim, mesin Energy F1-2014 menjadi subyek berbagai kritik karena keandalannya yang buruk dan kurangnya kecepatan tertinggi,[104][105][106] termasuk yang disampaikan oleh bos tim Red Bull, yaitu Christian Horner, yang menggambarkan performa tim tersebut sebagai sesuatu yang "tidak dapat diterima" setelah balapan kandang tim tersebut yang tidak sukses di negara Austria.[107] Renault memperkenalkan komponen-komponen yang telah direvisi dan lebih banyak lagi pembaruan perangkat lunak dalam upaya memperkecil kesenjangan dengan para pesaingnya.[108]
Pada tahun 2015, tim Red Bull secara sepihak mengakhiri kontrak mereka untuk tahun 2016 dengan Renault, dengan tuduhan kurangnya kinerja dari mesin Renault Energy F1-2015 dibandingkan dengan para pesaingnya.[109] Namun, mereka kemudian menegosiasikan ulang kesepakatan mereka, karena rencana tim Red Bull untuk mendapatkan unit tenaga yang lebih kompetitif gagal. Pada tahun 2016, unit tenaga Renault yang digunakan oleh tim Red Bull akan diberi merek TAG Heuer.[110] Renault kemudian mengakhiri perjanjian pasokan mesin musim 2016 mereka dengan tim Scuderia Toro Rosso, dan tim ini pun kembali ke pemasok lama mereka, yaitu Ferrari.[111] Selama tahun 2016, Red Bull GmbH memperbarui kontrak mereka selama dua tahun lagi untuk tim Red Bull Racing. Mereka juga mengumumkan bahwa tim Scuderia Toro Rosso juga akan kembali menggunakan tenaga Renault mulai dari tahun 2017. Akan tetapi, kontrak tersebut tetap memberikan Red Bull pilihan untuk memberikan logo pada mesin mereka sesuai dengan keinginan, dengan Christian Horner yang menyatakan bahwa tim Red Bull Racing akan terus menggunakan logo TAG Heuer, meskipun tanpa dukungan dari pabrikan Renault.[112]
Pada bulan September 2017, Renault dan McLaren mengumumkan bahwa tim McLaren akan menggunakan mesin Renault mulai dari tahun 2018 hingga 2020 untuk membantu daya saing tim pabrikan Renault. Tim Toro Rosso kemudian beralih ke mesin Honda yang sepenuhnya diproduksi oleh pabrikan, dan mengakhiri kesepakatan pelanggan tahun 2018 dengan Renault.[113] Pada bulan Juni 2018, tim Red Bull mengumumkan bahwa mereka juga akan menggunakan mesin Honda lengkap mulai dari tahun 2019 dan seterusnya.[114] Karena tim McLaren telah kehilangan kemitraan pelanggan Renault karena beralih kembali ke unit daya Mercedes-AMG High Performance Powertrains lagi mulai dari musim 2021, maka Renault kembali lagi memasok mesin untuk satu tim saja untuk yang pertama kalinya sejak musim 2006.
Tim yang bermarkas di Enstone tersebut kemudian berganti nama menjadi Alpine mulai dari musim 2021 dan seterusnya, sementara Renault tetap menjadi pembuat mesin, sehingga menandai untuk yang pertama kalinya sejak musim 2015, bahwa merek Renault akan berada di dalam ajang Formula Satu dengan hanya berstatus sebagai pemasok mesin saja.[115]
Renault akan berhenti menyediakan mesin untuk Alpine setelah tahun 2025.[116]
Hasil pemasok mesin Formula Satu
[sunting | sunting sumber]* Tidak termasuk tim pabrikan.
Alpine Academy
[sunting | sunting sumber]Sebagai bagian dari kembalinya perusahaan ke dalam ajang Formula Satu, perusahaan itu mendirikan sebuah akademi pembalap muda, yang bertugas untuk mencari Juara Dunia Formula 1 masa depan.[117] Akademi ini kemudian berganti nama menjadi Alpine Academy, setelah tim berganti nama dari Renault F1 Team menjadi Alpine F1 Team pada Kejuaraan Dunia musim 2021.
Hasil Formula Satu
[sunting | sunting sumber]Sebagai sebuah konstruktor penuh, Renault telah berhasil mencapai statistik sebagai berikut:
- Persentase kemenangan gelar Kejuaraan Dunia Konstruktor: 8%
- Persentase kemenangan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap: 8%
- Persentase kemenangan balapan: 8.7%
Hasil Formula Satu | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
(Cetak tebal menunjukkan gelar kejuaraan dunia yang telah berhasil dimenangkan.) | ||||||||
Tahun | Nama | Mobil | Mesin | Ban | No. | Pembalap | Poin | WCC |
1977 | Équipe Renault Elf | RS01 | EF1 1.5 V6 t | M | 15. | Jean-Pierre Jabouille | 0 | NC |
1978 | Équipe Renault Elf | RS01 | EF1 1.5 V6 t | M | 15. | Jean-Pierre Jabouille | 3 | 12th |
1979 | Équipe Renault Elf | RS01 RS10 |
EF1 1.5 V6 t | M | 15. 16. |
Jean-Pierre Jabouille René Arnoux |
26 | 6th |
1980 | Équipe Renault Elf | RE20 | EF1 1.5 V6 t | M | 15. 16. |
Jean-Pierre Jabouille René Arnoux |
38 | 4th |
1981 | Équipe Renault Elf | RE20B RE30 |
EF1 1.5 V6 t | M | 15. 16. |
Alain Prost René Arnoux |
54 | 3rd |
1982 | Équipe Renault Elf | RE30B | EF1 1.5 V6 t | M | 15. 16. |
Alain Prost René Arnoux |
62 | 3rd |
1983 | Équipe Renault Elf | RE30C RE40 |
EF1 1.5 V6 t | M | 15. 16. |
Alain Prost Eddie Cheever |
79 | 2nd |
1984 | Équipe Renault Elf | RE50 | EF4 1.5 V6 t | M | 15. 16. 33. |
Patrick Tambay Derek Warwick Philippe Streiff |
34 | 5th |
1985 | Équipe Renault Elf | RE60 RE60B |
EF4B 1.5 V6 t EF15 1.5 V6 t |
G | 14. 15. 16. |
François Hesnault Patrick Tambay Derek Warwick |
16 | 7th |
1986–2001: Renault tidak ikut serta berkompetisi sebagai sebuah konstruktor penuh. | ||||||||
2002 | Mild Seven Renault F1 Team | R202 | RS22 3.0 V10 | M | 14. 15. |
Jarno Trulli Jenson Button |
23 | 4th |
2003 | Mild Seven Renault F1 Team | R23 R23B |
RS23 3.0 V10 | M | 7. 8. |
Jarno Trulli Fernando Alonso |
88 | 4th |
2004 | Mild Seven Renault F1 Team | R24 | RS24 3.0 V10 | M | 7. 7. 8. |
Jarno Trulli Jacques Villeneuve Fernando Alonso |
105 | 3rd |
2005 | Mild Seven Renault F1 Team | R25 | RS25 3.0 V10 | M | 5. 6. |
Fernando Alonso Giancarlo Fisichella |
191 | 1st |
2006 | Mild Seven Renault F1 Team | R26 | RS26 2.4 V8 | M | 1. 2. |
Fernando Alonso Giancarlo Fisichella |
206 | 1st |
2007 | ING Renault F1 Team | R27 | RS27 2.4 V8 | B | 3. 4. |
Giancarlo Fisichella Heikki Kovalainen |
51 | 3rd |
2008 | ING Renault F1 Team | R28 | RS27 2.4 V8 | B | 5. 6. |
Fernando Alonso Nelson Piquet Jr. |
80 | 4th |
2009 | ING Renault F1 Team Renault F1 Team[N 4] |
R29 | RS27 2.4 V8 | B | 7. 8. 8. |
Fernando Alonso Nelson Piquet Jr. Romain Grosjean |
26 | 8th |
2010 | Renault F1 Team | R30 | RS27-2010 2.4 V8 | B | 11. 12. |
Robert Kubica Vitaly Petrov |
163 | 5th |
2011 | Lotus Renault GP | R31 | RS27-2011 2.4 V8 | P | 9. 9. 10. |
Nick Heidfeld Bruno Senna Vitaly Petrov |
73 | 5th |
2012–2015: Renault tidak ikut serta berkompetisi sebagai sebuah konstruktor penuh. | ||||||||
2016 | Renault Sport F1 Team | R.S.16 | R.E.16 1.6 V6 t | P | 20. 30. |
Kevin Magnussen Jolyon Palmer |
8 | 9th |
2017 | Renault Sport F1 Team | R.S.17 | R.E.17 1.6 V6 t | P | 27. 30. 55. |
Nico Hülkenberg Jolyon Palmer Carlos Sainz Jr. |
57 | 6th |
2018 | Renault Sport F1 Team | R.S.18 | R.E.18 1.6 V6 t | P | 27. 55. |
Nico Hülkenberg Carlos Sainz Jr. |
122 | 4th |
2019 | Renault F1 Team | R.S.19 | E-Tech 19 1.6 V6 t | P | 3. 27. |
Daniel Ricciardo Nico Hülkenberg |
91 | 5th |
2020 | Renault DP World F1 Team | R.S.20 | E-Tech 20 1.6 V6 t | P | 3. 31. |
Daniel Ricciardo Esteban Ocon |
181 | 5th |
Kemitraan dan sponsorship
[sunting | sunting sumber]Pada 2005 terutama setelah pengangkatan Carlos Ghosn sebagai CEO Renault Cars, publik mulai menanyakan komitmen Renault di ajang Formula Satu. Ghosn memiliki reputasi sebagai seorang pengusaha pelit, dengan julukan "pemotong biaya". Ghosn telah berkali-kali mengkonfirmasi bahwa keikutsertaan Renault di ajang F1 baik sebagai pemasang iklan ataupun sebagai peserta balap merupakan sebuah investasi teknologi yang besar. Pada Grand Prix Prancis 2005, Ghosn menetapkan kebijakannya tentang keterlibatan perusahaan dalam motorsport: "Kami tidak tahu pastinya apakah Formula Satu sebuah kebiasaan bisnis atau tradisi olahraga bagi kami di Renault. Kami di sini untuk menunjukkan bakat kita dan kita bisa melakukannya dengan benar untuk saat ini. Formula Satu adalah sebuah investasi, dan jika untung maka itu bagus bagi kami, sebaliknya bisa gagal, maka itu adalah bencana." Setelah Renault memenangkan gelar keduanya pada tahun 2006, Ghosn mengatakan "Ini merupakan kemenangan penting karena membenarkan investasi Renault di ajang Formula 1, dan akan membuat pada masa depan kami setidaknya aman untuk beberapa tahun kedepan. Paling tidak kami sama sekali tidak rugi berinvestasi disini."[118] Pada bulan Mei 2008, dua tahun sejak Renault mendominasi, dan di tengah-tengah musim yang relatif lemah bagi tim, Ghosn sekali lagi menyatakan bahwa terlepas dari hasil buruk yang diraih, Renault akan tetap ada F1 untuk 'bertahun-tahun' kedepan.[119] Renault kemudian menandatangani perjanjian dengan FOM untuk bertahan di F1 sampai akhir musim 2012.
Renault F1 sendiri sempat memiliki hubungan penelitian dengan Boeing,[120] tujuan yang hendak dicapai adalah "untuk menyelidiki proyek kolaborasi teknologi demi kepentingan bersama." hubungan serupa yang ada di F1 adalah antara tim McLaren dan BAE Systems.
Sponsor Renault lainnya diantaranya adalah perusahaan minyak Prancis Total SA, perusahaan IT AS Hewlett-Packard, produsen jam tangan TW Steel dari Belanda dan produsen mobil Lada dari Rusia.
Kontroversi crashgate di GP Singapura 2008
[sunting | sunting sumber]Renault meraih kemenangan spektakuler di GP Singapura 2008 melalui Fernando Alonso yang berhasil memenangi lomba setelah start dari posisi 14 dan terbantu strategi pit stop yang bagus dari tim. Rekan setimnya yaitu Nelson Angelo Piquet mengalami kecelakaan di lap 14 yang kemudian membuat safety car masuk sirkuit untuk mengamankan lomba dan membuat Alonso melejit ke depan dan berhasil memenangi lomba. Sesudah lomba Piquet dengan gaya bercanda mengatakan kepada wartawan bahwa ia membantu tim untuk meraih kemenangan di balapan tersebut dengan cara menabrakkan mobilnya ke dinding sehingga membuat safety car keluar sekaligus membantu strategi pit stop tim untuk Alonso. Selama musim dingin sampai awal musim 2009 Piquet terus mengkonfirmasikan perihal kecelakaan tersebut dengan gaya bercanda.[121] Para wartawan kemudian percaya dan menganggap bahwa Piquet memang sedang melucu seperti biasanya dan tidak menganggap ucapan Piquet itu serius.
Pada pertengahan musim seiring prestasi buruk dari Piquet Jr. sejak awal musim, tim kemudian memecat pembalap Brasil ini. Buntutnya, ayah Piquet Jr. yaitu Nelson Piquet Sr. berbicara terang-terangan kepada media massa bahwa anaknya telah disuruh oleh Renault untuk berbuat kebodohan di Singapura 2008.[122] Piquet Jr. yang juga sama-sama kesal lantas menyebut Flavio Briatore sebagai pembunuh dan perusak karena tega menghentikan karier membalapnya padahal ia tidak melakukan kesalahan apapun di musim 2008 dan 2009.[123] Piquet Jr. kemudian bersumpah dengan jujur ia memang melakukan apa yang diminta tim saat menabrakkan mobilnya ke dinding di Singapura 2008 untuk membantu Alonso memenangi lomba.[124][125]
Berbekal dari pengakuan ayah dan anak ini, FIA kemudian membahas kasus ini di bulan September 2009, dan akhirnya tim Renault terkena hukuman tidak boleh ikutan balap selama dua musim, walaupun beberapa minggu kemudian hukuman tersebut diganti dengan denda dan masa percobaan selama dua musim. Tim bahkan harus rela kehilangan beberapa sponsor, salah satunya ING. Flavio Briatore dihukum seumur hidup tidak boleh ikut berkecimpung di F1 (walaupun akhirnya hukuman tersebut diperingan menjadi hanya sampai akhir musim 2012 saja), dan Pat Symonds terkena sanksi larangan mendampingi tim dalam balapan selama lima musim. Secara resmi di awal Oktober 2009, tim kemudian mengumumkan bahwa baik Briatore maupun Symonds tidak akan kembali lagi ke tim Renault pada masa yang akan datang.[126][127]
Struktur tim
[sunting | sunting sumber]Personil tim
[sunting | sunting sumber]Nama Staf | Tahun | Posisi |
---|---|---|
Bernard Dudot | 1977-1985 | Prinsipal tim |
Jean Sage | 1977-1985 | Direktur olahraga |
Michel Tétu | 1977-1985 | Staf tim |
Flavio Briatore | 2002-2009 | Prinsipal tim |
Mike Gascoyne | 2002-2003 | Direktur teknik |
Pat Symonds | 2002-2009 | Direktur teknik |
Dino Toso | 2002-2004 | Staf teknik |
Bob Bell | 2002-2009 2016-2018 |
Staf ahli aerodinamika Direktur teknik |
Rob White | 2004-2010 | Staf ahli mesin |
Eric Boullier | 2010-2011 | Prinsipal tim |
Gerard Lopez | 2010-2011 | Direktur tim |
Cyril Abiteboul | 2010-2012 2014- |
Direktur eksekutif Pimpinan tim |
Frédéric Vasseur | 2016-2017 | Direktur balap |
Nick Chester | 2016-2018 | Direktur teknik sasis |
Pat Fry | 2019-2020 | Direktur teknik sasis |
Dirk de Beer | 2019-2020 | Kepala Aerodinamika |
Daftar pembalap
[sunting | sunting sumber]Nama Pembalap | Tahun | Keterangan |
---|---|---|
Jean-Pierre Jabouille | 1977-1980 | Pembalap pertama tim Renault. |
René Arnoux | 1979-1982 | |
Alain Prost | 1981-1983 | |
Eddie Cheever | 1983 | Pembalap asal Amerika Serikat yang pertama untuk tim Renault. |
Patrick Tambay | 1984-1985 | |
Derek Warwick | 1984-1985 | Pembalap asal Inggris yang pertama untuk tim Renault. |
Philippe Streiff | 1984 | |
François Hesnault | 1985 | |
Jarno Trulli | 2002-2004 | Pembalap asal Italia yang pertama untuk tim Renault. |
Jenson Button | 2002 | |
Fernando Alonso | 2003-2006 2008-2009 |
Juara dunia pembalap Formula Satu musim 2005-2006. |
Jacques Villeneuve | 2004 | Masuk untuk menggantikan posisi Jarno Trulli yang pindah ke tim Toyota. |
Giancarlo Fisichella | 2005-2007 | Pembalap asal Italia yang terakhir untuk tim Renault. |
Heikki Kovalainen | 2007 | Pembalap asal Finlandia yang pertama untuk tim Renault. |
Nelson Piquet, Jr. | 2008-2009 | Pembalap asal Brasil yang pertama untuk tim Renault. |
Romain Grosjean | 2009 & 2012 | Masuk untuk menggantikan posisi Nelson Piquet Jr. yang dipecat. |
Robert Kubica | 2010 | Pembalap asal Polandia yang pertama untuk tim Renault. |
Vitaly Petrov | 2010-2011 | Pembalap Rusia yang pertama di dalam ajang F1. |
Nick Heidfeld | 2011 | Masuk untuk menggantikan posisi Robert Kubica yang mengalami cedera. |
Bruno Senna | 2011 | Masuk untuk menggantikan posisi Nick Heidfeld di pertengahan musim. |
Kevin Magnussen | 2016 | Pembalap asal Denmark yang pertama untuk tim Renault. |
Jolyon Palmer | 2016-2017 | Pembalap asal Inggris yang terakhir untuk tim Renault. |
Carlos Sainz, Jr. | 2017-2018 | Masuk untuk menggantikan posisi Jolyon Palmer yang dipecat. |
Nico Hülkenberg | 2017-2019 | Pembalap asal Jerman yang terakhir untuk tim Renault. |
Daniel Ricciardo | 2019-2020 | Pembalap asal Australia yang pertama untuk tim Renault. |
Esteban Ocon | 2019-2020 | Pembalap asal Perancis yang terakhir untuk tim Renault. |
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Semua gelar Kejuaraan Dunia Konstruktor berhasil diraih oleh mesin rakitan Mecachrome.
- ^ Semua gelar Kejuaraan Dunia Pembalap berhasil diraih oleh mesin rakitan Mecachrome.
- ^ Sembilan kemenangan selanjutnya berhasil diraih oleh mesin Renault berlogo TAG Heuer.
- ^ ING Group menarik dukungannya sebagai sponsor utamanya di pertengahan musim karena kontroversi "crashgate".
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "The Official Formula 1 website". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-02-03. Diakses tanggal 2008-01-27.
- ^ Noble, Jonathan (13 January 2011). "Renault to switch to British licence". Autosport. Haymarket Publications. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-03. Diakses tanggal 15 January 2011.
- ^ Renault Announces Return to Formula 1 in 2016: Lotus F1 Team
- ^ "What Alpine rebrand means for Renault and F1 - our verdict". The Race (dalam bahasa Inggris). 6 September 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-11. Diakses tanggal 10 September 2021.
- ^ Tamber, Vismaad (23 March 2020). "The 8 Greatest F1 Engine manufacturers of All Time". DriveTribe (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-10. Diakses tanggal 10 September 2021.
- ^ "Autosport.com on the 1979 French Grand Prix". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-06. Diakses tanggal 2009-04-18.
- ^ "Formula1.com on the 1979 French Grand Prix". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-06. Diakses tanggal 2009-04-18.
- ^ "Race report from Grandprix.com". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-02. Diakses tanggal 2010-08-09.
- ^ Unless otherwise indicated, all race results are taken from "The Official Formula 1 website". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-17. Diakses tanggal 2007-06-17.
- ^ Spurgeon, Brad (2000-03-24). "Teams Rev Up for Battle in the Brand-Name Game". International Herald Tribune. hlm. 24.
- ^ Complete Race Guide FIA.com
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-29. Diakses tanggal 2010-08-09.
- ^ Jarno Trulli juara GP Monaco 2004
- ^ "Alonso in shock move to McLaren". The Official Formula 1 Website. 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-04-10. Diakses tanggal 2007-01-17.
- ^ Bishop, Matt (2006). "The Long Interview: Flavio Briatore". F1 Racing (October): 66–76.
- ^ "FIA bans controversial damper system". pitpass.com. Pitpass. 21 July 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-11. Diakses tanggal 1 October 2010.
- ^ ING replaces Mild Seven at Renault. Retrieved 16 October 2006.
- ^ ING replaces Mild Seven at Renault. Retrieved October 16, 2006.
- ^ Renault Charged With Having McLaren Data. Retrieved 8 November 2007.
- ^ Fernando Alonso to re-sign for Renault www.telegraph.co.uk Retrieved 10 December 2007
- ^ Renault confirms 2008 driver line-up Alonso and Piquet https://web.archive.org/web/20100620212622/http://f1.gpupdate.net/en/ Retrieved 10 December 2007
- ^ International Court of Appeal – Decision. Akses: August 17, 2009.
- ^ Renault suspended from next race. Akses: July 26, 2009.
- ^ "Piquet Jr dropped by Renault team". BBC Sport. 2009-08-04. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-30. Diakses tanggal 2009-08-04.
- ^ English, Steven (2009-08-18). "Renault confirms Grosjean in, Piquet out". autosport.com. Haymarket Publications. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-06-30. Diakses tanggal 2009-08-18.
- ^ "Renault considers Formula 1 exit". BBC News. 2009-11-04. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-27. Diakses tanggal 2010-05-22.
- ^ Benson, Andrew (2009-12-16). "Renault will race in Formula 1 after selling their team". BBC Sport. BBC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-11-09. Diakses tanggal 2009-12-16.
- ^ "AUSmotive.com – Renault stay in F1, kind of". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-30. Diakses tanggal 2010-08-09.
- ^ "Kubica to race for Renault in 2010". 2009-10-07. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-10-09. Diakses tanggal 2010-08-09.
- ^ "Robert Kubica not sure to stay at new-look Renault". BBC News. 2009-12-16. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-15. Diakses tanggal 2010-08-09.
- ^ "Robert Kubica will stay with Renault Formula 1 team". BBC News. 2010-01-04. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-15. Diakses tanggal 2010-08-09.
- ^ "Angry Raikkonen rules out F1 return with Renault". motorsport.com. GMM. 2010-10-05. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-10-12. Diakses tanggal 2010-10-06.
- ^ Noble, Jonathan (2010-11-05). "Renault team set for Lotus Cars tie-up". autosport.com. Haymarket Publishing. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-07-04. Diakses tanggal 2010-11-06.
- ^ Beer, Matt (8 December 2010). "Team Lotus still bullish over name". autosport.com. Haymarket Publications. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-07-01. Diakses tanggal 10 December 2010.
- ^ "Lotus vs. Lotus". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-04-23. Diakses tanggal 2011-04-18.
- ^ Lotus vs. Lotus Tidak Kunjung Usai, Kompas
- ^ "High Court rules Team Lotus can keep its name". BBC Sport. BBC. 27 May 2011. Diakses tanggal 2 August 2011.
- ^ Cooper, Adam (27 May 2011). "Group Lotus also retains right to use name in F1". Adam Cooper's F1 Blog. WordPress. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-09. Diakses tanggal 2 August 2011.
- ^ "Kubica undergoes emergency surgery after rally crash in Italy". CNN. Turner Broadcasting System. 6 February 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-27. Diakses tanggal 11 February 2011.
- ^ "F1 ace Kubica 'much better' after rally crash in Italy". CNN. Turner Broadcasting System. 7 February 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-11-22. Diakses tanggal 11 February 2011.
- ^ "Formula 1 driver Kubica targets quick return". The Sydney Morning Herald. Fairfax Media. 11 February 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-15. Diakses tanggal 11 February 2011.
- ^ "Renault confirm Heidfeld as Kubica stand-in". formula1.com. Formula One Administration. 16 February 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-06. Diakses tanggal 16 February 2011.
- ^ "Bruno Senna to race for Lotus Renault GP". Lotus Renault GP. Renault F1. 24 August 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-20. Diakses tanggal 24 August 2011.
- ^ "Lotus Renault GP and Nick Heidfeld announce separation". Renault F1. 2 September 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-06. Diakses tanggal 2 September 2011.
- ^ "Renault happy to make way for Lotus". PlanetF1.com. TEAMtalk media. 11 October 2011. Diakses tanggal 11 October 2011.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Kimi Raikkonen back to F1 with LRGP". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-14. Diakses tanggal 2011-12-01.
- ^ "Renault signs a letter of intent to buy a controlling stake in Lotus". Sky Sports (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-30. Diakses tanggal 2021-01-02.
- ^ "Renault Announces Return to Formula 1 in 2016 : Lotus F1 Team". web.archive.org. 2015-12-07. Archived from the original on 2015-12-07. Diakses tanggal 2021-01-02.
- ^ "Renault launch 2016 car with Kevin Magnussen alongside Jolyon Palmer". Sky Sports. 4 February 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 February 2016. Diakses tanggal 7 February 2016.
- ^ "Introduction". Renault Sport. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 February 2016. Diakses tanggal 7 February 2016.
- ^ "2016". www.statsf1.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-03-27. Diakses tanggal 22 January 2019.
- ^ Noble, Jonathan. "Renault F1 team boss Frederic Vasseur resigns ahead of 2017". Autosport.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-10. Diakses tanggal 2021-01-02.
- ^ "Renault team boss Vasseur leaves role". BBC Sport (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-30. Diakses tanggal 2021-01-02.
- ^ "Force India's Hulkenberg to join Renault". BBC Sport (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-30. Diakses tanggal 2021-01-02.
- ^ "Renault Sport Formula One Team retains Jolyon Palmer for 2017 - Renault Sport". web.archive.org. 2016-11-09. Archived from the original on 2016-11-09. Diakses tanggal 2021-01-02.
- ^ "Formula 1 - Press release - Renault Sport Formula One Team Confirms Driver Change - renaultsport.com". Renault Sport (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-10-08. Diakses tanggal 2021-01-02.
- ^ "Formula 1 - Press release - Daniel Ricciardo joins Renault Sport Formula One Team from 2019 - renaultsport.com". Renault Sport (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-03. Diakses tanggal 2021-01-02.
- ^ "Formula 1 - Press release - Nick Chester, Technical Director Chassis, to leave Renault F1 Team - renaultsport.com". Renault Sport (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-23. Diakses tanggal 2021-01-02.
- ^ Cooper, Adam. "Renault F1 team signs ex-McLaren and Ferrari man Pat Fry". Autosport.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-18. Diakses tanggal 2021-01-02.
- ^ "Formula 1 – Press release – Esteban Ocon joins Renault F1 Team". Renault Sport (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-29. Diakses tanggal 23 December 2019.
- ^ "2020 Belgian Grand Prix Facts & Stats: Renault take their first fastest lap for a decade | Formula 1®". www.formula1.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-30. Diakses tanggal 1 September 2020.
- ^ Morlidge, Matt (11 October 2020). "Lewis Hamilton equals Michael Schumacher F1 wins record at Eifel GP". Sky Sports. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-11. Diakses tanggal 11 October 2020.
- ^ "Renault to rebrand as Alpine F1 Team in 2021". www.formula1.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-06. Diakses tanggal 6 September 2020.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-11-03. Diakses tanggal 2011-10-30.
- ^ a b "RENAULT MAINTAINS ITS COMMITMENT TO F1 AND ANNOUNCES THE CREATION OF RENAULT SPORT F1" (PDF). Renault. December 8, 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-11-11. Diakses tanggal 17 October 2011. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "RS7" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ "Renault launches Renault Sport F1. Genii Capital and Group Lotus join forces in Lotus Renault GP". International press website of the Renault Group. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-06. Diakses tanggal 7 October 2011. Hapus pranala luar di parameter
|publisher=
(bantuan) - ^ "BBC SPORT | Motorsport | Formula One | Red Bull to be Renault powered". BBC News. 2006-10-31. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-23. Diakses tanggal 2009-04-28.
- ^ "Renault Engine Partnership". lotusracing.my. Lotus Racing. 5 November 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-11-08. Diakses tanggal 16 November 2010.
- ^ Williams reunite with Renault - WilliamsF1
- ^ a b "Jean Redele". Grandprix.com. Inside F1. 15 August 2007. Diakses tanggal 17 October 2011.
- ^ a b "Viry-Châtillon: 30 years of innovation and expertise". Pitpass.com. 12 December 2006. Diakses tanggal 17 October 2011.
- ^ a b c d e f g h i "Renault and F1" (PDF). Renault. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 6 January 2012. Diakses tanggal 17 October 2011.
- ^ "RS01". Renault. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 May 2013. Diakses tanggal 17 October 2011.
- ^ "Constructors: Renault F1". Grandprix.com. Inside F1. Diakses tanggal 17 October 2011.
- ^ a b "Mecachrome". Grandprix.com. Inside F1. Diakses tanggal 3 February 2012.
- ^ "Ligier Profile". Grandprix.com. Inside F1. Diakses tanggal 3 February 2012.
- ^ "Williams Team History 1989–1996". F1network.net. Diakses tanggal 1 December 2011.
- ^ "Engine Mecachrome". STATSF1.com. Diakses tanggal 17 October 2011.
- ^ a b "Supertec". Grandprix.com. Inside F1. Diakses tanggal 4 February 2012.
- ^ a b "Engine Supertec". STATSF1.com. Diakses tanggal 17 October 2011.
- ^ "Vettel leads Webber in Red Bull one-two (Chinese Grand Prix review)". F1fanatic.co.uk. 19 April 2009. Diakses tanggal 1 December 2011.
- ^ "Renault Engines Secure Ninth F1 Constructors' Title". Renault. 8 November 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 April 2012. Diakses tanggal 1 December 2011.
- ^ "Renanult History". Renault Sport F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 December 2013. Diakses tanggal 3 October 2011.
- ^ "Renault Engine Partnership". lotusracing.my. Lotus Racing. 5 November 2010. Diakses tanggal 16 November 2010.
- ^ "Lotus confirms 2011 Renault engines". F1 Technical. 5 November 2010. Diakses tanggal 4 February 2012.
- ^ "Red Bull get budget boost through Infiniti link-up". bbc.co.uk. BBC Sport. 1 March 2011. Diakses tanggal 1 March 2011.
- ^ "Red Bull now Renault's works team – Horner". motorsport.com. 15 September 2011. Diakses tanggal 15 September 2011.
- ^ Richards, Giles (9 October 2011). "Sebastian Vettel secures back-to-back F1 world titles in Japan". The Guardian. Diakses tanggal 10 October 2011.
- ^ Noble, Jonathan (19 November 2012). "US GP: Third title a dream come true for Red Bull". Autosport.com. Haymarket Media. Diakses tanggal 25 November 2012.
- ^ Beer, Matt (25 November 2012). "Brazilian GP: Vettel is champion as Button wins thrilling race". Autosport.com. Haymarket Media. Diakses tanggal 25 November 2012.
- ^ Noble, Jonathan (19 November 2012). "US GP: Christian Horner concedes alternator problems are a worry". Autosport.com. Haymarket Media. Diakses tanggal 25 November 2012.
- ^ Beer, Matt (4 July 2011). "Williams to run Renault engines again". Autosport.com. Haymarket Media. Diakses tanggal 6 February 2012.
- ^ Benson, Andrew (27 October 2013). "Sebastian Vettel wins fourth F1 world title at the Indian GP". BBC Sport. BBC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 November 2013. Diakses tanggal 11 November 2013.
- ^ Collantine, Keith (27 October 2013). "Red Bull win constructors' title for fourth time". F1fanatic.co.uk. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 October 2013. Diakses tanggal 11 November 2013.
- ^ "F1: Renault to fire up first V6 engine in 2012". Motorsport.com. 20 December 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 October 2012. Diakses tanggal 1 January 2012.
- ^ "Honda F1 to use Merc-linked turbos". news24.com. News 24. 11 July 2014. Diakses tanggal 11 July 2014.
- ^ "Renault reveals race intent 2014". Renault Group's Motorsport website. 21 June 2013. Diakses tanggal 27 August 2013.
- ^ "Red Bull Racing and Renault". Renault Sport F1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 April 2012. Diakses tanggal 7 February 2012.
- ^ "Caterham extend engine deal with Renault". reuters.com. Reuters. 22 September 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 November 2013. Diakses tanggal 11 November 2013.
- ^ "Monaco GP: Red Bull's sister team Toro Rosso make engine switch". BBC Sport. BBC. 26 May 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 August 2013. Diakses tanggal 11 November 2013.
- ^ Noble, Jonathan (30 January 2014). "No full fix for Renault's problems before Bahrain Formula 1 test". Autosport.com. Haymarket Publications. Diakses tanggal 31 January 2014.
- ^ "Q&A WITH ROB WHITE, DEPUTY MANAGING DIRECTOR (TECHNICAL), RENAULT SPORT F1". Renault Sport F1. Renault Group Motorsport website. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 February 2014. Diakses tanggal 12 February 2014.
- ^ "Testing update". Renault Sport F1. Renault Group Motorsport website. 5 March 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 March 2014. Diakses tanggal 14 March 2014.
- ^ "Formula 1 – Renault: Most of Melbourne problems are resolved". uk.eurosport.com. Eurosport. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 October 2015. Diakses tanggal 10 June 2014.
- ^ Noble, Jonathan (1 April 2014). "Red Bull says F1 title hopes rest on Renault engine's progress". Autosport.com. Haymarket Publications. Diakses tanggal 10 June 2014.
- ^ "Grosjean: Renault Sport F1 problems "not acceptable"". Crash.net. 9 April 2014. Diakses tanggal 24 June 2014.
- ^ Noble, Jonathan (22 June 2014). "Red Bull: Renault form is unacceptable". Autosport.com. Haymarket Publications. Diakses tanggal 24 June 2014.
- ^ Dale, William (4 June 2014). "Renault promising F1 engine upgrades for Canada to improve reliability and driveability". foxsports.com.au. Fox Sports Australia. Diakses tanggal 10 June 2014.
- ^ "Red Bull will quit F1 if they don't get a competitive engine in 2016". Sky Sports. 18 September 2015. Diakses tanggal 18 February 2015.
- ^ Barretto, Lawrence (4 December 2015). "Red Bull announces it will have TAG Heuer-branded F1 engine in 2016". autosport.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 December 2015. Diakses tanggal 4 December 2015.
- ^ "2016: Engine and Drivers". Scuderia Toro Rosso. 4 December 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 December 2015.
- ^ "Sky Sports F1 – Red Bull extend deal, Toro Rosso return". Sky Sports. 29 May 2016. Diakses tanggal 30 May 2016.
- ^ "Renault power for 2018 McLaren, Honda switch to Toro Rosso". formula1.com. Formula One World Championship Limited. 15 September 2017. Diakses tanggal 10 November 2017.
- ^ "Red Bull and Honda agree two-year engine deal". formula1.com. Diakses tanggal 19 June 2018.
- ^ "Renault Formule 1 team". f1head.nl. F1Head. 16 September 2023. Diakses tanggal 16 September 2023.
- ^ "Alpine to close works engine programme at the end of 2025". Formula 1® - The Official F1® Website (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-09-30.
- ^ "Introduction". renaultsport.com. Diakses tanggal 1 January 2017.
- ^ "Ghosn: Titles justify investment". www.itv-f1.com. 2006-10-27. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-29. Diakses tanggal 2006-10-30.
- ^ https://web.archive.org/web/20160304122000/http://www.autosport.com/news/report.php/id/67847 – Autosport: Renault to stay in F1 'for many years'
- ^ Boeing Company. (June 17, 2004). Boeing, Renault F1 Team to Collaborate on Technology Development. Press Release.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-02-24. Diakses tanggal 2010-08-09.
- ^ "Renault Sack F1 Driver Piquet". Sky News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-08-07. Diakses tanggal 17 September 2009.
- ^ "Angry Piquet confirms Renault exit". Autosport. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-08-06. Diakses tanggal 17 September 2009.
- ^ Hamilton, Maurice (2009-09-04). "FIA charges Renault over Nelson Piquet Jr crash in Singapore". London: The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-09-08. Diakses tanggal 17 September 2009.
- ^ "FIA investigating F1 crash". USA Today. 2009-08-30. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-09-02. Diakses tanggal 17 September 2009.
- ^ Cary, Tom (2009-09-17). "Q and A: why Renault face race-fixing allegations and other questions". London: The Telegraph. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-09-23. Diakses tanggal 2009-09-17.
- ^ "Renault blames Briatore & Symonds". BBC Sport. 2009-09-17. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-15. Diakses tanggal 2009-09-17.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Inggris) Situs web resmi
- (Inggris) (Prancis) Statistik Renault di ajang Formula 1 Diarsipkan 2011-02-19 di Wayback Machine.