Salebu, Majenang, Cilacap
Salebu | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Cilacap | ||||
Kecamatan | Majenang | ||||
Kode pos | 53257 | ||||
Kode Kemendagri | 33.01.14.2002 | ||||
Luas | ... km² | ||||
Jumlah penduduk | ... jiwa | ||||
Kepadatan | ... jiwa/km² | ||||
|
Salebu adalah desa di kecamatan Majenang, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia. Desa Salebu hanya berjarak 3 Km dari pusat pemerintahan kecamatan Majenang atau 80,6 Km berkendara dari pusat Cilacap. Sebagian besar wilayah Desa Salebu merupakan perbukitan dan hanya sedikit dataran rendah dibagian selatan. Sungai Ciglagah mengalir membelah desa dari Gunung Cendana ke Sungai Cijalu.
Batas Wilayah
[sunting | sunting sumber]Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Utara | Desa Cibeunying |
Timur | Desa Cibeunying |
Selatan | Pahonjean |
Barat | Kecamatan Wanareja |
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Sejarah mencatat awal berdirinya Desa Salebu, empat tahun sebelum lahirnya Kabupaten Cilacap yaitu 21 Maret 1856. Desa Salebu sudah memiliki pemerintahan pribumi sendiri yaitu pada tahun 1852 dengan Ki Lurah ( kuwu ) H. Ibrahim yang memimpin Desa Salebu. Warga Salebu masih ada keturunan dari trah kerajaan Dayeuh Luhur (th 1475-1831). Pada mulanaya warga Desa Salebu hanya terdapat sepuluh rumah penduduk. Ketika Perang Diponegoro terjadi kurun waktu tahun 1825-1830 semua rumah terbakar habis menjadi lebu (abu) kemudian oleh Ki Hajar Sakti yang tidak lain adalah Surandika yang masih keturunan bupati terakhir Kabupaten Dayeuh Luhur Raden tumenggung Prawiranegara, memberi nama padukuhan tersebut dengan nama Salebu.
Sejak itu Padukuhan salebu yang lokasinya sangat strategis dan memiliki kekayaan alam yang melimpah menjadi tujuan utama warga Dayeuh Luhur mencari penghidupan baru dan menetap manjadi penduduk setempat. Hingga pada akhirnya Padukuhan Salebu menjadi sebuah desa yang ramai dan memiliki sebuah padepokan di Gunung Padang sebagai pusat pertumbuhan budaya Sunda dari Jawa yang diberi nama Padepokan Cendana, Ini ditandai dengan adanya patung sapi dan batu yang menunjukan bahwa Padepokan Cendana merupakan peninggalan zaman Hindu. Keramat Cendana Gunung Padang menyampan banyak misteri masa lalu, ini ditandai dengan peninggalan-peninggalan masa lalu seperti:
- Batu Babahanan
- Batu Balai Desa (Pendopo)
- Batu Bedil
- Batu Ranjang
- Batu Tropong
- Air Terjun
- Gua (Liang Biuk)
- Patung Sapi
- Sendang Suci (Pancoran)
Kepemimpinan
[sunting | sunting sumber]Adapun orang-orang yang pernah menjabat sebagai Lurah (Kepala Desa) Salebu adalah sebagai berikut:
- Tahun 1852 - 1895 H. Ibrahim
- Tahun 1896 - 1938 H. Sukhemi
- Tahun 1939 - 1944 Abdul Ghofur
- Tahun 1945 - 1948 Noto Diwiryo
- Tahun 1950 - 1966 S. Sujangi
- Tahun 1968 - 1972 ME. Thohirin
- Tahun 1972 - 1984 Rijoni Ujang
- Tahun 1985 - 1986 Mangudin
- Tahun 1987 - 1993 M. Nuh Nawawi
- Tahun 1994 - 2006 Munawar
- Tahun 2007 - 2012 Khozan Akhmad
- Tahun 2013 - 2018 Munawar
- Tahun 2019 - skrg Agus Fauzi