Lompat ke isi

Talang Tangah, Sungai Tarab, Tanah Datar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Talang Tangah
Negara Indonesia
ProvinsiSumatera Barat
KabupatenTanah Datar
KecamatanSungai Tarab
Kode Kemendagri13.04.08.2004 Edit nilai pada Wikidata
Luas-
Jumlah penduduk-
Peta
PetaKoordinat: 0°25′15.600″S 100°31′33.600″E / 0.42100000°S 100.52600000°E / -0.42100000; 100.52600000

Talang Tangah merupakan salah satu nagari yang terlletak di lereng Gunung Merapi, yang secara administrasi termasuk dalam kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Nagari ini terletak di dekat Batusangkar, ibu kota dari kabupaten Tanah Datar.

Nagari yang berhawa sejuk terletak pada ketinggian 900 m dpl memiliki luas 3,5 kilometer persegi atau 4,87 persen dari luas wilayah Kecamatan Sungai Tarab. Berdasarkan pembagian wilayah adat, desa ini merupakan salah satu wilayah pada Luhak Nan Tuo Minangkabau.

Nagari Talang Tangah berpenduduk 1.072 jiwa (2017), yang terdiri dari 527 laki-laki dan 545 perempuan serta 664 rumah tangga.

Aksesibilitas

Nagari ini bisa dicapai menggunakan kendaraan bermotor mobil roda 4, roda dua ataupun mobil berukuran 3/4 dari beberapa arah seperti dari Pasar Sungai Tarab atau dari Koto Baranjak melewati nagari Gurun. Selain itu juga dari Lantai Batu Kota Batusangkar atau dari lokasi permandian Kiambang melewati nagari Beringin, Gurun, Ampalu, Gunung Medan. Nagari Talang Tangah terletak paling di atas dari jalur ini menuju Gunung Merapi. Selain itu dari nagari Sungai Jambu dan dusun Batur terdapat sebuah jalan berhubungan dengan nagari Talang Tangah.

  • Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan Sungai Tarab  : 7 Km
  • Jarak dari Pusat Pemerintahan Kota Batusangkar  : 8 Km
  • Jarak dari Ibukota Provinsi  : + 96 Km

Batas Administrasi

a. Sebelah Barat berbatasan dengan nagari Labuah, dan Sungai Jambu

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Padang Laweh

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Ampalu

d. Sebelah Utara, berbatasan dengan Gunung Merapi

Terdapat beberapa pendapat tentang asal muasal nama nagari Talang Tangah. Menurut Tuanku Limo Safri Syarif (76 tahun) dari pasukuan Pitopang Baruah bahwa Asal muasal nama Talang Tangah berawal dari pembuatan “Medan Bapaneh Nan Satangkai” yang merupakan tempat pertemuan dan musyawarah Niniak / Datuk yang dipercaya merupakan pendiri nagari ini terdiri dari Datuk Nan Balimo (5 orang) yaitu :

1. Datuk Kayo (suku Pitopang/Patapang)

2. Datuk Mangkuto Radjo (suku Simabua)

3. Datuk Radjo Malano (suku Sikumbang)

4. Datuk Penghulu Maradjo (suku Piliang)

5. Datuk Tanaro ( suku Pitopang Baruah )

Sejarah dan Asal usul

Pendirian Medan Bapaneh Nan Satangkai, diawali dengan pengukuran, pemarasan dan pembersihan lokasi, namun karena kondisi topografi yang tidak rata terdapat kesulitan proses pengerjaan dimana pada bagian tengah lapangan tersebut ada gundukan batu dan tanah, sehingga terucap kata “TAHALANG DI TONGAH”, lama- lama istilah ini berubah menjadi “TALANG TANGAH”.

Selain itu ada pendapat lain yang mengatakan bahwa nama Talang Tangah berasal dari awal kisah terbentuknya kawasan ini sebagai pemukiman, dimana terdapat 2 orang ninik yang berbagi tanggung jawab pengelolaan atas 2 kawasan dan sebagai penanda batasnya di bagian tengah ditanamlah tumbuhan TALANG (sejenis bambu yang berukuran kecil). Lama-lama daerah ini bernama TALANG TANGAH.

Berdasarkan peninggalan-peninggalan peradaban masa lalu di kawasan ini, terdapat sebuah makam di halaman Mesjid Nurul A’la Talang Tangah yang ditandai dengan sebuah batu nisan bertuliskan Sumpik Datuk Kayo dipercaya sebagai orang yang pertama menghuni wilayah ini. Menurut penuturan Tuanku Limo Safri Syarif bahwa Datuk Kayo bersuku Pitopang yang datang pertama sekali ke daerah ini pada periode/zaman awal mula perkembangan Masyarakat Minangkabau yang berasal dari Pariangan yang letaknya juga di lereng Gunung Merapi. Talang Tangah sendiri letaknya bersebelahan dengan nagari nagari tua di Minangkabau seperti Sungai Jambu, Parambahan , Labuah, dan Padang Laweh.

Pada awal perkembangannya nagari Talang Tangah dipimpin oleh: Datuk Kayo (suku Pitopang) yang bertanggung jawab untuk wilayah “Sakorek Hilia” dan Datuk Rajo Mangkuto (suku Simabua) untuk “Sakorek Mudiak”. Kawasan ini semakin hari semakin bertambah penduduknya hingga berkembanglah persukuan menjadi 5 yaitu: Suku Pitopang (Patopang), Simabua, Sikumbang, Piliang (Paliang) dan Pitopang Baruah. yang masing-masingnya dipimpin oleh seorang Datuk/Penghulu

Penduduk asli nagari Talang Tangah adalah suku Bangsa Minangkabau yang merupakan pemeluk agama Islam yang taat seperti yang tertuang dalam falsafah Adaik Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah.

Pada zaman dahulu tiap pesukuan memiliki sebuah Surau yang merupakan tempat peribadatan yang sangat penting di Minangkabau. Istilah Surau berasal dari Bahasa Sanskerta, dari kata-kata “Suro”, diartikan sebagai “tempat penyembahan”. Berdasarkan pengertian asalnya ini dapat disimpulkan bahwa pengertian surau pada awalnya adalah: “Bangunan kecil tempat untuk peribadatan“.Tatkala islam masuk, kehadiran surau pertama kali diperkenalkan oleh para ulama Sufi sebagai tempat melaksanakan shalat dan pendidikan tarekat (suluk), dengan cepat tersosialisasi secara baik dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Dahulu kala terdapat beberapa Surau yang dimiliki oleh kaum seperti: Surau pinang, Surau Ambacang dan Surau Tabu.

Dalam struktur masyarakat Minangkabau yang menganut sistem matrilineal telah mengkristal budaya dan adat bahwa laki-laki yang telah Akil baligh pada malam hari hidup terpisah dari rumahnya. Oleh karena itu, sebelum islam masuk ke Minangkabau, telah ada semacam surau yang di pergunakan sebagai tempat berkumpulnya laki-laki bujang (lajang) yang sudah baligh. Sekarang Posisi surau kemudian mengalami perkembangan dan perubahan. .

Sebagai tempat peribadan dan pengajian sekarang terdapat sebuah masjid yang bernama masjid Nurul A’la yang berdiri kokoh di tengah-tengah nagari dan 4 buah mushola yang digunakan sebagai Taman Pengajian Al-quran.. Pengelolaan masjid ini melibatkan semua 5 suku yang dikenal sebagai Tuanku Nan Balimo. Pembagian tugas pelibatan suku-suku di masjid adalah sbb :

a. Imam : dari suku Pitopang

b. Bilal : dari suku Simabua

c. Khatib : dari suku Sikumbang

d. Ghoba : Suku Piliang

e. Mimbar : dari Pitopang Baruah

Pada saat ini (tahun 2022) Tuanku Nan Balimo adalah sebagai berikut : Tuanku Limo Safri Syarif (Pitopang Baruah), Tuanku Limo Masrial (Simabua), Tuanku Limo Iwal (Sikumbang), Tuanku Limo Bidin (Pitopang) dan Tuanku Limo Iyai (Piliang)

Peristiwa-peristiwa Penting

Even dan Objek wisata:

a. Makam Ninik Janggut Hitam

b. Medan Setangkai (Wisata Sejarah/Budaya)

c. Pacu Jawi

d. Tradisi Balimau