Taman Hutan Raya Bung Hatta
Taman Hutan Raya Bung Hatta | |
---|---|
Informasi Umum | |
Jenis | Cagar Alam |
Lokasi | Indarung, Lubuk Kilangan, Padang |
Koordinat | 0°48.5′S 100°26′E / 0.8083°S 100.433°E |
Tahun Berdiri | 1955 |
Dioperasikan oleh | Badan Pelaksana Pengelolaan Taman Hutan Raya Dr. Mohammad Hatta |
Status | Terbuka untuk umum |
Taman Hutan Raya Bung Hatta adalah sebuah kawasan cagar alam hutan primer Sumatera Barat yang berfungsi melestarikan plasma nutfah, perlindungan sumber daya alam, pendidikan dan penelitian, pembinaan cinta alam, dan sekaligus sebagai tempat rekreasi. TRBH merupakan bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Kawasan ini sebelumnya merupakan lokasi Kebun Raya Setia Mulya yang peresmiannya dilakukan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Dr. Mohammad Hatta pada tahun 1955. Pada saat itu, pengelolaan kawasan ini merupakan tanggung jawab Lembaga Ilmu Pengetahuan Alam atau yang sekarang dikenal dengan LIPI. Tahun 1961 pengelolaan kawasan diserahkan kepada Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Barat dan pada tahun 1981 pengelolaan diserahkan kepada Universitas Andalas. Pada tanggal 12 Agustus 1986, Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah mengubah nama kawasan ini menjadi Taman Hutan Raya Dr. Mohammad Hatta melalui Keputusan Presiden No. 35 Tahun 1986 dengan luas 240 hektare dan dikelola oleh Departemen Kehutanan. Untuk pengembangan masa depan, luas kawasan ini kemudian menjadi 70.000 hektare lebih.[1] Pada tanggal 31 Januari 1991, pengelolaan kawasan ini diserahkan kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Padang dan kemudian membentuk Badan Pelaksana Pengelolaan Taman Hutan Raya Dr. Mohammad Hatta yang terdiri atas unsur-unsur Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Padang, Universitas Andalas, dan instansi terkait.[2]
Topografi
[sunting | sunting sumber]Luas keseluruhan kawasan mencapai 70 ribu hektare. Secara umum kawasan ini merupakan kawasan pegunungan dan perbukitan yang berada pada ketinggian 300-700 m dpl serta merupakan bagian dari jajaran Bukit Barisan yang membentang dari utara ke selatan.
Dibandingkan dengan pusat Kota Padang, suhu di kawasan TRBH cukup sejuk bekisar antara 19-26˚C. Sedangkan curah hujan rata-rata di kawasan ini cukup tinggi mencapai 6.000-7.000 mm/tahun dengan kelembaban udara berkisar antara 52-89%.[2]
Arah angin pada bulan April-Mei umumnya mengarah ke timur dan bertiup dari arah Barat dan Barat Laut. Sedangkan pada bulan Juni-September, angin bertiup dari Timur atau Tenggara ke arah Barat. Berdasarkan data tersebut di atas, iklim di area TRBH termasuk tipe iklim A berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Fergusson.[3] Kawasan TRBH merupakan kawasan perembesan air tanah bagi Kota Padang. Tanah penutup yang mendominasi terdiri atas bongkahan batu andesit, pasir lanau, dan pasir lempung yang mengindikasikan bahwa perembesan air berlangsung lambat hingga sedang, terutama di bagian utara dan selatan area TRBH.
Di dalam kawasan TRBH mengalir 14 buah sungai, beberapa di antaranya bermuara ke Padang, seperti Batang Arau, Batang Kuranji, dan Batang Air Dingin.
Sumber Daya Alam
[sunting | sunting sumber]TRBH merupakan sebuah 'surga' tropis yang menjanjikan dengan bentuk bentang alamnya yang bergelombang dan curam ditumbuhi oleh beraneka ragam jenis tanaman tropis yang masih asli dan dihuni oleh ratusan jenis binatang khas Pulau Sumatra.
Kondisi yang unik menjadikan kawasan ini sebagai medan jelajah dan pengamatan satwa liar. Di kawasan ini terdapat 352 jenis flora dan 170 jenis fauna yang dilindungi.[1]
Flora
[sunting | sunting sumber]Daya tarik utama dari taman ini adalah bunga raksasa, Rafflesia arnoldii, bunga terbesar di dunia. Dinamai Rafflesia arnoldii sesuai dengan nama Wakil Gubernur Pemerintahan Inggris, Sir Thomas Stamford Raffles yang pernah tinggal di Bengkulu dalam waktu yang lama, dan ahli botani Joseph Arnold yang pertama kali menemukan bunga di lereng pegunungan Bukit Barisan.[4]
Bunga ini adalah suatu keajaiban yang langka. memerlukan waktu hingga 10 bulan untuk berkembang dan hanya mekar selama sekitar 15 hari. Ketika mekar secara penuh, memiliki diameter satu meter. Tanaman ini tidak memiliki akar dan batang, tetapi terdiri atas benang seperti tumbuhan pada tanaman merambat. Bunga-bunga ini biasanya mekar antara bulan Juli dan September. Bunga ini terkenal bukan hanya ukuran besarnya, tapi karena baunya yang busuk.[4]
Flora lainnya yang dapat ditemukan antara lain: kuweni (Mangifera indica), sirsak (Annona muricata), srikaya (Annona reticulata), durian (Durio zibethinus), kemiri (Aleurites moluccana), Antidesma montanum, Aporusa benthamiana, Bischofia javanica, Clauxylon polot, Euphorbia pulcherrima, Glochidion obscurum, Mallotus paniculatus, kulit kayu manis (Cinnamomum burmannii), dan sebagainya.[2]
Fauna
[sunting | sunting sumber]Fauna yang dapat ditemukan di TRBH antara lain: kambing hutan (Nemorrhaidus sumatrensis), kijang (Muntiacus muntjak), rusa (Cervus unicolor), tapir (Tapirus indicus), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrensis), beruk (Macaca nemestrina), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), siamang (Hylobates syndactylus), rangkong (Buceros), dan sebagainya.[2]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b "Taman Hutan Raya Bung Hatta" (dalam bahasa Inggris). Padang: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-22. Diakses tanggal 29-01-2014.
- ^ a b c d "Taman Hutan Raya Bung Hatta". Padang: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-22. Diakses tanggal 29-01-2014.
- ^ Schmidt, F.H.; Ferguson, J.H.A (1951). Rainfall type based on wet and dry period ratio for Indonesia with Western New Gurinea (dalam bahasa Inggris). Kementerian Perhubungan.
- ^ a b "Taman Hutan Raya Bung Hatta". Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Diakses tanggal 29-01-2014.