2 Korintus 4
2 Korintus 4 | |
---|---|
Kitab | Surat 2 Korintus |
Kategori | Surat-surat Paulus |
Bagian Alkitab Kristen | Perjanjian Baru |
Urutan dalam Kitab Kristen | 8 |
2 Korintus 4 (atau II Korintus 4, disingkat 2Kor 4) adalah bagian dari surat rasul Paulus yang kedua kepada jemaat di Korintus dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.[1][2] Dikarang oleh rasul Paulus dan Timotius.[3]
Teks
[sunting | sunting sumber]- Surat aslinya ditulis dalam bahasa Yunani.
- Sejumlah naskah kuno tertua terlestarikan yang memuat salinan pasal ini antara lain:
- Papirus 46 (diperkirakan dibuat sekitar tahun 200 M)
- Codex Vaticanus (~325-350 M)
- Codex Sinaiticus (~330-360 M)
- Codex Alexandrinus (~400-440 M)
- Codex Ephraemi Rescriptus (~ 450 M)
- Codex Freerianus (~450 M; terlestarikan: ayat 6-7,16-17)
- Codex Claromontanus (~550 M)
- Pasal ini dibagi atas 18 ayat.
- Berisi pengajaran mengenai cahaya Injil dan harta rohani dalam bejana tanah.
Struktur
[sunting | sunting sumber]Pembagian isi pasal:
- 2 Korintus 4:1–6 = Cahaya Injil
- 2 Korintus 4:7–15 = Harta rohani dalam bejana tanah
- 2 Korintus 4:16–18 = Jangan tawar hati, juga waktu menghadapi maut
Ayat 6
[sunting | sunting sumber]- Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang tampak pada wajah Kristus.[4]
Wycliffe menuliskan[5]:
Di sini Paulus mengacu balik kepada saat penciptaan (Kej. 1:3) sebagai prototipe dari pertobatannya sendiri (bdg. Kis. 9:3 dst.). Allah yang menciptakan terang jasmaniah mencerahkan pikiran kita pada saat kita diciptakan kembali yakni ketika kita sesudah diselamatkan memandang wajah Kristus.
Tentang "wajah Kristus", Utley menuliskan[5]:
Bagi Petrus jenis pengalaman perwahyuan yang sama yang melibatkan Yesus dan terang (yaitu, kemuliaan) terjadi di Gunung Transfigurasi (lih. 2Pet 1:19).
Potongan ayat "Dari dalam gelap akan terbit terang" menjadi terkenal berkat kutipan secara tidak langsung oleh Kartini dalam suratnya kepada Abendanon dalam bahasa Belanda, yang kemudian menjadi judul kumpulan bukunya, Door Duisternis Tot Licht, yang diterjemahkan oleh Armijn Pane pada tahun 1922 menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang.
Dalam bahasa Belanda, potongan ayat ini berbunyi: "Die gezegd heeft, dat het licht uit de duisternis zou schijnen,"[6]
Ayat 7
[sunting | sunting sumber]- Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.[7]
Orang Kristen adalah "bejana-bejana tanah liat" yang kadang-kadang mengalami kesedihan, air mata, kesusahan, kebingungan, kelemahan, dan ketakutan (bandingkan 2 Korintus 1:4,8–9; 7:5). Namun, oleh karena "harta" sorgawi yang dalam diri mereka, maka mereka tidak dikalahkan. Kekristenan bukan hal menyingkirkan kelemahan, bukan juga semata-mata manifestasi kuasa ilahi. Namun, kekristenan adalah manifestasi kuasa ilahi melalui kelemahan manusia (2 Korintus 12:9). Ini berarti bahwa:
- dalam setiap penderitaan, kita bisa menjadi lebih daripada pemenang oleh karena kuasa dan kasih Allah (Rom 8:37), dan
- kelemahan, kesusahan, dan penderitaan kita membuka peluang untuk menerima kasih karunia Kristus yang berlimpah-limpah dan mengizinkan kehidupan-Nya dinyatakan dalam tubuh kita (2 Korintus 4:8–11; bandingkan 2 Korintus 12:7–10).[8]
Ayat 13
[sunting | sunting sumber]- Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: "Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata", maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata.[9]
Memuat kutipan dari Mazmur 116:10.
Ayat 17
[sunting | sunting sumber]- Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami.[10]
Kesukaran yang dipikul oleh orang yang tetap setia kepada Kristus adalah ringan dibandingkan dengan kelimpahan kemuliaan yang kita miliki melalui Kristus. Sebagian kemuliaan ini telah ada, tetapi akan dialami sepenuhnya pada masa yang akan datang (bandingkan Roma 8:18). Apabila kita mencapai warisan sorgawi kita, maka kita akan mengatakan bahwa kesengsaraan yang paling berat pun tidak berarti dibandingkan dengan kemuliaan kekal itu. Sebab itu, kita tidak boleh hilang pengharapan atau melepaskan iman kita sewaktu kita menghadapi berbagai masalah.[8]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN 9789794159219.
- ^ John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN 979-415-905-0.
- ^ 2 Korintus 1:1
- ^ 2 Korintus 4:6
- ^ a b Komentari ayat 2 Korintus 4:6 - Alkitab SABDA
- ^ 2 Korintiërs 4:6 - 1750 Dutch Staten Vertaling Bible
- ^ 2 Korintus 4:7
- ^ a b The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
- ^ 2 Korintus 4:13
- ^ 2 Korintus 4:17
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Bagian Alkitab lain yang berkaitan: Mazmur 116, Roma 8, 2 Korintus 1, 2 Korintus 7, 2 Korintus 12
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]
- (Indonesia) Teks 2 Korintus 4 dari Alkitab SABDA
- (Indonesia) Audio 2 Korintus 4
- (Indonesia) Referensi silang 2 Korintus 4
- (Indonesia) Komentari bahasa Indonesia untuk 2 Korintus 4
- (Inggris) Komentari bahasa Inggris untuk 2 Korintus 4