Ranggong Daeng Romo
Ranggong Daeng Romo | |
---|---|
Lahir | Polongbangkeng, Sulawesi Selatan | Januari 1915
Meninggal | 27 Februari 1947 Langgese | (umur 32)
Kebangsaan | Indonesia |
Pekerjaan | Pekerja sosial |
Suami/istri | Bungatubu Daeng Lino |
Penghargaan | Pahlawan Nasional Indonesia |
Ranggong Daeng Romo (lahir di Polongbangkeng, Takalar, Sulawesi Selatan, 1915, wafat markas besar Lapris, Langgese, 27 Februari 1947[1]) adalah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia dari Sulawesi Selatan.
Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Ranggong menempuh pendidikan di Hollandsch Inlandsch School dan Taman Siswa di Makassar setelah sebelumnya menimba ilmu agama di salah satu pesantren di Cikoang. Ranggong bekerja sebagai pegawai sebuah perusahaan pembelian padi milik pemerintah militer Jepang ketika menduduki Sulawesi.
Perlawanan
[sunting | sunting sumber]Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Ranggong dinobatkan menjadi salah satu orang yang memprakarsai berdirinya organisasi perjuangan di Polombangkeng oleh Karaeng Pajonga Daeng Ngalle yaitu Gerakan Muda Bajeng (GMB). Sebelumnya, Ranggong sempat bergabung dengan barisan pemuda Seinendan dan diangkat menjadi pemimpin Seinendan di Bontokandatto. Pada Gerakan Muda Bajeng, Ranggong diangkat menjadi komandan barisan pertahanan untuk wilayah Moncokomba dan merangkap sebagai Kepala Wilayah Ko'Mara.
Pada tanggal 2 April 1946, GMB berubah nama menjadi Laskar Lipan Bajeng. Tujuan dari Laskar Lipan Bajeng yaitu untuk menegakkan, membela, dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di Laskar Lipan Bajeng, Ranggong diangkat sebagai pimpinan. Kemudian laskar-laskar yang ada di Sulawesi Selatan bergabung menjadi Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (Lapris) dan Ranggong diberi kepercayaan penuh untuk memimpin dan menjadi panglima.
Pada tanggal 21 Februari 1946, Ranggong memimpin perang untuk pertama kalinya dengan kekuatan lebih kurang seratus pasukan menyerang pertahanan Belanda. Serangan tersebut dilakukan di sebelah Selatan Makassar serta menimbulkan kesengitan yang luar biasa di antara kedua belah pihak. Dalam pertempuran tersebut, banyak tokoh Lapris yang meninggal dalam perang termasuk Ranggong yang terbunuh pada 27 Februari 1947. Jenazahnya kemudian dikebumikan di Bangkala.
Penghargaan
[sunting | sunting sumber]Berkat jasa-jasanya pada negara, berdasarkan SK Presiden RI No. 109/TK/Tahun 2001 Ranggong Daeng Romo dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.[2] Saat ini namanya diabadikan menjadi salah satu nama jalan di kota Makassar, Jalan Ranggong, yang berada di dekat Pantai Losari.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ ""Ranggong Daeng Romo: Setia Terhadap Teman Seperjuangan"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-04-20. Diakses tanggal 2011-02-27.
- ^ "Profil - Ranggong Daeng Romo". merdeka.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-06-13.