Lompat ke isi

Sang Kiai

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sang Kiai
Poster rilis teatrikal
SutradaraRako Prijanto
ProduserGope T. Samtani
Ditulis olehAnggoro Saronto
PemeranIkranagara
Christine Hakim
Agus Kuncoro
Adipati Dolken
Penata musikAghi Narottama
SinematograferMuhammad Firdaus
PenyuntingCesa David Luckmansyah
Perusahaan
produksi
Tanggal rilis
30 Mei 2013 (2013-05-30)
Durasi136 menit
NegaraIndonesia
BahasaIndonesia
Jawa
Arab
Jepang
Inggris
Penghargaan
Festival Film Indonesia 2013

Sang Kiai adalah film aksi drama biografi Indonesia tahun 2013 yang mengangkat kisah seorang pejuang kemerdekaan sekaligus salah satu pendiri Nahdlatul Ulama dari Jombang, Jawa Timur yakni Hadratussyaikh Kyai Haji Hasyim Asy'ari. Film ini dibintangi oleh Ikranagara, Christine Hakim, Agus Kuncoro, Adipati Dolken.

Film ini terpilih sebagai wakil Indonesia untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik dalam Academy Awards ke-86, tetapi tidak lolos nominasi.[1]

Pendudukan Jepang ternyata tidak lebih baik dari Belanda. Jepang mulai melarang pengibaran bendera merah putih, melarang lagu Indonesia Raya dan memaksa rakyat Indonesia untuk melakukan Seikerei (menghormat kepada Matahari). KH Hasyim Asy'ari sebagai tokoh besar agamis saat itu menolak untuk melakukan Seikerei karena beranggapan bahwa tindakan itu menyimpang dari aqidah agama Islam. Menolak karena sebagai umat Islam, hanya boleh menyembah kepada Allah SWT. Karena tindakannya yang berani itu, Jepang menangkap KH Hasyim Asyari.

KH Wahid Hasyim, salah satu putra dia mencari jalan diplomasi untuk membebaskan KH Hasyim Asy'ari. Berbeda dengan Harun, salah satu santri KH Hasyim Asy'ari yang percaya cara kekerasanlah yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. Harun menghimpun kekuatan santri untuk melakukan demo menuntut kebebasan KH Hasyim Asy'ari. Tetapi harun salah karena cara tersebut malah menambah korban berjatuhan.

Dengan cara damai KH Wahid Hasyim berhasil memenangkan diplomasi terhadap pihak Jepang dan KH Hasyim Asy'ari berhasil dibebaskan. Ternyata perjuangan melawan Jepang tidak berakhir sampai disini. Jepang memaksa rakyat Indonesia untuk melimpahkan hasil bumi. Jepang menggunakan Masyumi yang diketuai KH. Hasyim Asy'ari untuk menggalakkan bercocok tanam. Bahkan seruan itu terselip di ceramah sholat Jum'at. Ternyata hasil tanam rakyat tersebut harus disetor ke pihak Jepang. Padahal saat itu rakyat sedang mengalami krisis beras, bahkan lumbung pesantren pun nyaris kosong. Harun melihat masalah ini secara harfiah dan merasa bahwa KH. Hasyim Asy'ari mendukung Jepang, hingga ia memutuskan untuk pergi dari pesantren.

Jepang kalah perang, Sekutu mulai datang. Soekarno sebagai presiden saat itu mengirim utusannya ke Tebuireng untuk meminta KH Hasyim Asyari membantu mempertahankan kemerdekaan. KH Hasyim Asyari menjawab permintaan Soekarno dengan mengeluarkan Resolusi Jihad yang kemudian membuat barisan santri dan masa penduduk Surabaya berduyun duyun tanpa rasa takut melawan sekutu di Surabaya. Gema resolusi jihad yang didukung oleh semangat spiritual keagamaan membuat Indonesia berani mati.

Di Jombang, Sarinah membantu barisan santri perempuan merawat korban perang dan mempersiapkan ransum. Barisan laskar santri pulang dalam beberapa truk ke Tebuireng. KH Hasyim Asyari menyambut kedatangan santri- santrinya yang gagah berani, tetapi air mata mengambang di matanya yang nanar.[2]

Perilisan ulang

[sunting | sunting sumber]

Berkat kemenangannya dalam Festival Film Indonesia 2013 untuk kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Pemeran Pendukung Pria Terbaik dan Tata Suara Terbaik, film ini dipertontonkan kembali kepada khalayak ramai di layar lebar pada 9 Januari 2014.

Demi menambah nilai jual sekaligus daya tarik, maka poster versi baru pun turut dipersiapkan menjelang perilisan kembali. Apabila sebelumnya sosok Ikranagara yang memerankan oleh KH Hasyim Asy'ari menjadi fokus utama dalam poster, maka untuk sekali ini digantikan oleh Adipati Dolken dan Meriza Febriyani. Selain itu, tidak lupa pula diberi bubuhan tulisan sederet piala yang digenggam Sang Kiai di FFI 2013 (Film, Sutradara, Pemeran Pendukung Pria, dan Penata Suara).[3][4]

Penghargaan dan Nominasi

[sunting | sunting sumber]
Tahun Penghargaan Kategori Penerima Hasil
2013 Festival Film Indonesia Film Terbaik Sang Kiai Menang
Sutradara Terbaik Rako Prijanto Menang
Pemeran Utama Pria Terbaik Ikranagara Nominasi
Pemeran Pendukung Pria Terbaik Adipati Dolken Menang
Pemeran Pendukung Wanita Terbaik Meriza Vebriani Nominasi
Tata Artistik Terbaik Frans XR Paat Nominasi
Tata Suara Terbaik Khikmawan Santosa, M. Ikhsan Sungkar, & Yusuf A. Pattawari Menang
Tata Musik Terbaik Aghi Narottama & Bembi Gusti Nominasi
Piala Maya Aktor Utama Terpilih Ikranagara Nominasi
Aktris Pendukung Terpilih Christine Hakim Nominasi
Tata Kostum Terpilih Gemailia Gea Geriantiana Nominasi
Tata Rias Wajah dan Rambut Terpilih Danny Boris Saragi & Sarwo Edi Kocom Nominasi
Tata Artistik Terpilih Frans XR Paat Nominasi
Tata Efek Khusus Terpilih Adam Howarth Menang
2014 Festival Film Bandung Film Terpuji Sang Kiai Nominasi
Sutradara Terpuji Rako Prijanto Nominasi
Pemeran Utama Pria Terpuji Ikranagara Menang
Pemeran Pembantu Pria Terpuji Adipati Dolken Nominasi
Penata Artistik Terpuji Frans XR Paat Menang
Penata Editing Terpuji Cesa David Luckmansyah Nominasi
Penata Kamera Terpuji Muhammad Firdaus Nominasi

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "'Sang Kiai' daftarkan diri di oscar 2014". Merdeka.com. Diakses tanggal 2013-10-08. 
  2. ^ "21 Cineplex". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-04-18. Diakses tanggal 2013-04-18. 
  3. ^ 'Sang Kiai' Akan Ditayangkan Kembali di Bioskop
  4. ^ "Sang Kyai Akan Diputar Ulang pada Januari 2014". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-22. Diakses tanggal 2014-02-05. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Penghargaan dan prestasi
Didahului oleh:
Tanah Surga... Katanya
(2012)
Film Bioskop Terbaik
(Festival Film Indonesia)

Produksi: Rapi Films
Sutradara: Rako Prijanto
Pemeran: Ikranagara, Christine Hakim, Agus Kuncoro, Adipati Dolken
(2013)
Diteruskan oleh:
Cahaya Dari Timur: Beta Maluku
(2014)