Lompat ke isi

Varietas bahasa Arab

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Dialek-dialek bahasa Arab yang berbeda dalam dunia Arab

Ada sejumlah varietas (atau dialek atau bahasa vernakular) bahasa Arab. Bahasa Arab itu sendiri merupakan bahasa Semit yang termasuk dalam rumpun bahasa Afro-Asia yang berasal dari Semenanjung Arab. Beberapa organisasi, seperti Ethnologue dan Organisasi Standardisasi Internasional, menganggap kira-kira 30 varietas bahasa ini sebagai bahasa yang berbeda sementara yang lainnya, seperti Perpustakaan Kongres Amerika Serikat, menganggap semuanya sebagai dialek bahasa Arab.[1]

Terdapat dua kelompok dialek utama, yaitu dialek Masyriqi (timur) di sebelah timur Libya yang mencakup dialek-dialek semenanjung Arab, Mesopotamia, Levant, Mesir, dan Sudan. Kelompok lainnya, yaitu dialek Maghrebi (barat) yang mencakup dialek Afrika Utara (Maghreb) di sebelah barat Mesir. Dalam dua kelompok dialek tersebut, masing-masing mempunyai tingkat kesalingpahaman yang tinggi, tetapi di antara dua kelompok tersebut, kemengertiannya merupakan kemengertian tidak simetris, yaitu ketika penutur bahasa Arab Maghrib lebih cenderung dapat memahami bahasa Arab Masyriqi dan bukan sebaliknya.

Di dalam wilayah yang luas ini, terdapat perbedaan geografis yang cukup besar di dalam negara, lintas batas negara, dan bahkan antara kota dan desa. Ketika varietas bahasa vernakular berbeda pada dasarnya, laras bahasa resmi Fus'ha (فصحى) ini merupakan bentuk baku bahasa Arab yang dapat dipahami secara universal oleh orang-orang yang melek huruf dalam bahasa Arab.[2] Ahli linguistik barat membuat perbedaan antara "bahasa Arab Klasik" dan "bahasa Arab Baku Modern," sedangkan penutur bahasa Arab umumnya tidak menganggap kedua bahasa ini sebagai bahasa yang berbeda.[3] Perbedaan yang amat besar dapat dijumpai antara bahasa vernakular (bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari), dengan bahasa baku formal yang kebanyakan dapat dijumpai dalam penulisan atau ucapan. Varietas yang lazim secara kedaerahan dipelajari oleh penutur bahasa Arab sebagai bahasa pertama, sedangkan bahasa formal kemudian dipelajari di sekolah. Bahasa formal itu sendiri bervariasi antara perulangan modernnya (lazim disebut Bahasa Arab Baku Modern) dan bahasa Arab Klasik yang menjadi dasarnya, walaupun penutur bahasa Arab tidak membuat perbedaan ini.

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Documentation for ISO 639 identifier: ara". 
  2. ^ Kamusella, Tomasz (2017). "The Arabic Language: A Latin of Modernity?" (PDF). Journal of Nationalism, Memory & Language Politics. 11 (2): 117–145. doi:10.1515/jnmlp-2017-0006. 
  3. ^ Kamusella, Tomasz (2017). "The Arabic Language: A Latin of Modernity?" (PDF). Journal of Nationalism, Memory & Language Politics. 11 (2): 117–145. doi:10.1515/jnmlp-2017-0006. 

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]
  • Abdel-Jawad, H. (1986). 'The emergence of a dialect in Jordanian urban centres.' International Journal of the Sociology of Language 61.
  • Abu-Haidar, F. (1991). Christian Arabic of Baghdad, Weisbaden: Otto Harasowitz.
  • Abu-Melhim, A. R. (1991). 'Code-switching and accommodation in Arabic.' Perspectives on Arabic Linguistics.
  • Al-Sawi, M. (5..4). 'Writing Arabic with Roman letters.' https://www.academia.edu/843265/writing_Arabic_in_the_Latin_letters._
  • Badawi, S.A. (1973). Mustawayāt al-'Arabīyah al-mu'āṣirah fī Miṣr: Baḥth fī 'alāqat al-lughah bi-al-ḥaḍārah, Cairo: Dār al-Ma'ārif.
  • Bassiouney, Reem (2006). Functions of code-switching in Egypt: Evidence from monologues, Leiden: Brill.
  • Bassiouney, Reem (2009). Arabic Sociolinguistics, Washington, D.C.: Georgetown University Press.
  • Blanc, D. (1960) 'Style variations in Arabic: A sample of interdialectical conversation.' in C.A. Ferguson (ed.) Contributions to Arabic linguistics, Cambridge, M.A.: Harvard University Press.
  • Dendane, Z. (1994). 'Sociolinguistic variation in an Arabic speech community: Tlemcen.' Cahiers de Dialectologie et de Linguistique Contrastive 4.
  • El-Hassan, S. (1997). 'Educated Spoken Arabic in Egypt and the Levant: A critical review of diglossia and related concepts.' Archivum Linguisticum 8(2).
  • Ferguson, C.A. (1972). 'Diglossia.' Word 15.
  • Holes, C. (1983). 'Bahrain dialects: Sectarian differences exemplified through texts.' Zeitschrift fur arabische Linguistik10.
  • Holes, C. (1995). 'Community, dialect and urbanization in the Arabic-speaking Middle-East.' Bulletin of the School of Oriental and African Studies 58(2).
  • Mitchell, T.F. (1986). 'What is educated spoken Arabic?' International Journal of the Sociology of Language 61.
  • Pereira, C. (2007). 'Urbanization and dialect change: The dialect of Tripoli, Libya.' in C. Miller, E. Al-Wer, D. Caubet and J.C.E. Watson (eds), Arabic in the city: Issues in dialect contact and language variation, London and New York: Routledge.
  • Suleiman, Y. (1994). Arabic sociolinguistics: Issues and perspectives, Richmond: Curzon.
  • Versteegh, K. (2001). The Arabic language, Edinburgh: Edinburgh University Press.

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]