Bahasa Sunda Ciamis
Bahasa Sunda Ciamis
| |||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Pengucapan | /basa sʊnda t͡ʃiʔamɪs/ | ||||||||||||||||
Dituturkan di | Indonesia | ||||||||||||||||
Wilayah | |||||||||||||||||
Etnis | Sunda Banyumasan | ||||||||||||||||
Penutur | ~1.800.000 (2020)[4][5][6][a] | ||||||||||||||||
| |||||||||||||||||
Alfabet Latin & Aksara Sunda Baku | |||||||||||||||||
Kode bahasa | |||||||||||||||||
ISO 639-3 | – | ||||||||||||||||
Glottolog | ciam1234 | ||||||||||||||||
Linguasfer | 31-MFN-ag | ||||||||||||||||
| |||||||||||||||||
Lokasi penuturan | |||||||||||||||||
Area bahasa Sunda Ciamis mendominasi
Area bahasa Sunda Ciamis kurang mendominasi | |||||||||||||||||
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
| |||||||||||||||||
Portal Bahasa | |||||||||||||||||
Bahasa Sunda Ciamis atau dialek Ciamis atau dialek Tenggara adalah sebutan untuk sekumpulan varietas bahasa Sunda yang dituturkan oleh masyarakat di wilayah tenggara Parahyangan Timur, terutama Kabupaten Ciamis,[10][11] Kota Banjar, dan Kabupaten Pangandaran, serta di wilayah barat daya eks-Keresidenan Banyumas seperti Kabupaten Cilacap.[12] Dialek ini merupakan varietas bahasa dan dianggap berada di salah satu sisi kontinum linguistik dengan bentuk standar bahasa Sunda yang didasarkan pada bahasa Sunda di wilayah Parahyangan Tengah yang berada di sisi lainnya, sehingga menyebabkan adanya beberapa variasi leksikon yang berbeda, tetapi secara umum tidak terdapat perbedaan linguistik yang signifikan dengan bahasa Sunda di area Parahyangan Tengah tersebut.
Perbendaharaan kata dalam bahasa Sunda Ciamis yang beberapa di antaranya tergolong divergen salah satunya diakibatkan oleh adanya keragaman kebahasaan di daerah Ciamis yang hal ini sebagai konsekuensi oleh letak geografis Kabupaten Ciamis yang dikelilingi oleh kabupaten-kabupaten dan daerah lain yang secara kebahasaan dianggap berbeda, di sebelah barat laut, timur laut, barat daya keadaan geografisnya bergunung-gunung, kemudian dataran rendah berupa rawa di sebelah timur (tengah dan selatan), keadaan jalan raya yang membelah dan membuka Ciamis ke barat ke Tasikmalaya, serta ke timur ke perbatasan provinsi.[10]
Pengantar
[sunting | sunting sumber]Gambaran umum
[sunting | sunting sumber]Secara geografis, Kabupaten Ciamis (juga mencakup Kota Banjar & Kabupaten Pangandaran) dikelilingi oleh kabupaten-kabupaten yang memiliki ciri pemakaian bahasa yang berbeda-beda. Kabupaten Tasikmalaya di sebelah barat dianggap sebagai peralihan bahasa Sunda dialek Parahyangan. Kabupaten Majalengka dan Kuningan di sebelah utara dianggap sebagai daerah dialek bahasa Sunda yang berbeda dengan bahasa Sunda dialek Priangan yaitu bahasa Sunda Majalengka dan bahasa Sunda Kuningan. Area di sebelah timur yang merupakan provinsi lain adalah daerah penuturan bahasa lain yang bukan bahasa Sunda. Kondisi geografis yang seperti inilah yang memunculkan dugaan adanya pengaruh terhadap pemakaian bahasa Sunda di Kabupaten Ciamis.[13] Kondisi kependudukan yang ada di Kabupaten Ciamis juga menunjukkan kompleksitas yang tinggi, sehingga dengan kenyataan tersebut menegaskan kembali adanya kemungkinan persinggungan dua buah bahasa atau lebih, kemudian melahirkan keadaan yang apabila dipandang dari sisi sosiokultural dan lingual juga menjadi semakin kompleks.[14]
Ciamis sebagai suatu kesatuan geografis juga kemungkinan memperlihatkan kekhasan pemakaian bahasa tertentu sehingga sering terdengar orang awam di kalangan masyarakat Sunda menyebut ada yang disebut "bahasa Sunda dialek Ciamis".[c][13][10] Bila dikaji lebih lanjut, bahasa Sunda dialek di daerah Kabupaten Ciamis juga memiliki berbagai persebaran variasi linguistik berupa sub-dialek yang dapat dijabarkan mulai dari sub-dialek bahasa Sunda Ciamis Timur-Tengah, sub-dialek bahasa Sunda Ciamis Barat, dan sub-dialek bahasa Sunda Ciamis Tenggara.[15] Pola bahasa seperti itu berkaitan dengan adanya pemaknaan istilah-istilah juga ciri khas logat yang membuatnya berbeda dengan bahasa Sunda pada umumnya di tempat lain.[11]
Artikel ini akan menjelaskan pemerian bahasa Sunda Ciamis yang menyangkut dengan hal-hal seperti, bunyi-bunyi bahasa, pemakaian unsur-unsur khas, variasi kebahasaan yang terikat dengan kewilayahan, pengaruh dari bahasa asing, dan beberapa gejala bahasa lainnya.[13]
Sisi historis
[sunting | sunting sumber]Berdasarkan sisi kesejarahannya, kemunculan bahasa Sunda—terutama dalam ragam tulis—di Kabupaten Ciamis dimulai dengan adanya beberapa buah prasasti yang menggunakan bahasa Sunda Kuno dan aksara Sunda Kuno,[16][17] beberapa di antaranya adalah sekumpulan Prasasti Kawali yang berjumlah sebanyak enam buah prasasti dan diperkirakan berasal dari abad ke-14—angka tahun pembuatan prasasti ini tidak tertulis secara spesifik, tetapi dapat diperkirakan melalui nama raja yang disebutkan sedang memerintah pada waktu itu yaitu Prabu Raja Wastu (Niskala Wastu Kancana)[18], kini prasasti tersebut berada di situs Astana Gede, Desa Kawali, Kecamatan Kawali.[19] Prasasti ini ditulis di atas batu alam dengan berbagai posisi dan menggunakan varian aksara Sunda Kuno yang khusus ditemukan di daerah Kawali tersebut. Adapun bila ditilik secara keseluruhan, prasasti-prasasti di Kabupaten Ciamis sendiri berasal dari abad ke-12 sampai abad ke-16, tetapi beberapa di antaranya tidak menggunakan bahasa Sunda.[20][21]
Kemunculan prasasti di Kabupaten Ciamis tersebut secara umum menunjukkan adanya perkembangan budaya tulis di antara masyarakat Sunda, terutama yang berasal dari masa pemerintahan raja-raja yang memerintah di Kerajaan Sunda yang terkadang berpusat di Pajajaran maupun di Kawali.[22][23] Sehingga dengan demikian, wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu tempat penting dalam hal kebudayaan termasuk bahasa dan kondisi kemasyarakatan yang sudah berlangsung sejak lama, hal ini juga didukung dengan adanya beberapa tinggalan arkeologis lainnya.[23]
Kondisi masa kini
[sunting | sunting sumber]Pemertahanan penggunaan bahasa Sunda di era modern merupakan salah satu sikap berbahasa yang di dalamnya terdapat peranan para penuturnya dari berbagai generasi, termasuk di sini ialah pemertahanan yang dilakukan oleh generasi milenial di Kabupaten Ciamis, menurut penelitian yang dilakukan oleh Wagiati, Darmayanti & Zein (2022), pemertahanan tersebut bisa dikategorikan baik.[24] Hal ini tidak terlepas dari penggunaan bahasa Sunda di Ciamis pada berbagai bidang atau ranah. Hampir semua ranah komunikasi memiliki intensitas penggunaan bahasa Sunda yang bervariasi, beberapa di antaranya pada ranah kekeluargaan, ketetanggaan, dan kekariban, ketiga ranah tersebut memiliki tingkat kedekatan yang tinggi, sehingga wajar apabila intensitas pemertahanan bahasa Sunda juga cukup tinggi. Sementara itu, pada ranah transaksi dan kehidupan bersosial lainnya seperti pendidikan dan pemerintahan, bahasa Sunda terindikasi jarang dipakai sebagai alat komunikasi, hal ini diakibatkan oleh faktor ketidaktahuan seorang penutur dengan petutur yang tidak mengenal secara personal karena perbedaan latar belakang ketika hendak menentukan bahasa apa yang akan digunakan untuk berkomunikasi, jika kedua belah pihak sudah mengetahui latar belakang masing-masing, misalnya sama-sama berlatar belakang berbahasa Sunda, maka yang akan dipakai tentunya adalah bahasa Sunda. Namun bila belum diketahui, maka bahasa Indonesia menjadi opsi terbaik.[25]
Bila pada bagian di atas sudah diketahui bagaimana situasi penggunaan bahasa Sunda pada ranah kekeluargaan, ketetanggaan, kekariban, dan juga transaksi, maka pada ranah pendidikan dan pemerintahan merupakan hal yang lain lagi. Dari sisi politis, bahasa Sunda adalah bahasa daerah, sedangkan bahasa Indonesia adalah bahasa nasional, maka posisi bahasa Indonesia secara formal ditetapkan menjadi bahasa pengantar yang memiliki prestise dalam dunia pemerintahan dan pendidikan, sedangkan eksistensi bahasa Sunda pada kedua ranah tersebut mengalami tekanan dan posisinya tergeser karena adanya politisasi bahasa tadi.[25]
Faktor-faktor lain yang cukup mempengaruhi pemertahanan bahasa Sunda di Kabupaten Ciamis ialah akibat kebijakan yang dijalankan pada masa Orde Baru yang kurang menghargai keberadaan bahasa daerah sehingga bahasa Sunda kurang mendapat ruang dalam kurikulum, spesifiknya dengan kurangnya pelajaran muatan lokal bahasa Sunda. Berikut adalah tabel yang menunjukkan bagaimana situasi penggunaan bahasa Sunda oleh kaum milenial di Kabupaten Ciamis dari keenam ranah yang sudah dibahas sebelumnya dengan menggunakan rata-rata berskala 0-20 dengan ketentuan skor 20=selalu, 10=kadang-kadang, dan 0=tidak pernah.[25]
Nomor | Ranah komunikasi | Rata-rata |
---|---|---|
1 | Kekeluargaan | 16,11 |
2 | Kekariban | 15,33 |
3 | Ketetanggaan | 15,25 |
4 | Transaksi | 5,80 |
5 | Pendidikan | 5,50 |
6 | Pemerintahan | 7,33 |
Dari tabel di atas, bahasa Sunda relatif masih sering digunakan terutama dalam ranah kekeluargaan.[26] Bahasa Sunda di Kabupaten Ciamis menjadi bahasa pertama bagi mayoritas masyarakat sehingga mempengaruhi kekuatan pemertahanan, hal ini juga didorong oleh pengajaran bahasa Sunda di lingkungan keluarga yang diwariskan dari generasi ke generasi oleh orangtua kepada anak-anaknya. Anak-anak yang diajarkan bahasa Sunda juga merasa bahwa komunikasi dengan bahasa Sunda cukup menarik dan mudah dipahami.[27]
Klasifikasi
[sunting | sunting sumber]Seperti halnya dialek-dialek bahasa Sunda lainnya, bahasa Sunda Ciamis juga berada pada posisi tertentu dalam keseluruhan pengelompokan varian bahasa Sunda. Beberapa klasifikasi tersebut mempunyai skema yang berbeda-beda tergantung sumber referensi mana yang digunakan atau berdasarkan pendapat ahli yang berlainan. Contohnya, berdasarkan klasifikasi dari Glottolog 4.8, sebuah web yang menjadi pangkalan data bibliografi daring untuk pengklasifikasian bahasa-bahasa di seluruh dunia, bahasa Sunda Ciamis (dalam hal ini disebut sebagai dialek Ciamis) berada pada rumpun dialek Priangan yang juga memayungi empat dialek lainnya.[9] Sementara itu, berdasarkan rujukan dari salah seorang ahli bahasa asal Jerman Bernd Nothofer, bahasa Sunda dibagi menjadi enam dialek, termasuk dialek Ciamis di dalamnya yang juga disebut sebagai dialek Tenggara.
Bila melihat dari hasil penelitian Wahya (2002) mengenai usahanya dalam mengkaji unsur relik bahasa Sunda, ia membuat senarai mengenai perbandingan antar dialek bahasa Sunda, yang mencakup bahasa Sunda Banten, Bogor, Bekasi, Ciamis, Cirebon, dan Brebes, bahasa Sunda Ciamis ditempatkan langsung di bawah bahasa Sunda secara umum.[28] Namun, pada pengelompokkan dalam situs Observatorium Linguasfer, bahasa Sunda ditempatkan bersama bahasa Badui dalam sebuah rumpun bahasa yang diberi nama rumpun bahasa Sunda-Badui, posisi dialek Ciamis sendiri berada dalam bahasa Sunda dan disebut dengan nama ID sebagai 31-MFN-ag Sunda-SE, yang merujuk pada Southeast Sundanese alias bahasa Sunda dialek Tenggara.[29]
Penggunaan
[sunting | sunting sumber]Wilayah kebahasaan
[sunting | sunting sumber]Secara administratif, Kabupaten Ciamis berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah di sebelah timur. Wilayah penggunaan bahasa Sunda selain di Kabupaten Ciamis, juga digunakan di wilayah Kabupaten Cilacap terutama di perbatasan Ciamis bagian timur sebelah utara yang bentuk wilayah penggunaannya menjorok ke dalam wilayah kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Cilacap (utamanya di Dayeuhluhur, Wanareja, Majenang, Cimanggu, dan Karangpucung).[31][32]
Lingkup penggunaan
[sunting | sunting sumber]Bahasa Sunda Ciamis digunakan di berbagai hal dan dalam berbagai keadaan, misalnya, di rumah, di sekolah, di masyarakat, dalam korespondensi, dan dalam media massa. Penggunaan di rumah dapat terjadi antara pembicaraan seorang anak dengan ayah, ibu, sanak saudara, famili lain, dan pramuwismanya. Penggunaan di sekolah antara lain meliputi bahasa pengantar, pergaulan antar peserta didik, antarguru, dan antar guru dan peserta didik. Penggunaan di masyarakat berlangsung dengan tetangga, kelompok etnik, berlangsung di masjid atau gereja, dalam pekerjaan, dan dalam hiburan. Penggunaan dalam korespondensi berlangsung dalam surat menyurat, baik resmi maupun pribadi. Penggunaan dalam media massa antara lain terjadi melalui radio, televisi, bioskop, rekaman, surat kabar, majalah, buku, dan pidato.[33]
Status bahasa
[sunting | sunting sumber]Menurut para penuturnya, bahasa Sunda Ciamis adalah bahasa baku karena dianggap memiliki pembakuan, otonomi, kesejarahan, dan vitalitasnya tersendiri, selain itu, para penuturnya menganggap bahwa bahasa Sunda mempunyai status yang tidak rendah. Seperti yang dibuktikan dengan penggunaan bahasa Sunda di Kabupaten Ciamis yang cukup intensif.[34]
Peranan bahasa
[sunting | sunting sumber]Sesuai dengan kedudukannya, bahasa Sunda Ciamis berperan sebagai bahasa daerah dan dianggap penting sekali hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia. Dalam berbagai situasi dan kepentingan, bahasa Sunda Ciamis selalu disesuaikan. Menurut pengamatan yang telah dilakukan, bahasa Sunda Ciamis dianggap sangat penting oleh para penuturnya, di samping bahasa Indonesia yang juga mempunyai peranan yang sama pentingnya dalam kehidupan para penutur tersebut.[35][36]
Tradisi sastra
[sunting | sunting sumber]Bahasa Sunda Ciamis digunakan dalam berbagai bentuk karya sastra, baik itu berupa sastra lisan, maupun sastra tulisan. Penggunaannya dapat dilihat dalam beberapa buah cerita rakyat yang diungkapkan menggunakan bahasa Sunda Ciamis.[37]
Contoh tokoh sastra yang kerap mempergunakan bahasa Sunda Ciamis dalam karya-karyanya adalah Ahmad Bakri, yang merupakan seorang sastrawan dari daerah Rancah, Ciamis.[38][39] Beberapa karya-karyanya dapat dilihat di Google Books seperti contohnya, Cécéndét Mandé Kiara, Jaman Cacing Dua Saduit, dan Cobék Belut. Tokoh lainnya seperti Godi Suwarna yang berasal dari Tasikmalaya dan menetap di Ciamis juga melakukan hal yang sama seperti dalam novel karangannya yang berjudul Sandékala.
Budaya populer
[sunting | sunting sumber]Dalam budaya populer, kosakata bahasa Sunda Ciamis sering diselipkan dalam beberapa konten YouTube buatan beberapa YouTuber seperti pada kanal Apil yang kerap melakukan penyulihan suara dari video berbahasa asing ke dalam bahasa Sunda, juga ada kanal Tukang Baceo yang sering membuat versi kover lagu-lagu terkenal dalam bahasa Sunda.
Galeri
[sunting | sunting sumber]Di bawah ini adalah beberapa contoh pantun dalam bahasa Sunda yang dibumbui dengan leksikon-leksikon khas dialek Ciamis dengan berbagai macam tema.
Pantun-pantun berbahasa Sunda Ciamis dalam poster digital | |
|
Fonologi
[sunting | sunting sumber]Fonologi yang ditemukan pada bahasa Sunda Ciamis tidak menunjukkan adanya perbedaan dengan fonologi bahasa Sunda standar. Deskripsi di bawah mengacu pada keterangan oleh Prawiraatmaja et al. (1979).
Konsonan
[sunting | sunting sumber]Cara Ucapan | Dasar Ucapan | |||||
---|---|---|---|---|---|---|
Bibir | Ujung Lidah | Daun Lidah | Punggung Lidah | Anak Tekak | ||
Letus | Tak bersuara | p | t | c | k | |
Bersuara | b | d | j | ɡ | ||
Geser | Tak bersuara | s | h | |||
Bersuara | ||||||
Nasal | m | n | n | ŋ | ||
Sampingan | l | |||||
Getar | r | |||||
Luncuran | w | y |
Vokal
[sunting | sunting sumber]Depan | Tengah | Belakang | |
---|---|---|---|
Tinggi | i | u ɤ | |
Sedang | ə | ||
Agak Rendah | ɛ | ɔ | |
Rendah | a |
Macam dan distribusi fonem
[sunting | sunting sumber]Bagan di bawah ini menunjukkan macam dan fonem bahasa Sunda Ciamis.[41]
Distribusinya adalah sebagai berikut: | |||
/p/: | Konsonan tak bersuara, bibir, letus[42] | ||
Misalnya: | |||
patimuʔ | : | bertemu | |
ʔampah | : | rata | |
ʔrɛpʡ | : | habis |
/b/: | Konsonan bersuara, bibir, letus[42] | ||
Misalnya: | |||
bəŋkokʡ | : | sawah/tanah inventaris desa | |
gɔbagʡ | : | permainan anak-anak | |
ragabʡ | : | 1. gembira
2. canggung |
/m/: | Konsonan bibir, sengau[42] | ||
Misalnya: | |||
mɛmɛnɛran | : | berpacaran | |
kasumpɔnan | : | terpenuhi | |
kulicəm | : | muka masam |
/w/: | Konsonan bibir, luncuran[42] | ||
Misalnya: | |||
wadɛh | : | kurang pantas | |
hɛwaʔ | : | kurang pantas | |
ciŋcauw | : | cincau |
/t/: | Konsonan tak bersuara, ujung lidah, letus[42] | ||
Misalnya: | |||
tuguʔ | : | keluarga | |
talitian | : | arisan | |
badaratʡ | : | 1. jalan kaki
2. berburu babi |
/d/: | Konsonan bersuara, ujung lidah, letus[42] | ||
Misalnya: | |||
danas | : | nanas | |
cɛdol | : | gurau | |
ŋelodʡ | : | memutar |
/s/: | Konsonan tak bersuara, ujung lidah, geseran[42] | ||
Misalnya: | |||
sɛdol | : | tidak berhati-hati | |
kɔsaraʔ | : | tambang besar | |
nərpas | : | menerobos, memintas |
/l/: | Konsonan ujung lidah, sampingan[43] | ||
Misalnya: | |||
ligar | : | mekar | |
lələtʡ | : | berputar dengan cepat | |
[kɔdɔl] | : | tumpul |
/r/: | Konsonan ujung lidah, getar[43] | ||
Misalnya: | |||
rɔrɔs | : | (kata umpatan) | |
gɔrɔl | : | arisan pekerjaan | |
lilingir | : | tepi, sisi |
/c/: | Konsonan tak bersuara, daun lidah, letus[43] | ||
Misalnya: | |||
cɔdɛr | : | jahil | |
cɔcɔh | : | kata umpatan |
/j/: | Konsonan bersuara, daun lidah, letus[43] | ||
Misalnya: | |||
jahatʡ | : | 1. boros
2. jahat | |
titələjɔgʡ | : | terantuk |
/ɳ/: | Konsonan daun lidah, sengau[43] | ||
Misalnya: | |||
ɳasapʡ | : | persiapan berladang | |
babaɳɔn | : | mencuci tangan |
/y/: | Konsonan daun lidah, luncuran[43] | ||
Misalnya: | |||
yapʡ | : | mari ke sini | |
dayaŋ | : | wanita tuna susila | |
dɤy | : | 1. pemanja (bagi anak laki-laki)
2. sebutan (bagi orang yang lebih muda) |
/k/: | Konsonan tak bersuara, punggung lidah, letus[43] | ||
Misalnya: | |||
kalagian | : | tidak seperti biasanya | |
kɔwakan | : | cerukan air (di sawah atau di sungai) | |
bəsəŋɛkʡ | : | lodeh cabai |
/g/: | Konsonan bersuara, punggung lidah, letus[44] | ||
Misalnya: | |||
gambuh | : | dalang | |
digalɔkʡ | : | dicampur | |
ɳəntɔgʡ | : | 'itik manila' |
/n/: | konsonan punggung lidah, sengau[45] | ||
Misalnya: | |||
ŋalɔŋ | : | bertandang | |
ŋankriŋ | : | taluan lesung (waktu hendak selamatan) | |
ŋɔbɛŋ | : | menangkap ikan hanya dengan tangan |
/h/: | konsonan tak bersuara, anak tekak, geseran[45] | ||
Misalnya: | |||
hagɤy | : | ya | |
mahprahan | : | memberitahukan pertemuan | |
lɛmpɛh | : | reda |
/i/: | vokal depan, agak tinggi, tak bundar[45] | ||
Misalnya: | |||
ʔicakan | : | petak sawah kecil | |
bəlikan | : | cepat tersinggung | |
cipatiʔ | : | santan |
/ɛ/: | vokal depan, agak rendah, tak bundar[45] | ||
Misalnya: | |||
ʔɛtɛh | : | 'panggilan (untuk wanita yang lebih tua)' | |
bɛŋkoŋ | : | dukun sunat | |
gulɛʔ | : | gulai |
/a/: | vokal tengah, rendah, tak bundar[45] | ||
Misalnya: | |||
ʔamriŋ | : | habis | |
sanaɔn | : | berapa | |
muharaʔ | : | muara |
/ə/: | vokal tengah, sedang, tak bundar[45] | ||
Misalnya: | |||
ʔəndiʔ | : | mana | |
budəgʡ | : | tuli |
/ɤ/: | vokal belakang, tinggi, bundar[46] | ||
Misalnya: | |||
ʔɤcɤʔ | : | sebutan (untuk wanita yang lebih tua) | |
sɤsɤrian | : | tertawa-tawa | |
bɤ | : | mari ke sini |
/ɔ/: | vokal belakang, agak rendah, bundar[47] | ||
Misalnya: | |||
ʔɔgɔʔ | : | manja | |
ŋɔbɔs | : | berbincang-bincang | |
ŋalɛkoʔ | : | berliku-liku |
/u/: | vokal belakang, tinggi, bundar[47] | ||
Misalnya: | |||
ʔusumŋijih | : | musim hujan | |
ŋulucur | : | memancar | |
ləduʔ | : | malas |
Catatan
[sunting | sunting sumber]- Konsonan letus pada posisi akhir tidak dilepas.[47]
- Konsonan /c/, /j/, sengau /ɳ/, serta vokal /ə/ tidak terdapat pada posisi akhir.[47]
- Konsonan /k/ pada posisi akhir diucapkan jelas, tidak dilepas dan tidak berupa hamzah (glotal).[47]
- Bunyi hamzah /ʔ/ pada awal kata yang dimulai dengan vokal, pada tengah kata di antara dua vokal yang sejenis, dan pada akhir kata dengan suku terbuka tidak bersifat fonemis.[47]
Gugus konsonan
[sunting | sunting sumber]Gugus konsonan yang dimiliki oleh bahasa Sunda Ciamis berupa konsonan letus yang diikuti oleh /r/, /l/, atau /y/, dan konsonan /s/ yang diikuti /r/ atau /l/. Di bawah ini dijabarkan beberapa contohnya[48]
pr | : | ʔamprok | : | berjumpa |
pl | : | caplakʡ | : | alat pertanian |
py | : | ampyaŋ | : | (panganan) |
br | : | dɔbrah | : | bobol |
bl | : | ʔɔblɔkʡ | : | sejenis bakul |
by | : | ʔubyagʡ | : | umum |
tr | : | kɔntraŋ | : | sejenis keranjang |
dr | : | balɛndraŋ | : | sayur sisa |
kr | : | ŋankriŋ | : | taluan lesung (waktu hendak selamatan) |
kl | : | klandiŋan | : | petai cina |
gr | : | jagragʡ | : | tersedia |
gl | : | səglɔŋ | : | telan |
cr | : | kancraʔ | : | ikan mas |
cl | : | clɔbɛkan | : | petak sawah kecil |
jr | : | gajrugʡ | : | gapai |
jl | : | gajləŋ | : | lompat |
sr | : | sraŋɛŋɛʔ | : | matahari |
Kontras konsonan dan vokal
[sunting | sunting sumber]Dalam wilayah ucapan dicurigai adanya beberapa kontras konsonan dan vokal yang di antaranya:[49]
/p : t/ | paraʔ : taraʔ | : | langit-langit : tak pernah |
/c : k/ | dicanduŋ : dikanduŋ | : | dimadu : dikandung |
/b : d/ | bukaʔ : dukaʔ | : | buka : tidak tahu |
/j : g/ | jəroʔ : gəroʔ | : | dalam : panggil |
/s : h/ | panas : panah | : | panas : panah |
/m : n/ | manah : nanah | : | hati : nanah |
/l : r/ | lanjaŋ : ranjaŋ | : | gadis : tempat tidur |
/w : y/ | ʔawi : ʔayi | : | bambu : adik |
/i : u/ | ʔirit : ʔirut | : | hemat : tarik |
/ɤ : u/ | tɤtɤp : tutup | : | tatap : tutup |
/ɛ : ə/ | sɛrah : sərah | : | bulir padi : serah |
/a : ɔ/ | jagaʔ : jagoʔ | : | kelak : jago |
Unsur-unsur khas
[sunting | sunting sumber]Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Prawiraatmaja, Suriamiharja & Hidayat dalam buku Geografi Dialek Bahasa Sunda di Kabupaten Ciamis (1979), ditemukan adanya unsur-unsur yang khas dipergunakan di wilayah Kabupaten Ciamis, juga di dalam buku Kamus Basa Sunda (2006) karya R.A. Danadibrata, tercatat beberapa entri yang memuat kosakata khas yang digunakan di wilayah Ciamis,[50] unsur-unsur tersebut dijabarkan di bawah ini.[51][52][53]
Unsur leksikal
[sunting | sunting sumber]No. | Leksikon | Glos | Ref. | No. | Leksikon | Glos | Ref. | No. | Leksikon | Glos | Ref. | No. | Leksikon | Glos | Ref. |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | amring | habis | [54] | 11 | karari | daun kelapa kering | [55] | 21 | kosi | pernah | [56] | 31 | mantak | kalau-kalau | [57] |
2 | ligar | mekar | [58] | 12 | corabi | serabi | [59] | 22 | tugu | keluarga | [60] | 32 | kalagian | tumben | [55] |
3 | mantang | ubi jalar | [61] | 13 | bagedor | pohon pisang | [62] | 23 | lalangko | alat pemikul | [63] | 33 | sanaon | berapa | [64] |
4 | becis | dingin | [65] | 14 | géndot | genjer | [66] | 24 | kancra | ikan mas | [67] | 34 | kodol | tumpul | [68] |
5 | garit/garitan | alat pertanian | [69] | 15 | jahat | boros | [70] | 25 | amil | lebai | [71] | 35 | bagbagan | tempat
mencuci di pinggir kolam |
[72] |
6 | bedan | jelek | [65] | 16 | janggél | (panganan) | [73] | 26 | gembip | tembam | [74] | 36 | belis | setan | [75] |
7 | cipati | santan | [76] | 17 | tukang kemasan | tukang mas | [77] | 27 | hageuy | ya | [78] | 37 | béngkong | dukun sunat | [79] |
8 | pané | dulang | [80] | 18 | usuk | kaso-kaso | [80] | 28 | nyéréd | menarik dari depan | [81] | 38 | gandul | pepaya | [82] |
9 | gobag | (permainan anak-anak) | [83] | 19 | kuwu | kepala desa | [84] | 29 | padasan | tempat wudu | [85] | 39 | cuang | (mari) kita | [86] |
10 | danas | nanas | [87] | 20 | golongan | kepala kampung | [88] | 30 | roros | (kata umpatan) | [89] | 40 | ogén | juga | [90] |
Selain unsur-unsur leksikal yang dihasilkan oleh inovasi internal maupun eksternal seperti pada tabel di atas, ada pula kosakata yang terdapat dalam kedua dialek (Sunda Priangan & Sunda Ciamis), tetapi memiliki makna yang berbeda, seperti contohnya isukan dalam dialek Priangan bermakna "besok", sementara dalam dialek Ciamis bermakna "kapan-kapan", "besok" sendiri dalam bahasa Sunda Ciamis adalah isuk, contoh lainnya adalah ngaruy yang dalam dialek Ciamis bermakna "gerimis", sementara dalam dialek Priangan bermakna "mengeluarkan air liur yang tak terbendung karena berhasrat ingin menghabiskan makanan".[91][92] Beberapa partikel juga khas digunakan di wilayah Ciamis, seperti beu 'berikanlah padaku' dan jih 'ih'.
Unsur morfologis
[sunting | sunting sumber]Unsur khas yang ditemukan dalam tataran leksikal di antaranya yaitu:[91]
Unsur morfosintaksis
[sunting | sunting sumber]- ka-(A)/sing ka-(A) = sing (A) dalam bahasa Sunda Standar.[94]
Variasi kebahasaan
[sunting | sunting sumber]Berdasarkan daerah kebahasaannya, kekhasan bahasa Sunda Ciamis juga dapat dibagi lagi ke dalam beberapa sub-wilayah, seperti daerah utara dan daerah selatan. Perbandingan kekhasan daerah utara dan selatan tersebut dapat dijabarkan di bawah ini.[95]
No. | Utara | Selatan | Ref. | Glos | No. | Utara | Selatan | Ref. | Glos | No. | Utara | Selatan | Ref. | Glos |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | énéng | gudél | [96] | anak kerbau | 9 | jango | angkatan | [97] | tangkai sejenis
alat penangkap ikan |
17 | léngké | langko/lalangko | [63] | alat pemikul |
2 | anak sapi | gudél | [98] | anak sapi | 10 | galah | gobag | [83] | permainan
anak-anak |
18 | muhara | muara | [99] | muara |
3 | papangé | bangbarung
babancik |
[100] | kayu bagian
pintu yang terlangkahi |
11 | bagedor | gebog
gedebong gedebog |
[62] | pohon pisang | 19 | oblok | tolombon leutik | [101] | sejenis bakul |
4 | warang | bésan | [102] | besan | 12 | janggél | ganyél
baganyél jalén |
[73] | panganan | 20 | raginang | rangginang | [103] | panganan |
5 | (ka)lungguh(an) | bengkok | [104] | sawah/tanah
inventaris desa |
13 | kacang
banten |
kacang
manila |
[105] | kacang tanah | 21 | sangu poé | sangu wadang | [106] | nasi sisa |
6 | cingcau | camcau | [107] | cincau | 14 | lurah/rurah | golongan | [88] | kepala kampung | 22 | sorabi | surabi | [59] | serabi |
7 | cipatri | cipatri | [108] | santan | 15 | icakan | kotakan | [109] | petak sawah kecil | 23 | ||||
8 | ganong | derep | [110] | menuai | 16 | kungsi | kosi | [56] | pernah | 24 |
Variasi di daerah pesisir
[sunting | sunting sumber]Di daerah pesisir seperti Pangandaran, bahasa Sunda memiliki beberapa variasi lagi yang berkenaan dengan lafal, bentuk kata, dan arti. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Afsari & Muhtadin (2019) dalam jurnal kebahasaan Pustaka,[111] ditemukan adanya perbedaan fonologis, perbedaan morfologis, perbedaan semantis, dan perbedaan onomasiologis, seperti yang dijabarkan di bawah ini.[112][113][114]
Perbedaan fonologis | Perbedaan morfologis | Perbedaan semantis | Perbedaan onosmasiologis | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Variasi
bahasa |
Bentuk
Standar |
Glos | Variasi
bahasa |
Bentuk
Standar |
Glos | Variasi
bahasa |
Bentuk
Standar |
Glos | Variasi
bahasa |
Bentuk
Standar |
Glos |
cucun | turun | turun | koh | ongkoh | (kata penujuk) | kanjat | meujeuhna | cukup atau pas (sesuai) | siram | mandi | mandi |
uhun | muhun | iya | curugan | curug | air terjun | kunir | konéng | kunyit | tangkar | tulang sapi | tulang sapi[e] |
miando | mindo | menambah nasi | harah | har | (interjeksi) | balandongan | panggung | panggung pertunjukan | |||
baé | waé | lagi, saja | samarukeun | sarukeun | disamakan | mendi | mana | mana |
Begitu pula dengan hasil penelitian Widyastuti (2017) dalam jurnal bahasa sastra dan budaya Lokabasa,[115] ditemukan bermacam-macam istilah pemakaian bahasa Sunda di wilayah Sidamulih, Pangandaran yang berbeda dengan bahasa Sunda baku,[116] berkenaan dengan istilah keturunan,[117] kata ganti,[117] bagian rumah,[118] peralatan,[118] makanan dan minuman,[118] penyakit,[118] pekerjaan,[118] tumbuhan dan buah-buahan,[118] hewan,[119] sifat-sifat manusia,[119] musim dan keadaan alam,[119] serta istilah kehidupan desa dan masyarakat.[119] Ditemukan pula adanya perbedaan fonetik,[120] semantis,[121] onosmasiologis,[122] dan semasiologis.[123]
Gejala bahasa lainnya
[sunting | sunting sumber]Adanya gejala-gejala dalam bahasa Sunda Ciamis menimbulkan perbedaan bunyi yang menciptakan variasi berupa sinonoim atau kata-kata yang maknanya sama tetapi bunyinya berbeda. Gejala-gejala tersebut dijabarkan di bawah ini.[124]
Variasi bunyi
[sunting | sunting sumber]Vokal
[sunting | sunting sumber]- ɤ dan e : lɤpɤt dan lepetʡ 'sejenis lontong'[125]
- a dan ɔ : dɔbrah dan dɔbroh 'bobol'[125]
- ɛ dan ɔ : cɛlɛbɛkan dan cɔlɔbɛkan 'petakan sawah kecil'[125]
- a dan ə : diharəbʡ dan dihərəbʡ 'diiris'[125]
- u dan ɔ : kusi dan kɔsi 'pernah'[125]
- a dan i : kalikibən dan kilikibən 'sakit perut setelah makan'[125]
- a dan ɛ : gandonɤn dan gɛndonɤn gondok'[125]
- i dan ɛ : niniʔ dan nɛnɛʔ 'nenek'[125]
- i dan ɔ : ʔəniŋ dan ʔənɔŋ 'sebutan untuk perempuan'[125]
- i dan ə : patimuʔ dan patemuʔ 'bertemu'[125]
Konsonan
[sunting | sunting sumber]- h dan k : digalɔh dan digalɔk 'dicampur'[125]
- g dan h : gədəbɔgʡ dan gədəbɔŋ 'pohon pisang'[125]
- g dan r : gədəbɔgʡ dan gədəbɔr 'pohon pisang'[125]
- ŋ dan r : gədəbɔŋ dan gədəbɔr 'pohon pisang'[125]
- b dan p : cɛlɛbɛkan dan cɛlɛpɛkan 'petakan sawah kecil'[125]
- c dan s : kacumpɔnan dan kasumpɔnan 'terpenuhi'[125]
- d dan g : danas dan ganas 'nanas'[125]
- l dan h : gaɳɔl dan gaɳɔh 'sejenis ubi'[125]
- l dan b : gudɛl dan gudɛbʡ 'anak kerbau'[125]
- p dan t : lɛspar dan lɛstar 'datar'[125]
- b dan g : bəncɔy dan gəncɔy 'sejenis kepundung'[125]
- t dan d : bɛtan dan bɛdan 'jelek'[125]
- ŋ dan n : taluŋtas dan taluntas 'beluntas'[125]
- n dan r : risban dan risbar 'bakau'[125]
- w dan t : waluntas dan taluntas 'beluntas'[125]
- w dan b : wakul dan bakul 'dicampur'[125]
Penggugusan
[sunting | sunting sumber]- pontan → pɔntran 'tempat membawa makanan'[126]
- cɔlɔbɛkan → clɔbɛkan 'petakan sawah kecil'[126]
- cipatiʔ → cipatriʔ 'santan'[126]
Penghilangan fonem di awal
[sunting | sunting sumber]- ŋaran → ʔaran 'nama'[126]
- tɛtɛh → ʔɛtɛh 'sebutan untuk wanita yang lebih tua[126]
- bibi → ʔibi 'bibi'[126]
Penghilangan fonem di tengah
[sunting | sunting sumber]- buhayaʔ → buayaʔ 'buaya'[126]
- muharaʔ → muaraʔ 'muara'[126]
- titiŋkuhɤn → titiŋkuɤn 'sejenis penyakit'[126]
Penghilangan fonem di akhir
[sunting | sunting sumber]Penambahan fonem di awal
[sunting | sunting sumber]Penambahan fonem di tengah
[sunting | sunting sumber]- mutuʔ → muntuʔ 'muntu'[126]
- matakʡ → mantakʡ 'kalau-kalau'[126]
- gəbɔgʡ → gədəbɔgʡ 'pohon pisang'[126]
Penambahan unsur ka di awal
[sunting | sunting sumber]Penambahan unsur ra di awal
[sunting | sunting sumber]- mɛntɛŋ → ramɛntɛŋ '(sejenis) dukuh'[126]
Penggabungan
[sunting | sunting sumber]Metatesis
[sunting | sunting sumber]Perulangan suku kata awal
[sunting | sunting sumber]- bɛlɛcɛkʡ → bɛbɛlɛcɛkʡ 'petak sawah kecil'[127]
- caŋkir → cacaŋkir 'gelas'[127]
- dəmpəl → dədəmpəl 'panganan dari jagung'[127]
- gajih → gagajih 'lemak'[127]
- jəŋkɔk → jəjəŋkɔk 'kursi kecil'[127]
- kərak → kəkərakʡ 'intip'[127]
- lamukʡ → lalamukʡ 'mega'[127]
- mutuʔ → mumutuʔ 'muntu'[127]
Variasi perulangan utuh dan perulangan suku kata awal
[sunting | sunting sumber]- ʔɤrihʔ ɤrihɤn → ʔɤɤrihɤn 'sejenis penyakit'[127]
- kamiʔ kamian → kakamian 'masing-masing'[127]
- mɛnɛrmɛnɛran → mɛmɛnɛran 'berkasih-kasihan'[127]
Perulangan utuh dan perubahan vokal
[sunting | sunting sumber]- ʔumah ʔumah 'berumah tangga'[127]
- sanakʡ sanakʡ 'saudara sepupu'[127]
- rawas rawas 'sayup-sayup, samar-samar'[127]
- tabaŋ tabaŋ 'samar-samar'[127]
- camatʡ cimutʡ 'makan tidak bernafsu'[127]
- kulaŋ kalɛŋ 'tangkai alat penangkap ikan'[127]
- putar patɛr 'tak terkelola'[127]
- sipah sipih 'jahil'[127]
- ʔugaʔ ʔagɛʔ 'bergegas'[127]
- umplaŋampleŋ 'luntang-lantung'[127]
- uŋkal ɛŋkɔl 'berbelit-belit'[128]
- ʔurayʔaruy 'ke sana ke mari bersama-sama'[128]
Tambah unsur an di akhir
[sunting | sunting sumber]Homonim
[sunting | sunting sumber]Di samping gejala sinonim, ditemukan pula gejala homonim atau kata yang sebentuk tetapi mempunyai makna yang berbeda.[128]
ʔirigʡ | 1. | 'tempat menjemur opak' | 2. | 'alat penangkap ikan' | ||
jahatʡ | 1. | 'boros' | 2. | 'jahat' | ||
badaratʡ | 1. | 'jalan kaki' | 2. | 'berburu babi' | ||
kaguguʔ | 1. | 'ingin tertawa' | 2. | 'terbawa' | ||
ŋalɔŋ | 1. | 'bergadang' | 2. | 'menatap lama misalnya dari jendela' | ||
kapiŋ | 1. | 'tanggal' | 2. | 'batas' | ||
mancuŋ | 1. | 'mancung' | 2. | 'seludang kelapa' | ||
ləpatʡ | 1. | 'lupa' | 2. | 'salah' | ||
ligar | 1. | 'mekar' | 2. | 'luruh' | ||
jarambah | 1. | 'senang bermain jauh' | 2. | 'tempat mencuci di atas kolam' | ||
gəbɔgʡ | 1. | 'pohon pisang' | 2. | 'sejenis bakul' | ||
ragabʡ | 1. | 'canggung' | 2. | 'senang' | ||
katikʡ | 1. | 'didik' | 2. | 'pakai' | ||
kəciŋ | 1. | 'penakut' | 2. | 'kecut' | 3. | 'malas' |
ɳeredʡ | 1. | 'menarik' | 2. | 'mendorong' | 3. | 'menggeser' |
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Bahasa Sunda Brebes
- Bahasa Sunda di Kabupaten Banyumas
- Bahasa Sunda Kuningan
- Bahasa Sunda Tasikmalaya
- Dialek bahasa Sunda
Rujukan
[sunting | sunting sumber]Keterangan
[sunting | sunting sumber]- ^ Didasarkan pada hitungan kasar jumlah penduduk di wilayah tersebut dan asumsi semua penduduk di wilayah tersebut menggunakan dialek ini.
- ^ Glottolog versi 4.8 menuliskan dialek Ciamis sebagai sebuah cabang dari bahasa Sunda Priangan.[9]
- ^ Kebenaran pendapat umum ini masih harus terus dibuktikan, antara lain dengan meneliti kekhasan kebahasaan di kabupaten-kabupaten dan daerah sekeliling Kabupaten Ciamis, dan kemudian membandingkannya dengan kekhasan kebahasaan di daerah Ciamis yang telah dikemukakan.
- ^ Contoh penggunaan unsur ini terdapat pada kata pakbeledug 'berbunyi beledug', bandingkan dengan bentuk bahasa Sunda baku ngabeledug.
- ^ Kata tangkar di daerah Pangadaran digunakan untuk menyatakan tulang sapi, sedangkan dalam bahasa Sunda Priangan, tangkar digunakan untuk menyatakan tulang hewan yang masih muda atau lunak, seperti tulang telinga dan tulang iga pada burung.
- ^ Unsur ka di sini bukan merupakan awalan karena ka berhadapan dengan kata benda. Dalam bahasa Sunda tidak ada ka awalan yang diikuti kata benda.
- ^ Kata saladah 'selada' dan aɛr 'air' diduga menjadi asal dari kata ini.
Sitiran
[sunting | sunting sumber]- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 32-33.
- ^ Wahyuni (2010), hlm. 72.
- ^ Hidayat (2014), hlm. 2.
- ^ Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis (2020).
- ^ Maarif (2021).
- ^ Kementerian Dalam Negeri (2020).
- ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011.
- ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022.
- ^ a b Hammarström, Forkel & Haspelmath (2022).
- ^ a b c Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 70.
- ^ a b Wagiati, Darmayanti & Zein (2021), hlm. 154.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 71.
- ^ a b c Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 18.
- ^ Wagiati, Darmayanti & Zein (2021), hlm. 153.
- ^ Wagiati, Darmayanti & Zein (2021), hlm. 151-152.
- ^ Nastiti & Djafar (2017), hlm. 102.
- ^ Nastiti & Djafar (2017), hlm. 104.
- ^ Nastiti & Djafar (2017), hlm. 108.
- ^ Nastiti & Djafar (2017), hlm. 107-111.
- ^ Nastiti & Djafar (2017), hlm. 106-107.
- ^ Nastiti & Djafar (2017), hlm. 113.
- ^ Nastiti & Djafar (2017), hlm. 113-114.
- ^ a b Nastiti & Djafar (2017), hlm. 115.
- ^ Wagiati, Darmayanti & Zein (2022), hlm. 271.
- ^ a b c d Wagiati, Darmayanti & Zein (2022), hlm. 275.
- ^ Wagiati, Darmayanti & Zein (2022), hlm. 276.
- ^ Wagiati, Darmayanti & Zein (2022), hlm. 276-277.
- ^ Wahya (2002), hlm. 5.
- ^ Dalby (1999), hlm. 261.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 13.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 11.
- ^ Wagiati, Darmayanti & Zein (2021), hlm. 160.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 12.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 13-14.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 14.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 15.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 16-17.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 17.
- ^ Rosidi (2011), hlm. 130.
- ^ a b Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 19.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 18-23.
- ^ a b c d e f g Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 20.
- ^ a b c d e f g Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 21.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 21-22.
- ^ a b c d e f Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 22.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 22-23.
- ^ a b c d e f Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 23.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 23-24.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 24.
- ^ Wahya (2018), hlm. 165.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 25-37.
- ^ Wahya (2018), hlm. 162.
- ^ Wahya (2018), hlm. 166.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 80.
- ^ a b Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 31.
- ^ a b Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 133.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 33.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 92.
- ^ a b Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 175.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 134.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 93.
- ^ a b Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 114.
- ^ a b Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 136.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 170.
- ^ a b Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 27.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 116.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 137.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 145.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 99.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 120.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 138.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 85.
- ^ a b Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 121.
- ^ Danadibrata (2006), hlm. 220.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 89.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 28.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 125.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 30.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 90.
- ^ a b Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 128.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 154.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 115.
- ^ a b Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 110.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 130.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 156.
- ^ Danadibrata (2006), hlm. 149.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 111.
- ^ a b Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 131.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 166.
- ^ Danadibrata (2006), hlm. 472.
- ^ a b Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 26.
- ^ Eriga (2016), hlm. 4-5.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 173.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 37.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 60-61.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 81.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 109.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 82.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 147.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 86.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 155.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 91.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 168.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 100.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 124.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 172.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 102.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 103.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 132.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 105.
- ^ Afsari & Muhtadin (2019), hlm. 13-16.
- ^ Afsari & Muhtadin (2019), hlm. 14.
- ^ Afsari & Muhtadin (2019), hlm. 15.
- ^ Afsari & Muhtadin (2019), hlm. 16.
- ^ Widyastuti (2017), hlm. 101-111.
- ^ Widyastuti (2017), hlm. 103.
- ^ a b Widyastuti (2017), hlm. 104.
- ^ a b c d e f Widyastuti (2017), hlm. 105.
- ^ a b c d Widyastuti (2017), hlm. 106.
- ^ Widyastuti (2017), hlm. 106-107.
- ^ Widyastuti (2017), hlm. 108.
- ^ Widyastuti (2017), hlm. 109-110.
- ^ Widyastuti (2017), hlm. 110.
- ^ Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 64-69.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 64.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 67.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 68.
- ^ a b c d e Prawiraatmaja et al. (1979), hlm. 69.
Bibliografi
[sunting | sunting sumber]- Afsari, A.S.; Muhtadin, T. (2019). "Variasi Bahasa Sunda di Daerah Pesisir Jabar Selatan". Pustaka: Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya. 19 (1): 13–16. doi:10.24843/PJIIB.2019.v19.i01.p03 . ISSN 2528-7516.
- Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis (2020). "Kabupaten Ciamis Dalam Angka 2020" (pdf). www.ciamiskab.bps.go.id. Diakses tanggal 10 November 2020.
- Dalby, D. (1999). The linguasphere register of the world's languages and speech communities. 1. Wales: Gwasg y Byd Iaith (Cymru). hlm. 225–300. ISBN 978-0-9532919-1-5. OCLC 44777487.
- Danadibrata, R.A. (2006). Kamus basa Sunda. Bandung: Diterbitkan atas kerjasama dengan Kiblat Buku Utama dan Universitas Padjadjaran. ISBN 979-3631-91-0. OCLC 607505727.
- Eriga, B. (2016). Efektivitas Komunikasi Interpersonal Menggunakan Dua Bahasa Yang Berbeda Di Desa Maruyungsari Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran (Tesis S-1). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto. http://repository.iainpurwokerto.ac.id/977/.
- Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2022). "Ciamis". Glottolog 4.7. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- Hidayat, E. (2014). Tindak Tutur Deklaratif Dalam Wacana Khotbah Jumat Bahasa Sunda Di Masjid Baiturrahman Desa Bener Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap (Tesis S-1). Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/31582/.
- Kementerian Dalam Negeri (2020). "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2020". www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 21 Agustus 2021.
- Maarif, S. (2021). "Angka Pertumbuhan Penduduk di Pangandaran Menurun pada 2020". timesindonesia.co.id. Diakses tanggal 26 Desember 2021.
- Nastiti, T.S.; Djafar, H. (2017). "Prasasti-Prasasti dari Masa Hindu-Buddha (Abad ke-12-16 Masehi) di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat". PURBAWIDYA: Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Arkeologi. 5 (2): 101–116. doi:10.24164/pw.v5i2.115. OCLC 7181522611.
- Prawiraatmaja, D.; Surimiharja, A.; Hidayat (1979). Geografi Dialek Bahasa Sunda di Kabupaten Ciamis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. OCLC 248296391.
- Rosidi, A. (2011). Badak Sunda dan Harimau Sunda Kegagalan Pelajaran Bahasa. Bandung: Dunia Pustaka Jaya. ISBN 9789794195727.
- Wagiati; Darmayanti, N.; Zein, D. (2021). "Dialektologi Perseptual Variasi Linguistik Bahasa Sunda Dialek Ciamis Provinsi Jawa Barat". Metalingua. 19 (1): 151–162. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-05. Diakses tanggal 2023-02-05.
- ———; Darmayanti, N.; Zein, D. (2022). "Sikap Berbahasa dan Peran Generasi Milenial terhadap Pemertahanan Bahasa Sunda di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat". METAHUMANIORA - Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya. 12 (3): 271–279. doi:10.24198/metahumaniora.v12i3.38650. ISSN 2085-4838.
- Wahya (2002). "Sekilas Tentang Unsur Relik dalam Bahasa Sunda" (PDF). Sastra. Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. 10 (1): 1–9.
- ——— (2018). "Model Penjelasan Lema Kosakata Dialek dalam Kamus Basa Sunda R. A. Danadibrata". Metahumaniora. 8 (2): 161–169. doi:10.24198/metahumaniora.v8i2 .
- Wahyuni, S. (2010). "Tarik-Menarik Bahasa Jawa Dialek Banyumas dan Bahasa Sunda di Perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat Bagian Selatan sebagai Sikap Pemertahanan Bahasa oleh Penutur". Seminar Nasional Pemertahanan Bahasa Nusantara: 70–77.
- Widyastuti, T. (2017). "Bahasa Sunda Dialek Pangandaran di Kecamatan Sidamulih (Kajian Fonologis)". Lokabasa: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra dan Budaya Daerah serta Pengajarannya. 8 (1): 101–111. doi:10.17509/jlb.v8i1.15971 .
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]Bahasa Sunda Ciamis
[sunting | sunting sumber]- Lema khas Ciamis dalam entri kamus bahasa Sunda karya R.A. Danadibrata di Google Books
- Ki Ganda dan Ki Sari Edisi Transliterasi Teks dan Terjemah, Wawacan berbahasa Sunda Ciamis
- Rangga Maléla Cerita berbahasa Sunda Ciamis karya Olla S. Sumarnaputra.
- Bajigur Kana Hénpon Kumpulan cerita berbahasa Sunda Ciamis yang dikompilasi oleh Wahyu Heriyadi
- Pepeling pak ustadz Cerita pendek berbahasa Sunda Ciamis dari seorang narablog (diarsipkan di sini)
- Nganjang ka Imah Haji Damiri Cerita pendek berbahasa Sunda Ciamis dari seorang narablog
- Ciamis Mah Gak Ada [Khas Ciamis Pisan], sebuah video YouTube yang menjabarkan beberapa leksikon khas bahasa Sunda Ciamis
Bahasa Sunda Umum
[sunting | sunting sumber]- Pedoman Ejaan Bahasa Sunda Yang Disempurnakan
- Kamus Sunda-Indonesia Repositori Kemdikbud
- Kamus Bahasa Sunda-Inggris oleh F.S. Eringa
- Konverter Aksara Latin-Aksara Sunda di kairaga.com
- Tabel Karakter Unicode Aksara Sunda di unicode-table.com