Lompat ke isi

Bumiayu, Brebes

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Bumiayu)
Bumiayu
Peta lokasi Kecamatan Bumiayu
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenBrebes
Kode Kemendagri33.29.03 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3329030 Edit nilai pada Wikidata
Peta
PetaKoordinat: 7°15′22″S 108°59′0″E / 7.25611°S 108.98333°E / -7.25611; 108.98333

Bumiayu (bahasa Jawa: ꦧꦸꦩꦶꦪꦪꦸ) merupakan sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan ini menjadi pusat aktivitas masyarakat di bagian selatan Kabupaten Brebes, mencakup wilayah Tonjong, Sirampog, Bantarkawung, Salem, dan Paguyangan. Dengan letaknya di dataran tinggi, Bumiayu memiliki keunggulan strategis karena dilalui oleh jalur transportasi utama Tegal-Purwokerto dan merupakan lintasan jalur kereta api Jakarta-Cirebon-Purwokerto-Yogyakarta-Surabaya. Stasiun Bumiayu, yang terletak di Desa Talok, menjadi satu-satunya stasiun kereta api di kecamatan ini, menyediakan layanan transportasi jarak jauh yang efisien.

Bumiayu juga dikenal memiliki Terminal Bus di utara perempatan Langkap yang selalu ramai dengan penumpang, khususnya pada sore hari. Fasilitas ini memberikan kemudahan akses transportasi bagi masyarakat setempat.

Pasar Wage, sebuah pasar yang buka setiap lima hari sesuai dengan hari pasaran Kalender Jawa, menjadi salah satu daya tarik utama di Bumiayu. Kota ini, yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai pedagang, memiliki kawasan perdagangan yang membentang dari Talok hingga Jatisawit. Beberapa pasar yang terkenal di kota ini meliputi Pasar Talok, Pasar Induk Bumiayu, Pasar PKL Kalierang, Pasar Wage, dan Pasar Jatisawit.

Untuk mengatasi masalah kemacetan di Bumiayu, Pemerintah Kabupaten Brebes mengambil langkah dengan membangun jalan lingkar. Jalan ini dibangun di sebelah timur wilayah perkotaan Bumiayu, membentang dari Talok hingga Pagojengan Kecamatan Paguyangan, melintasi di bawah jembatan kereta api Sakalimalas atau Sakalibel. Inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan kelancaran lalu lintas di kota tersebut, memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar.

Asal nama

[sunting | sunting sumber]

Legenda Asal-Usul Nama Bumiayu (Mataram, 1677)

[sunting | sunting sumber]

Menurut sejarah lokal, nama Bumiayu berasal dari peristiwa pada akhir abad ke-17 yang melibatkan pelarian keluarga kerajaan Mataram Islam. Dikisahkan bahwa Adipati Anom (kelak naik takhta sebagai Sunan Amangkurat II, raja Mataram ke-5) sempat singgah di kawasan yang kini bernama Bumiayu saat melarikan diri menuju Tegal sekitar tahun 1677​. Pada waktu itu, Adipati Anom terkesan melihat penduduk setempat – terutama para wanitanya – berparas “ayu” (cantik dalam bahasa Jawa). Konon sang pangeran spontan menyebut daerah tersebut sebagai “buminé wong ayu” yang berarti “negeri (tanah) orang-orang cantik”. Ungkapan inilah yang kemudian melekat dan berkembang menjadi nama Bumiayu. Sumber sejarah lokal ini diperkuat oleh narasi tradisional bahwa Adipati Anom lah yang memberikan nama Bumiayu karena terpesona akan keelokan alam dan penduduknya.

Versi Cerita Rakyat (Nyai Rantansari)

[sunting | sunting sumber]

Versi lain yang tercatat dalam folklor setempat menambahkan unsur legenda mistis. Dalam cerita rakyat Brebes selatan disebutkan bahwa ketika rombongan kerajaan Mataram singgah di wilayah ini, Sunan Amangkurat (versi cerita menyebut Amangkurat I) berjumpa dengan sosok perempuan jelita bernama Nyai Rantansari di dekat sebuah candi keramat​. Wanita misterius tersebut menghilang secara gaib, namun kecantikannya meninggalkan kesan mendalam. Konon karena terpesona oleh panorama alam yang indah beserta keberadaan wanita cantik tadi, sang Sunan menamai daerah itu Bumiayu. Cerita Nyai Rantansari ini bersifat legenda rakyat dan tercatat dalam antologi resmi folklore Brebes Selatan yang diterbitkan bekerja sama dengan Kemendikbud. Meskipun bernuansa mitos, inti kisahnya sejalan dengan versi sejarah bahwa nama Bumiayu dikaitkan dengan keelokan “ayu” yang ditemui penguasa Mataram di daerah tersebut.

Sumber Referensi Terpercaya

[sunting | sunting sumber]

Penjelasan asal-usul nama Bumiayu di atas didukung oleh sumber-sumber reputabel. Artikel profil sejarah Bumiayu di Solopos (Espos Regional) mengulas bahwa penamaan Bumiayu “disematkan oleh Adipati Anom (Amangkurat II)” saat pelarian ke Tegal, setelah melihat kawasan yang “dipenuhi wanita berparas ayu”​. Disebutkan pula bahwa “oleh karena itu, Adipati Anom menamakan kawasan tersebut sebagai Bumiayu”. Ini memberikan landasan semi-sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, mengingat konteksnya bersesuaian dengan peristiwa Perang Trunajaya 1674–1680 yang memaksa keluarga Mataram melintasi wilayah Brebes selatan. Selain itu, Antologi Cerita Rakyat Brebes Selatan (2018) terbitan Balai Bahasa Kemendikbud Jawa Tengah juga merekam versi tutur mengenai asal-usul Bumiayu, lengkap dengan tokoh lokal Nyai Rantansari dan peran Sunan Amangkurat dalam menamai wilayah tersebut. Kedua kategori sumber ini – baik catatan sejarah lokal yang diterbitkan media arus utama maupun dokumentasi folklor resmi – konvergen pada kesimpulan yang sama: nama Bumiayu lahir pada era Mataram akibat kekaguman tokoh kerajaan terhadap kecantikan “ayu” di bumi atau negeri tersebut. Informasi dengan referensi kuat ini dapat dijadikan rujukan valid untuk memperbarui bagian “Asal Nama” di Wikipedia, memastikan isinya akurat dan berbasis bukti sejarah maupun tradisi lisan yang terpercaya.

Desa/kelurahan

[sunting | sunting sumber]
  1. Adisana
  2. Bumiayu
  3. Dukuhturi
  4. Jatisawit
  5. Kalierang
  6. Kalilangkap
  7. Kalinusu
  8. Kalisumur
  9. Kaliwadas
  10. Langkap
  11. Laren
  12. Negaradaha
  13. Pamijen
  14. Panggarutan
  15. Pruwatan

Sebagian besar penduduk Jawa Tengah beragama Islam dan mayoritas tetap mempertahankan tradisi Kejawen yang dikenal dengan istilah abangan.[butuh rujukan] Agama lain yang dianut adalah Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, dan puluhan aliran kepercayaan[butuh rujukan].

Islam
  
95%
Katholik
  
3%
Kristen
  
1%
Budha
  
0%
Hindu
  
0%
Lainnya
  
1%

Pariwisata

[sunting | sunting sumber]

Pemekaran

[sunting | sunting sumber]
  1. Bumiayu
  2. Paguyangan
  3. Tonjong
  4. Sirampog
  5. Salem
  6. Bantarkawung

Bumiayu memiliki beragam makanan khas yang mirip dengan kuliner di wilayah Banyumas. Beberapa makanan khas yang dikenal di daerah ini meliputi:

Mendhoan

Makanan utama

[sunting | sunting sumber]
  • Mendhoan: Tempe yang diiris tipis, dilumuri tepung berbumbu, dan digoreng setengah matang.
  • Sogol: Olahan berbahan dasar singkong parut yang dikukus dan disajikan dengan parutan kelapa dan gula merah cair.
  • Kerupuk Rambak: Kerupuk yang dibuat dari kulit sapi atau kerbau yang dikeringkan, lalu digoreng hingga renyah.
  • Randem: Kudapan gorengan berbahan dasar singkong atau ubi yang dihaluskan dan diberi sedikit tepung sebelum digoreng.
  • Keong Kuah Pedas (Kraca): Masakan berbahan dasar keong sawah yang dimasak dengan kuah pedas berbumbu.
  • Bumbu Tahu: Masakan berbahan dasar tahu yang dimasak dengan kuah santan berbumbu khas.
  • Dage: Kudapan berbahan dasar ampas kacang yang difermentasi, dijamurkan, lalu digoreng dengan adonan tepung berbumbu.

Makanan tradisional lainnya

[sunting | sunting sumber]

Selain itu, Bumiayu juga memiliki berbagai makanan tradisional yang masih ditemukan di beberapa tempat, seperti: timus, utri, kamir, lopis, klepon, ketan pencok, dan opak petis.

Kereta api

[sunting | sunting sumber]
Stasiun Bumiayu

Stasiun Bumiayu (BMA) merupakan stasiun kereta api kelas II yang terletak di Dukuhturi, Bumiayu, Brebes. Stasiun yang berada pada ketinggian +236,45 m dpl ini terletak di Daerah Operasi V Purwokerto. Stasiun ini termasuk tipe sisi dan memiliki 3 jalur. Stasiun ini menjadi tempat naik turun penumpang kereta api di wilayah kecamatan ini.

Sekitar 1 km ke arah timur dari stasiun ini terdapat Jembatan Sakalimolas yang memiliki panjang 280 meter, jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Daop 5 Purwokerto.

Berikut ini adalah kereta api yang berhenti di Stasiun Bumiayu.

Tokoh dari Bumiayu

[sunting | sunting sumber]
  • Yahya Muhaimin, Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
  • Achmad Faris Sulchaq, Mantan Wakil Bupati Brebes
  • Tasdik Kinanto, Mantan Sekretaris Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
  • Suwarno Hadisusanto, Profesor Laboratorium Ekologi dan Konservasi Biologi UGM, Dekan Fakultas Biologi UGM (2012-2016)
  • Titiek Sandhora, Artis dan Penyanyi
  • Sigit Iko Sugondo, Ahli Pemberdayaan Masyarakat, Direktur Al Azhar Peduli Ummat
  • Arif Rahman Hakim, Sekretaris Jenderal Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia
  • Parto Patrio, Pelawak
  • Umi Hadiyanti, MC

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Bagi wilayah Kabupaten Brebes bagian selatan, Bumiayu merupakan pusat pendidikan.

Di tingkat SMA/SMK, terdapat:

  • SMAN 1 Bumiayu
  • SMA Bustanul Ulum NU Bumiayu
  • SMA Islam T. Huda
  • SMA Muhammadiyah Bumiayu
  • SMK Muhammadiyah Bumiayu
  • SMK Maarif NU 01 Bumiayu, Jalan Pintu Air Purbanala, Tegong, Jatisawit ( TKJ Teknik Komputer Jaringan dan TSM Teknik Sepeda Motor )
  • SMK Kerabat kita
  • SMA An-Nurriyah,SMAN 1 Paguyangan
  • SMA Negeri 1 Sirampog jalan raya Gunung Kembang telpon 0289 510 5000
  • SMK Semesta Bumiayu.
  • MAN 2 Brebes di Laren Bumiayu
  • SMP Muhammadiyah Bumiayu

Bumiayu juga menjadi tapak sejumlah pondok pesantren, di antaranya:

  • Pondok Pesantren Nurul Hikmah, Tegong, Jatisawit, Bumiayu
  • Pondok Pesantren Shofwatussu'ada di Krajan, Bumiayu
  • Pondok Pesantren JAMSU Izzul Islami di Karang Turi,Bumiayu
  • Pondok Pesantren Darunnajah Tegal Munding Pruwatan
  • Pondok Pesantren An-Nuriyah
  • Pondok Pesantren Matholi'ul Hikmah Penanjung Pruwatan

Perguruan Tinggi

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]