Lompat ke isi

Kereta api Sawunggalih

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kereta api Sawunggalih
Kereta api Sawunggalih melaju mengarah Kutoarjo dengan Lokomotif CC203 berskema white and blue
Informasi umum
Jenis layananKereta api antarkota
StatusBeroperasi
Daerah operasiDaerah Operasi V Purwokerto
Mulai beroperasi31 Mei 1977 (1977-05-31); 47 tahun, 176 hari
Operator saat iniKereta Api Indonesia
Lintas pelayanan
Stasiun awalKutoarjo
Stasiun akhirPasar Senen
Jarak tempuh447 km
Waktu tempuh rerata7 jam[1]
Frekuensi perjalananDua kali keberangkatan tiap hari
Jenis relRel berat
Pelayanan penumpang
KelasEksekutif dan Premium
Pengaturan tempat duduk
  • 50 tempat duduk disusun 2-2 (kelas eksekutif)
    kursi dapat direbahkan dan diputar
  • 80 tempat duduk disusun 2-2. Sebanyak 40 kursi ke arah depan dan 40 ke arah belakang (kelas ekonomi premium)
    kursi dapat direbahkan
Fasilitas restorasiAda
Fasilitas observasiKaca panorama dupleks, dengan tirai, lapisan laminasi isolator panas.
Fasilitas hiburanAda
Fasilitas lainLampu baca, toilet, alat pemadam api ringan, rem darurat, penyejuk udara, peredam suara.
Teknis sarana dan prasarana
Lebar sepur1.067 mm
Kecepatan operasional81.5-100 km/jam
Pemilik jalurDitjen KA, Kemenhub RI
Nomor pada jadwal147–150

Kereta api Sawunggalih (Sawunggalih Utama pada layar informasi rangkaian kereta) merupakan layanan kereta api penumpang kelas eksekutif dan ekonomi premium yang dioperasikan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero), melayani relasi KutoarjoPasar Senen melalui lintas selatan Jawa (via CirebonPurwokerto). Sawunggalih dikenal sebagai salah satu kereta dengan okupansi baik, karena menjadi andalan bagi masyarakat wilayah Jawa Tengah bagian barat dan selatan, hal tersebut membuat Sawunggalih menjadi salah satu kereta api tertua (mulai beroperasi) di Indonesia yang masih beroperasi hingga saat ini.

Asal usul nama

[sunting | sunting sumber]

Nama Sawunggalih berasal dari nama panglima pasukan dibawah Pangeran Diponegoro sekaligus tokoh agama dari Kadipaten Kaleng (Roma), sekarang Karanganyar, Kebumen, Jawa Tengah bernama Kyai Sawunggalih atau Tumenggung Kartawiyaga Sawunggalih pada masa Perang Diponegoro sekitar tahun 1825-1830.

Kereta api Sawunggalih diresmikan pada tanggal 31 Mei 1977 dan pertama kali berdinas menggunakan lokomotif BB201 08 sebagai lokomotif penarik dengan kelas campuran, yaitu kelas bisnis dan ekonomi. Barulah, tahun 1984 Sawunggalih menjadi kereta full kelas bisnis. Sedangkan, kereta full ekonomi dilayani Kutojaya Ekonomi. Sebenarnya cikal bakal Sawunggalih telah ada sejak tahun 1964 yaitu Fajar/Senja JKA400 yang melayani rute Jakarta Kota menuju Purwokerto, Kroya, Gombong hingga Karanganyar.[2]

Pada era 1990an, pemerintah sedang getol melakukan peningkatan kualitas pelayanan kereta api, khususnya kelas eksekutif dan bisnis. Pada 31 Mei 1996, diluncurkan Kereta Sawunggalih Plus relasi Gambir - Kutoarjo yang menyediakan 5 kereta kelas bisnis plus (K2 buatan 1991 dan 1996) ditambah dengan 4 kereta kelas eksekutif dan selalu ditarik oleh lokomotif dinas CC203. Uniknya, Sawunggalih Plus tidak berhenti di Stasiun Cirebon maupun Stasiun Cirebon Prujakan.

Kereta Sawunggalih Plus tidak bertahan lama, sebab akibat Krisis Moneter 1998 daya beli masyarakat turun yang mengakibatkan 1 rangkaian Sawunggalih, yaitu Sawunggalih Plus dihapus tahun 1999. Pada tahun 2001, perjalanan Sawunggalih kembali dilayani oleh 2 rangkaian. 1 rangkaian dengan 1-2 kereta eksekutif dan 7 kereta bisnis tetap bernama Sawunggalih Utama. Sementara, 1 rangkaian lagi full 8-9 kereta bisnis diberi nama Kutojaya Bisnis.

Tidak berselang lama, rangkaian full bisnis Kutojaya Bisnis dilebur menjadi Kereta Sawunggalih Utama full bisnis, dengan satu rangkaian lainnya tetap membawa kelas eksekutif. Pada tahun 2012 semua kereta bisnis milik Sawunggalih Utama ditambah pendingin ruangan (AC Split). Sawunggalih Utama menjadi kereta bisnis pertama yang ditambah AC bersama dengan kereta bisnis Argo Parahyangan, Gumarang dan Purwojaya.

Pada tahun 2018, semua rangkaian Sawunggalih Utama diganti menjadi rangkaian stainless steel buatan PT INKA tahun 2018 dengan formasi 2 Eksekutif Stainless Steel dan 6 Ekonomi Premium. Mulai 19 Juni 2022, Kereta Api Sawunggalih menambah pemberhentian di Stasiun Cikarang.

Stasiun pemberhentian

[sunting | sunting sumber]
Provinsi Kota/Kabupaten Stasiun Keterangan Status
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Pasar Senen
Stasiun ujung, terintegrasi dengan Commuter Line Cikarang dan layanan BRT Transjakarta
Jatinegara
Terintegrasi dengan Commuter Line Cikarang dan layanan BRT Transjakarta
Jawa Barat Kota Bekasi Bekasi
Terintegrasi dengan Commuter Line Cikarang
Bekasi Cikarang LW
Terintegrasi dengan Commuter Line Cikarang, Jatiluhur, dan Walahar
Indramayu Haurgeulis Hanya jadwal pagi
Terisi
Jatibarang
Kota Cirebon Cirebon Terletak di Jalan Lintas Utara Jawa
Cirebon Ciledug Hanya jadwal pagi
Jawa Tengah Tegal Prupuk
Brebes Bumiayu
Banyumas Purwokerto Terintegrasi dengan Teman Bus (Trans Banyumas) dan Trans Jateng
Sumpiuh
Cilacap Kroya
Kebumen Gombong
Karanganyar
Kebumen
Kutowinangun Kecuali jadwal pagi arah Kutoarjo dan jadwal malam arah Jakarta
Purworejo Kutoarjo P
Stasiun ujung, terintegrasi dengan Commuter Line Prambanan Ekspres

Legenda

Stasiun ujung (terminus)
Berhenti untuk semua arah
Berhenti hanya pada jadwal malam
Berhenti hanya mengarah ke Pasar Senen (satu arah)
Berhenti hanya mengarah ke Kutoarjo (satu arah)

Lihat Pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Grafik Perjalanan Kereta Api Pada Jaringan Jalur Kereta Api Nasional Di Jawa Tahun 2023" (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian. Diakses tanggal 12 Mei 2023. 
  2. ^ Roda Sayap (2019) BB201, Kesebelasan Diesel Elektrik Diarsipkan 2021-01-08 di Wayback Machine.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]