Lompat ke isi

Hubungan Indonesia dengan Qatar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hubungan Indonesia–Qatar
Peta memperlihatkan lokasiIndonesia and Qatar

Indonesia

Qatar

Hubungan Indonesia dengan Qatar secara resmi dibangun pada 1976. Kedua negara berpenduduk mayoritas Muslim, dengan Indonesia menjadi yang terbesar.[1] Indonesia memiliki kedutaan besar di Doha, sedangkan Qatar memiliki kedutaan besar di Jakarta. Kedua negara merupakan anggota Organisasi Kerja Sama Islam.

Indonesia dan Qatar sama-sama telah menandatangani sejumlah nota kesepahaman di bidang seperti transportasi udara, pariwisata, dan kerjasama agrikultural.[2]

Kunjungan tingkat tinggi

[sunting | sunting sumber]

Karena minyak dan sumber daya alam gasnya, Qatar termasuk salah satu negara paling kaya di dunia. Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, mengadakan kunjungan kenegaraan pada 2006 ke Doha, demi menarik para pengusaha Qatar berinvestasi ke Indonesia, sedangkan emir Qatar, Sheikh Hamad bin Khalifa Al-Thani, mengunjungi Jakarta pada 2009.[1] Sepanjang Bali Democracy Forum IV pada Desember 2011, Perdana Menteri Qatar Sheikh Hamad bin Jassim bin Jaber Al Thani bertemu dengan Presiden Yudhoyono sekali lagi.[2]

Perdagangan dan investasi

[sunting | sunting sumber]

Jumlah volume dagang bilateral pada 2011 mencapai US$683,6 juta, yang merupakan peningkatan sebesar 5,2% dibandingkan pada tahun 2010. Neraca dagang cenderung ke Qatar bahwa sepanjang tahun-tahun lalu telah 'memesan' kelebihan dagang atas Indonesia. Hal ini terjadi karena dua sebab utama; yang pertama, populasi dan demografik Qatar terlalu kecil untuk menghasilkan permintaan produk Indonesia, sedangkan untuk yang kedua itu kelihatannya kebutuhan Indonesia tentang minyak akan meningkat terus, membuat impor pihak kedua hampir secara utuh terkait dengan minyak. Ekspor Indonesia ke Qatar meliputi furnitur, perlengkapan kantor, kertas, peralatan listrik, dan perabotan rumah tangga.[2]

Indonesia berada di antara tujuan investasi Qatar. Pada Mei 2010, Qatar Holdings, suatu badan investasi Otoritas Investasi Qatar (QIA), membuat sekumpulan dana Indonesia senilai $1 miliar. Sebuah perusahaan Qatar "Qtel" saat ini memiliki 65% saham di perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Indonesia, PT Indosat, senilai lebih dari US$3 miliar.[1] Sejumlah perusahaan Indonesia juga sudah berinvestasi di Qatar, hampir dari kesemuanya terkait dengan minyak, melibatkan perusahaan minyak negara Indonesia PT Pertamina yang beroperasi di blok perminyakan dan gas Sektor-3 Qatar.[1]

Pekerja migran

[sunting | sunting sumber]

Saat ini, ada sekitar 40 ribu orang Indonesia bekerja di Qatar. Beberapa bekerja di sektor perminyakan, sementara yang lain sebagai pembantu rumah tangga. Qatar mencari pekerja yang mumpuni dan terlatih dari Indonesia, terutama pekerja minyak dan pengasuh anak. Berdasarkan Kementerian Ketenagakerjaan Indonesia di awal 2014, Qatar telah mengumumkan suatu permintaan untuk pekerja Indonesia yang mampu demi mengisi ribuan pekerjaan yang ada di sana. Diantaranya ialah lowongan dalam bidang industri perminyakan dan gas, hotel dan rumah sakit, teknologi informasi, sektor konstruksi, dan sebagai perawat.[3]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d Veeramalla Anjaiah (December 21, 2010). "Qatar wants to invest more in rising Indonesia: Envoy". The Jakarta Post. Diakses tanggal May 19, 2014. 
  2. ^ a b c KBRI Doha (April 22, 2012). "Meningkatkan Totalitas Diplomasi RI - Qatar" (dalam bahasa Indonesian). Tabloid Diplomasi. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-06-29. Diakses tanggal May 19, 2014. 
  3. ^ Arie Novarina (February 4, 2014). "Menakertrans: Qatar sediakan ribuan lowongan TKI" (dalam bahasa Indonesian). Antara News. Diakses tanggal May 19, 2014. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]