Jembatan Kewek
Jembatan Kewek | |
---|---|
Koordinat | 7°47′26″S 110°22′07″E / 7.7906670°S 110.3686830°E |
Moda transportasi | Lalu lintas, pejalan kaki, kereta api |
Melintasi | Sungai Code |
Lokal | Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta |
Nama lain | Jembatan Kleringan Jembatan Amarta Kerk Weg |
Karakteristik | |
Panjang total | 17,80m |
Lebar | 11,90m |
Sejarah | |
Dibuka | 1924 |
Lokasi | |
Koordinat: 7°47′18″S 110°22′14″E / 7.78833°S 110.37056°E |
Jembatan Kleringan | |
---|---|
Kategori bangunan hikmat: Jembatan | |
Letak | |
Provinsi | Daerah Istimewa Yogyakarta |
Posisi | Di atas Sungai Code |
Sejarah | |
Tahun dibuka | 1872 |
Informasi bangunan | |
Operator | Daerah Operasi VI Yogyakarta |
Panjang Jembatan | 72 m |
Layanan | Argo Lawu, Argo Dwipangga, Argo Wilis, Argo Semeru, Gajayana, Bima, Turangga, Sancaka, Lodaya, Fajar Utama Solo, Senja Utama Solo, Bangunkarta, Gaya Baru Malam Selatan, Kertanegara, Ranggajati, Logawa, Malioboro Ekspres, Mutiara Selatan, Malabar, Manahan, Joglosemarkerto, Bogowonto, Gajahwong, Mutiara Timur, Singasari, Mataram, Wijayakusuma, Jayakarta, Jaka Tingkir, Progo, Bengawan, Pasundan, Kahuripan, KRL Yogyakarta-Solo Balapan, Angkutan Semen, Angkutan BBM, Angkutan Logistik ONS. |
Jembatan Kewek (bahasa Jawa: ꧋ꦏꦿꦺꦠꦺꦒ꧀ꦏꦺꦮꦺꦏ꧀, translit. Krétèg Kéwèk, dikenal pula dengan Jembatan Kleringan) adalah salah satu jembatan di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jembatan ini melintasi Sungai Code diatasnya, serta menjadi batas antara kemantren Jetis, kemantren Gondokusuman dan kemantren Danurejan.
Etimologi
[sunting | sunting sumber]Nama "Kewek" sebenarnya berasal dari Bahasa Belanda, Kerk Weg yang berarti "jalan menuju ke gereja" (dalam hal ini adalah Gereja Santo Antonius, Kotabaru). Namun karena lidah masyarakat yang sulit mengucapkan bahasa Belanda, maka disebut "Kewek".[1]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Keberadaan jembatan ini tidak lepas dari dibangunnya kawasan Kotabaru pada tahun 1920-an. Pemerintah Belanda membangun akses jalan menyeberangi sungai Code dari arah Kotabaru menuju Malioboro, dikarenakan saat itu jembatan Gondolayu menjadi satu-satunya akses menuju Malioboro, dan memiliki rute yang lebih jauh.[1]
Jauh sebelum jembatan Kewek berdiri, telah ada jembatan kereta api yang dibangun oleh Staatsspoorwegen (SS) dan Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) pada tahun 1872, yang disebut pula dengan jembatan Kleringan. Pembangunan jalan tersebut dibuat melintasi bawah jembatan kereta api yang telah dibangun tersebut dengan struktur viaduk, kemudian berbelok ke barat hingga sampai di Malioboro. Pembuatan viaduk bertujuan agar tidak terjadi penumpukan kendaraan akibat perlintasan kereta api, mengingat kawasan Kotabaru dan sekitarnya sudah cukup padat saat itu.[1]
Setelah kemerdekaan, nama jalan Kerk Weg diubah menjadi jalan Abu Bakar Ali, namun sebutan "kewek" untuk jembatan ini masih melekat di masyarakat hingga masa kini.
Pada awal dekade 2000-an, pemerintah Kota Yogyakarta membuat jalur baru di sisi barat jembatan kewek guna memecah kepadatan lalu lintas dari arah Malioboro menuju Kotabaru. Arus lalu lintas pun dibuat menjadi dua arah. Kemudian pada 2011, dibangun kembali jembatan baru di sisi utara, yang juga bertujuan untuk memecah kepadatan lalu lintas. Pembangunan jembatan baru tersebut selesai pada tahun baru 2012, dan diresmikan oleh Sultan Hamengkubuwana X pada tanggal 3 Januari 2012 dengan nama "Jembatan Amarta".[2]
Deskripsi
[sunting | sunting sumber]Jembatan Kewek memiliki konstruksi gelagar, dengan panjang 17.80 m dan lebar 11.90. Jembatan ini membelah tiga kemantren di kota Yogyakarta.[3]
Jembatan kereta api
[sunting | sunting sumber]Dengan panjang 72 meter, jembatan ini merupakan bagian dari jalur kereta api Kutoarjo–Purwosari–Solo Balapan yang terletak pada petak Stasiun Yogyakarta–Stasiun Lempuyangan.
Saat ini, yang tersisa hanyalah jembatan milik NIS, sedangkan jembatan milik SS telah dibongkar ketika pendudukan Jepang di Indonesia dan hanya menyisakan tiang di sisi timur saja. Jembatan milik NIS telah beberapa kali mengalami renovasi dan perawatan, pekerjaan total terakhir pada 2011 ketika penyelesaian jalur ganda lintas Yogyakarta–Solo Balapan.[4]
Jalur rel yang melintasi jembatan Kleringan juga telah dielektrifikasi pada tahun 2020, sebagai sarana pendukung kereta rel listrik Lin Yogyakarta.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c "Punya Nama Unik, Ini Asal Muasal Jembatan Kretek Kewek di Malioboro Yogyakarta" – via pikiran-rakyat.com.
- ^ "Jembatan Kleringan Diresmikan Sri Sultan" – via jogjakota.go.id.
- ^ "Jembatan Kewek" – via datajembatan.com.
- ^ "Jembatan Kewek" – via jogjakota.go.id.