Lompat ke isi

Kemunculan Bersebab

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kemunculan Bersebab atau Dependensi Kemunculan (Pali: paṭiccasamuppāda; Sanskerta: pratītyasamutpāda) merupakan salah satu hukum terpenting dalam Buddhisme.

Ajaran ini menyatakan adanya sebab-musabab yang terjadi dalam kehidupan semua mahluk, khususnya manusia. Dengan menganalisis dan merenungkan Paticca Samuppada inilah, Siddhartha Gautama (yang pada saat itu masih menjadi Petapa) akhirnya mencapai Penerangan Sempurna menjadi Buddha.[1]

Ia yang melihat Paticcasamuppada, juga melihat Dhamma. Ia yang melihat Dhamma, juga melihat Paticcasamuppada.

Yo paticcasamuppadam passati, so Dhammam passati. Yo Dhammam passati, so paticcasamuppadam pasati.
— Maha-hatthipadopama Sutta: Majjhima Nikaya 28

Pengertian dasar

[sunting | sunting sumber]

Pemahaman akan Paticcasamuppada yang sederhana adalah:

Dengan adanya ini, maka terjadilah itu.
Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu.
Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu.
Dengan terhentinya ini, maka terhentilah itu.

Imasmiṃ sati, idaṃ hoti.
Imass’ uppādā, idaṃ uppajjati.
Imasmiṃ asati, idaṃ na hoti.
Imassa nirodhā, idhaṃ nirujjhati.
— Assutava Sutta: Uninstructed (SN 12.61)[2]

Penerapan

[sunting | sunting sumber]

Penerapan akan Paticcasamuppada terdiri dari dua bagian, satu bagian mengenai pengertian akan Dukkha, dan bagian lain mengenai kelahiran kembali.

Pengertian akan Dukkha

[sunting | sunting sumber]

Pengertian paticcasamuppada mengenai penderitaan Dukkha dikenal dengan sebutan Empat Kesunyataan Mulia:

  1. Dukkha: Pengertian akan penderitaan (Dukkha).
  2. Samudaya: Asal-muasal penderitaan (Dukkha).
  3. Nirodha: Lenyapnya penderitaan (Dukkha).
  4. Magga: Jalan menuju lenyapnya penderitaan (Dukkha) atau yang disebut dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan.

Dua belas Nidana

[sunting | sunting sumber]

12 (dua belas) Sebab-musabab (Nidana) yang ada dalam setiap mahluk, khususnya manusia dapat dikategorikan sebagai berikut:

..... Demikianlah penyebab dari seluruh kesusahan dan penderitaan.

— Paticca-samuppada-vibhanga Sutta; Samyutta Nikaya 12.2 (S 2.1)

Referensi

[sunting | sunting sumber]