Lompat ke isi

Satryo Brodjonegoro

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Satryo Soemantri Brodjonegoro
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Indonesia ke-6
Mulai menjabat
21 Oktober 2024
PresidenPrabowo Subianto
WakilFauzan
Stella Christie
Sebelum
Pendahulu
Mashuri Saleh (1966)
Nadiem Makarim (2024)
Pengganti
Petahana
Sebelum
Direktur Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi[2]
Masa jabatan
April 1999[1] – 9 November 2006[1][3]
Informasi pribadi
Lahir5 Januari 1956 (umur 68)
Delft, Belanda
Orang tua
KerabatBambang Brodjonegoro (adik)
Penghargaan sipil
  • Medali Ganesha Bakti Cendekia Utama (Maret 2010)
  • The Order of the Rising Sun, Gold Rays with Neck Ribbon (3 November 2016)
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Satryo Soemantri Brodjonegoro (lahir 5 Januari 1956) adalah Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi dalam Kabinet Merah Putih yang dibentuk pada 20 Oktober 2024.[4] Sebelum menjabat sebagai menteri, Ia dikenal sebagai salah satu dosen di Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung.[5][6]

Setelah meraih gelar Ph.D. di bidang teknik mesin dari University of California, Berkeley, USA tahun 1985, ia bergabung di ITB. Sebagai ilmuwan, tulisan ilmiahnya mencapai lebih dari 99 publikasi.

Pengalamannya di bidang pendidikan tinggi antara lain dalam hal reformasi dan pembaharuan untuk peningkatan mutu agar mampu berdaya saing. Pada tahun 1992, ia dipilih sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin ITB saat mengawali implementasi dari proses self evaluation pada jurusan tersebut. Belakangan, proses ini diadopsi oleh ITB dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Di bawah kepemimpinannya, pembaharuan pendidikan tinggi Indonesia dimulai pada Desember 2000 saat institusi pendidikan tinggi yang besar diubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN).

Sebagai Direktur Jendral Pendidikan Tinggi atau yang disebut pula Dirjen Dikti, Ia menghadapi banyak dilema di dunia pendidikan Indonesia. Salah satu ujian terberat yang dihadapi Satryo Soemantri Brodjonegoro adalah tingkat kualitas lulusan perguruan tinggi di dalam dunia kerja yang dinilai kurang kompeten. Hal ini diperburuk oleh kenyataan bahwa banyak putra putri Indonesia yang bersekolah di luar negeri dan bahkan mengabdikan dirinya di luar negeri pula. Keadaan ini membuat kualitas sumber daya manusia di mata internasional juga tidak begitu baik. Banyak negara di luar sana yang menilai bahwa Indonesia mempunyai kualitas tenaga kerja di bawah rata-rata. Bahkan generasi muda Indonesia memandang sebelah mata. Mereka lebih memilih bekerja untuk negara lain karena mereka menilai bahwa negara lain lebih menghargai kemampuan mereka dengan harga yang lebih tinggi.

Di sisi lain dari masalah yang muncul dalam masa jabatannya sebagai Direktur Jendral Pendidikan Tinggi, Ia tidak berhenti berkarya. Beliau bergabung dengan tim Japan International Cooperation Agency (JICA) dalam perencanaan gedung fakultas teknik Universitas Hasanudin di Gowa.

Saat ini Satryo aktif sebagai dosen tamu di bidang teknik mesin di Toyohashi University of Technology, Jepang dan ITB.

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]
  • Medali Ganesha Bakti Cendekia Utama dari ITB (Maret 2010)
  • Bintang tanda jasa The Order of the Rising Sun, Gold Rays with Neck Ribbon dari Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia (3 November 2016)

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Pranala Luar

[sunting | sunting sumber]
Jabatan politik
Didahului oleh:
Mashuri Saleh
sebagai Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (1966)
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Indonesia
Jabatan diadakan kembali pada 2024 dengan nama Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

2024–sekarang
Petahana