Lompat ke isi

Kepulauan Riau

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Kepri)
Kepulauan Riau
Transkripsi bahasa Melayu
Dari atas ke bawah, kiri ke kanan; Jembatan Barelang, Pantai Trikora Bintan, Silat pengantin Lingga, Terminal Ferry Sekupang, Bandara Hang Nadim, dan Nongsa
Bendera Kepulauan Riau
Motto: 
Berpancang amanah, bersauh marwah
(Melayu) Menjaga dan mempertahankan adat istiadat berlandaskan syara' guna menata masa depan yang lebih baik menuju cita-cita luhur untuk mencerdaskan dan menyejahterakan masyarakat
Peta
Peta
Negara Indonesia
Dasar hukum pendirianUU No. 25 Tahun 2002
Hari jadi24 September 2002; 22 tahun lalu (2002-09-24)
Ibu kotaKota Tanjungpinang
Kota besar lainnyaKota Batam
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kabupaten: 5
  • Kota: 2
  • Kecamatan: 52
  • Kelurahan: 299
  • Desa: 176
Pemerintahan
 • GubernurAnsar Ahmad
 • Wakil GubernurMarlin Agustina
 • Sekretaris DaerahAdi Prihantara[1]
 • Ketua DPRDJumaga Nadeak
Luas
 • Total8.201,72 km2 (3,166,70 sq mi)
Populasi
 (30 Juni 2024)[2]
 • Total2.220.043
 • Kepadatan270/km2 (700/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 78,42% Islam
  • 6,71% Buddha
  • 0,15% Konghucu
  • 0,04% Hindu
  • 0,02% Kepercayaan [2]
 • Bahasa
 • IPMKenaikan 79,08 (2023)
tinggi[3]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
Kode area telepon
Daftar
  • +62 770 — Batam Industrial Zone (Mukakuning)
  • +62 771 — Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan
  • +62 772 — Tarempa (Kabupaten Kepulauan Anambas)
  • +62 773 — Ranai (Kabupaten Natuna)
  • +62 776 — Dabosingkep (Kabupaten Lingga)
  • +62 777 — Tanjung Balai Karimun (Kabupaten Karimun)
  • +62 778 — Kota Batam
  • +62 779 — Tanjungbatu (Kabupaten Karimun)
Kode ISO 3166ID - KR
Pelat kendaraanBP
Kode Kemendagri21 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS21 Edit nilai pada Wikidata
DAURp 1.206.473.650.000,00 (2020)[4]
Lagu daerah
  • "Hang Tuah"
  • "Pulau Bintan"
Rumah adatBelah Bubung
Senjata tradisional
Flora resmiSirih
Fauna resmiKakap merah darah
Situs webwww.kepriprov.go.id

Kepulauan Riau adalah sebuah wilayah provinsi yang terletak di Indonesia. Provinsi ini beribu kota di Kota Tanjungpinang. Provinsi ini berbatasan langsung dengan Vietnam, Kamboja, dan Laut Tiongkok Selatan di sebelah utara Laut Natuna Utara; provinsi Kalimantan Barat dan Sarawak (Malaysia) di sebelah timur; provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Jambi di selatan; negara Singapura, tiga negara bagian Malaysia Barat (Terengganu, Pahang, dan Johor) dan provinsi Riau di sebelah barat.

Provinsi ini termasuk provinsi berbentuk kepulauan di Indonesia. Tahun 2020, penduduk Kepulauan Riau berjumlah 2.064.564 jiwa, dengan kepadatan 252 jiwa/km2, dan 58% penduduknya berada di Kota Batam.[5] Dan pada pertengahan tahun 2024, penduduk Kepulauan Riau sebanyak 2.220.043 jiwa.[2]

Secara keseluruhan wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 5 kabupaten, dan 2 kota, 52 kecamatan serta 299 kelurahan/desa dengan jumlah 2.408 pulau besar, dan kecil yang 30% belum bernama, dan berpenduduk. Adapun luas wilayahnya sebesar 8.201,72 km², sekitar 96% merupakan lautan, dan hanya sekitar 4% daratan.[6]

Ada tiga kemungkinan asal kata riau yang menjadi nama provinsi ini. Pertama, dari kata Portugis, rio berarti sungai.[7][8] Pada tahun 1514, terdapat sebuah ekspedisi militer Portugis yang menelusuri Sungai Siak, dengan tujuan mencari lokasi sebuah kerajaan yang diyakini mereka ada pada kawasan tersebut, dan sekaligus mengejar pengikut Sultan Mahmud Syah yang melarikan diri setelah kejatuhan Kesultanan Malaka.[9]

Versi kedua menyebutkan bahwa riau berasal dari kata riahi yang berarti air laut. Kata ini diduga berasal dari tokoh Sinbad al-Bahar dalam kitab Seribu Satu Malam,[8] dan versi ketiga menyebutkan bahwa kata ini berasal dari penuturan masyarakat setempat, diangkat dari kata rioh atau riuh, yang berarti ramai, hiruk pikuk orang bekerja.[10]

Asal usul nama Riau juga menuai polemik di antara budayawan Riau dan Kepulauan Riau. Kedua kubu ini menilai bahwa nama Riau berasal dari provinsinya masing-masing dengan versi sejarah yang berbeda.

Masa Kesultanan Melayu

[sunting | sunting sumber]

Masa Islam di Kepulauan Riau berkembang dengan berdirinya Kesultanan Johor, Sejarah Johor dimulai pada masa pemerintahan Kesultanan Malaka. Sebelumnya daerah Johor Dan Riau merupakan bagian dari Kesultanan Malaka, kemudian Malaka jatuh akibat penaklukan Portugis pada tahun 1511. Berdasarkan Sulalatus Salatin,[11] setelah wafatnya Sultan Malaka, Mahmud Syah tahun 1528 di Kampar, Sultan Alauddin Syah, salah seorang putra raja Malaka, menjadikan Johor sebagai pusat pemerintahannya dan kemudian dikenal sebagai Kesultanan Johor

Sebagai pewaris Malaka, Sultan Johor mewarisi wilayah Johor, Pahang, Selangor, Riau sebagai wilayah kedaulatannya. Pengaruh perjanjian London tahun 1824 bekas wilayah Kesultanan Johor dibagi dua atas wilayah jajahan Inggris dan Belanda. Bagian Belanda menjadi Kesultanan Riau Lingga Setelah kemerdekaan Indonesia dan Malaysia, Johor kemudian menjadi salah satu negara bagian Malaysia pada tahun 1963. Dan Kepulauan Riau menjadi Provinsi Riau digabung dengan Wilayah Bekas Kesultanan Siak Sri inderapura.[12]

Masa Kesultanan Riau-Lingga

[sunting | sunting sumber]

Kesultanan Riau-Lingga[13] adalah salah satu kerajaan Islam yang didirikan di Pulau Lingga. Kesultanan ini dibentuk pada tahun 1824 dari pecahan wilayah Kesultanan Johor atas perjanjian yang disetujui oleh Britania Raya dan Hindia Belanda atau Dikenal Juga Traktat London, Pendirinya adalah Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah. Wilayah Kesultanan Riau-Lingga mencakup provinsi Kepulauan Riau. Pusat pemerintahan Kesultanan Riau-Lingga awalnya berada di Pulau Penyengat Tanjung Pinang, tetapi kemudian dipindahkan ke Pulau Lingga. Kesultanan Riau-Lingga berakhir pada tanggal 3 Februari 1911[14] dan menjadi kekuasaan sepenuhnya Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Kesultanan ini berperan dalam pengembangan Bahasa Melayu Riau

sebagai bahasa standar yang kemudian ditetapkan sebagai Bahasa Indonesia.[15]

Masa Kolonial Hindia Belanda

[sunting | sunting sumber]

Masa Kolonial sangat berpengaruh dalam sejarah Kepulauan Riau. Julukan Hawaii Van Lingga yang diberikan kepada pulau Penuba, penggunaan uang tersendiri bagi Kepulauan Riau, dan terbentuknya Karesidenan Riouw menjadi bukti pengaruh kuat para kolonial di Kepulauan Riau. Pada tahun 1922, Afdeeling Tanjung Pinang membawahi empat onder-afdeeling yang terdiri dari

  1. Onder-Afdeeling Tanjung Pinang,
  2. Onder-Afdeeling Karimun,
  3. Onder-Afdeeling Lingga, dan
  4. Onder-Afdeeling Pulau Tujuh yang dibagi ke dalam dua ressort, yakni ressort Kepulauan Anambas dan ressort Kepulauan Natuna.

Adapun Afdeeling Indragiri yang terdiri dari Kuantan, Indragirische Bovenlanden dan Indragirische Benedenlanden, yang pada awal mulanya merupakan satu kesatuan dengan Kepulauan Riau, pada akhirnya, sesudah tahun 1950-an,dimasukkan ke dalam Riau.

Masa Kemerdekaan

[sunting | sunting sumber]

Setelah masa kemerdekaan, Kepulauan Riau bergabung dengan wilayah Kesultanan Siak di daratan Sumatra sehingga membentuk provinsi Riau. Dahulunya, Kepulauan Riau juga menggunakan mata uang tersendiri bernama Uang Kepulauan Riau (KR). Namun secara perlahan, penggunaan mata uang ini dihentikan dan digantikan dengan mata uang Rupiah.

Setelah lama bergabung dengan Riau, Kepulauan Riau akhirnya memutuskan untuk memisahkan diri dengan membentuk Badan Perjuangan Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (BP3KR). Perjuangan BP3KR akhirnya membuahkan hasil dengan pemekaran provinsi Kepulauan Riau dari Riau pada tanggal 24 September 2002.

Sejarah setelah pembentukan provinsi

[sunting | sunting sumber]

Kepulauan Riau merupakan provinsi baru hasil pemekaran dari Provinsi Riau.[16] Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2002 merupakan provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kabupaten Lingga.

Batas wilayah

[sunting | sunting sumber]
Peta Administrasi Provinsi Kepulauan Riau

Provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan Laut Tiongkok Selatan di sebelah utara. Di sebelah timur, Provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat dan Malaysia. Provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan di sebelah selatan. Sedangkan di sebelah barat, Provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan Provinsi Riau, Malaysia dan Singapura.[17]

Secara geografis provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan negara tetangga, yaitu Singapura, Malaysia, dan Vietnam yang memiliki luas wilayah 251.810,71 km² dengan 96 persennya adalah perairan dengan 1.350 pulau besar, dan kecil telah menunjukkan kemajuan dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.[butuh rujukan] Ibu kota Provinsi Kepulauan Riau berkedudukan di Kota Tanjungpinang.[18] Provinsi ini terletak pada jalur lalu lintas transportasi laut, dan transportasi udara yang strategis, dan terpadat pada tingkat internasional serta pada bibir pasar dunia yang memiliki peluang pasar. Titik tertinggi di Kepulauan Riau adalah Gunung Daik (1.165 mdpl) yang terdapat di pulau Lingga.

Sumber daya alam

[sunting | sunting sumber]

Provinsi Kepulauan Riau memiliki potensi sumber daya alam mineral, dan energi yang relatif cukup besar, dan bervariasi baik berupa bahan galian A (strategis) seperti minyak bumi, dan gas alam, bahan galian B (vital) seperti timah, bauksit, dan pasir besi, maupun bahan galian golongan C seperti granit, pasir, dan kuarsa.

Pemerintahan

[sunting | sunting sumber]

Gubernur bertanggungjawab atas wilayah provinsi Kepulauan Riau. Saat ini, gubernur atau kepala daerah yang menjabat di provinsi Kepulauan Riau ialah Ansar Ahmad, dengan wakil gubernur Marlin Agustina. Mereka menang pada Pemilihan umum Gubernur Kepulauan Riau 2020. Ansar merupakan gubernur Kepulauan Riau ke-5, sejak provinsi ini dibentuk. Ansar dan Marlin dilantik oleh presiden Republik Indonesia, Joko Widodo di Istana Negara Jakarta pada 25 Februari 2021, untuk masa jabatan 2021-2024.[19]

No. Foto Gubernur Mulai Jabatan Akhir Jabatan Periode Ket. Foto Wakil Gubernur
5 Ansar Ahmad 25 Februari 2021 Petahana 4
2020
[20] Marlin Agustina

Perwakilan

[sunting | sunting sumber]
Gedung Daerah Provinsi Kepri di Kota Tanjungpinang.

DPRD Kepulauan Riau beranggotakan 45 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Kepulauan Riau terdiri dari 1 Ketua dan 3 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Kepulauan Riau yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 9 September 2019 oleh Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Pekanbaru, Moch. Eka Kartika, di Ruang Sidang Utama Gedung DPRD Provinsi Kepulauan Riau.[21][22][23] Komposisi anggota DPRD Kepulauan Riau periode 2019-2024 terdiri dari 10 partai politik dimana PDI Perjuangan dan Partai Golkar adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu masing-masing 8 kursi, kemudian disusul oleh Partai Keadilan Sejahtera dan Partai NasDem yang masing-masing meraih 6 kursi.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019 2019-2024 2024-2029
PKB 3 Steady 3 Penurunan 2
Gerindra 3 Kenaikan 4 Kenaikan 9
PDI-P 9 Penurunan 8 Penurunan 4
Golkar 8 Steady 8 Kenaikan 9
NasDem 2 Kenaikan 6 Kenaikan 7
PKS 4 Kenaikan 6 Steady 6
PPP 2 Penurunan 1 Penurunan 0
PAN 2 Steady 2 Steady 2
Hanura 5 Penurunan 3 Penurunan 1
Demokrat 7 Penurunan 4 Penurunan 3
Perindo (baru) 1
PSI (baru) 1
Jumlah Anggota 45 Steady 45 Steady 45
Jumlah Partai 10 Steady 10 Steady 10

Kabupaten dan kota

[sunting | sunting sumber]

Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu provinsi di Pulau Sumatra. Provinsi Kepulauan Riau terdiri atas 5 Kabupaten dan 2 kota. Berikut adalah daftar Kabupaten dan Kota di Provinsi Kepulauan Riau.

No. Kabupaten/kota Ibu kota Bupati/wali kota Luas wilayah (km2)[24] Jumlah Penduduk (2022)[24] Kecamatan Kelurahan/desa Lambang
Peta lokasi
1 Kabupaten Bintan Bandar Seri Bentan Roby Kurniawan 1.317,15 169.447 10 15/36
2 Kabupaten Karimun Tanjung Balai Karimun Aunur Rafiq 930,45 262.075 14 29/42
3 Kabupaten Kepulauan Anambas Tarempa Abdul Haris 627,03 48.084 9 2/52
4 Kabupaten Lingga Daik M. Nizar 2.210,82 102.150 13 9/75
5 Kabupaten Natuna Ranai Wan Siswandi 1.999,16 82.824 17 7/70
6 Kota Batam - Muhammad Rudi 1.034,73 1.207.082 12 64/-
7 Kota Tanjungpinang - Andri Rizal (Pj.) 150,37 229.553 4 18/-


Demografi

[sunting | sunting sumber]

Suku bangsa

[sunting | sunting sumber]

Suku bangsa asli/lokal yang terdapat di provinsi Kepulauan Riau adalah Melayu Riau dan Orang Laut. Adapun etnis pendatang lainnya yang dominan yaitu Jawa, Tionghoa, Batak, Minangkabau, Bugis, Toraja, Sunda, suku asal NTT, Banjar, dan suku lainnya, yaitu Aceh, Arab, India, Nias, Madura, Karo, Bajau, Melayu Jambi, Melayu Palembang, Melayu Bengkulu, juga suku Melayu lainnya, dan suku lain-lain yang bukan penduduk asli/lokal (setempat) di provinsi Kepulauan Riau melainkan pendatang/perantau dari daerah lain (luar Kepri/luar pulau).[25]

Dalam Sensus Penduduk Indonesia 2010, keberagaman suku atau etnis berdasarkan hasil data survei, didominasi oleh lima suku dari 1.672.891 jiwa. Dengan mayoritas penduduk Kepulauan Riau adalah orang Melayu, kemudian Jawa, Batak, Tionghoa, dan Minang.[26]

Sebuah gapura dengan gaya Melayu, di kota Tanjungpinang.

Berikut ini komposisi etnis atau suku bangsa di provinsi Kepulauan Riau tahun 2010:[26]

No Suku Jumlah 2010 %
1 Melayu 501.061 29,95%
2 Jawa 417.438 24,95%
3 Batak 208.678 12,48%
4 Minangkabau 162.452 9,71%
5 Tionghoa 128.704 7,69%
6 Sunda 49.419 2,95%
7 Asal NTT 37.165 2,22%
8 Bugis 37.124 2,22%
9 Asal Sumatera Selatan 32.941 1,97%
10 Aceh 11.839 0,71%
11 Banjar 11.811 0,71%
12 Suku Lainnya 74.259 4,44%
Provinsi Kepulauan Riau 1.672.891 100%
Masjid Agung Karimun.

Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri per tanggal 30 Juni 2024 mencatat bahwa mayoritas penduduk Kepulauan Riau menganut agama Islam. Adapun persentasi agama penduduk di provinsi Kepulauan Riau menurut agama yang dianut adalah Islam sebanyak 78,42%, kemudian Kekristenan sebanyak 14,67% dengan rincian Protestan sebanyak 12,06% dan Katolik sebanyak 2,61%. Penduduk yang menganut agama Buddha sebanyak 6,71%, kemudian sebagian kecil beragama Konghucu sebanyak 0,15%, Hindu sebanyak 0,04% dan Kepercayaan 0,01%.[2]

Bahasa yang dipakai adalah bahasa resmi yaitu Bahasa Indonesia dan ada juga yang menggunakan bahasa Melayu. Bahasa Melayu Riau mempunyai sejarah yang cukup panjang, karena pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Kerajaan Sriwijaya, Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa internasional Lingua franca di kepulauan Nusantara, atau sekurang-kurangnya sebagai bahasa perdagangan di Kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu, semenjak pusat kerajaan berada di Malaka kemudian pindah ke Johor, akhirnya pindah ke Riau mendapat predikat pula sesuai dengan nama pusat kerajaan Melayu itu. Karena itu bahasa Melayu zaman Melaka terkenal dengan Melayu Melaka, bahasa Melayu zaman Johor terkenal dengan Melayu Johor, dan bahasa Melayu zaman Riau terkenal dengan bahasa Melayu Riau.

Pada zaman dahulu ada beberapa alasan yang menyebabkan Bahasa Melayu menjadi bahasa resmi digunakan, yaitu:

  1. Bahasa Melayu Riau secara historis berasal dari perkembangan Bahasa Melayu semenjak berabad-abad yang lalu. Bahasa Melayu sudah tersebar keseluruh Nusantara, sehingga sudah dipahami oleh masyarakat, bahasa ini sudah lama menjadi bahasa antar suku di Nusantara.
  2. Bahasa Melayu Riau sudah dibina sedemikian rupa oleh Raja Ali Haji dan kawan-kawannya[butuh rujukan], sehingga bahasa ini sudah menjadi standar.
  3. Bahasa Melayu Riau sudah banyak publikasi, berupa buku-buku sastra, buku-buku sejarah, dan agama baik dari zaman Melayu klasik maupun dari yang baru.

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Beberapa Perguruan tinggi yang ada di Kepulauan Riau:

  1. Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) (Tanjungpinang)
  2. Universitas Batam
  3. Universitas Internasional Batam
  4. Universitas Riau Kepulauan (Batam)
  5. Universitas Putera Batam
  6. Universitas Karimun
  7. Universitas Universal (Batam)
  8. Universitas Ibnu Sina (Batam)
  9. Institut Teknologi Batam
  10. Institut Kesehatan Mitra Bunda (Batam)
  11. Institut Teknologi dan Bisnis Indobaru Nasional (Batam)
  12. Institut Agama Islam Abdullah Said Batam
  13. Politeknik Negeri Batam
  14. Politeknik Pariwisata Batam
  15. Politeknik Bintan Cakrawala (Lagoi-Bintan)
  16. Politeknik Lingga
  17. (Politeknik Kesehatan) Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang
  18. STISIPOL Raja Haji (Tanjungpinang)
  19. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bentara Persada Batam
  20. STMIK Putera Batam
  21. STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
  22. STIE Pembangunan Tanjungpinang
  23. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Cakrawala (Karimun)
  24. Sekolah Tinggi Teknologi Indonesia Tanjungpinang
  25. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karimun (Batam)
  26. STIKES Awal Bros Batam
  27. STISIP Bunda Tanah Melayu (Lingga)
  28. Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Muhammadiyah Batam
  29. STIE Nagoya Indonesia (Batam)
  30. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Galileo (Batam)
  31. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau (Bintan)
  32. STAI Ibnu Sina Batam
  33. STAI Miftahul Ulum Tanjungpinang
  34. STAI Natuna
  35. STEI Ar - Rachman (Batam)
  36. STIDKI Al-AZIZ Batam
  37. STIQ Kepulauan Riau (Batam)
  38. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Lingga Kepulauan Riau
  39. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Hidayatullah Batam Kepulauan Riau
  40. Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Kepulauan Riau (Tanjungpinang)
  41. Sekolah Tinggi Ekonomi dan Bisnis Islam Batam
  42. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Internasional Muhammadiyah Batam
  43. Sekolah Tinggi Agama Islam Paduka Anambas
  44. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Mumtaz (Karimun)
  45. Sekolah Tinggi Teologi Basom (Batam)
  46. Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia Batam
  47. STT Lintas Budaya Batam
  48. Sekolah Tinggi Teologi Calvary Batam
  49. Sekolah Tinggi Teologi Huperetes Batam
  50. Sekolah Tinggi Teologi Presbyterian Batam
  51. Sekolah Tinggi Teologi Sidang Jemaat Kristus (Batam)
  52. Sekolah Tinggi Teologi Pantekosta Batam
  53. Sekolah Tinggi Agama Kristen PAIS Batam
  54. Sekolah Tinggi Teologi Real Batam
  55. STT IKAT Batam
  56. STT Krisba Batam
  57. Sekolah Tinggi Teologi Injil Bhakti Caraka Batam
  58. Sekolah Tinggi Teologi Tabgha Batam
  59. Akademi Analis Kesehatan Putra Jaya Batam
  60. Akademi Bahasa Asing Permata Harapan Batam
  61. Akademi Akuntansi Permata Harapan Batam
  62. Akademi Kebidanan Anugerah Bintan (Tanjungpinang)
  63. Akademi Kebidanan Putra Jaya Mandiri Batam
  64. Akademi Kesehatan Kartini Batam
  65. Akademi Komunitas Digital Kreatif Malay Batam

Rumah Ibadah

[sunting | sunting sumber]

Masyarakat Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari beberapa agama sehingga terdapat banyak rumah ibadah untuk beribadah. Berikut ini adalah daftar dari beberapa rumah ibadah yang ada di Provinsi Kepulauan Riau.

Perekonomian

[sunting | sunting sumber]

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2005 adalah sebesar 6,57%. Sektor-sektor yang tumbuh dengan baik (lebih cepat dari pertumbuhan total PDRB) pada tahun 2005 antara lain sektor pengangkutan, dan komunikasi (8,51%), sektor industri pengolahan (7,41%), sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (6,89%), sektor jasa (6,77%), serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran (6,69%).

PDRB Perkapita Provinsi Kepulauan Riau dalam lima tahun terakhir (2001-2005) cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2001 PDRB Perkapita (Atas Harga Berlaku – Tanpa Migas) sebesar Rp 22,808 juta, dan pada tahun 2005 meningkat sehingga menjadi sebesar Rp29,348 juta. Namun secara riil (tanpa memperhitungkan inflasi) PDRB Perkapita (tanpa gas) pada tahun 2001 hanya sebesar Rp20,397 juta, dan pada tahun 2005 meningkat menjadi sebesar Rp 22,418 juta.

Sebagai provinsi kepulauan, wilayah ini terdiri atas 96 % lautan. Kondisi ini sangat mendukung bagi pengembangan usaha budidaya perikanan mulai usahapembenihan sampai pemanfaatan teknologi budidaya maupun penangkapan. Di Kabupaten Karimun terdapat budidaya ikan kakap, budidaya rumput laut, kerambah jaring apung. Kota Batam, Kabupaten Bintan, Lingga, dan Natuna juga memiliki potensi yang cukup besar di bidang perikanan. Selain perikanan tangkap di keempat kabupaten tersebut, juga dikembangkan budidaya perikanan air laut, dan perikanan air tawar.

Di Kota Batam tepatnya di Pulau Setoko, bahkan terdapat pusat pembenihan ikan kerapu yang mampu menghasilkan lebih dari 1 juta benih setahunnya. Di Kota Batam tepatnya didaerah Telaga Punggur, ada satu pelabuhan perikanan yang dikelola murni oleh swasta. Pelabuhan Perikanan Swasta Telaga Punggur diresmikan pada tanggal 08 Januari 2010 oleh Menteri Kelautan, dan Perikanan R.I Dr. Ir. H. Fadel Muhammad. Letak pelabuhan perikanan swasta Telaga Punggur sangat strategis karena berhadapan dengan jalur lintas kapal penangkapan ikan antara Provinsi Kepri, dan Natuna, Natuna Utara (ZEEI), Laut Cina Selatan serta keberadaan pelabuhan perikanan swasta Telaga Punggur di Kota Batam sangat dekat dengan negara Singapura yang dapat meningkatkan ekspor hasil laut, dan menambah pendapatan asli daerah.

Peternakan

[sunting | sunting sumber]

Potensi di bidang peternakan difokuskan pada ternak itik, ternak sapi, ternak ayam, ternak babi, dan ternak kambing yang umumnya masih dilaksanakan oleh peternakan kecil.

Pertanian

[sunting | sunting sumber]

Hampir diseluruh wilayah kabupaten/kota di provinsi Kepulauan Riau berpotensi untuk diolah menjadi lahan pertanian, dan peternakan mengingat tanahnya subur. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis terutama di Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, dan Kota Batam. Disamping palawija, dan holtikultura, tanaman lain seperti kelapa, kopi, gambir, nenas serta cengkih sangat baik untuk dikembangkan. Demikian juga di Kabupaten Bintan dan Kabupaten Lingga sangat cocok untuk ditanami buah-buahan, dan sayuran. Di beberapa pulau sangat cocok untuk perkebunan kelapa sawit. Salah satu perkebunan kelapa sawit terbesar di Kepulauan Riau terdapat di kawasan Tirta Madu.

Pariwisata

[sunting | sunting sumber]
Pemandangan pantai di sudut Pulau Batam.

Provinsi Kepulauan Riau merupakan gerbang wisata dari mancanegara kedua setelah Pulau Bali. Jumlah wisatawan asing yang datang berkunjung mencapai 1,5 juta orang pada tahun 2005. Objek wisata di provinsi Kepulauan Riau antara lain adalah wisata pantai yang terletak di berbagai kabupaten, dan kota. Pantai Melur, Pulau Abang dan Pantai Nongsa di Kota Batam, Pantai Pelawan di Kabupaten Karimun, Pantai Lagoi, Pantai Tanjung Berakit, Pantai Trikora, dan Bintan Leisure Park di Kabupaten Bintan, Pantai Batu Kasah Natuna. Kabupaten Natuna terkenal dengan wisata baharinya seperti selam permukaan.

Selain wisata pantai dan bahari, provinsi Kepulauan Riau juga memiliki objek wisata lainnya seperti cagar budaya, makam-makam bersejarah, tarian-tarian tradisional serta event-event khas daerah. Di kota Tanjungpinang terdapat pulau Penyengat sebagai pulau bersejarah karena di pulau ini terdapat masjid bersejarah, dan makam-makam Raja Haji Fisabililah dan Raja Ali Haji yang kedua-duanya adalah pahlawan nasional.

Kawasan wisata di Kepulauan Riau juga mendapat banyak penghargaan. Treasure Bay di Lagoi, Bintan merupakan kolam renang air asin terbesar di Asia Tenggara, Patung Dewi Kwan Im di KTM Resort yang tertinggi se-Asia Tenggara, Vihara Avalokitesvara Graha yang terbesar se-Asia Tenggara, Patung Dewi Kwan Im di dalam Vihara Avalokitesvara Graha merupakan patung Dewi Kwan Im terbesar yang terdapat dalam sebuah ruangan se-Indonesia, Pulau Bawah di Anambas yang termasuk pulau tropis terbaik Asia versi CNN, Pantai Sisi di Natuna yang termasuk pantai alami terbaik di dunia versi majalah Island, dan Funtasy Island yang merupakan kawasan agrowisata terbesar di dunia.

Transportasi

[sunting | sunting sumber]
Kapal speedboat yang menghubungkan pulau Batam (pelabuhan Telaga Punggur) dan pulau Bintan.

Sistem transportasi yang terdapat di provinsi ini sangat beragam, sesuai dengan kondisi alam, dan jarak antar wilayahnya. Adapun jenis transportasi yang terdapat di provinsi ini adalah:

Bandar Udara Hang Nadim, Batam

Transportasi laut

[sunting | sunting sumber]

Transportasi darat

[sunting | sunting sumber]
  • Taksi, merupakan salah satu alat transportasi darat utama di Kota Batam, selain itu merupakan salah satu angkutan umum dari kota Tanjungpinang menuju Kijang (Bintan Timur, Kabupaten Bintan).
  • Angkutan kota (angkot), memiliki perbedaan sebutan di masing-masing daerah, di kota Tanjungpinang sebutan untuk angkot adalah "Transport", sedangkan di kota Batam disebut "Metro Trans".
  • Bus, untuk Kota Batam, bus sendiri memiliki beberapa jenis, di antaranya: Damri, dan bus kota (Busway). Di Kota Tanjungpinang, bus digunakan oleh masyarakat untuk menuju Tanjunguban (Bintan Utara, Kabupaten Bintan). Selain itu juga terdapat bus khusus anak sekolah.
  • Becak motor, di kawasan pesisir (hinterland) seperti kawasan Belakang Padang, dan pulau Penyengat terdapat sebuah transportasi darat yang cukup unik, yakni Becak Motor.
  • Ojek.
  • Pembangunan monorail di Kota Batam

Transportasi udara

[sunting | sunting sumber]

Provinsi ini memiliki 5 bandara udara, yakni:

Seni dan budaya

[sunting | sunting sumber]

Seni teater

[sunting | sunting sumber]

Teater Melayu yang berkembang di Provinsi Kepulauan Riau antara lain; Teater Makyong di Kabupaten Bintan tepatnya di Pulau Mantang, Pulau Panjang, Batam; Teater Mendu di Kabupaten Ranai tepatnya di Kecamatan Sedanau, dan Ranai; Teater Lang-lang Buana di Kabupaten Natuna tepatnya di Ranai, dan Wayang Bangsawan di Daik Lingga, Dabo Singkep, Pulau Penyengat.

Teater dari daerah lain yang berada di Provinsi Kepulauan Riau antara lain seperti: Randai, Ketoprak, Wayang Orang, Dul Muluk, dan Manora. Semuanya dikembangkan oleh masyarakat, dan suku lain yang berada di provinsi Kepulauan Riau.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Naim, Yuniati Jannatun (26 April 2022). "Adi Prihantara jabat Sekda Kepri definitif". ANTARA News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-21. Diakses tanggal 26 April 2022. 
  2. ^ a b c d "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2024" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 25 Juli 2024. 
  3. ^ "Indeks Pembangunan Manusia (Umur Harapan Hidup Hasil Long Form SP2020) 2021-20233". www.kepri.bps.go.id. Diakses tanggal 9 Februari 2024. 
  4. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 24 Februari 2021. 
  5. ^ "Provinsi Kepulauan Riau Dalam Angka 2021" (pdf). www.kepri.bps.go.id. BPS Kepulauan Riau. hlm. 7, 89. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-11. Diakses tanggal 11 April 2021. 
  6. ^ "Tentang Kepri". Pemprov Kepri. Kepri. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-29. Diakses tanggal 2022-06-28. 
  7. ^ Suwardi MS (1991). Budaya Melayu dalam perjalanannya menuju masa depan. Pekanbaru: Yayasan Penerbit MSI-Riau.
  8. ^ a b "Kondisi Sosial Budaya Provinsi Riau". Sekretariat Negara, diakses 17 Oktober 2013.
  9. ^ Schnitger, F. M., Fürer-Haimendorf, C. ., & Tichelman, G. L. (1939). Forgotten kingdoms in Sumatra. Leiden: E. J. Brill.
  10. ^ "Tentang Kepri". Portal Pemprov Kepri. 2002-09-24. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-29. Diakses tanggal 2023-07-09. 
  11. ^ Ahmad, A Samad (2018). Pengantar sulalatus salatin. Melaka: Academia.edu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-02. Diakses tanggal 2022-06-24. 
  12. ^ Indonesia, Tim CNN (2021-07-23). "Sejarah Kerajaan Siak Sri Indrapura dan Peninggalannya". CNN Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-10. Diakses tanggal 2022-06-25. 
  13. ^ Arman, Dedi (2014-06-08). "Sejarah Kesultanan Riau-Lingga Kepulauan Riau". Kebudayaan.kemendikbud.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-10. Diakses tanggal 2022-06-25. 
  14. ^ "Sejarah Kerajaan Riau-Lingga Kepulauan Riau". Kebudayaan.kemdikbud.go.id. 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-10. Diakses tanggal 2022-06-24. 
  15. ^ Panama, Nikolas. Astro, Masuki M., ed. "Menelusuri sejarah Bahasa Indonesia (tulisan II dari II)". ANTARA News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-10. Diakses tanggal 2022-06-24. 
  16. ^ Harto, Zulkifli (2012). Siam, Nurbaiti Usman, ed. Batam: Eksistensi Kawasan Perbatasan (PDF). Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Tanjungpinang. hlm. 18. ISBN 978-979-1281-43-0. 
  17. ^ Nurmandi, A., Putra, T. A., dan Panama, N. (2012). Menjaga Indonesia dari Kepri: Peluang, Tantangan, & Proil 19 Pulau Terdepan Indonesia di Kepulauan Riau (PDF). Tanjungpinang: Badan Pengelola Perbatasan Provinsi Kepri. hlm. 21. 
  18. ^ Malik, Abdul (2013). "Sepuluh Bukti Bahasa Melayu Kepulauan Riau Sebagai Asal-muasal Bahasa Indonesia". Dalam Malik, Abdul. Mewujudkan Prasasti Bahasa Melayu Kepulauan Riau Sebagai Asal-muasal Bahasa Indonesia (PDF). Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau. hlm. 117. ISBN 978-602-9137-46-0. 
  19. ^ "Presiden Lantik Ansar-Marlin Sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Kepri Periode 2021-2024". kumparan.com. 25 Februari 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-02-18. Diakses tanggal 18 Februari 2022. 
  20. ^ "Ansar-Marlin Ditetapkan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Kepri Terpilih". kumparan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-08. Diakses tanggal 18 Februari 2022. 
  21. ^ "Resmi Dilantik, Ini Nama-nama Anggota DPRD Kepri 2019-2024". haluankepri.com. 09-09-2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-20. Diakses tanggal 20-10-2019. 
  22. ^ "Pelantikan Anggota DPRD Provinsi Kepulauan Riau Hasil Pemilihan Umum Tahun 2019". kepri.kpu.go.id. 12-09-2019. Diakses tanggal 20-10-2019. 
  23. ^ "45 Anggota DPRD Kepri Periode 2019-2024 Resmi Dilantik, Ini Nama-Namanya". lintaskepri.com. 09-09-2019. Diakses tanggal 20-10-2019. 
  24. ^ a b "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-09. 
  25. ^ Badan Pusat Statistik (Oktober 2011), Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010 (PDF), diarsipkan dari versi asli (pdf) tanggal 21 April 2021 
  26. ^ a b "Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama, Bahasa 2010" (PDF). demografi.bps.go.id. Badan Pusat Statistik. 2010. hlm. 23, 36–41. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-07-12. Diakses tanggal 20 Oktober 2021. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]