Museum Kebudayaan Wolio
Didirikan | 1980 |
---|---|
Lokasi | Baubau Sulawesi Tenggara |
Jenis | Museum Kebudayaan |
Museum Kebudayaan Wolio atau Pusat Kebudayaan Wolio adalah sebuah museum yang dibangun di Benteng Kerajaan Buton, 3 KM dari pusat kota Baubau, Sulawesi Tenggara. Kegunaan benteng saat itu adalah merupakan basis pertahanan dari serangan bajak laut serta penjajahan Belanda yang dibangun pada abad ke-16 oleh masyarakat Buton.[1]
Benteng ini terbuat dari bahan alami batu gunung yang disusun rapi memakai kapur sebagai perekat serta mempunyai 12 pintu masuk dan keluar dengan nama masing- masing. Didalam benteng sendiri terdapat beberapa peninggalan sejarah berupa Mesjid Agung Keraton dan Tiang bendera setinggi 50 M yang juga dibangun sekitar abad 16.[2]
Jadwal museum ini hanya dibuka pada waktu tertentu dan para pengunjung diharapkan memberi tahu pihak pengurus museum terlebih dahulu.
Sejarah.
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1980, bekas istana Kesultanan Buton digagas dan diubah menjadi pusat kebudayaan atau museum khusus tentang suku Wolio. Gagasan ini diberikan oleh La Ode Manarfa Kaimuddin Khalifatul Khamis yang merupakan putra dari Sultan Buton ke-38.[3] Tujuan utama museum ini adalah sebagai tempat untuk menyimpan, merawat, melestarikan dan memamerkan benda-benda peninggalan sultan serta para kerabatnya.
Museum ini berdiri di lahan seluas 1,5 ha dengan bangunan berupa rumah panggung sepanjang 15 x 25 yang mempunyai dua lantai dan masih dikelola oleh keluarga keturunan Sultan Buton ke-38.
Koleksi.
[sunting | sunting sumber]Isi koleksi museum ini merupakan benda-benda peninggalan Sultan Buton ke-38 yang terdiri dari:
- Alat upacara: tempolong, altar, vas bunga.
- Senjata (alat perang): tombak, meriam, topi perang.
- Alat kesenian.
- Alat rumah tangga.
- Foto-foto.
- Keramik.
Tata pameran.
[sunting | sunting sumber]Rumah museum ini terbagi dua lantai yang dimana setiap lantainya memamerkan objek yang berbeda, seperti:
- Lantai satu menampilkan koleksi berupa kursi tamu, foto-foto sejarah kesultanan, alat upacara, guci, vas bunga, tempolong, topi perang, alat rumah tangga dan lainnya.
- Lantai dua memamerkan koleksi senjata (meriam ukuran kecil, tombak), alat upacara pernikahan (tempat kembar mayang), alat kesenian (gong, rebana).
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Indonesia. Direktorat Permuseuman. (1994). Direktori museum-museum di Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Permuseuman. OCLC 38139902.
- ^ Direktori Museum Indonesia. Jakarta: Seketariat Direktorat Jendral Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012.
- ^ Album Budaya: Direktori Museum Indonesia (PDF). Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan. 2012. hlm. 573.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]