Taman Bumi Global UNESCO Maros-Pangkep
Situs Warisan Dunia UNESCO | |
---|---|
Kriteria | keanekaragaman geologi, Keanekaragaman hayati, dan keanekaragaman budaya: |
Pengukuhan | 4 September 2022 (de facto) 24 Mei 2023 (de jure) (Simposium Jaringan Taman Bumi Asia-Pasifik ke-7 di Satun, Thailand (de facto) dan Sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke-216 di Paris, Prancis (de jure)) |
Taman Bumi Global UNESCO Maros-Pangkep | |
---|---|
Lokasi di Sulawesi | |
Letak | Kabupaten Maros & Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia |
Kota terdekat | Kota Pangkajene Kota Turikale (10 km) Kota Makassar (40 km) |
Koordinat | 4°50′9.34″S 119°32′47.94″E / 4.8359278°S 119.5466500°E |
Luas | 5.058 km² (2.243 km² darat & 2.815 km² laut) |
Didirikan | 2015 |
Pengunjung | 4° 50′ 9.34″ S, 119° 32′ 47.94″ E |
Pihak pengelola | Badan Pengelola Geopark Maros-Pangkep (BP GMP), Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia |
Taman Bumi Global UNESCO Maros-Pangkep (Lontara Indonesia: ᨈᨆ ᨅᨘᨆᨗ ᨁᨛᨒᨚᨅ ᨕᨘᨊᨙᨔᨙᨌᨚ ᨆᨑᨚ-ᨄᨃᨛ, transliterasi: Taman Bumi Global UNESCO Maros-Pangkep; Inggris: Maros-Pangkep UNESCO Global Geological Park atau Maros-Pangkep UNESCO Global Geopark) yang biasa dikenal Taman Bumi Maros-Pangkep adalah sebuah taman bumi dengan konsep manajemen pengelolaan kawasan yang menyerasikan keragaman geologi, hayati, dan budaya, melalui prinsip konservasi, edukasi, dan pembangunan yang berkelanjutan di kawasan terintegrasi Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Secara de jure, Taman Bumi Maros-Pangkep ini telah dikukuhkan melalui Sidang UNESCO pada 24 Mei 2023 di Paris, Prancis. Dengan status Taman Bumi Global UNESCO, maka Taman Bumi Global UNESCO Maros-Pangkep menjadi anggota dari Jaringan Taman Bumi Global (Global Geoparks Network).
Taman bumi ini resmi didirikan pada tahun 2015, menyandang taman bumi nasional pada tahun 2017, dan pada 4 September secara de facto telah diterima menjadi UNESCO Global Geopark (UGGp) sekaligus menjadi Taman Bumi Global UNESCO yang pertama di Pulau Sulawesi dan yang ke-7 yang dimiliki oleh Indonesia dan terkhusus Jaringan Taman Bumi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Geoparks Network) bentukan UNESCO.
Etimologi
[sunting | sunting sumber]Nama "Maros-Pangkep" berasal dari dua nama kabupaten atau daerah definitif tingkat II di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep.
Terdapat tiga versi mengenai nama Maros. Versi pertama mengatakan bahwa Maros berasal dari kata "Marusu" yang diambil dari kata "Rusung" (Bahasa Makassar) dan atau "Marusung" (Bahasa Bugis). Makna dari kedua kata itu adalah sama, yaitu suatu keadaan yang menunjukkan sistem prikehidupan yang sederhana, baik individu maupun sebagai sebuah kelompok masyarakat. Jika kata tersebut bereduplikasi, "A'rusung-rusung" atau "Ma'rusung-rusung" maka akan bermakna hal yang menunjukkan pada seseorang atau kelompok masyarakat yang mempunyai keahlian atau kelebihan dalam membawakan diri dan pribadi, baik itu menyangkut kepentingan pribadi maupun kepentingan masyarakat guna memperjuangkan sesuatu tanpa mengenal pengorbanan serta pantang mundur atau menyerah sebelum maksud dan ide-idenya tercapai. Makna ini juga menggambarkan sebagai sikap kekeluargaan dan tepaselira yang snagat tinggi dalam mempertahankan harga diri dan kehormatan keluarga. Versi kedua, Marusu berasal dari kata A'maru, Appa'maru, atau MaruE yang artinya dimadu. Versi ketiga tentang penamaan Maros adalah berasal dari kata "Ma'roso", yaitu nama seorang pemilik kedai di tengah daerah Marusu. Konon kedai ini banyak disinggahi kafilah dari dan ke Bone–Gowa dan jika mereka membuat suatu perjanjian untuk bertemu, disebut di "Maroso" sehingga lama kelamaan nama Ma'roso populer dan menjadi nama suatu daerah yang selanjutnya berubah menjadi Maros.
Asal kata Pangkajene dipercaya berasal dari sungai besar yang membelah Kota Pangkajene, ibu kota dari Kabupaten Pangkep. Pangka berarti cabang, dan Je'ne berarti air/sungai. Ini mengacu pada sungai yang membelah kota Pangkep yang membentuk cabang air.
Karakteristik geologi
[sunting | sunting sumber]Taman Bumi Maros-Pangkep merupakan kombinasi dari sistem darat dan perairan pantai, dibangun oleh tiga bentang alam yang utama, yaitu tower karst, kompleks Bantimala Mélange, dan Kepulauan Spermonde. Bagian daratan menampilkan lanskap tower karst yang dikenal sebagai "The Spectacular Tower Karst", sebuah lanskap dengan sistem hidrologi yang sangat lengkap, terdapat ratusan gua horizontal dan vertikal dengan karakteristik speleotem yang lengkap dan salah satu saluran bawah tanah terpanjang di Indonesia. Kawasan karstik memiliki hubungan lintas sektoral dengan batuan vulkanik Neogen yang dapat diamati. Dikembangkan oleh karbonat sintektonik terutama terdiri dari alga koral dan foraminifera sebagai representasi dari sistem ekuatorial selama Kenozoikum di Asia Tenggara, dan itu dapat berkontribusi pada pengembangan metode prediktif global untuk memahami iklim masa lampau dan memprediksi masa depan. Kawasan karstik dipengaruhi oleh tektonik kompleks Bantimala Mélange yang tersusun dari batuan metamorf kelas rendah hingga tinggi, dalam batuan sedimen laut, dan blok tektonik kerak samudra, berusia 70-135 juta tahun yang lalu. Ini berkaitan dengan tektonik Asia Tenggara dan Australia menjadi bukti penting evolusi awal Pulau Sulawesi dan telah menjadi acuan bagi sintesis dan rekonstruksi tektonik global pra-tersier. Di wilayah pesisir, terdapat paparan luas terhadap lereng karbonat Kepulauan Spermonde dengan ratusan deretan karang, tertutup oleh sedimen laut berpasir yang menunjukkan morfologi yang dapat berubah sepanjang musim oleh proses geodinamika arus samudra Arus Lintas Indonesia. Pulau-pulau karang ini, yang merupakan bagian dari segitiga terumbu karang global mewakili khatulistiwa modern karbonat dan melengkapi evolusi paleogeografi Sulawesi.
Laboratorium alam
[sunting | sunting sumber]Taman Bumi Maros-Pangkep merupakan laboratorium alam yang kaya keanekaragaman geologi, hayati, dan budaya. Banyak peneliti terkenal yang telah meyisihkan waktunya untuk meneliti di kawasan taman bumi ini. Maros menjadi salah satu kawasan penting dalam sebuah rentetan petualangan Alfred Russel Wallace, seorang Naturalis asal Inggris ketika mengeksplor Kepulauan Melayu selama 1854-1862. Taman bumi ini memiliki karst yang termasuk salah satu karst kelas dunia yang memiliki keindahan, keunikan, flora dan fauna. Naturalis asal Inggris, Alfred Russel Wallace dalam bukunya The Malay Archipelago menuliskan kisahnya saat mendatangi Bantimurung, Maros pada 19-22 September 1857. Saat itu Wallace menemukan spesies kupu-kupu langka Pappilio androcles. Saat ini lebih dari 247 jenis kuku-kupu di Bantimurung telah teridentifikasi termasuk endemik dan langka.
Kronik penunjukan kawasan
[sunting | sunting sumber]Konsep Taman Bumi Maros-Pangkep pertama kali diinisiasi dalam forum diskusi oleh para peneliti, akademisi, alumnus Kehutanan, Geologi, Arkeologi, pecinta alam dan gua, pegiat dan aktivis lingkungan pada tahun 2015. Pada 24 November 2017, resmi berstatus taman bumi nasional dengan pemberian sertifikat dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Setelah penetapan sebagai taman bumi nasional, kemudian dibentuk Badan Pengelola Geopark Maros-Pangkep melalui Surat Keputusan (SK) dari Gubernur Sulawesi Selatan. Pada 2 Agustus 2020, Komisi Nasional Indonesia untuk United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau KNIU melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KNIU Kemendikbud), secara resmi mengajukan surat permohonan agar Taman Bumi Maros-Pangkep untuk bisa bergabung dengan UNESCO Global Geoparks. Dan beberapa berkas yang telah dipersiapkan sudah memenuhi syarat dan dapat dikirimkan ke Sekretariat UNESCO. Sempat tertunda selama setahun yang direncanakan pada bulan Mei 2021 karena pandemi Covid-19 di Indonesia, akhirnya pada 15-18 Juni 2022 tim asesor dari UNESCO Global Geoparks melakukan penilaian secara langsung dengan meninjau beberapa geosite di Taman Bumi Maros-Pangkep. Pada siang 4 September 2022 melalui rapat dewan UNESCO Global Geoparks di Satun, Thailand, diumumkan hasil penilaian bahwa Taman Bumi Maros-Pangkep menjadi UNESCO Global Geopark atau Taman Bumi Global UNESCO sekaligus menjadi anggota baru Asia Pacific Geoparks Network dan UNESCO Global Geoparks Network.
Geografi
[sunting | sunting sumber]Terletak di semenanjung selatan Pulau Sulawesi, Taman Bumi Maros-Pangkep berada di seberang Garis Wallace pada koordinat 118°54'25.0" BT - 119°58'22,6" BT dan 4°25'21.0" LS - 5°12'41,3" LS. Terletak 30 km dari Kota Makassar (1-2,5 jam), wilayah taman bumi ini seluas 5.077,25 km² yang membentang dari daratan ke perairan laut. Dengan ketinggian 0–1300 mdpl, kawasan ini didominasi oleh gugusan karst menara. Pegunungan terletak di timur laut, dengan puncak tertingginya Gunung Bulusaraung (1.353 mdpl). Sebelah barat dan selatan didominasi oleh daerah dataran rendah dan kepulauan dengan pulau terjauh di Pulau Kapoposang (± 40 mil). Sisanya di bagian tengah hingga timur di berupa daerah perbukitan. Iklimnya dibagi menjadi 2, yaitu Tipe C2 yang relatif kering di bagian barat, dan Tipe B2 yang relatif lebih basah di timur. Di kawasan ini juga terdapat Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung di daratan dan Taman Wisata Perairan Kepulauan Kapoposang di bagian perairan laut, secara keseluruhan terdapat 1.437 jenis flora dan fauna dengan 153 spesies endemik Sulawesi dan 52 spesies langka yang dilindungi. Secara administratif, Taman Bumi Maros-Pangkep berada di Kabupaten Maros dan Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan, meliputi: 24 kecamatan dan 183 desa/kelurahan. Wilayah yang dihuni 655.236 jiwa (2019) didominasi oleh etnis Bugis dan Makassar yang mayoritas bekerja di sektor pertanian, peternakan, pariwisata, dan pertambangan. Untuk mendukung aktivitas kawasan, terdapat beberapa infrastruktur seperti Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar, Pelabuhan Maccini Baji, serta beberapa terminal bus dengan moda dan kondisi jaringan jalan yang memadai. Untuk mengunjungi pulau-pulau di kepulauan, ada perahu masyarakat non reguler yang bisa digunakan setiap saat. Adapun untuk mendukung kawasan taman bumi, tersedia beberapa fasilitas, seperti: pusat informasi, panel interpretasi, museum tematik, peralatan khusus, penerjemah/juru bahasa, dan informasi media baik media cetak maupun media digital.
Luas wilayah
[sunting | sunting sumber]Taman Bumi Nasional Maros-Pangkep mencakup keseluruhan wilayah administratif dari Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) dengan luas masing-masing:
- Kabupaten Maros: 1.619,12 km²
- Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan: 12.362,73 km²
Daftar gua
[sunting | sunting sumber]Kawasan Karst Maros-Pangkep, terkhusus di wilayah administratif Kabupaten Maros bagian utara (Bontoa, Bantimurung, Simbang, Cenrana, dan Mallawa) dan Kabupaten Pangkep bagian selatan (Balocci, Tondong Tallasa, Pangkajene, dan Minasatene) dikenal memiliki morfologi dengan bukit-bukit menyerupai bentuk menara (tower karst), lekuk-lekuk lembah (dolina, uvala), serta gua-gua yang di bawahnya mengalir sungai bawah tanah. Memiliki pelbagai fungsi sebagai daerah tangkapan hujan, akuifer, dan sebagai daerah resapan air ke bawah permukaan. Gua-gua di kawasan ini berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi objek wisata massal, ada gua yang hanya berpotensi untuk pemanfaatan akademik, ada gua yang berpotensi untuk wisata minat khusus, bahkan ada gua yang berpotensi untuk wisata religi.
Berikut ini adalah daftar gua yang terdapat di Taman Bumi Maros-Pangkep:
No. | Nama | Letak Administratif | Keterangan | Jenis | Panjang (m) | Kedalaman (m) | Temuan Arkeologis | Letak Astronomis | |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Lintang Selatan | Bujur Timur | ||||||||
Alle Bireng | Desa Tukamasea Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | lebar ± 56 | - | sampah dapur berupa cangkang mollusca | 04°58'16,1" | 119°40'58,4" | |
Ambe Pacco | Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan cap tangan di dinding gua, cangkang kerang, dan tembikar | 04°59'14,8" | 119°40'11,2" | |
Anggawati I | Desa Jenetaesa Kecamatan Simbang | - | Gua Horizontal | Panjang ± 170 | - | - | - | - | |
Anggawati II | Desa Samangki Kecamatan Simbang | - | Gua Horizontal | Panjang ± 1.000 | - | - | - | - | |
Anjing | Dusun Samanggi Desa Samangki Kecamatan Simbang | Lumpur dan air gua berasal air dari Sungai Pattunnuang. | Gua Horizontal | Panjang ± 400 | - | - | - | - | |
Aux Mains | Desa Samangki Kecamatan Simbang | - | Gua Horizontal | Panjang ± 600 | - | - | - | - | |
Baba' | Dusun Samanggi Desa Samangki Kecamatan Simbang | Tersusun dari batu gamping | Gua Vertikal | Lebar berkisar 2-3 | ± 40 | - | - | - | |
Baharuddin | Desa Jenetaesa Kecamatan Simbang | - | Gua Horizontal | Panjang ± 137 | - | - | - | - | |
Balang | Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | fauna kupu-kupu langka jenis papilo gigon, yang kini dijadikan sebagai logo Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung | 04°59'31,6" | 119°39'00,8" | |
Bantimurung | Desa Jenetaesa Kecamatan Simbang | - | Gua Horizontal | Panjang ± 150 | - | - | - | - | |
Bara Jarang | Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | - | 04°58'18" | 119°41'27" | |
Bara Tedong I | Kelurahan Leang-Leang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan dinding babi rusa, cap tangan, dan lengan | 04°58'45,7" | 119°41'11,6" | |
Bara Tedong II | Kelurahan Leang-Leang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | - | - | - | |
Barugaya | Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan dinding gua, alat batu (serpih, bilah, tatal), dan pecahan yang dihasilkan dari proses teknologi batu tatahan yang terbuat dari batuan chert dan gamping kersikan, selain itu juga terdapat sampah dapur berupa kulit/cangkang kerang yang teridentifikasi berasal dari kelas gastropoda dan pelecypoda | 04°59'42,0" | 119°39'24,0" | |
Bata-Batae | Desa Mangeloreng Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan dinding gua (telapak tangan) dan cangkang mollusca | 04°59'26,7" | 119°38'52,5" | |
Batu | Desa Jenetaesa Kecamatan Simbang | - | - | - | - | - | - | - | |
Batu Karopa | Desa Mangeloreng Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan dinding gua dan sampah dapur berupa cangkang mollusca dari kelas pelecypoda | 04°59'38,2" | 119°39'44,6" | |
Batu Tianang | Desa Salenrang Kecamatan Bontoa | - | Gua Prasejarah | - | - | - | - | - | |
Bembe | Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Bantimurung | - | - | - | - | lukisan dinding gua, cangkang kerang dan beberapa artefak batu berukuran kecil | 05°00'00,9" | 119°39'29,7" | |
Berlian | Dusun Kampung Berua, Desa Salenrang Kecamatan Bontoa | - | Gua Prasejarah | - | - | - | - | - | |
Bettue (Lopi-Lopi) | Desa Mangeloreng Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | - | 05°00'00,1" | 119°39'18,8" | |
Bettue (Tompobalang) | Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan telapak tangan berwarna merah, sampah dapur, dan artefak, serta beberapa fragmen tembikar | 04°59'21,0" | 119°40'06,0" | |
Boddong | Desa Mangeloreng Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan cap tangan pada langit-langit gua dan sisa-sisa cangkang kerang | 04°59'39,6" | 119°38'38,1" | |
Botto | Desa Tukamasea Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | cangkang mollusca | 04°57'06,4" | 119°38'22,1" | |
Bulu Batue | Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan dinding gua, serpih bilah, dan sisa-sisa kulit kerang | 04° 59' 30" | 119° 38' 24" | |
Bulu Kamase I | Desa Tukamasea Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | sisa-sisa kulit kerang, gambar telapak tangan berwarna merah, artefak batu (alat serpih, alat bilah, tatal), serta sampah dapur | 04° 57' 33,8" | 119° 39' 26,6" | |
Bulu Kamase II | Desa Tukamasea Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | - | - | - | |
Bulu Sipong I | Desa Botolempangan Kecamatan Bontoa | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan telapak tangan dan perahu yang di atasnya terdapat lukisan manusia dengan berbagai aktivitas seperti mendayung, memegang tombak | 04° 58' 33" | 119° 36' 57" | |
Bulu Sipong II | Desa Bontolempangang Kecamatan Bontoa | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan dinding gua berbentuk ikan dan telapak tangan, alat batu dan cangkang mollusca | 04°58'33" | 119°36'57" | |
Bulu Sipong III | - | - | - | - | - | - | - | - | |
Bulu Tengngae I | Kelurahan Leang-Leang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan dinding gua berwujud cap tangan, alat batu (mata panah, serpih, bilah, tatal, pecahan, dan core), dan sisa-sisa kulit kerang atau cangkang mollusca | 04°57'45,2" | 119°39'20,9" | |
Bulu Tengngae II | Kelurahan Leang-Leang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan dinding gua | - | - | |
Bulu Tengngae III | Kelurahan Leang-Leang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan dinding gua | - | - | |
Bulu Tengngae IV | Kelurahan Leang-Leang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan dinding gua | - | - | |
Bulu Tengngae V | Kelurahan Leang-Leang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan dinding gua | - | - | |
Bulu Tungke'e | - | - | - | - | - | - | - | - | |
Bunga Eja I | Desa Tukamasea Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | cangkang kerang terutama dari kelas gastropoda | 04°57'04,6" | 119"39'11,2" | |
Bunga Eja II | Desa Tukamasea Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | - | 04°57'08,9" | 119°39'09,6" | |
Burung I | Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan dinding gua berbentuk gambar cap telapak tangan, alat batu microlith, serta sampah dapur | 05°00'11,9" | 119°39'17,9" | |
Burung II | Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | - | 05°00'11,9" | 119°39'17,9" | |
Buttu | Desa Jenetaesa Kecamatan Simbang | - | Gua Horizontal | Panjang ± 500 | - | - | - | - | |
Cabbu | Desa Mangeloreng Kecamatan Bantimurung | - | - | - | - | cangkang kerang dari kelas pelecypoda | 04°59'48,8" | 119°39'08,6" | |
Canggoreng | Kelurahan Leang-Leang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan dinding gua dan sisa-sisa kulit kerang | 04°59'53" | 119°38'25" | |
Cempae | - | - | - | - | - | - | - | - | |
de Lapisaine | Desa Samangki Kecamatan Simbang | - | Gua Horizontal | Panjang ± 300 | - | - | - | - | |
Dinosaurus | Dusun Pattiro Desa Labuaja Kecamatan Cenrana | Tersusun dari batu gamping | Gua Vertikal | Lebar berkisar 80-100 | Berkisar 150-180 | - | - | - | |
Elle Pusae | Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | fragmen tembikar dan cangkang mollusca atau kerang dari kelas gastropoda | 04°59'12,1" | 119°40'16,1" | |
Hamid | Dusun Samanggi Desa Samangki Kecamatan Simbang | Gua ini bersifat kering. Untuk mencapai gua ini bisa digunakan angkutan trayek Makassar-Ta'deang dengan waktu tempuh selama 3 jam. Sumber air gua gamping ini adalah Sungai Pattunnuang. | Gua Horizontal | Panjang ± 500 | - | - | - | - | |
Jarie | Desa Samangki Kecamatan Simbang | - | Gua Horizontal | Panjang ± 900 | - | lukisan dinding gua dan alat batu (serpih, bilah, tatal), dan pecahan yang terbuat dari batu chert dan gamping kersikan | 05°01'57,1" | 119°41'12,9" | |
Jing | Desa Mangeloreng Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan dinding gua dan a lat batu | 04°59'27,2" | 119°38'58,3" | |
Kado' I | Desa Samangki Kecamatan Simbang | - | Gua Horizontal | Panjang ± 1.400 | - | - | - | - | |
Kado' II | Desa Samangki Kecamatan Simbang | - | Gua Horizontal | - | - | - | - | - | |
Kapa-Kapasa | Dusun Pattiro Desa Labuaja Kecamatan Cenrana | Tersusun dari batu gamping | Gua Vertikal | Lebar berkisar 10-15 | ± 210 | - | - | - | |
Karama | Desa Salenrang Kecamatan Bontoa | - | Gua Prasejarah | - | - | alat batu, lukisan dinding gua, dan cangkang kerang | 04°55'18" | 119°37'00" | |
Kharisma | Dusun Kappang Desa Labuaja Kecamatan Cenrana | Gua ini dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan umum Makassar-Kappang dengan waktu tempuh 3,5 jam. Gua gamping ini kering dan sumber air untuk gua ini dari mata air di km 58. | Gua Horizontal | Panjang ± 330 | - | - | - | - | |
Lambatorang | Desa Tukamasea Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan dinding gua, alat batu microlith, dan sisa-sisa kulit kerang | 04°58'16" | 119°39'58" | |
Lantang Huu | Dusun Samanggi Desa Samangki Kecamatan Simbang | Tersusun dari batu gamping | Gua Vertikal | Lebar berkisar 5-8 | ± 50 | - | - | - | |
Leang-Leang | Kelurahan Leang-Leang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | gambar prasejarah (rock painting). Ada gambar babi rusa yang sedang meloncat yang di bagian dadanya tertancap mata anak panah, serta gambar telapak tangan wanita dengan cat warna merah. Gambar prasejarah tersebut sudah berumur sekitar 5000 tahun. Diduga gua ini telah dihuni sekitar tahun 8000 – 3000 sebelum Masehi. | 04°58'37,41" | 119°40'19,24" | |
Lompoa | Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | cangkang kerang (baik kelas gastropoda maupun pelecypada) dan serpihan chert | 05°00'10,6" | 119°39'16,9" | |
Lompoa | Desa Samangki Kecamatan Simbang | - | Gua Prasejarah | - | - | sampah dapur dan artefak batu | 05°02'38,0" | 119°42'23,4" | |
Lubang Air | Desa Jenetaesa Kecamatan Simbang | - | - | - | - | - | - | - | |
Lubang Batu Neraka | - | - | - | - | - | - | - | - | |
Lubang Beru | - | - | - | - | - | - | - | - | |
Lubang Kabut | - | - | - | - | - | - | - | - | |
Lubang Kelu | Desa Jenetaesa Kecamatan Simbang | - | Gua Horizontal | Panjang ± 90 | - | - | - | - | |
Mandauseng | Desa Tukamasea Kecamatan Bantimurung | - | - | - | - | lukisan dinding gua, sampah dapur, dan artefak batu | 04°57'04,6" | 119°38'33,6" | |
Mimpi | Dusun Bantimurung Desa Jenetaesa Kecamatan Simbang | - | Gua Horizontal dan Gua Vertikal | Panjang ± 1.415 | 48 | - | - | - | |
Monroe | - | - | - | - | - | - | - | - | |
Nasir | Desa Jenetaesa Kecamatan Simbang | - | Gua Horizontal | Panjang ± 800 | - | - | - | - | |
Pabbuno Juku | Desa Tukamasea Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | sampah dapur dari cangkang mollusca, lukisan dinding gua bergambar cap telapak tangan, dan artefak batu | 04°57'40,8" | 119°42'00,8" | |
Paccepacce | Desa Mangeloreng Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | fragmen cangkang mollusca dan artefak batu | 04°59'14,4" | 119°38'35,4" | |
Padaelo | Dusun Samanggi Desa Samangki Kecamatan Simbang | Tersusun dari batu gamping | Gua Vertikal | Lebar berkisar 5-10 | ± 54 | - | - | - | |
Pajae | Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | cangkang mollusca dan lukisan cap tangan | 04°59'03,0" | 119°40'13,2" | |
Panampu I | Dusun Pajaiyang Desa Tukamasea Kecamatan Bantimurung | - | - | - | - | - | 04°57'18" | 119°39'15" | |
Panampu II | Dusun Pajaiyang Desa Tukamasea Kecamatan Bantimurung | - | - | - | - | - | - | - | |
Pangia | Dusun Pattunuang Desa Samangki Kecamatan Simbang | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan cap tangan berwarna merah dan cangkang mollusca | 05°00'02,6" | 119°39'50,2" | |
Pasaung | - | - | - | - | - | - | - | - | |
Patta | Dusun Samanggi Desa Samangki Kecamatan Simbang | Gua yang tersusun dari batu gamping ini tergenang air yang bersumber dari dalam gua itu sendiri. | Gua Horizontal | Panjang ± 950 | - | - | - | - | |
Pattunuang I | Dusun Pattunuang Desa Samangki Kecamatan Simbang | - | Gua Horizontal | Panjang ± 500 | - | - | - | - | |
Pattunuang II | Dusun Pattunuang Desa Samangki Kecamatan Simbang | - | Gua Horizontal | Panjang ± 500 | - | - | - | - | |
Pellenge | Desa Tukamasea Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan dinding gua, artefak batu, cangkang mollusca, dan fragmen tulang binatang | 04°58'15,0" | 119°41'10,3" | |
Pettae | Kelurahan Leang-Leang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah/Gua Horizontal | - | - | lukisan dinding gua bergambar cap telapak tangan dan lukisan babi rusa, artefak batu (microlith), dan sampah dapur berupa kulit kerang | 04°58'44,6" | 119°40'30,5" | |
Pettakere | Kelurahan Leang-Leang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan dinding gua berupa gambar babi rusa dan gambar cap telapak tangan, alat batu microlith, dan mata anak panah | 04°58'43,2" | 119°40'34,2" | |
Pucu | Desa Tukamasea Kecamatan Bantimurung | - | - | - | - | lukisan dinding gua dengan gambar cap telapak tangan, cangkang mollusca | 04°57'58,8" | 119°40'32,5" | |
Pute | Dusun Pattiro Desa Labuaja Kecamatan Cenrana | Tersusun dari batu gamping dan merupakan bagian dari komplek karst Maros. | Gua Vertikal | lebar 50-80 | ± 263 | - | - | - | |
Restaurant | Desa Samangki Kecamatan Simbang | - | Gua Horizontal | Panjang ± 1.400 | - | - | - | - | |
Saleh | Dusun Pattunuang Desa Samangki Kecamatan Simbang | Gua Horizontal | Panjang ± 494,80 | - | - | 05°02'59,40" | 119°43'17,16" | ||
Saloaja | Dusun Pattunuang Desa Samangki Kecamatan Simbang | Gua ini merupakan gua gamping yang berair. Sumber air gua ini berasal dari Sungai Pattunnuang. | Gua Horizontal | Panjang ± 800 | - | - | - | - | |
Salukang Kallang | Kecamatan Cenrana | - | Gua Horizontal, Gua Terpanjang di Indonesia | Panjang ± 27.000 | - | - | - | - | |
Samanggi | Dusun Samanggi Desa Samangki Kecamatan Simbang | Gua ini merupakan gua batu gamping yang kering. | Gua Horizontal | Panjang ± 400 | - | - | - | - | |
Sambueja I | Desa Samangki Kecamatan Simbang | - | Gua Horizontal | ± 300 | - | - | - | - | |
Sambueja II | Desa Samangki Kecamatan Simbang | - | Gua Horizontal | Panjang ± 1.400 | - | - | - | - | |
Samongkeng I | Kelurahan Leang-Leang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | cangkang mollusca dan lukisan dinding gua berupa cap tangan | 04°58'49,2" | 119°39'52,5" | |
Samongkeng II | Kelurahan Leang-Leang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | sisa-sisa cangkang mollusca dan lukisan dinding gua berupa cap tangan | 04°58'50,4" | 119°39'51,4" | |
Samongkeng III | Kelurahan Leang-Leang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | sisa-sisa cangkang mollusca dan lukisan dinding gua berupa cap tangan | 04°58'48,1" | 119°39'44,7" | |
Samongkeng IV | Kelurahan Leang-Leang Kecamatan Bantimurung | - | - | - | - | - | - | - | |
Sampeang | Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan dinding gua, alat batu microlith, dan sisa-sisa kulit kerang | 04°59'44,8" | 119°40'01,3" | |
Saripa | Dusun Samanggi Desa Samangki Kecamatan Simbang | Untuk mencapai gua ini dapat digunakan angkutan dari Makassar-Ta'deang dengan waktu tempuh 3 jam. Gua batu gamping ini sedikit berair dan berlumpur. Sumber air gua ini adalah Sungai Pattunnuang. | Gua Horizontal | ± 1.736 | - | - | - | - | |
Sengkae | - | - | - | - | - | - | - | - | |
Sulaiman | Dusun Pattunuang Desa Samangki Kecamatan Simbang | Gua ini merupakan gua batu gamping. Kondisi gua ini sedikit berair dan berlumpur. Untuk mencapai gua ini bisa digunakan angkutan dari Makassar-Pattunuang dengan waktu tempuh selama 3 jam. | Gua Horizontal | Panjang ± 850 | - | - | - | - | |
Tajuddin | - | - | - | - | - | - | - | - | |
Tampuang | Desa Samangki Kecamatan Simbang | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan dinding gua berupa gambar telapak tangan, sampah dapur, dan artefak batu | 05°02'07,7" | 119°44'33,1" | |
Tanete | Kecamatan Cenrana | - | Gua Horizontal dan Gua Vertikal | ± 9.700 | ± 25 | - | - | - | |
Tanre | Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | cangkang kerang dan fragmen gerabah | 04°59'34,0" | 119°39'00,8" | |
Timpuseng | Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | cangkang kerang dan artefak batu | 04°59'53,5" | 119°39'39,8" | |
Tinggi Ada | Kelurahan Leang-Leang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | alat batu | 04°58'41,7" | 119°40'45,5" | |
Toakala | Desa Jenetaesa Kecamatan Simbang | - | Gua Horizontal | Panjang ± 80 | - | - | - | - | |
Tomanangna | Dusun Kappang Desa Labuaja Kecamatan Cenrana | Tersusun dari batu gamping | Gua Vertikal | Lebar berkisar 30-50 | ± 190 | - | - | - | |
Ulu Leang | Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | alat batu (serpih, bilah, dan tatal ), serta cangkang mollusca dari kelas gastropoda dan pelecypoda | 04°59'29,0" | 119°40'03,0" | |
Ulu Wae | Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan dinding gua, alat batu microlith, dan sampah dapur | 04°59'04,0" | 119°40'23,1" | |
Wanuawae | Kelurahan Leang-Leang Kecamatan Bantimurung | - | Gua Prasejarah | - | - | lukisan dinding gua dan sampah dapur | 04°57'58,2" | 119°40'54,3" | |
Watang | Desa Jenetaesa Kecamatan Simbang | - | Gua Horizontal | Panjang ± 440 | - | - | - | - | |
Wattanang | - | - | - | - | - | - | - | - |
Daftar gunung
[sunting | sunting sumber]Kawasan Taman Bumi Maros-Pangkep memiliki wilayah topografi yang begitu berbeda-beda, daerah bergunung-gunung tersebar luas. Masyarakat lokal di Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep menyebut gunung dengan sebutan bulu' . Berikut adalah daftar gunung yang ada di Kawasan Taman Bumi Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan secara urutan alfabetis:
Daftar pulau
[sunting | sunting sumber]Daftar pulau ini berada di gugusan pulau-pulau di Kepulauan Spermonde. Sebagian besar pulau di Kepulauan Spermonde masuk di wilayah Taman Bumi Maros-Pangkep, yaitu sebanyak 115 pulau kecil, dan yang sudah berpenghuni 72 pulau, dan 43 pulau yang belum berpenghuni. Sebagian kecilnya berada di wilayah administratif Kota Makassar (12 pulau kecil) dan Kabupaten Takalar. Berikut ini adalah daftar pulau yang berada wilayah Taman Bumi Maros-Pangkep.
Daftar pulau:
Daftar sungai
[sunting | sunting sumber]Keadaan hidrologi Taman Bumi Maros-Pangkep dibedakan air permukaan (sungai, rawa dan sebagainya) dan air yang bersumber dibawah permukaan (air tanah). Air di bawah permukaan yang merupakan air tanah merupakan sumber air bersih untuk kehidupan sehari-hari masyarakat. Sumber air permukaan di wilayah Taman Bumi Maros-Pangkep bersumber dari beberapa sungai yang tersebar di beberapa kecamatan, yang pemanfaatannya untuk kebutuhan rumah tangga dan kegiatan pertanian. Berikut ini adalah daftar sungai yang ada di wilayah Taman Bumi Maros-Pangkep:
^1 Data Versi Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014
^2 Data Versi Dinas Kehutanan, Dinas PU/SDA Kabupaten Maros, Dinas PSDA Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013
^3 Data Versi Penelitian Nasiah Badwi, dkk Tahun 2020
^4 Data Versi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001
^5 Data Versi Penelitian Ririn Ambarwati, dkk Tahun 2018
Geosite
[sunting | sunting sumber]No. | Gambar | Nama geosite | Geodiversitas (keanekaragaman geologi) | Biodiversitas (keanekaragaman hayati) | Diversitas budaya (keanekaragaman budaya) | Luas (km²) | Aksesibilitas | Letak administratif | Letak astronomis | |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Lintang Selatan (LS) | Bujur Timur (BT) | |||||||||
Geosite Agrowisata Pucak | Kawasan Kebun Raya Pucak terkonsentrasi pada konservasi hayati. Hal ini yang menjadi penciri keberagaman biota yang ada di kawasan geosite ini. | Dusun Puncak di Desa Pucak, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan | ||||||||
Geosite Air terjun Lacolla | Air terjun Lacolla merupakan air terjun dengan batuan penyusun lava dengan struktur batuan berupa aliran. Berdasarkan Geologi Regional Pangkajene dan Watampone bagian Barat (Sukamto, 1982), lokasi air terjun Lacolla termasuk pada Formasi Camba yang disusun oleh batuan sedimen laut dengan anggota basalt dan batugamping. | Dusun Malaka di Desa Cenrana Baru, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan | ||||||||
Geosite Air terjun Lengang | Air terjun Lengang merupakan air terjun tiga tingkat dengan batuan penyusunnya berupa batuan beku dengan struktur columnar joint. Berdasarkan Geologi Regional Pangkajene dan Watampone bagian Barat, lokasi air terjun Lengang termasuk pada Formasi Batuan Gunungapi Baturape-Cindakko yang disusun oleh lava dan breksi. | Kegiatan masyarakat yang membudaya di kawasan geosite ini ialah proses pengambilan dan pembuatan gula merah dari nira. | Air terjun Lengang Laiya ± 50 km dengan waktu tempuh sekitar 2 jam perjalanan dari pusat Kota Makassar atau ± 20 km dari pusat ibu kota Kabupaten Maros (Turikale) melalui Jl. Poros Maros–Bone (Jalan Provinsi). Untuk mencapai tepat di lokasi air terjun ini dapat ditempuh dengan mobil ataupun motor dan dilanjutkan dengan sedikit berjalan kaki (jika menggunakan mobil atau motor biasa) atau bisa tanpa berjalan kaki dengan menggunakan motor trail. | Dusun Bonto Manai di Desa Laiya, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan | ||||||
Geosite Bantimurung | Gejala geologi yang dapat ditemukan di kawasan Geosite Bantimurung ialah berupa Air terjun Bantimurung, Telaga Bantimurung, Gua Mimpi, Gua Batu, dan dinding-dinding karst yang mengelilingi kawasan ini. | Bantimurung sangat khas dengan keberadaan kupu-kupunya. Beberapa spesies ada di kawasan ini. Adapun spesies khas Bantimurung adalah Triodes Helena. | Ada satu spot di Bantimurung yang kerap dikunjungi oleh pengunjung yaitu “makam”. Spot ini berupa makam dari seseorang yang dipercaya menghabiskan waktu yang cukup lama di Gua Batu. | Diakses melalui Jl. Poros Maros–Bone (Jalan Provinsi). | Dusun Bantimurung di Desa Jenetaesa, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan | |||||
Geosite Desa Ekowisata Alam Patalassang | Geosite ini merupakan desa wisata dengan permandian alam di tengah perbukitan karst yang memiliki mata air yang sepanjang tahun airnya mengalir. | Pada kawasan geosite ini sering dijumpai macaca maura yang turun untuk mencari makan dan minum di sekitar mata air geosite ini. | Pada kawasan ini terdapat permainan musik tradisional katto-katto, kecapi, dan sinrili. Musik tradisional ini masih sering diselenggarakan pada saat acara-acara adat desa setempat seperti acara pernikahan dan khitanan. | Untuk menuju geosite ini membutuhkan waktu ± 2,5 jam perjalanan dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin ke arah Jalan Poros Minasatene dengan menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua. | Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Minasatene, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan | |||||
Geosite Gua Kalibbong Alloa | Geosite ini merupakan gua yang memiliki ornamen-ornamen yang cukup lengkap termasuk stalaktit, stalakmit, pilar, dan mineral kalsit. Bentang alam karst dengan morfologi terjal. Tersusun oleh litologi batugamping anggota formasi Tonasa berumur 50-15 juta tahun yang lalu. | Pada Gua Kalibbong Alloa merupakan tempat tinggal burung walet dan burung Alo (rangkong). | Tradisi masyarakat yang biasa dilakukan pada kawasan ini salah satunya adalah mappadekko, yaitu kegiatan menumbuk padi. Musik tradisional berupa gambus. | Untuk menuju geosite ini membutuhkan waktu ± 2 jam perjalanan dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin ke arah Jalan Poros Minasatene dengan menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua. | Kelurahan Biraeng, Kecamatan Minasatene, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan | |||||
Geosite Gua Lonrong | Geosite ini merupakan gua yang memiliki sistem hidrologi yang masih aktif, terdapat mata air di dalam gua ini yang kerap kali digunakan masyarakat sekitar sebagai sumber air bersih. Berbentang alam karst dengan topografi terjal. Termasuk pada satuan batugamping formasi Tonasa. | Pada kawasan ini terdapat berbagai macam flora dan fauna di mana flora yang terdapat di sekitar geosite itu berupa tumbuhan khas bentang alam karts, yaitu palem dan pakis. | Pada sebagian masyarakat di sekitar Geosite Gua Lonrong masih melaksanakan tradisi “mappano’ ri wae”. Tradisi tersebut salah satu bentuk upaya masyarakat untuk tetap memegang nilai–nilai luhur nenek moyang. Ritual ini merupakan tradisi yang wajib diabadikan oleh masyarakat Bugis di daerah di sekitar geosite. | Untuk menuju geosite ini membutuhkan waktu ± 2 jam perjalanan dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin ke arah Jalan Poros Balocci dengan menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua. | Desa Panaikang, Kecamatan Minasatene, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan | |||||
Geosite Gua Pute | Gua Pute merupakan gua vertical single pitch terdalam di Indonesia dengan kedalaman ± 275 meter. Selain itu terdapat Gua Dinosaurus yang berada di sebelah Gua Pute yang juga merupakan gua vertikal dengan kedalaman ± 180 meter. Terdapat gua horizontal yang menghubungkan kedua gua ini yang berada di dasar Gua Dinosaurus. | Keterdapatan burung khas dijumpai pada kawasan geosite ini. | Dusun Pattiro di Desa Labuaja, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan | |||||||
Geosite Gua Salukang Kallang | Salukang Kallang adalah gua dengan sistem terpanjang untuk sementara ini. Sistem Gua Salukang Kallang mencapai ± 12 kilometer. Ornamen-ornamen gua yang menghiasi Gua Salukang Kallang sangat beragam. Selain itu keterdapatan sungai bawah tanah dijumpai pada gua ini. Adapun aliran sungai tersebut akan sampai di kawasan Geosite Bantimurung. | Kecamatan Cenrana dan Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan | ||||||||
Geosite Gunung Tompobulu-Bulusaraung | Desa Tompobulu tersusun oleh litologi batugamping yang merupakan anggota formasi Tonasa berumur 50–15 juta tahun yang lalu. Memiliki morfologi perbukitan tower karst yang memiliki topografi relief tinggi dan bentuk lereng yang terjal, sementara yang menjadi titik tertinggi di kawasan ini adalah Puncak Bulusaraung yang memiliki ketinggian 1.353 mdpl (TN Babul). Puncak Bulusaraung tersusun dari litologi andesit yang merupakan intrusi batuan beku. | Kawasan geosite ini memiliki tipe hutan hujan non non dipterocarpaceae pamah dan tipe hutan pegunungan bawah dengan jenis tumbuhan seperti ficus spp., litsea sp., syzygium spp., neonauclea sp., Beilschmiedia fagifolia dan Litsea sp. Sedikitnya terdapat berbagai jenis anggrek alam. Jumlah jenis kupu-kupu yang sudah teridentifikasi di kawasan pegunungan Bulusaraung tidak kurang dari 64 jenis. | Adat istiadat masyarakat di Desa Tompobulu antara lain adalah setiap laki-laki yang ingin menikah harus menanam pohon kayu-kayuan 10 pohon, pesta pernikahan hanya boleh dilakukan pada hari jumat dan acara adat mappadendang yang dilakukan pada masa panen. | Untuk menuju ke geosite ini membutuhkan waktu 1,5 jam dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, dengan menggunakan kendaraan roda 4 dan roda 2 hingga sampai di Desa Tompobulu dan melanjutkan berjalan kaki 2-3 jam menuju Puncak Bulusaraung. | Desa Tompobulu, Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan | |||||
Geosite Kampung Prasejarah Bellae | Geosite ini merupakan kawasan perbukitan karst yang memiliki topografi terjal, jika dilihat dari atas kawasan ini merupakan cekungan yang dikelilingi oleh tebing-tebing perbukitan karst atau biasa disebut polje. | Pada kawasan ini biasa didapati biasanya dijumpai kuskus, tarsius, macaca maura, dan kucing hutan. Tumbuh-tumbuhan yang terdapat pada kawasan ini adalah berupa palem-paleman, kelapa, dan pakis. | Tradisi masyarakat yang biasa dilakukan pada kawasan ini salah satunya adalah mappadekko, yaitu kegiatan menumbuk padi. Musik tradisional berupa gambus. Di kawasan ini pula terdapat kompleks situs leang atau gua prasejarah, ada sekitar 50 gua prasejarah dari ratusan gua yang ada. Seperti Leang Kassi, Leang Bulo Ribba, Leang Camming Kannang, Leang Pattennung, Leang Lompoa, Leang Kajuara dan masih banyak lagi. | Untuk menuju geosite ini membutuhkan waktu ± 2 jam perjalanan dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin ke arah Jalan Poros Minasatene dengan menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua. | Kampung Bellae di Kelurahan Minasatene, Kecamatan Minasatene, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan | |||||
Geosite Kawasan Hutan Karaenta | Kawasan Hutan Karaenta merupakan kawasan karst yang disusun oleh bukit-bukit batuan karbonat (batugamping). | Kawasan Hutan Karaenta memiliki keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna karena merupakan salah satu kawasan konservasi. | Kecamatan Cenrana dan Kecamatan Simbang di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan | |||||||
Geosite Kawasan Hutan Pendidikan Bengo | Keberagaman geologi yang dijumpai kawasan geosite ini berupa Telaga Bidadari. | Selayaknya fungsi kawasan sebagai laboratorium alam dan kawasan konservasi hayati, Hutan Pendidikan Bengo memiliki beragam flora dan fauna. | Bengo-Bengo di Desa Limapoccoe, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan | |||||||
Geosite Kawasan Karst Pattunuang | Kenampakan sill (intrusi batuan yang selaras dengan perlapisan batuan) dalam ukuran yang besar di jalan layang Pattunuang menunjukkan adanya gejala geologi. Selain itu kawasan Pattunuang yang dikelilingi oleh bukit-bukit karst serta atraksi "Bisseang Labboro" menjadi bukti keberagaman geologi pada kawasan ini. | Kawasan geosite ini juga merupakan kawasan konservasi. Salah satu atraksi keanekaragaman hayati yang dapat dilihat di kawasan ini ialah atraksi penangkaran Sanctuary Tarsius Fuscus. | Atraksi "Bisseang Labboro" merupakan batuan yang menyerupai perahu terbalik memiliki cerita tersendiri bagi masyarakat Pattunuang. | Dusun Pattunuang di Desa Samangki, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan | ||||||
Geosite Kawasan Pantai Kuri | Endapan pantai dan beberapa singkapan batuan di pinggir pantai menjadi daya tarik pantai kuri. Pemandangan di pantai ini semakin terlihat menarik di saat matahari terbenam. | Terdapat intangible cultural heritage yang sempat dijumpai di kawasan Geosite Pantai Kuri, yakni sifat gotong-royong masyarakat memindahkan rumah atau lebih dikenal dengan tradisi “mappalette bola” atau “marakka bola” yang artinya memindahkan rumah atau mengangkat rumah. | Dusun Kuri Caddi di Desa Nisombalia, Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan | |||||||
Geosite Kawasan Rammang-Rammang | Seluruh kawasan Geosite Rammang-Rammang tersusun oleh perbukitan karst. Adapun gejala geologi lain yang dijumpai di kawasan ini ialah Gua Berlian, Kingkong Stone, dan Padang Amarrung. | Keberagaman biota yang dijumpai berupa bakau yang tumbuh di sepanjang Sungai Pute menuju kampung karst. Selain itu fauna yang dijumpai ialah beberapa jenis aves dan ikan. Dijumpai pula macaca maura. | Budaya yang masih dipegang oleh masyarakat kawasan Geosite Rammang-Rammang ialah "mallopi" atau naik perahu. Hal ini dikarenakan kawasan ini juga dikelilingi oleh sungai yang disebut Sungai Pute yang menjadi jalur transportasi bagi masyarakat. | Dusun Rammang-Rammang dan Dusun Kampung Berua di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan | ||||||
Geosite Kompleks Batu Rijang Bantimala | Pada kawasan ini dulunya merupakan area tektonik, fenomena geologi yang sangat beragam, terbukti dengan tersingkapnya batuan rijang, sekis, mélange, kuarsit, eclogite, dan batuan ultramafic yang merupakan batuan alas. | Pada kawasan ini termasuk hutan hujan tropis yang memiliki jenis pohon-pohon, seperti pohon bungur, mahoni, rengas, dan duhu. | Adat istiadat masyarakat sekitar, yaitu membuat lappa-lappa pada saat ingin turun menanam padi di sawah. Hal ini diyakini masyarakat agar hasil panen mereka berhasil. Selain itu ada juga yang disebut padallisa yaitu ritual tolak bala. | Untuk menuju geosite ini membutuhkan waktu ± 3 jam perjalanan dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, dengan menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua. | Desa Bantimurung dan Desa Malaka, Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan | |||||
Geosite Komunitas Adat Bissu | Kawasan ini merupakan geosite non geological site. | Bissu adalah kaum pendeta yang tidak mempunyai golongan gender dalam kepercayaan tradisional masyarakat Bugis dari Sulawesi Selatan, Indonesia. Golongan Bissu mengambil peran gender laki-laki dan perempuan. Mereka dilihat sebagai separuh manusia dan separuh dewa dan bertindak sebagai penghubung antara kedua dunia. Masyarakat sekitar rutin menggelar upacara adat mappalili atau upacara turun sawah saat memasuki musim tanam. Upacara mappalili ini dijadikan sebagai kegiatan tahunan untuk melestarikan budaya tersebut. | Untuk menuju geosite ini membutuhkan waktu ± 2,5 jam perjalanan dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin menuju ke Kecamatan Segeri, Kabupaten Pangkep dengan menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua. | Kecamatan Segeri, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan | ||||||
Geosite Permandian Air Panas Mallawa | Mata air panas Mallawa dapat terjadi karena lokasi Mallawa khususnya Realolo adalah kawasan yang dipengaruhi oleh struktur geologi. Mata air ini merupakan mata air panas non gravitasi yang disebabkan oleh adanya struktur geologi berupa patahan. | Kegiatan masyarakat yang kemudian membudaya di kawasan geosite ini ialah pembudidayaan jamur tiram di bawah naungan KLHK dalam bentuk kelompok tani yang kemudian menjadi salah satu penghasil makanan lokal berupa keripik jamur. | Dusun Realolo di Desa Samaenre, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan | |||||||
Geosite Pulau Camba-Cambang | Pada kawasan ini merupakan daerah Kepulauan Spermonde yang tersusun oleh material sedimen karbonat yang berumur kuarter. | Pada kawasan ini termasuk terdapat flora dan fauna darat dan laut, yakni jenis pohon sentigi yang kayunya dapat digunakan untuk gagang pusaka. Disamping itu terdapat fauna sejenis burung maleo berkaki merah yang mendiami sebelah selatan pulau ini. Kawasan ini merupakan daerah habitat bertelurnya penyu. | Kegiatan masyarakat yang menjadi salah satu tradisi kawasan ini adalah mandi safar, tradisi ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menolak bala sekaligus untuk meningkatkan silaturahmi baik sesama tetangga maupun dengan keluarga lainnya. | Untuk menuju geosite ini membutuhkan waktu ± 2 jam perjalanan dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin ke arah Jalan Poros Makassar-Parepare menuju Dermaga Maccini Baji di Kecamatan Labakkang. Kemudian melanjutkan perjalanan sekitar 15 menit menggunakan perahu menuju pulau tersebut. | Pulau Camba-Cambang di Desa Mattiro Baji, Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan | |||||
Geosite Pulau Kapoposang | Pada kawasan ini merupakan daerah Kepulauan Spermonde yang tersusun oleh material sedimen karbonat yang berumur kuarter. | Pada kawasan ini termasuk terdapat flora dan fauna darat dan laut, yakni jenis pohon sentigi yang kayunya dapat digunakan untuk gagang pusaka. Disamping itu terdapat fauna sejenis burung maleo berkaki merah yang mendiami sebelah selatan pulau ini. Kawasan ini merupakan daerah habitat bertelurnya penyu. | Budaya masyarakat sekitar pulau ini tiap tahun mengadakan pesta laut (mappanre tasik), yaitu sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih dari masyarakat nelayan Bugis kepada Tuhan atas rezeki yang diberikan dalam bentuk hasil laut. | Untuk menuju geosite ini membutuhkan waktu ± 5 jam perjalanan dari Dermaga Tradisional Paotere di Kota Makassar, dengan menggunakan kapal reguler yang berkapasitas 30 orang. | Pulau Kapoposang di Desa Mattiro Ujung, Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan | |||||
Geosite Pulau Panambungan | Pada kawasan ini merupakan daerah Kepulauan Spermonde yang tersusun oleh material sedimen karbonat yang berumur kuarter. | Kegiatan masyarakat yang menjadi salah satu tradisi kawasan ini adalah mandi safar, tradisi ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menolak bala sekaligus untuk meningkatkan silaturahmi baik sesama tetangga maupun dengan keluarga lainnya. | Untuk menuju geosite ini membutuhkan waktu ± 2 jam perjalanan dari Dermaga Tradisional Paotere di Kota Makassar menggunakan kapal speedboat. | Pulau Panambungan di Kelurahan Mattiro Sompe, Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan | ||||||
Geosite Pulau Samatellu Pedda | Pada kawasan ini merupakan daerah Kepulauan Spermonde yang tersusun oleh material sedimen karbonat yang berumur kuarter. | Kegiatan masyarakat yang menjadi salah satu tradisi kawasan ini adalah mandi safar, tradisi ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menolak bala sekaligus untuk meningkatkan silaturahmi baik sesama tetangga maupun dengan keluarga lainnya. | Untuk menuju geosite ini membutuhkan waktu ± 2 jam perjalanan dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin ke arah Jalan Poros Makassar-Parepare menuju Dermaga Maccini Baji di Kecamatan Labakkang. Kemudian melanjutkan perjalanan sekitar 1 jam menggunakan perahu menuju pulau tersebut. | Pulau Samatellu Pedda di Desa Mattiro Walie, Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan | ||||||
Geosite Puncak Makkaroewa | Puncak Makkaroewa adalah satu dari banyaknya puncak yang terbentuk dari hasil intrusi batuan beku yang ada di Kabupaten Maros. Dari puncak ini dapat dilakukan pengamatan bentang alam untuk daerah Kecamatan Cenrana dan sekitarnya. Yang membedakan puncak ini dari puncak-puncak lainnya ialah fasilitas yang mendukung spot-spot foto berupa atraksi rumah hobit, teras pohon, dan beberapa spot lainnya. | Keberagaman hayati yang dijumpai di kawasan geosite ini didominasi oleh hutan pinus. Sesekali dijumpai keberadaan macaca maura. | Dusun Nahung di Desa Labuaja, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan | |||||||
Geosite Simbang Celebes Mushroom Farms | Celebes Mushroom Farm fokus dalam budidaya jamur tiram. | Desa Simbang, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan | ||||||||
Geosite Taman Arkeologi Leang-Leang | Kawasan Geosite Taman Arkeologi Leang-Leang sepenuhnya merupakan situs yang disusun oleh batuan karbonat (batugamping). Keberadaan gua-gua disekitarnya juga menjadi penciri kawasan karst yang khas. | Ada beberapa jenis burung yang berhabitat di dalam gua. Utamanya pada Leang Burung I dan Leang Burung II. | Pada kawasan geosite ini dapat dijumpai situs purbakala berupa gambar di dinding-dinding gua. Gambar-gambar tersebut meliputi gambar babi rusa dan telapak tangan. | Kelurahan Leang-Leang dan Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan | ||||||
Geosite Taman Batu Balocci | Pada kawasan ini merupakan daerah perbukitan eksokarst yang topografinya terjal. Termasuk pada formasi Tonasa yang berumur 50-15 juta tahun yang lalu. | Pada kawasan ini termasuk terdapat berbagai macam tumbuhan khas bentang alam karst, yaitu berupa palem, dan tidak jarang juga menjadi habitat macaca maura. | Budaya masyarakat sekitar geosite ini mempuyai tradisi Mappano' ri Salo, yakni kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan acara pernikahan. Acara ini dimaksudkan oleh masyarakat sekitar sebagai ritual penyembahan terhadap penguasa air yang lazim disebut dengan karaeng atau raja Sinri Jala. | Untuk menuju geosite ini membutuhkan waktu ± 2 jam perjalanan dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin ke arah Jalan Poros Balocci lalu ke arah desa balleangin dengan menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua. | Kelurahan Balleangin, Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan | |||||
Geosite Taman Prasejarah Sumpang Bita | Pada kawasan ini merupakan daerah perbukitan karst yang topografinya terjal. Termasuk pada formasi Tonasa yang berumur 50-15 juta tahun yang lalu. | Pada kawasan ini terdapat berbagai macam fauna jenis burung elang yang mendiami gua-gua karst. Sesekali terlihat monyet hitam (Macaca maura) yang turun mengambil air, selain fauna terdapat pula berbagai jenis flora berupa pohon-pohon jenis palem. | Pada kawasan ini terdapat situs arkeologis berupa lukisan dinding, artefak batu, cangkang mollusca, fragmen gerabah serta fragmen tulang dan gigi. 63 Lukisan dinding berbentuk cap tangan dalam berbagai ukuran, cap kaki anak-anak, gambar menyerupai babi rusa dalam berbagai ukuran serta sebuah gambar/lukisan menyerupai perahu. Lukisan-lukisan tersebut berwarna merah dan sebagian besar ditemukan pada dinding sisi kiri gua. | Untuk menuju geosite ini membutuhkan waktu ± 2 jam perjalanan dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin ke arah Jalan Poros Balocci dengan menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua. | Kelurahan Balocci Baru, Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan |
- Geosite Air Terjun Baruttung (Maros)
- Geosite Bulu Sipong Taman Kehati Semen Tonasa (Pangkep)
- Geosite Leang Surukang (Pangkep)
- Geosite Sungai Pute (Bontoa, Maros)
- Geosite Tabbua (Mattiro Deceng, Lau, Maros)
- Geosite Taman Wisata Alam Bantimurung Kassi Kebo (Jenetaesa, Simbang, Maros)
- Geosite Tonasa Park (Pangkep)
Flora dan fauna endemik
[sunting | sunting sumber]Flora
[sunting | sunting sumber]- Kayu hitam sulawesi atau Eboni sulawesi (Ind.), Diospyros celebica (Lat.)
- Sepang (Ind. & Bug.), Sapang (Mak.), Caesalpinia sappan (Lat.)
- Coelogyne celebensis
Fauna
[sunting | sunting sumber]- Anis-bentet Sangihe (Ind.), Colluricincla sanghirensis (Lat.)
- Anis punggung-merah (Ind.), Zoothera erythronota (Lat.)
- Anis sulawesi (Ind.), Cataponera turdoides (Lat.)
- Babi hutan sulawesi (Ind.), Sus celebensis (Lat.)
- Barong sulawesi (Ind.), Hipposideros pelingensis (Lat.)
- Betet-kelapa paruh-besar (Ind.), Tanygnathus megalorynchos (Lat.)
Pihak pengelola dan mitra
[sunting | sunting sumber]No | Nama instansi | Keterangan | |||
---|---|---|---|---|---|
1 | BP GMP Badan Pengelola Geopark Maros-Pangkep |
||||
2 | BPCB Sulsel Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan |
Di wilayah Geopark Maros-Pangkep terdapat banyak cagar budaya yang dijaga dan dirawat oleh BPCB Sulsel. Adapun cagar budaya tersebut antara lain: Taman Arkeologi Leang-Leang (Leang Pettae dan Pettakere), Taman Prasejarah Sumpang Bita (Leang Sumpang Bita dan Leang Bulu Sumi), Leang Timpuseng, Bulu Sipong (Leang Bulu Sipong I, II, dan III), Leang Tedongnge, Leang Bettue, Lukisan Gua Leang Bulu' Sipong 4, Leang Jing, Kompleks Situs Gua Prasejarah Bellae, Kawasan Karst Maros-Pangkep, Leang Takeppung, Leang Saluka, Leang Panninge, Situs Neolitik Mallawa, Kompleks Makam Dampang Marana dan Anak Kodayya, Leang Caddia, Leang Bubbuka, Leang Karrasa, dan lainnya. | |||
3 | Pemkab Maros Pemerintah Kabupaten Maros |
Pemkab Maros sebagai unsur pelaksana pemerintahan di wilayah administratif Kabupaten Maros menjadi mitra penting dalam kelangsungan Geopark Maros-Pangkep. Melalui Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. | |||
4 | Pemkab Pangkep Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan |
Pemkab Pangkep sebagai unsur pelaksana pemerintahan di wilayah administratif Kabupaten Pangkep menjadi mitra penting dalam kelangsungan Geopark Maros-Pangkep. Melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. | |||
5 | Pemprov Sulsel Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan |
Pemprov Sulsel sebagai unsur pelaksana pemerintahan di wilayah administratif Provinsi Sulawesi Selatan menjadi mitra penting dalam kelangsungan Geopark Maros-Pangkep. Pemprov Sulsel menjadi koordinator antara Pemkab Maros dan Pangkep. Melalui Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan. Salah satu geosite yang dikelola oleh Pemprov Sulsel adalah Geosite Agrowisata Pucak. | |||
6 | KLHK RI Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia |
||||
7 | Balai TN Babul Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung |
Balai TN Babul yang mengelola Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung menjadi mitra Geopark Maros-Pangkep. Sebelumnya, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung telah ditetapkan sebagai kawasan Taman Warisan ASEAN (ASEAN Heritage Park) sejak 25 Oktober 2019 dalam Konferensi Taman Warisan ASEAN Ke-6 di Laos dan pada Agustus 2022 telah didaftarkan sebagai cagar biosfer. Hampir seluruh wilayah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung masuk menjadi wilayah Geopark Maros-Pangkep. Wilayah yang tidak masuk berada di wilayah Kabupaten Bone, diantaranya wilayah Desa Bonto Masunggu, Bontojai, Lamoncong, Langi, Pattuku, dan lainnya. | |||
8 | BKKPN Kupang Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kupang |
BKKPN Kupang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang Kawasan Konservasi Perairan Nasional yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Taman Wisata Perairan Kepulauan Kapoposang, Kepulauan Spermonde merupakan salah satu wilayah kerja BKKPN Kupang yang masuk pada wilayah Geopark Maros-Pangkep. | |||
9 | Unhas Universitas Hasanuddin |
Unhas sebagai lembaga pendidikan perguruan tinggi negeri memiliki wilayah Hutan Pendidikan Bengo-Bengo Unhas di Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros. Hutan pendidikan tersebut telah menjadi salah satu geosite di Geopark Maros-Pangkep. Selain itu Unhas telah menjadi mitra kerjasama dalam pengembangan dan penelitian Geopark Maros-Pangkep yang dilakukan oleh Departemen Kehutanan Fakultas Kehutanan, Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya, dan Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik. | |||
Keterangan:
Mitra
Pengelola inti
|
Pengusulan UNESCO Global Geopark
[sunting | sunting sumber]Geopark Maros-Pangkep salah satu yang diusulkan oleh Pemerintah RI untuk menjadi UNESCO Global Geopark (UGGp). Sebelumnya, terdapat 15 taman bumi berstatus nasional yang dinilai untuk diajukan menjadi UNESCO Global Geopark, dan hanya dua yang lolos sesuai kuota, yaitu Geopark Maros-Pangkep dan Geopark Ijen. Gubernur Sulawesi Selatan melalui Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) memberikan dukungan penuh dengan rencana pengajuan Geopark Maros-Pangkep menjadi UNESCO Global Geopark tahun 2021, melalui revisi RPJMD dengan memasukan poin-poin kebijakan yang mendukung tercapainya hal tersebut. Selain itu dengan mendorong program kolaborasi yang akan dipimpin oleh Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan. Isu yang akan diangkat dan diusulkan kepada UNESCO adalah Indonesian Island Geopark, dengan menetapkan 30 geosite prioritas. Delineasi kawasan Taman Bumi Nasional Maros-Pangkep meliputi 2 kabupaten (Maros dan Pangkep), dengan wilayah darat seluas 2.243 km² dan kawasan laut dengan luas 2.815 km². Tercakup dalam 7 jalur Geotrail dan 30 Geosite.[17]
Tahapan pengajuan ke UNESCO meliputi Apiring Geopark, Verifikasi & Evaluasi, Sidang Council dan Sidang Eksekutif. Pada Delineasi Geopark Maros-Pangkep akan ditekankan untuk menampakkan peta Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung dan Taman Wisata Perairan Kepulauan Kapoposang. Badan Pengelola Geopark Maros-Pangkep mengharapkan kebutuhan data dari BKKPN Kupang diantaranya Daftar dan Peta sebaran kawasan konservasi perairan di Sulawesi Selatan, Daftar keanekaragaman hayati di Provinsi Sulawesi Selatan, Laporan Kegiatan terkait konservasi, pendidikan/penelitian dan pemberdayaan masyarakat di kawasan konservasi TWP Kepulauan Kapoposang, Data kunjungan dan profil pengunjung di kawasan konservasi TWP Kepulauan Kapoposang.[17]
Pada 4 September 2022, pengajuan usulan Taman Bumi Nasional Maros-Pangkep telah diterima menjadi Taman Bumi Global UNESCO dalam rapat dewan UNESCO Global Geoparks di Satun, Provinsi Satun, Thailand. Meskipun sudah dinyatakan diterima, namun untuk penetapan resmi akan dilaksanakan melalui Sidang UNESCO pada Maret 2023 di Paris, Perancis. Sementara pihak pengelola Taman Bumi Nasional Maros-Pangkep akan duduk bersama untuk menetapkan langkah-langkah selanjutnya. Pasalnya masih ada 9 rekomendasi dari tim asesor yang harus ditindaklanjuti, seperti banyaknya penggunaan bahan-bahan dari plastik dan keterlibatan masyarakat sekitar dalam menjaga ekologi. Apabila itu tidak terpenuhi atau tidak dijaga dan tidak memenuhi standar kualifikasi maka pengakuan ini bisa saja dicabut oleh UNESCO. Dengan status masuknya Taman Bumi Nasional Maros-Pangkep dalam UNESCO Global Geopark maka kawasan Taman Bumi Nasional Maros-Pangkep telah menjadi tujuan wisata dunia dan akan mendapatkan perhatian yang lebih besar, baik sektor pariwisatanya maupun upaya pemberdayaan masyarakatnya.[22] Sebelumnya tim asesor dari UNESCO Global Geoparks yang terdiri atas 2 orang, yakni Martina Pásková dari Ceko dan Jakob Walløe Hansen dari Denmark mengunjungi Indonesia untuk meninjau dan menilai langsung 2 geopark yang telah diusulkan sebelumnya, yakni Geopark Kawah Ijen pada 9-12 Juni 2022 dan Geopark Maros-Pangkep pada 15-18 Juni 2022. Di Taman Bumi Nasional Maros-Pangkep, mereka telah mengunjungi dan meninjau beberapa geosite. Kunjungan asesor tersebut untuk mendapatkan penilaian rekomendasi UNESCO Global Geoparks.[23]
Pusat informasi geologi
[sunting | sunting sumber]Pusat Informasi Geologi (PIG) Geopark Maros-Pangkep diprakarsai dan dibangun oleh Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Hal itu sejalan dengan permintaan Badan Pengelola Geopark Maros-Pangkep, Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulsel, Pemkab Maros dan Pemkab Pangkep. Bangunan PIG Geopark Maros-Pangkep ini dibangun pada tahun 2020 menggunakan anggaran APBN hampir sebesar Rp 3,5 miliar dan sebelumnya merupakan Museum Karst dan Budaya. Pusat Informasi Geologi (PIG) Geopark Maros-Pangkep merupakan destinasi wisata edukasi yang terletak di Jl. Andi Mappe Km. 54 Kawasan Rujab Bupati Pangkep, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Jam operasional mulai pukul 08.00 WITA–15.00 WITA. Pusat Informasi Geologi (PIG) Geopark Maros-Pangkep terbagi atas 4 zona, yaitu zona 1 sejarah geologi Pulau Sulawesi, zona 2 mitigasi bencana, sumber daya alam terbarukan dan terbatas, zona 3 sejarah kehidupan, zona 4 geopark. Di PIG ini terdapat ruang audio visual dan dokumenter. PIG ini dapat memberikan edukasi kegeologian baik bagi masyarakat umum maupun wisatawan akan kekayaan geologi di Kawasan Maros-Pangkep. Dengan adanya 31 geosite yang ada di kawasan Geopark Maros-Pangkep. Setelah tahu, diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan kekayaan keragaman geologi yang yang ada. PIG Geopark Maros-Pangkep berisi proses pembentukan bumi khususnya kawasan Geopark Maros-Pangkep, lalu potensi Sumberdaya Alam, Geologi yang bernilai internasional. Kemudian nilai kekayaan Arkeologi, tinggalan budaya dan masa prasejarah, kekayaan flora dan fauna. Semua informasi tersaji secara sistematis dalam media panel informasi dan digital yang ada di Pusat Informasi Geologi, Geopark Maros-Pangkep. PIG ini ditujukan untuk tempat bagi wisatawan dan masyarakat umum untuk memperoleh informasi mengenai keberagaman geologi, dinamika bumi, sejarah kehidupan, potensi bencana serta potensi sumber daya geologi dan pemanfaatannya. Keberadaannya di Indonesia, PIG Geopark Maros Pangkep menjadi yang kelima dibangun Badan Geologi Indonesia. Sebelumnya telah membangun PIG Geopark Kaldera Toba di Sumatera Utara, PIG Geopark Pegunungan Sewu di Daerah Istimewa Yogyakarta, PIG Geopark Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat, PIG Geopark Belitong di Kepulauan Bangka Belitung.[24]
Galeri foto
[sunting | sunting sumber]Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Wisata Alam Rammang-Rammang
- Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung
- Daftar tempat wisata di Kabupaten Maros
- Daftar tempat wisata di Sulawesi Selatan
- Kabupaten Maros
- Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
- Kecamatan Bantimurung
- Kecamatan Bontoa
- Kecamatan Simbang
- Kecamatan Balocci
- Sungai Pute
- Desa Botolempangan
- Kelurahan Balocci Baru
- Kecamatan Minasatene
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Bulu Balelue at Geonames.org (cc-by); Database dump downloaded 2021-1-24
- ^ Limonu, Najmi (20 Agustus 2020). "Kawasan Puncak Baro-baro Alternatif Wisata Baru di Maros". Sindonews.com. Diakses tanggal 23 Januari 2021.
- ^ Bulu Ganrang at Geonames.org (cc-by); Database dump downloaded 2021-1-23
- ^ Bulu Ganrangganrang at Geonames.org (cc-by); Database dump downloaded 2021-1-23
- ^ Bulu Gojeng at Geonames.org (cc-by); Database dump downloaded 2021-1-24
- ^ Bulu Kacici at Geonames.org (cc-by); Database dump downloaded 2021-1-23
- ^ Bulu Kaluku at Geonames.org (cc-by); Database dump downloaded 2021-1-24
- ^ Bulu Kalumpang at Geonames.org (cc-by); Database dump downloaded 2021-1-24
- ^ Hamzah, Jamil (13 Januari 2020). "Gunung Karang Puang, Menikmati Sunset Di Batas Kota Maros". makassar.terkini.id. Diakses tanggal 23 Januari 2021.
- ^ a b c "Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan" (PDF). openjicareport.jica.go.jp. Maret 2008. hlm. 3. Diakses tanggal 23 Januari 2021.
- ^ Bulu Kariango at Geonames.org (cc-by); Database dump downloaded 2021-1-23
- ^ a b c Muthalib, Abd. "15 Tempat Wisata di Maros Terbaru & Paling Hits Dikunjungi". www.celebes.co. Diakses tanggal 23 Januari 2021.
- ^ Bulu Pattontongan at Geonames.org (cc-by); Database dump downloaded 2021-1-23
- ^ Zakaria, Indra (23 November 2018). "Rammang-Rammang, Gunung Karst di Maros yang Tak Kalah dari Halong Bay". makassar.terkini.id. Diakses tanggal 23 Januari 2021.
- ^ Gunung Rumbua at Geonames.org (cc-by); Database dump downloaded 2021-1-23
- ^ Bulu Saukang at Geonames.org (cc-by); Database dump downloaded 2021-1-23
- ^ a b c Margareth, Ronauli (12 September 2020). "Memandang Makassar dari Puncak Gunung Suro Maros". www.tagar.id. Diakses tanggal 23 Januari 2021.
- ^ Pemerintah Kabupaten Maros PEMERINTAH KABUPATEN MAROS PENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2014 Diarsipkan 2021-01-16 di Wayback Machine.. Pemerintah Kabupaten Maros, 2014. Hlm. VI-10
- ^ Dr. Maming, M.Si.Buku Data Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014 Diarsipkan 2021-01-16 di Wayback Machine.. Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Sulawesi Selatan, 2015. Hlm. 24
- ^ Nasiah Badwi, et al.Pemetaan Tingkat Rawan Bencana Banjir Di Daerah Aliran Sungai Maros. Universitas Negeri Makassar, 2020. Hlm. 314
- ^ Tim Dinas PU Provinsi Sulsel Studi Rencana Pengelolaan Air Komprehensif Wilayah Sungai Maros-Jeneberang. Dinas PU Provinsi Sulsel, November 2001. Hlm. 2-5
- ^ Diah, Femi (6 September 2022). "Resmi! Geopark Maros Pangkep Masuk Daftar UNESCO Global Geopark". detikcom. Diakses tanggal 6 September 2022.
- ^ Limonu, Najmi (15 Juni 2022). "Tim Asesor UNESCO Global Geopark Sebut Karst Maros Unik". Sindonews.com. Diakses tanggal 6 September 2022.
- ^ WR, Andi Muhammad Ikhsan (9 April 2021). "Pusat Informasi Geologi Geopark Maros Pangkep Hadir di Pangkep, Jadi Destinasi Wisata Baru Sulsel". Tribunnews.com. Diakses tanggal 12 September 2022.