Lompat ke isi

Taman Wisata Alam Gua Pattunuang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
TWA Gua Pattunuang
Hydrosaurus celebensis di Taman Wisata Alam Gua Pattunuang
LetakDusun Pattunuang, Desa Samangki, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia
Pihak pengelolaBalai TN Babul KLHK

Disbudpar Pemkab Maros

Taman Wisata Alam Gua Pattunuang (Lontara Indonesia: ᨈᨆ ᨓᨗᨔᨈ ᨕᨒ ᨁᨘᨕ ᨄᨈᨘᨊᨘᨕ , transliterasi: Taman Wisata Alam Gua Pattunuang ) (disingkat TWA Gua Pattunuang) adalah salah satu dari lima unit kawasan konservasi di wilayah Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung. Tak hanya sebagai kawasan konservasi, kawasan ini juga diperuntukan sebagai tempat wisata di Kabupaten Maros. Secara letak administratif, TWA Gua Pattunuang berada di Dusun Pattunuang, Desa Samangki, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Kawasan ini dikelola dengan kerjasama antara pihak Balai TN BabulKLHK dan Disbudpar Pemkab Maros.

Potensi dan daya tarik

[sunting | sunting sumber]

TWA Gua Pattunuang adalah salah satu objek wisata yang terletak di Desa Samangki Kecamatan Simbang Kabupaten Maros. Objek wisata alam Gua Pattunuang kaya akan stalaktit dan stalakmit yang menakjubkan. Di kawasan ini terdapat kurang lebih 40 gua yang masih alami dan belum mengalami perubahan-perubahan oleh aktivitas manusia. Berbagai spesies flora dan fauna yang tergolong langka dapat dijumpai ditambah dengan bentangan pegunungan yang curam dan bertebing menjadikan kawasan ini sangat ideal sebagai daerah tujuan wisata petualangan, panjat tebing, dan pendidikan. Panorama alam di sekitar gua sangat indah dan menawan. Dalam kawasan ini terdapat pula batu besar yang berbentuk perahu yang menyimpan legenda yang menarik. Konon menceritakan seorang saudagar Cina yang datang untuk melamar dan mempersunting gadis Samanggi namun lamarannya ditolak. Karena mendapat malu saudagar tersebut mengkaramkan perahunya, perahu inilah yang pada akhirnya menjadi batu. Oleh masyarakat sekitar, batu tersebut dinamakan "Biseang Labboro" yang artinya “perahu yang terdampar”. Pada akhir pekan kawasan ini banyak dikunjungi wisatawan, khususnya remaja yang melakukan camping, caving (penelusuran gua), panjat tebing, atau sekedar menikmati panorama alam. Di TWA Gua Pattunuang ditemukan sekitar 40 gua yang masih alami dan belum mengalami perubahan akibat aktivitas manusia. Pada umumnya gua-gua di kawasan ini dapat ditelusuri secara mudah dengan panjang rata-rata 1.000 meter dan kedalaman rata-rata 30 meter. Gua yang ada TWA Gua Pattunuang antara lain: Gua Anggawati II (panjang ± 1.000 m), Gua Restaurant (panjang ± 1.400 m), Gua de Lapisaine (panjang ± 300 m), Gua Pattunuang 1 dan 2 (panjang masing-masing 500 m), Gua Sambueja I dan II (panjang masing-masing 300 m dan 1.400 m), Gua Kado (panjang ± 1.400 m), Gua Jaria (panjang ± 900 m), Gua Aux mains (panjang ± 600 m), dan lain-lain. Keseluruhan gua tersebut menyajikan keindahan stalaktit dan stalakmit serta sebagai tempat berkembang biak burung walet, kelelawar, laba-laba, lipan, kaki seribu dan lain-lain.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]