Waduk Cacaban
Waduk Cacaban | |
---|---|
Lokasi | Karanganyar, Kedungbanteng, Tegal, Jawa Tengah |
Kegunaan | Irigasi |
Status | Beroperasi |
Mulai dibangun | 16 September 1952 |
Mulai dioperasikan | 19 Mei 1959 |
Pemilik | Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat |
Bendungan dan saluran pelimpah | |
Tipe bendungan | Urugan |
Tinggi | 38 m |
Panjang | 168 m |
Lebar puncak | 6 m[1] |
Volume bendungan | 600.000 m3 |
Ketinggian di puncak | 80,5 mdpl |
Membendung | Sungai Cacaban |
Jumlah pelimpah | 1 |
Tipe pelimpah | Ogee |
Kapasitas pelimpah | 105 m3 / detik |
Waduk | |
Kapasitas normal | 90.000.000 m3 |
Kapasitas aktif | 89.900.000 m3[3] |
Kapasitas nonaktif | 100.000 m3 |
Luas tangkapan | 59 km2[2] |
Luas genangan | 790 hektar |
Waduk Cacaban adalah sebuah waduk yang dibangun di Karanganyar, Kedungbanteng, Tegal untuk menampung air dari Sungai Cacaban. Waduk ini adalah waduk besar pertama yang dibangun pasca Indonesia merdeka. Waduk ini terutama dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian seluas sekitar 26.753 hektar. Waduk ini juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan air dari Pabrik Gula Pangkah.[3]
Waduk ini didukung dengan pemandangan hutan dan panorama alam yang indah, sehingga juga menjadi obyek wisata andalan Kabupaten Tegal, selain Wisata Guci dan Pantai Purwahamba Indah.[4]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Gagasan pembangunan waduk ini telah muncul sejak masa pendudukan Belanda di Indonesia, karena di musim hujan sering terjadi banjir yang merusak lahan pertanian milik masyarakat, tetapi di musim kemarau, lahan pertanian milik masyarakat kesulitan untuk mendapatkan air. Pembangunan waduk ini lalu dimulai dengan prosesi peletakan batu pertama oleh Presiden Soekarno pada tanggal 16 September 1952. Waduk ini kemudian diresmikan pada tanggal 19 Mei 1959 oleh Pj. Presiden Sartono.[3]
Pada tahun 1963, dilakukan penanaman pohon cemara di sekeliling waduk ini untuk mengurangi jumlah lumpur yang masuk ke dalam waduk. Tetapi pohon cemara yang ditanam di atas bendungan dari waduk ini kemudian ditebang pada dekade 1980-an, karena dikhawatirkan melemahkan struktur bendungan.[3]
Setelah waduk ini selesai dibangun, Ketua Dewan Tourisme Indonesia saat itu, Hamengkubuwono IX, juga pernah berkunjung ke waduk ini untuk mengecek kelayakan waduk ini sebagai obyek wisata. Untuk itu, kemudian direncanakan pembangunan jalan di sekeliling waduk dan pembangunan penginapan di daratan di tengah waduk. Tetapi rencana tersebut belum dapat diwujudkan hingga saat ini.[3]
Fasilitas
[sunting | sunting sumber]Seperti layaknya tempat wisata, Waduk Cacaban juga memiliki fasilitas penunjang bagi para pengunjungnya, antara lain:
- Mushala,
- Toilet umum,
- Area parkir
- Bumi perkemahan,
- Tempat bermain anak-anak (play ground)
- panggung hiburan
- Kapal wisata
- Warung apung
- Road race,
- Hotel bintang melati
- Rumah makan.
- Arena pemancingan yang luas
- Waking track di atas waduk.
Bahkan saat ini, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Kabupaten Tegal sedang merintis agrowisata dengan menanami tanaman buah-buahan di sekitar waduk.
Wisatawan juga dapat mengelilingi waduk dengan menggunakan kapal motor. Makanan khas di waduk ini adalah aneka ikan air tawar.[5][6]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum (1995). Bendungan Besar Di Indonesia (PDF). Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. hlm. 54.
- ^ Angoedi, Abdullah (1984). Sejarah Irigasi di Indonesia. Bandung: Komite Nasional Indonesia untuk ICID.
- ^ a b c d e Sinaro, Radhi (2007). Menyimak Bendungan di Indonesia (1910-2006) (dalam bahasa Indonesia). Tangerang Selatan: Bentara Adhi Cipta. ISBN 978-979-3945-23-1.
- ^ "Situs resmi Pemerintah Kabupaten Tegal, diakses 14 Feb 2015". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-30. Diakses tanggal 2015-02-14.
- ^ Liputan 6 SCTV, diakses 14 Feb 2015
- ^ Tips Jalan, diakses 14 Feb 2015