Waduk Cirata
Waduk Cirata adalah sebuah waduk yang terletak di tiga kabupaten di Jawa Barat, yakni Purwakarta, Cianjur dan Bandung Barat. Selain untuk membangkitkan listrik, Waduk Cirata juga dipenuhi keramba jaring apung untuk membudidayakan ikan dan dijadikan tempat wisata, khususnya bagi penghobi memancing.
Dengan luas 62 km² berada pada ketinggian 223mdpl dikelilingi oleh perbukitan. Jika melakukan perjalanan dari kota Purwakarta melalui Plered, akan tiba di Cirata dalam waktu ±40 menit dengan jarak sejauh 15 km. Dalam perjalanan akan melewati pusat perdagangan peuyeum Bendul dan Sentra Industri Keramik Plered disamping menikmati keindahan alam di sepanjang jalan Plered-Cirata.
Waduk Cirata | |
---|---|
Lokasi | Cadassari, Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat |
Kegunaan | Pembangkitan listrik |
Status | Beroperasi |
Mulai dibangun | 1983 |
Mulai dioperasikan | 1988 |
Pemilik | Perusahaan Listrik Negara |
Kontraktor | Pembangunan Perumahan, Taisei, dan Mitsubishi |
Perancang | Indra Karya dan NEWJEC |
Bendungan dan saluran pelimpah | |
Tipe bendungan | Urugan |
Tinggi | 125 meter |
Panjang | 458,5 meter |
Lebar puncak | 15 meter |
Ketinggian di puncak | 222 mdpl |
Membendung | Sungai Citarum |
Jumlah pelimpah | 1 |
Tipe pelimpah | Ogee berpintu |
Kapasitas pelimpah | 2.600 m3 / detik |
Waduk | |
Kapasitas normal | 2.165.000.000 m3 |
Kapasitas aktif | 796.000.000 m3 |
Kapasitas nonaktif | 192.000.000 m3 |
Luas tangkapan | 4.119 km2[1] |
Luas genangan | 6.200 hektar |
PLTA Cirata | |
Pengelola | PT PLN Nusantara Power |
Jenis | Konvensional |
Kepala hidraulik | 112,5 m |
Jumlah turbin | 8 |
Kapasitas terpasang | 1.000 MW[2] |
Produksi tahunan | 1.428.000 MWh |
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1922, para ahli asal Belanda mulai melakukan survei mengenai kelayakan pembangunan waduk di sepanjang aliran Sungai Citarum, mulai dari survei hidrologi, survei topologi, hingga survei geologi. Survei yang lebih rinci kemudian dilakukan oleh Prof. Ir. W.J. van Blommestein guna memanfaatkan derasnya aliran Sungai Citarum untuk membangkitkan listrik.[2] Pada tahun 1948, Blommestein pun menerbitkan sebuah makalah mengenai rencana pembangunan waduk di aliran Sungai Citarum. Dalam makalahnya, ia mengemukakan agar Waduk Jatiluhur dibangun lebih dahulu, karena dianggap paling mendesak. Selain waduk tersebut, ia merencanakan pembangunan waduk-waduk tambahan, salah satunya adalah Waduk Cirata.[2]
Pada tahun 1981, mulai dilakukan pemindahan terhadap 6.335 keluarga yang tinggal di 20 desa yang tersebar di 7 kecamatan di Bandung Barat, Cianjur, dan Purwakarta. Selain itu, juga dilakukan penelitian oleh Universitas Padjajaran untuk menemukan dan menyelamatkan peninggalan purbakala yang terancam tergenang oleh waduk. Untuk mempermudah akses ke lokasi pembangunan bendungan, juga dibangun Jembatan Cilangkap oleh Waskita Karya dengan dibantu oleh Yokogawa Bridge sebagai konsultan. Terowongan pengelak kemudian mulai dibangun pada tanggal 19 Mei 1984 untuk memungkinkan pembangunan bendungan utama di aliran Sungai Citarum. Terowongan pengelak lalu mulai dioperasikan pada tanggal 7 Oktober 1985, bersamaan dengan dimulainya pengurugan bendungan pembantu. Pada tahun 1986, bendungan utama mulai dibangun, dan akhirnya mulai dioperasikan pada tanggal 1 September 1987 atau 40 hari lebih cepat dari rencana semula. Pada tanggal 1 April 1988, PLTA Cirata mulai dioperasikan dengan kapasitas terpasang sebesar 250 MW, dan kemudian ditingkatkan menjadi 500 MW pada tanggal 1 Oktober 1988. Pada tahun 1997, kapasitas terpasang PLTA Cirata ditingkatkan menjadi 750 MW, dan setahun kemudian kembali ditingkatkan menjadi 1.000 MW.[2]
PLTA Cirata
[sunting | sunting sumber]Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata adalah PLTA dengan kapasitas terpasang terbesar di Indonesia, yakni 1.000 MW. PLTA sedalam empat lantai ini pun dapat membangkitkan listrik hingga 1.428 GWh per tahun. Listrik yang dihasilkan oleh PLTA ini dipasok ke sistem tenaga listrik 500 kV Jawa-Madura-Bali (Jamali).[2]
Operasional PLTA Cirata dikendalikan dari ruang kendali yang terletak sekitar 2 kilometer dari ruang turbin. PLTA yang dioperasikan oleh PT PLN Nusantara Power ini difungsikan sebagai pemikul beban listrik puncak, sehingga terutama dioperasikan pada pukul 17.00 hingga 22.00. PLTA ini juga dapat melakukan asut gelap jika terjadi blackout di sistem tenaga listrik Jawa-Madura-Bali, dengan waktu penyalaan yang relatif cepat, yakni sekitar lima menit.[2]
PLTA ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 23 Maret 1988, bersamaan dengan peresmian PLTA Mrica di Jawa Tengah dan PLTA Sengguruh di Jawa Timur.[2]
PLTS Terapung Cirata
[sunting | sunting sumber]Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata adalah PLTS yang mengapung diatas permukaan air waduk cirata dengan kapasitas terpasang terbesar di Asia Tenggara, yakni 192 MW. PLTS tersebut akan memberikan kontribusi terhadap target netral emisi karbon atau Net Zero Emissions (NZE) sebesar 245 Giga Watt hour (GWh) per tahun dan mengurangi emisi karbon sebesar 214,000 ton CO2 per tahun.[3]
PLTS ini diresmikan oleh Presiden Jokowi pada tanggal 9 November 2023.[4]
Pemanfaatan
[sunting | sunting sumber]Waduk Cirata juga dijadikan tempat wisata dan tempat budidaya ikan air tawar. Salah satu daya tarik wisata di Waduk Cirata adalah lomba dayung perahu tradisional yang diadakan di Jangari, Cianjur tiap tahun. Hingga tahun 2002, terdapat 30.000 jaring apung yang digunakan untuk membudidayakan ikan di Waduk Cirata.[2] Salah satu ikan air tawar yang dibudidayakan di waduk ini adalah ikan mas. Ikan mas yang dibudidayakan di waduk ini memiliki sejumlah keunggulan, antara lain ukurannya besar dan dagingnya tidak berbau lumpur.[5]
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Bendungan Cirata
-
Keramba terapung
-
Waduk Cirata
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum
- Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS)
- BPDAS Citarum Ciliwung
- Daerah Aliran Sungai (DAS)
- Daftar daerah aliran sungai (DAS) di Indonesia
- Daftar danau dan waduk di Indonesia
- Daftar pembangkit listrik di Indonesia
- Irigasi Premium
- Wilayah sungai (WS) dan pembagiannya di Indonesia
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum (1995). Bendungan Besar Di Indonesia (PDF). Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. hlm. 22.
- ^ a b c d e f g h Sinaro, Radhi (2007). Menyimak Bendungan di Indonesia (1910-2006) (dalam bahasa Indonesia). Tangerang Selatan: Bentara Adhi Cipta. ISBN 978-979-3945-23-1.
- ^ Muliawati, Firda Dwi. "PLTS Terapung Cirata Cuma Makan Lahan Waduk 4%". CNBC Indonesia. Diakses tanggal 2023-11-12.
- ^ Media, Kompas Cyber (2023-11-09). "PLTS Terapung Cirata Diresmikan, Potensi Waduk Lain Menanti Digarap Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2023-11-12.
- ^ Jangari Keramba Terapung Ikan Mas Diarsipkan 2011-12-05 di Wayback Machine.(diakses 5 Oktober 2011)
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Indonesia) PLTA Cirata Diarsipkan 2012-11-30 di Wayback Machine.