Ratana Sutta
Tipiṭaka |
---|
Buddhisme Theravāda |
Bagian dari seri tentang |
Buddhisme Theravāda |
---|
Buddhisme |
Bagian dari seri tentang |
Buddhisme |
---|
Ratana Sutta adalah sebuah sutta dalam Kanon Pali yang terdiri dari tujuh belas ayat yang isinya adalah mengenai pujian terhadap sifat tiga ratana dalam ajaran Buddha, yaitu Buddha, Dhamma, dan Sangha. Ratana Sutta dapat dijumpai pada Suttanipata (Snp 2.1) dan Khuddakapatha (Khp 7).
Latar belakang
[sunting | sunting sumber](Penjelasan mengenai latar belakang sutra oleh Piyadassi Thera)
Ketika itu, kota Vesali mengalami wabah kelaparan yang mengakibatkan banyak korban kematian bagi penduduknya terutama kaum miskin. Karena adanya mayat yang membusuk, makhluk jahat mulai bergentayangan di kota itu; yang kemudian diikuti dengan wabah campak. Mewabahnya ketiga jenis ketakutan ini: kelaparan, mahluk halus, dan campak mengakibatkan penduduk mencari bantuan kepada Sang Buddha yang saat itu sedang berada di Rajagaha.
Diikuti dengan sejumlah besar Bhikkhu termasuk Yang Mulia Ananda, pengikut setiaNya, Sang Buddha datang ke kota Vesali. Tibanya Sang Buddha diikuti dengan hujan teramat lebat dan deras, yang menyapu semua mayat yang membusuk hingga udara menjadi jernih dan kota menjadi bersih.[1]
Setelahnya, Sang Buddha membabarkan Sutta Permata (Ratana Sutta) ini kepada Yang Mulia Ananda, dan memberikan perintah kepadanya mengenai bagaimana Ia harus berkeliling kota bersama penduduk Licchavi membaca Sutta sebagai tanda perlindungan bagi penduduk Vesali. Yang Mulia Ananda mengikuti perintah tersebut dan memercikkan air suci dari mangkuk Sang Buddha kepada penduduk kota. Oleh karena itu, semua makhluk jahat terusir dan wabah campak pun menyusut. Kemudian, Yang Mulia Ananda bersama penduduk Vesali kembali ke Balai Umum, tempat Sang Buddha dan pengikutnya berkumpul menanti kedatangannya. Di sana, Sang Buddha membacakan Sutta Permata tersebut kepada semua yang berkumpul.[2]
Isi
[sunting | sunting sumber]Ratana Sutta berisi tentang pujian dan pembenaran kepada Tiga Permata, yaitu
- Sang Buddha yang dipuji akan keunikannya karena tiada apa pun di alam semesta yang menyamainya (seperti bunyi ayat ke-3 Na no samaṁ atthi Tathāgatena).
- Dhamma yang merupakan ajaran yang mengajak kepada kebajikan dan menuntun kepada Nibbana (seperti bunyi ayat ke-12 Tathūpamaṁ dhammavaraṁ adesayi, nibbāna-gāmiṁ paramaṁ hitāya).
- Sangha yang merupakan tempat penyadar makhluk akan Empat Kesunyataan Mulia (seperti dalam ayat ke-8 Tathūpamaṁ sappurisaṁ vadāmi, yo ariya-saccāni avecca passati)
Ratana Sutta (versi bahasa Pali)
[sunting | sunting sumber]1) Yānīdha bhūtāni samāgatāni, bhummāni vā yāni va antalikkhe; Sabbe va bhūtā sumanā bhavantu. Athopi sakkacca suṇantu bhāsitaṁ.
2) Tasmā hi bhūtā nisāmetha sabbe, mettaṁ karotha mānusiyā pajāya; Divā ca ratto ca haranti ye baliṁ, tasmā hi ne rakkhatha appamattā.
3) Yaṁ kiñci vittaṁ idhā vā huraṁ vā, saggesu vā yaṁ ratanaṁ paṇītaṁ;
Na no samaṁ atthi Tathāgatena, idampi Buddhe ratanaṁ paṇītaṁ, etena saccena suvatthi hotu.
4) Khayaṁ virāgaṁ amataṁ paṇītaṁ, yad-ajjhagā Sakyamunī samāhito; Na tena dhammena samatthi kiñci, idam pi Dhamme ratanaṁ paṇītaṁ, etena saccena suvatthi hotu.
5) Yaṁ Buddha-seṭṭho parivaṇṇayī suciṁ, samādhiṁ-ānantarikaññam-āhu, samādhinā tena samo na vijjati; Idam pi Dhamme ratanaṁ paṇītaṁ, etena saccena suvatthi hotu.
6) Ye puggalā aṭṭha sataṁ pasaṭṭhā, cattāri etāni yugāni honti, te dakkhiṇeyyā Sugatassa sāvaka, etesu dinnāni mahapphalāni; Idam pi Saṅghe ratanaṁ paṇītaṁ, etena saccena suvatthi hotu.
7) Ye suppayuttā manasā daḷhena, nikkāmino Gotama-sāsanamhi; te patti-pattā amataṁ vigayha, laddhā mudhā nibbutiṁ bhuñjamānā; Idam pi Saṅghe ratanaṁ paṇītaṁ, etena saccena suvatthi hotu.
8) Yathindakhīlo pathaviṁ sito siyā, catubbhi vātebhi asampakampiyo; Tathūpamaṁ sappurisaṁ vadāmi, yo ariya-saccāni avecca passati; Idam pi Saṅghe ratanaṁ paṇītaṁ, etena saccena suvatthi hotu.
9) Ye ariya-saccāni vibhāvayanti, gambhīra-paññena sudesitāni; Kiñcāpi te honti bhusappamattā, na te bhavaṁ aṭṭhamam-ādiyanti; Idam pi Saṅghe ratanaṁ paṇītaṁ, etena saccena suvatthi hotu.
10) Sahā vassa dassana-sampadāya, tayassu dhammā jahitā bhavanti; Sakkāya-diṭṭhi vicikicchitañca, sīlabbataṁ vā pi yad-atthi kiñci; Catūh-apāyehi ca vippamutto, cha cābhiṭhānāni abhabbo kātuṁ, idam pi Saṅghe ratanaṁ paṇītaṁ, etena saccena suvatthi hotu.
11) Kiñcāpi so kammaṁ karoti pāpakaṁ, kāyena vācā uda cetasā vā; Abhabbo so tassa paṭicchadāya, abhhabbatā diṭṭha-padassa vuttā; Idam pi Saṅghe ratanaṁ paṇītaṁ, etena saccena suvatthi hotu.
12) Vanappagumbe yathā phussi-tagge, gimhāna māse paṭhamasmiṁ gimhe; Tathūpamaṁ dhammavaraṁ adesayi, nibbāna-gāmiṁ paramaṁ hitāya; Idam pi Buddhe ratanaṁ paṇītaṁ, etena saccena suvatthi hotu.
13) Varo varaññū varado varāharo, anuttaro dhammavaraṁ adesayi; Idam pi Buddhe ratanaṁ paṇītaṁ, etena saccena suvatthi hotu.
14) Khīṇaṁ purāṇaṁ, navaṁ natthi sambhavaṁ, virattacittāyatike bhavasmiṁ, te khīṇabījā aviruḷhichandā nibbanti dhīrā yathāyaṁ padīpo; Idam pi Saṅghe ratanaṁ paṇītaṁ, etena saccena suvatthi hotu.
15) Yānīdha bhūtāni samāgatāni, bhummāni vā yāni va antalikkhe; Tathāgataṁ deva-manussa-pūjitaṁ, Buddhaṁ namassāma suvatthi hotu.
16) Yānīdha bhūtāni samāgatāni, bhummāni vā yāni va antalikkhe; Tathāgataṁ deva-manussa-pūjitaṁ, Dhammaṁ namassāma suvatthi hotu.
17) Yānīdha bhūtāni samāgatāni, bhummāni vā yāni va antalikkhe; Tathāgataṁ deva-manussa-pūjitaṁ, Saṅghaṁ namassāma suvatthi hotu.[3]
Ratana Sutta (versi bahasa Indonesia)
[sunting | sunting sumber]1) Makhluk apapun juga yang berkumpul di sini, baik dari dunia maupun ruang angkasa. Semoga semua mahluk berbahagia. Dengarkanlah dengan saksama kata-kata yang Saya sabdakan.
2) Duhai para makhluk, perhatikanlah. Tunjukkanlah cinta kasihmu kepada umat manusia yang mempersembahkan sesajian kepadamu siang dan malam. Karenanya, lindungilah mereka dengan tekun.
3) Harta apa pun juga yang terdapat di sini atau di alam lain; Atau permata tak ternilai apa pun juga di alam surga. Tiada yang menyamai Sang Tathagata. Sesungguhnya, dalam Sang Buddha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.
4) Sang Bijaksana Sakyamuni menemukan lenyapnya dukkha, terlepasnya keinginan, pembebasan dari kematian, yang luhur; Tiada apa pun yang dapat menyamai keagungannya. Sesungguhnya, dalam Dhamma terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.
5) Kesucian yang dipuja oleh Sang Buddha, dinamakan samadhi dengan hasil segera --- tiada satu pun yang dapat menyamai tingkat samadhi ini. Sesungguhnya, dalam Dhamma terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.
6) Delapan orang yang dipuja oleh sang Budiman, Keempat pasangan ini adalah pengikut yang pantas mendapatkan pahala dari Sang Buddha --- Pahala yang berbuah berkah berlimpah. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.
7) Dengan tekad teguh mereka melaksanakan ajaran Gautama, tiada nafsu, mereka menuai hasilnya; terbebaskan dari kematian, mereka menikmati kedamaian abadi. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.
8) Bagai tertanam kokoh di dalam tanah, tak tergoyahkan oleh angin dari empat penjuru; demikianlah orang bijaksana; Saya namakan, orang bijaksana yang telah memahami Kesunyataan Mulia. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.
9) Mereka yang telah memahami Kesunyataan Mulia yang dibabarkan dengan jelas olehNya dengan kebijaksanaan hakiki. Sekalipun mereka lalai, mereka tidak akan terlahir di delapan alam utama. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.
10) Seseorang yang telah memahami Pandangan Benar, tiga belenggu terlepaskan serentak, --- Sakkya-ditthi (keyakinan adanya diri yang kekal), Vicikiccha (keragu-raguan) dan Silabbataparamassa (percaya pada takhyul) ---. Terbebaskan dari empat alam menyedihkan. Ia tak dapat melakukan enam kejahatan berat. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.
11) Walaupun Ia bisa melakukan beberapa kesalahan dengan perbuatan, perkataan dan pikiran, Ia tak dapat menyembunyikannya; Adalah keniscayaan bagi seseorang yang telah memahami jalan mulia. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.
12) Bagaikan hutan belukar bermekaran bunga pada awal musim panas, demikian agunglah Dhamma menuju Nibbana yang Ia ajarkan, suatu kebajikan sejati. Sesungguhnya, dalam Buddha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.
13) Ia, Yang Maha Agung, Maha Tahu, Maha Pemberi, Pembawa Keagungan, yang mengajarkan Keagungan Dhamma. Sesungguhnya, dalam Buddha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semoga semua mahluk berbahagia.
14) Karma mereka sirna, tiada muncul karma baru, pikiran mereka telah terbebaskan dari kelahiran kembali, benih-benih lampau dimusnahkan. Keinginan tiada timbul kembali, kebijaksanaan muncul bagaikan terang pelita ini. Sesungguhnya, dalam Sangha terdapat permata tak ternilai ini. Demi kebenaran ini, semua mahluk berbahagia.
15) Makhluk apapun juga yang berada disini, baik dari dunia ini atau dari angkasa. Marilah bersama-sama kita menghormati Sang Buddha, Sang Tathagata, yang dipuja dan dipuji oleh para Dewa dan Manusia. Semoga kita berbahagia.
16) Makhluk apapun juga yang berada disini, baik dari dunia ini atau dari angkasa.
Marilah bersama-sama kita menghormati Dhamma, Sang Tathagata,
yang dipuja dan dipuji oleh para Dewa dan Manusia.
Semoga kita berbahagia.
17) Makhluk apapun juga yang berada disini, baik dari dunia atau dari angkasa. Marilah bersama-sama kita menghormati Sangha, Sang Tathagata, yang dipuja dan dipuji oleh para Dewa dan Manusia. Semoga kita berbahagia.[4]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Makna Paritta
- ^ See, e.g., Anandajoti (2004), p. 45, "Introductory Verses" to the Ratana Sutta; and, Bodhi (2004).
- ^ Paritta Pali – Rattana Sutta
- ^ Tipitaka – Ratana Sutta