Senen, Jakarta Pusat
Senen | |
---|---|
Koordinat: 6°11′S 106°51′E / 6.18°S 106.85°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | DKI Jakarta |
Kota Administrasi | Jakarta Pusat |
Pemerintahan | |
• Camat | Ronny Jarpiko[1] |
Populasi | |
• Total | 129.303 jiwa |
• Kepadatan | 29.320/km2 (75,900/sq mi) |
Kode pos | 10410-10460 |
Kode Kemendagri | 31.71.04 |
Kode BPS | 3173030 |
Desa/kelurahan | 6 kelurahan |
Kecamatan Senen terletak di Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia. Kecamatan ini dinamakan menurut Pasar Senen. Di kecamatan ini terletak Stasiun Pasar Senen. Planet Senen (yang meliputi Pasar Senen, Stasiun Senen, Gelanggang Remaja Senen, dan Bioskop Grand) merupakan tempat berkumpulnya para seniman yang dikenal dengan sebutan Seniman Senen.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Sejarah Senen diawali dengan dibukanya Pasar Senen oleh Yustinus Vinck pada tahun 1733. Selain Pasar Senen, Vinck juga membuka Pasar Tanah Abang. Dua tahun berikutnya ia menghubungkan kedua pasar tersebut dengan sebuah jalan, yang sekarang disebut Jl. Prapatan dan Jl. Kebon Sirih yang juga merupakan jalur penghubung timur-barat pertama di Jakarta Pusat kini. Setelah zaman kemerdekaan hingga tahun 1975, Senen menjadi pusat perdagangan terkemuka di Jakarta. Pada tahun 1974 terjadi tragedi Malari yang memporakporandakan Pasar Senen. Mahasiswa pada saat itu, marah atas kebijakan ekonomi Indonesia yang bergantung pada Jepang. Dan Pasar Senen merupakan simbol dari penjualan produk-produk Jepang.
Wilayah administrasi
[sunting | sunting sumber]Kecamatan Senen terdiri dari enam kelurahan, yakni;
- Senen, Senen, Jakarta Pusat dengan kode pos 10410
- Kwitang, Senen, Jakarta Pusat dengan kode pos 10420
- Kenari, Senen, Jakarta Pusat dengan kode pos 10430
- Paseban, Senen, Jakarta Pusat dengan kode pos 10440
- Kramat, Senen, Jakarta Pusat dengan kode pos 10450
- Bungur, Senen, Jakarta Pusat dengan kode pos 10460
Pusat perdagangan ibu kota
[sunting | sunting sumber]Pada awal abad ke-20, Senen telah menjadi jantung ibu kota dengan denyut perdagangan yang tak pernah berhenti. Beberapa toko besar dan terkenal, banyak berdiri di sepanjang Jalan Kramat Bunder, Jalan Kramat Raya, Jalan Kwitang, dan Jalan Senen Raya. "Apotik Rathkamp" yang setelah kemerdekaan menjadi Kimia Farma, berdiri di seberang Segi Tiga Senen. Di Gang Kenanga terdapat toko sepeda "Tjong & Co". Di Jalan Kramat Bunder terdapat rumah makan terkenal "Padangsche Buffet".[3] Di Jalan Kwitang terdapat toko buku Gunung Agung. Serta dua bioskop terkenal, Rex Theater (kini Bioskop Grand) dan Rivoli Theater di Jalan Kramat Raya. Di Pasar Senen terdapat toko Djohan-Djohor asal Minangkabau (yakni Djohan Soetan Soelaiman dan Djohor Soetan Perpatih), yang terkenal karena sering memberikan potongan harga.
Pada periode 1960-1970, beberapa toko di atas telah lenyap atau berubah kepemilikan. Pada masa kepemimpinan Ali Sadikin, pemerintah melakukan revitalisasi kawasan Senen, dengan membangun Pusat Perdagangan Senen atau yang lebih dikenal dengan Proyek Senen[4] Pembangunan Proyek Senen diikuti dengan pasar inpres dan Terminal Senen. Melengkapi Proyek Senen, pada tahun 1990 dibangun pula super blok modern, Atrium Senen. Atrium Senen diisi sejumlah tenant internasional, seperti Yaohan dan Mark & Spencer, yang pada akhirnya menarik diri karena krisis ekonomi.
Selain proyek Senen dan Atrium Senen, Senen makin dipadati oleh pedagang informal atau biasa disebut dengan pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan disepanjang jalan Kramat dan Kwitang. Jika di sisi Jalan Kramat dipenuhi oleh pedagang-pedagang Minangkabau yang menjual aneka penganan, maka Jalan Kwitang merupakan bursa buku terbesar di Jakarta.
Demografi
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 2021, penduduk kecamatan Senen sebanyak 129.303 jiwa, dengan kepadatan 29.320 jiwa/km².[2] Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2021 mencatat bahwa mayoritas penduduk kecamatan ini memeluk agama Islam. Adapun persentasi penduduk menurut agama yang dianut ialah Islam sebanyak 81,05%, kemudian Kristen sebanyak 16,26%, di mana Protestan 11,41% dan Katolik 4,85%. Kemudian sebagian lagi memeluk agama Buddha yakni 2,40%, Hindu 0,27%, Konghucu dan kepercayaan sebanyak 0,02%.[2] Untuk sarana rumah ibadah di Senen, terdapat 50 masjid, 39 musala, 15 gereja Protestan, 6 gereja Katolik dan 1 vihara.[5]
Seniman Senen
[sunting | sunting sumber]Pada akhir dekade 1930-an, kawasan Senen mulai didatangi oleh anak-anak muda dari seantero Nusantara. Kebanyakan di antara mereka adalah mahasiswa, aktivis, dan pejuang bawah tanah. Di samping itu terdapat pula para pemain sandiwara, pemain musik, pembuat puisi, dan penulis cerita, yang kemudian hari lebih dikenal dengan sebutan "Seniman Senen". Di antara para seniman itu adalah Chairil Anwar. Dia kerap mondar-mandir, mencari inspirasi dan menulis sajak di pinggiran Stasiun Senen.[6] Djamaluddin Malik juga merupakan seniman Indonesia yang tumbuh dan besar di kawasan Senen. Di antara para seniman Senen, Djamaluddin dikenal sebagai seorang yang dermawan. Dia menjadi bos atau raja seniman Senen.[7] Selain nama-nama di atas, para seniman Senen yang kelak menjadi orang-orang sukses antara lain Usmar Ismail, Misbach Yusa Biran, Delsy Syamsumar, Sobron Aidit, Soekarno M. Noer, Wim Umboh, dan Wolly Sutinah.
Dipilihnya Pasar Senen menjadi tempat berkumpulnya para seniman, dikarenakan dekatnya kawasan tersebut dengan Gedung Kesenian Jakarta dan studio film Golden Arrow. Dan dari sini juga, orang bisa mencapai segala penjuru Jakarta dengan biaya amat murah. Pada era 1950-an, tempat kumpul paling ternama adalah kedai Masakan Padang "Ismail Merapi". Di tempat ini, tak hanya para seniman saja yang berkumpul, tetapi juga para pencatut, preman, dan gelandangan. di sini mereka berbaur, hidup dengan penuh kedamaian, dan harmonis.[8]
Pada tahun 1968, gubernur Jakarta Ali Sadikin meresmikan Taman Ismail Marzuki dan kemudian mendirikan Institut Kesenian Jakarta. Selain sebagai objek wisata, tempat ini juga diperuntukkan bagi para seniman yang hendak mengembangkan bakat dan kemampuannya. Sejak saat itu, maka mereduplah nama besar Seniman Senen. Kini Cikini dengan Taman Ismail Marzuki-nya, telah menggantikan Planet Senen sebagai tempat pembiakan para seniman muda.
Rute Transportasi Umum di Senen
[sunting | sunting sumber]Beberapa rute transportasi kereta api dengan melayani berbagai kota di pulau Jawa (Barat, Tengah, Timur) yang ada Stasiun Pasar Senen di kecamatan Senen:
- Bangunkarta tujuan Jombang
- Jayabaya tujuan Malang
- Jayakarta tujuan Surabaya Gubeng
- Dharmawangsa tujuan Surabaya Pasarturi
- Cikuray tujuan Garut
- Tegal Bahari tujuan Tegal
- Serayu tujuan Purwokerto
- Fajar dan Senja Utama Yogya tujuan Yogyakarta
- Gajahwong tujuan Lempuyangan
- Fajar dan Senja Utama Solo tujuan Solo Balapan
- Bengawan tujuan Purwosari
- Mataram tujuan Solo Balapan
- Kutojaya Utara tujuan Kutoarjo
- Gayabaru Malam Selatan tujuan Surabaya Gubeng
- Kertajaya tujuan Surabaya Pasarturi
- Bogowonto tujuan Lempuyangan
- Gumarang tujuan Surabaya Pasarturi
- Sawunggalih tujuan Kutoarjo
- Jaka Tingkir tujuan Purwosari
- Matarmaja tujuan Malang
- Menoreh tujuan Semarang Tawang
- Majapahit tujuan Malang
- Tawang Jaya tujuan Semarang Poncol
- Singasari tujuan Blitar
- Tawang Jaya Premium tujuan Semarang Tawang
- Brantas tujuan Blitar
- Airlangga tujuan Surabaya Pasarturi
- Progo tujuan Lempuyangan
Bebebrapa rute transportasi umum yang melintas di kecamatan Senen:
- Mikrolet M01 ke Terminal Kampung Melayu
- Mikrolet M12 ke Stasiun Jakarta Kota
- Mikrolet M37 ke Terminal Pulo Gadung (via Boulevard Barat Kelapa Gading)
- Metromini P03 ke Terminal Rawamangun
- Metromini P07 ke Semper Barat
- Metromini P10 ke Sumur Batu
- Metromini P11 ke Utan Panjang
- Metromini P15 ke Bendungan Hilir
- Metromini P17 ke Terminal Manggarai
- Metromini U24 ke Terminal Tanjung Priok
- Metromini T47 ke Stasiun Klender Baru
- Kopaja P20 ke Terminal Lebak Bulus
- Kopaja U27 ke Mall Kelapa Gading
- TransJabodetabek AC122 ke Terminal Cikarang
- TransJabodetabek P9A ke Terminal Bekasi (via Bekasi Timur)
- TransJabodetabek P17A ke Terminal Kampung Rambutan
- TransJabodetabek AC106 ke Poris Plawad (via Tomang Raya)
- TransJabodetabek P157 ke Poris Plawad (via Letjen S. Parman)
- Transjakarta 1P Senen - Blok M
- Transjakarta 1R Senen - Tanah Abang
- Transjakarta 6H Senen - Lebak Bulus
- Transjakarta 10K Senen - Tanjung Priok
- Transjakarta 12B Senen - Pluit
- Transjakarta Mikrotrans JAK17 Senen - Pulogadung via Cempaka Putih
- Transjakarta Mikrotrans JAK24 Senen - Pulogadung via Kelapa Gading
Stasiun sebelumnya | Transjakarta | Stasiun berikutnya | ||
---|---|---|---|---|
Koridor 2 | ||||
Koridor 5 |
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Daftar Pejabat Kecamatan Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Pusat". www.pusat.jakarta.go.id. Diakses tanggal 9 Januari 2022.
- ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 9 Januari 2022.
- ^ Alwi Shahab, Kramat-Pasar Senen 1935, Republika, 9 Oktober 2007
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-07. Diakses tanggal 2009-05-01.
- ^ "Kecamatan Senen dalam Angka 2021" (pdf). Badan Pusat Statistik Indonesia. 2021. hlm. 49. Diakses tanggal 9 Januari 2022.
- ^ Aulia A. Muhammad, Bayang baur sejarah: sketsa hidup penulis-penulis besar dunia, Chairil Anwar: Potret Lusuh Seorang Sastrawan, 2003
- ^ Republika.co.id http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/khazanah/08/09/21/7629-h-djamaluddin-malik-tokoh-sineas-dari-nahdlatul-ulama
- ^ Misbach Yusa Biran, Keajaiban di Pasar Senen, 2008
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Indonesia) Situs Resmi Pemerintahan Kota Jakarta Pusat
- (Indonesia) BPS Kota Jakarta Pusat
- (Indonesia) Prodeskel Binapemdes Kemendagri Diarsipkan 2022-04-01 di Wayback Machine.