Jawa Tengah
6°58′S 110°7′E / 6.967°S 110.117°E
Jawa Tengah | |
---|---|
Transkripsi bahasa Jawa | |
• Aksara Jawa | ꦗꦮꦠꦼꦔꦃ |
• Pegon | جاوا تڠاه |
• Alfabet Jawa | Jawa Madya |
Motto: ꦥꦿꦱꦼꦠꦾꦲꦸꦭꦃꦯꦏ꧀ꦠꦶꦨꦏ꧀ꦠꦶꦥꦿꦗ Prasetya Ulah Sakti Bhakti Praja (Jawa) Berjanji akan berusaha keras dan setia terhadap negara | |
Negara | Indonesia |
Dasar hukum pendirian | UU No. 10 Tahun 1950 |
Hari jadi | 19 Agustus 1945 |
Ibu kota | Kota Semarang |
Kota besar lainnya | |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Gubernur | Nana Sudjana (Pj.) |
• Wakil Gubernur | lowong |
• Sekretaris Daerah | Sumarno |
• Ketua DPRD | Sumanto |
Luas | |
• Total | 32.800,69 km2 (12,664,42 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 38.280.887 |
• Kepadatan | 1,200/km2 (3,000/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | |
• Bahasa | |
• IPM | 73,39 (2023) tinggi[3] |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode pos | 50xxx-54xxx dan 56xxx-59xxx |
Kode area telepon | Daftar
|
Kode ISO 3166 | ID - JT |
Pelat kendaraan | Daftar
|
Kode Kemendagri | 33 |
Kode BPS | 33 |
APBD | Rp 27.482.744.908.000,- [4] (2023) |
PAD | Rp 17.922.953.192.000,- (2023)[4] |
DAU | Rp 3.558.429.343.000,- (2023)[4] |
Slogan pariwisata | Jateng Gayeng[5] |
Lagu daerah | |
Rumah adat | Rumah Joglo |
Senjata tradisional | |
Flora resmi | Kantil |
Fauna resmi | Kepudang kuduk-hitam |
Situs web | jatengprov |
Jawa Tengah (disingkat Jateng) adalah sebuah wilayah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Jawa Tengah berada di Kota Semarang. Penduduk Provinsi Jawa Tengah berdasarkan Badan Pusat Statistik tahun 2021 berjumlah 37.516.035 jiwa, dan sebanyak 38.280.887 jiwa pada pertengahan 2024.[1][2]
Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia beserta Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Provinsi Jawa Timur di sebelah timur dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas total wilayahnya 32.800,69 km², atau sekitar 28,94% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa.
Pengertian Jawa Tengah secara geografis dan budaya juga mencakup wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta secara de facto, yang masih satu teritorial dengan Provinsi Jawa Tengah. Provinsi Jawa Tengah bagian tengah dikenal sebagai pusat budaya Jawa. Meskipun demikian di provinsi ini ada pula suku bangsa lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan suku Jawa seperti suku Sunda di daerah perbatasan dengan Jawa Barat, sebagian kecil masyarakat Brebes dan Cilacap. Selain itu ada pula warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan India-Indonesia sebagai pendatang yang tersebar di seluruh provinsi ini. Sejak tahun 2008, provinsi Jawa Tengah memiliki hubungan kembar dengan Provinsi Fujian di Tiongkok.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Provinsi Jawa Tengah sebagai provinsi dibentuk sejak zaman Hindia Belanda. Hingga tahun 1905, Jawa Tengah terdiri atas 5 wilayah (gewesten), yakni Semarang, Pati, Kedu, Banyumas, dan Pekalongan. Surakarta masih merupakan daerah swapraja kerajaan (vorstenland) yang berdiri sendiri dan terdiri dari dua wilayah, Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran, sebagaimana Yogyakarta. Masing-masing gewest terdiri atas kabupaten-kabupaten. Waktu itu Pati Gewest juga meliputi Regentschap Tuban dan Bojonegoro.
Setelah diberlakukannya Decentralisatie Besluit tahun 1905, gewesten diberi otonomi dan dibentuk dewan daerah. Selain itu juga dibentuk gemeente (kotapraja) yang otonom, yaitu Pekalongan, Tegal, Semarang, Salatiga, dan Magelang.
Sejak tahun 1930, provinsi ditetapkan sebagai daerah otonom yang juga memiliki Dewan Provinsi (Provinciale Raad). Provinsi terdiri atas beberapa karesidenan (residentie), yang meliputi beberapa kabupaten (regentschap), dan dibagi lagi dalam beberapa kawedanan (district). Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 5 karesidenan, yaitu Pekalongan, Pati, Semarang, Banyumas, dan Kedu.
Menyusul kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945 Pemerintah membentuk daerah swapraja Kasunanan dan Mangkunegaran; dan dijadikan karesidenan. Pada tahun 1950 melalui undang-undang ditetapkan pembentukan kabupaten dan kota madya di Jawa Tengah yang meliputi 29 kabupaten dan 6 kota madya. Penetapan undang-undang tersebut hingga kini diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah, yakni tanggal 15 Agustus 1950.
Tahun 1965, seiring dengan gagalnya kudeta oleh G30S terhadap pemerintah nasional di Jakarta, Jawa Tengah dan banyak daerah lainnya, terjadilah penumpasan terhadap anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia. Di Bali, diperkirakan lebih dari 100.000 orang terbunuh atau hilang. Meskipun demikian, kejadian-kejadian pada masa awal Orde Baru tersebut sampai dengan saat ini belum berhasil diungkapkan secara hukum.[6]
Geografi
[sunting | sunting sumber]Relief
[sunting | sunting sumber]Menurut tingkat kemiringan lahan di Jawa Tengah, 38% lahan memiliki kemiringan 0–2%, 31% lahan memiliki kemiringan 2–15%, 19% lahan memiliki kemiringan 15–40%, dan sisanya 12% lahan memiliki kemiringan lebih dari 40%.
Kawasan pantai utara Provinsi Jawa Tengah memiliki dataran rendah yang sempit. Di kawasan Brebes selebar 40 km dari pantai, dan di Kota Semarang hanya selebar 4 km. Dataran ini bersambung dengan depresi Semarang-Rembang di timur. Gunung Muria pada akhir Zaman Es (sekitar 10.000 tahun SM) adalah pulau terpisah dari Jawa, yang akhirnya menyatu karena terjadi endapan aluvial dari sungai-sungai yang mengalir. Kota Demak semasa Kesultanan Demak (abad ke-16 Masehi) berada di tepi laut dan menjadi tempat berlabuhnya kapal. Proses sedimentasi ini sampai sekarang masih berlangsung di pantai Semarang.
Di selatan kawasan tersebut terdapat Pegunungan Kapur Utara dan Pegunungan Kendeng, yakni pegunungan kapur yang membentang dari sebelah timur Semarang mulai dari ujung barat daya Kota Pati kemudian ke timur hingga perbatasan Lamongan dan Bojonegoro.
Rangkaian utama pegunungan di Jawa Tengah adalah Pegunungan Serayu Utara dan Serayu Selatan. Rangkaian Pegunungan Serayu Utara membentuk rantai pegunungan yang menghubungkan rangkaian Bogor di Jawa Barat dengan Pegunungan Kendeng di timur. Lebar rangkaian pegunungan ini sekitar 30–50 km; di ujung baratnya terdapat Gunung Slamet dan bagian timur merupakan Dataran Tinggi Dieng dengan puncak-puncaknya Gunung Parahu dan Gunung Ungaran. Antara rangkaian Pegunungan Serayu Utara dan Pegunungan Serayu Selatan dipisahkan oleh Depresi Serayu yang membentang dari Majenang (Kabupaten Cilacap), Purwokerto, hingga Wonosobo. Sebelah timur depresi ini terdapat gunung berapi Sindoro dan Sumbing, dan sebelah timurnya lagi (kawasan Magelang dan Temanggung) adalah lanjutan depresi yang membatasi Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.
Pegunungan Serayu Selatan merupakan bagian dari Cekungan Jawa Tengah Selatan yang berada di bagian selatan provinsi Jawa Tengah. Mandala ini merupakan geoantiklin yang membentang dari barat ke timur sepanjang 100 kilometer dan terbagi menjadi dua bagian yang dipisahkan oleh lembah Jatilawang yaitu bagian barat dan timur. Bagian barat dibentuk oleh Gunung Kabanaran (360 m) dan bisa dideskripsikan mempunyai elevasi yang sama dengan Zona Depresi Bandung di Provinsi Jawa Barat ataupun sebagai elemen struktural baru di Jawa Tengah. Bagian ini dipisahkan dari Zona Bogor oleh Depresi Majenang.
Bagian timur dibangun oleh antiklin Ajibarang (narrow anticline) yang dipotong oleh aliran Sungai Serayu. Pada timur Banyumas, antiklin tersebut berkembang menjadi antiklinorium dengan lebar mencapai 30 km pada daerah Lukulo (selatan Banjarnegara-Midangan 1043 m) atau sering disebut tinggian Kebumen (Kebumen High). Pada bagian paling ujung timur Mandala Pegunungan Serayu Selatan dibentuk oleh kubah Pegunungan Kulonprogo (1022 m), yang terletak di antara Purworejo dan Kali Progo.
Kawasan pantai selatan Provinsi Jawa Tengah juga memiliki dataran rendah yang sempit, dengan lebar 10–25 km. Selain itu terdapat Kawasan Karst Gombong Selatan. Perbukitan yang landai membentang sejajar dengan pantai, dari Yogyakarta hingga Cilacap. Sebelah timur Yogyakarta merupakan daerah pegunungan kapur yang membentang hingga pantai selatan Jawa Timur.
Hidrologi
[sunting | sunting sumber]Sungai-sungai yang bermuara di Laut Jawa di antaranya adalah Bengawan Silugonggo, Sungai Pemali, Kali Comal, dan Kali Bodri. Sedangkan, sungai-sungai yang bermuara di Samudra Hindia di antaranya adalah Kali Serayu, Sungai Bogowonto, Sungai Luk Ulo dan Kali Progo. Bengawan Solo adalah sungai terpanjang di Pulau Jawa (572 km); memiliki mata air di Pegunungan Sewu (Kabupaten Wonogiri), sungai ini mengalir ke utara, melintasi Kota Surakarta, dan akhirnya menuju ke Jawa Timur dan bermuara di daerah Gresik (dekat Surabaya).
Di antara waduk-waduk (Danau) yang utama di Jawa Tengah adalah Danau Gunung Rowo (Pati), Waduk Gajahmungkur (Wonogiri), Waduk Kedungombo (Boyolali, Grobogan dan Sragen), Danau Rawa Pening (Kabupaten Semarang), Waduk Cacaban (Kabupaten Tegal),Waduk Penjalin dan Waduk Malahayu (Brebes), Waduk Wadaslintang (perbatasan Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Wonosobo), Waduk Gembong (Pati), Waduk Sempor (Kebumen) dan Waduk Mrica (Banjarnegara).
Gunung berapi
[sunting | sunting sumber]Terdapat 5 gunung berapi yang aktif di Jawa Tengah, yaitu: Gunung Merapi (di Magelang–Boyolali–Klaten), Gunung Slamet (di Pemalang–Purbalingga–Banyumas–Tegal–Brebes), Gunung Sindoro (di Temanggung–Wonosobo), Gunung Sumbing (di Temanggung–Wonosobo–Magelang), dan Gunung Parahu (di Batang–Kendal–Temanggung–Wonosobo).
Keadaan tanah
[sunting | sunting sumber]Menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1969, jenis tanah wilayah Provinsi Jawa Tengah didominasi oleh tanah latosol, aluvial, dan grumusol; sehingga hamparan tanah di provinsi ini termasuk tanah yang mempunyai tingkat kesuburan yang relatif subur.
Iklim
[sunting | sunting sumber]Provinsi Jawa Tengah memiliki iklim tropis, dengan curah hujan tahunan rata-rata 2.000 meter, dan suhu rata-rata 21–32oC. Daerah dengan curah hujan tinggi terutama terdapat di Nusakambangan bagian barat, dan sepanjang Pegunungan Serayu Utara. Daerah dengan curah hujan rendah dan sering terjadi kekeringan di musim kemarau berada di daerah Blora dan sekitarnya serta di bagian selatan Wonogiri.
Pemerintahan
[sunting | sunting sumber]Kepala daerah
[sunting | sunting sumber]Gubernur | Potret | Partai | Awal | Akhir | Masa jabatan | Wakil Gubernur | |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Nana Sudjana (Penjabat) |
Nonpartisipan | 5 September 2023 | Petahana | 1 tahun, 110 hari | Lowong |
Dewan Perwakilan
[sunting | sunting sumber]DPRD Jawa Tengah beranggotakan 120 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Jawa Tengah terdiri dari 1 Ketua dan 4 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Jawa Tengah yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2024 yang dilantik pada 3 September 2024 di Aula Lantai IV Gedung Berlian, Semarang. Komposisi anggota DPRD Jawa Tengah periode 2024-2029 terdiri dari 10 partai politik di mana PDI Perjuangan adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 33 kursi.[7] Tugas utama DPRD Jawa Tengah adalah menjadi mitrakerja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang meliputi pengawasan, penetapan anggaran belanja, dan penetapan peraturan-peraturan daerah.[8][9][10][11][12] Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah dalam lima periode terakhir.[13][14][7]
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | |||||
---|---|---|---|---|---|---|
2004–2009 | 2009–2014 | 2014–2019 | 2019–2024 | 2024-2029 | ||
PDI-P | 31 | 23 | 27 | 42 | 33 | |
PKB | 15 | 9 | 13 | 20 | 20 | |
Gerindra | (baru) 9 | 11 | 13 | 17 | ||
Golkar | 18 | 11 | 10 | 12 | 17 | |
PKS | 7 | 10 | 10 | 10 | 11 | |
Demokrat | 9 | 16 | 9 | 5 | 7 | |
PPP | 10 | 7 | 8 | 9 | 6 | |
PAN | 10 | 10 | 8 | 6 | 4 | |
NasDem | (baru) 4 | 3 | 3 | |||
PSI | (baru) 2 | |||||
Hanura | (baru) 4 | 0 | 0 | 0 | ||
PKNU | (baru) 1 | |||||
Jumlah Anggota | 100 | 100 | 100 | 120 | 120 | |
Jumlah Partai | 7 | 10 | 9 | 9 | 10 |
Pembagian administratif
[sunting | sunting sumber]Secara administratif, Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 kabupaten dan 6 kota. Administrasi pemerintahan kabupaten dan kota ini terdiri atas 545 kecamatan dan 8.490 desa/kelurahan.
Sebelum tahun 2003, Pemerintahan Daerah Jawa Tengah juga terdiri atas 3 kota administratif, yaitu Kota Purwokerto, Kota Cilacap, dan Kota Klaten. Namun sejak diberlakukannya otonomi daerah, kota-kota administratif tersebut dihapus dan menjadi bagian dalam wilayah kabupaten.
Menyusul otonomi daerah, 4 kabupaten memindahkan pusat pemerintahan ke wilayahnya sendiri, yaitu Kabupaten Magelang (dari Kota Magelang ke Mungkid) pada 1982, Kabupaten Semarang (dari Kota Semarang ke Ungaran) pada 1983, Kabupaten Tegal (dari Kota Tegal ke Slawi) pada 1984, serta Kabupaten Pekalongan (dari Kota Pekalongan ke Kajen pada 1986).
Demografi
[sunting | sunting sumber]Penduduk
[sunting | sunting sumber]Jumlah total penduduk Provinsi Jawa Tengah berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2021 adalah 36.516.035 jiwa. Tiga kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar adalah Brebes (1.978.759 jiwa), Cilacap (1.944.857 jiwa), dan Banyumas (1.776.918 jiwa). Sementara tiga kota dengan jumlah penduudk paling banyak ialah Kota Semarang (1.653.524 jiwa), Kota Surakarta (522.364 jiwa) dan Kota Pekalongan (307.150 jiwa).[2]
Sebaran penduduk umumnya terkonsentrasi di pusat-pusat kota, baik kabupaten ataupun kota. Kawasan permukiman yang cukup padat berada di daerah Semarang Raya (termasuk Ungaran dan sebagian wilayah Demak dan Kendal), daerah Salatiga Raya (termasuk wilayah Kabupaten Semarang bagian selatan seperti Ambarawa, Bringin, Kopeng, Tengaran dan Suruh), Solo Raya (termasuk sebagian wilayah Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali).
Pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,67% per tahun. Pertumbuhan penduduk tertinggi berada di Kabupaten Demak (1,45% per tahun), sedang yang terendah adalah Kota Pekalongan (0,09% per tahun).
Dari jumlah penduduk ini, 47% di antaranya merupakan angkatan kerja. Mata pencaharian paling banyak adalah di sektor pertanian (42,34%), diikuti dengan perdagangan (20,91%), industri (15,71%), dan jasa (10,98%).
Suku bangsa
[sunting | sunting sumber]Mayoritas penduduk Provinsi Jawa Tengah adalah Suku Jawa. Jawa Tengah dikenal sebagai pusat budaya Jawa, di mana di kota Surakarta terdapat pusat istana kerajaan Jawa yang masih berdiri hingga kini. Suku minoritas yang cukup signifikan adalah Tionghoa, terutama di kawasan perkotaan meskipun di daerah pedesaan juga ditemukan. Pada umumnya, mereka bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Komunitas Tionghoa sudah berbaur dengan Suku Jawa, dan banyak di antara mereka yang menggunakan bahasa Jawa dengan logat yang kental sehari-harinya. Pengaruh kental bisa kita rasakan saat berada di kota Semarang serta kota Lasem yang berada di ujung timur laut Jawa Tengah, bahkan Lasem dijuluki Le Petit Chinois atau Kota Tiongkok Kecil.
Di daerah perbatasan antara Jawa Tengah dengan Jawa Barat juga terdapat banyak orang beretnis Sunda. Mereka mendiami wilayah Brebes bagian selatan, Cilacap bagian barat dan utara serta sebagian kecil wilayah Banyumas tepatnya di Dusun Cijurig, Desa Dermaji, Kecamatan Lumbir. Jawa Tengah bagian barat seperti Cilacap bagian barat , Brebes bagian barat sungai pemali dan sebagian Banyumas dahulu dalam sejarahnya termasuk kedalam wilayah Kerajaan Sunda Galuh menyebabkan banyak unsur budaya Sunda yang tersisa didalamnya, termasuk dalam penamaan daerah, bahasa, dan adat istiadat lainnya.
Di pedalaman Blora (perbatasan dengan Provinsi Jawa Timur) terdapat komunitas Samin yang terisolasi, masyarakat ini adalah keturunan para pengikut Samin Surosentiko yang mengajarkan sedulur sikep, di mana mereka mengobarkan semangat perlawanan terhadap Belanda dalam bentuk lain di luar kekerasan. Selain itu, di beberapa kota-kota besar di Jawa Tengah ditemukan pula komunitas Arab-Indonesia. Mirip dengan komunitas Tionghoa, mereka biasanya bergerak di bidang perdagangan dan jasa.
Berdasarkan data dari Sensus Penduduk Indonesia 2010, berikut ini komposisi etnis atau suku bangsa di provinsi Jawa Tengah:[16]
No | Suku | Jumlah 2010 | % |
---|---|---|---|
1 | Jawa* | 31.560.859 | 97,73% |
2 | Sunda | 451.271 | 1,40% |
3 | Tionghoa | 139.878 | 0,43% |
4 | Batak | 24.357 | 0,07% |
5 | Madura | 12.920 | 0,04% |
6 | Lampung | 11.677 | 0,03% |
7 | Betawi | 9.519 | 0,03% |
8 | Melayu | 9.044 | 0,03% |
9 | Minangkabau | 8.595 | 0,03% |
10 | Warga Asing | 14.920 | 0,04% |
11 | Suku Lainnya | 52.132 | 0,16% |
Provinsi Jawa Tengah | 32.295.172 | 100% |
Catatan:* Dalam Sensus Penduduk Indonesia 2010, suku Jawa sudah termasuk Suku Osing, Tengger, dan Samin.
Bahasa
[sunting | sunting sumber]Bahasa resmi instansi pemerintahan di Jawa Tengah adalah bahasa Indonesia. Hingga 2019, Badan Bahasa mencatat ada 2 bahasa daerah di Jawa Tengah.[17] Kedua bahasa tersebut adalah Jawa dan Sunda.[18]
Sebagian besar masyarakat menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa dialek Solo-Jogja atau Mataram dianggap sebagai bahasa Jawa yang lazim dijumpai di sebagian besar wilayah Jawa Tengah bagian timur.[19] Di samping itu, terdapat sejumlah dialek bahasa Jawa, namun secara umum terdiri dari dua, yakni kulonan dan timuran. Kulonan dituturkan di bagian barat Jawa Tengah, terdiri atas Dialek Banyumasan dan Dialek Tegal; dialek ini memiliki pengucapan yang cukup berbeda dengan bahasa Jawa Standar. Sedang Timuran dituturkan di bagian timur Jawa Tengah, di antaranya terdiri atas Dialek Mataram (Solo-Jogja), Dialek Semarang, dan Dialek Blora. Di antara perbatasan kedua dialek tersebut, dituturkan bahasa Jawa dengan campuran kedua dialek; daerah tersebut di antaranya adalah Pekalongan dan Kedu.
Dialek Mataram memiliki keunikan tersendiri. Dialek ini menerapkan dialek ragam Bahasa Jawakrama inggil (tingkat paling atas dalam Bahasa Jawa). Hal tersebut dipengaruhi dari adanya kerajaan Mataram dan Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Solo) yang menyebabkan dialek disana sangat sopan. Wilayah karesidenan dari dua kerajaan tersebut juga terpengaruh tutur kata dan dialeknya untuk wajib menggunakan kromo.[20] Etnografi masyarakat karesidenen wilayah kerajaan memiliki konsep miturut marang Rama (Patuh atau tunduk kepada bapak, dalam hal ini Raja secara spesifik). Lambang bapak sebagai raja juga memengaruhi adat masyarakat patrilineal. Kehidupan kerajaan yang luhur diadaptasikan oleh masyarakat dalam bergaul dan berbahasa atau bertutur.[21][22]
Di wilayah-wilayah berpopulasi Sunda, yaitu di Brebes bagian selatan, dan Cilacap bagian utara dan barat sekitar Kecamatan Dayeuhluhur, orang Sunda masih menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-harinya.[23] Kelahiran dialek ini dipengaruhi salah satunya jalur perdagangan.[24] Perdagangan secara morfologi menghadirkan komunikasi dua arah antara pedagang dengan pembeli.[25]
Berbagai macam dialek Bahasa Jawa yang terdapat di Jawa Tengah:
- dialek Pekalongan (Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Batang, bagian timur Pemalang)
- dialek Kedu–Bagelen (Magelang, Temanggung, Wonosobo, Kota Magelang dan sebagian Kebumen, Purworejo)
- dialek Semarangan (Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Kendal, Demak dan bagian barat Grobogan)
- dialek Pantura Timur atau dialek Muriaan (Pati, Jepara, , Kudus, dan Bagian utara Grobogan)
- dialek Blora (Bagian timur Grobogan, Rembang dan Blora)
- dialek Mataraman atau Surakarta (Kota Surakarta, Klaten, Sragen, Wonogiri, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar yang berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta dan bagian selatan Grobogan)
- dialek Banyumasan atau dialek Ngapak Selatan (Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga, Kebumen, Cilacap, bagian selatan Pemalang)
- dialek Tegal atau dialek Ngapak Pantura (Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Brebes, bagian utara Pemalang)
Berbagai macam dialek Bahasa Sunda yang terdapat di Jawa Tengah:
- Bahasa Sunda dialek Timur-Laut, yang digunakan di wilayah Kuningan dan Kabupaten Cirebon di Provinsi Jawa Barat juga digunakan pada wilayah Brebes bagian Barat dan Selatan yang merupakan wilayah Provinsi Jawa Tengah.
- Bahasa Sunda dialek Tenggara, yang digunakan di wilayah Ciamis sekitar Kota Ciamis, Pangandaran dan Kota Banjar di Provinsi Jawa Barat juga digunakan pada wilayah Cilacap bagian Utara dan Barat serta Desa Dermaji, Kecamatan Lumbir di Banyumas yang merupakan wilayah Provinsi Jawa Tengah.
Pendidikan bahasa daerah
[sunting | sunting sumber]Secara umum pendidikan yang ada di Jawa Tengah terutama pendidikan bahasa daerah mengajarkan Pendidikan Bahasa Daerah Bahasa Jawa (Bahasa Jawa Baku dialek Surakarta-Yogyakarta) untuk seluruh Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sesuai dengan SK Gubernur Nomor 895.5/01/2005, namun beberapa tahun terakhir terutama periode 2000-an, beberapa kabupaten/kota terutama di wilayah barat menginginkan untuk mengajarkan bahasa Jawa dengan dialek mereka sendiri, misalnya bahasa Jawa dialek Brebes-Tegal. Hal tersebut dilakukan karena menurut mereka bahasa Jawa Baku (dialek Surakarta-Yogyakarta) tidak mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari terlebih tujuan dari pengajaran bahasa daerah adalah untuk mengembangkan sekaligus melindungi bahasa daerah berikut dialeknya dari kepunahan.
Agama
[sunting | sunting sumber]Mayoritas penduduk Jawa Tengah beragama Islam yang umumnya dikategorikan ke dalam dua golongan, yaitu kaum Santri dan Abangan. Kaum santri mengamalkan ajaran agama sesuai dengan syariat Islam, sedangkan kaum abangan walaupun menganut Islam namun dalam praktiknya masih terpengaruh Kejawen yang kuat.
Agama lain yang dianut adalah Kristen (Protestan dan Katolik), Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, dan aliran kepercayaan. Provinsi Jawa Tengah merupakan pusat penyebaran Kristen dan Katolik di Pulau Jawa. Seperti di Kota Semarang, Magelang, Surakarta dan Salatiga yang memiliki populasi umat Kristen sekitar 15% hingga 25%.[26]
Persentasi penduduk menurut agama yang dianut di provinsi Jawa Tengah, berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2021, yakni Islam sebanyak 97,26%. Kemudian Kekristenan sebanyak 2,54%, dengan rincian Protestan sebanyak 1,60% dan Katolik sebanyak 0,94%. Selebihnya menganut agama Buddha sebanyak 0,14%, kemudian Hindu sebanyak 0,04%, Penghayat kepercayaan sebanyak 0,02% dan Konghucu sebanyak 0,01%.[2]
-
Masjid Agung Semarang -
GPIB Imanuel atau Gereja Blenduk
Perekonomian
[sunting | sunting sumber]Pertanian merupakan sektor utama perekonomian Jawa Tengah, di mana mata pencaharian di bidang ini digeluti hampir separuh dari angkatan kerja terserap.
Kawasan hutan meliputi 20% wilayah provinsi, terutama di bagian utara dan selatan. Daerah Rembang, Blora, Grobogan adalah penghasil kayu jati. Jawa Tengah juga terdapat sejumlah industri besar dan menengah. Daerah Semarang–Ungaran–Demak–Kudus merupakan kawasan industri utama di Jawa Tengah. Kudus dikenal sebagai pusat industri rokok. Di Cilacap terdapat industri semen. Solo, Pekalongan, Juwana, dan Lasem dikenal sebagai kota Batik yang kental dengan nuansa klasik.
Blok Cepu di pinggiran Kabupaten Blora (perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah) terdapat cadangan minyak bumi yang cukup signifikan, dan kawasan ini sejak zaman Hindia Belanda telah lama dikenal sebagai daerah tambang minyak.[5]
Pendidikan tinggi
[sunting | sunting sumber]Jawa Tengah memiliki sejumlah perguruan tinggi terkemuka, terutama di kota Semarang, kabupaten kendal dan Surakarta. Perguruan tinggi negeri meliputi: Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Negeri Semarang (Unnes), Politeknik Negeri Semarang (Polines), Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang (Poltekkes), Universitas Islam Negeri Walisongo di Semarang, Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kendal; Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta (Poltekkes Solo), Institut Seni Indonesia di Surakarta, Universitas Islam Negeri Salatiga di Salatiga, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) di Purwokerto, Universitas Tidar (Untidar) di Magelang, Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan di Pekalongan.
Sedangkan universitas swasta di Jawa Tengah antara lain Universitas Ivet (UNISVET), Universitas Semarang (USM), Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Universitas Stikubank Semarang (Unisbank), Universitas 17 Agustus 1945 Semarang (UNTAG), Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS), Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) dan Unika Soegijapranata, STIE Bank BPD Jateng, Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) di Semarang, Universitas Setia Budi (USB), Universitas Surakarta (UNSA), Universitas Islam Batik (Uniba), Politeknik Indonusa Surakarta, Universitas Duta Bangsa (UDB) di Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta di Sukoharjo, Universitas Veteran Bangun Nusantara (UNIVET BANTARA), Politeknik Kesehatan Bhakti Mulia di Sukoharjo, Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Kebumen (IAINU), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Putra Bangsa (STAINU) di Kebumen, Universitas Pekalongan (UNIKAL), Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Dan Komputer Widya Pratama Pekalongan di Pekalongan, STMIK AKI Pati, Sekolah Tinggi Agama Islam Pati (STAIP) di Pati, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di Salatiga, Universitas Muhammadiyah Magelang di Magelang, Universitas Muhammadiyah Purwokerto di Purwokerto, Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) di Purworejo, Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU) di Kudus, Universitas Sains Al Qur'an (UNSIQ Wonosobo) di Wonosobo, Universitas Panca Sakti di Tegal, Universitas Muhadi Setiabudi di Brebes, Universitas YPPI Rembang di Rembang
Selain itu juga terdapat Akademi Militer (Akmil) dan SMA Taruna Nusantara di Magelang serta Akademi Kepolisian di Semarang. LPLP Tutuko adalah lembaga pendidikan aviasi dan maintenance penerbangan (mekanik) di Surakarta (Jalan Merapi, Surakarta) dan Yogyakarta (Jalan Sorosutan, Yogyakarta).
Pariwisata
[sunting | sunting sumber]Jawa Tengah memiliki banyak objek wisata yang sangat menarik. Kota Semarang, misalnya, memiliki sejumlah bangunan kuno. Objek wisata di kota ini termasuk Puri Maerokoco (Taman Mini Jawa Tengah),[27] Museum Jawa Tengah Ranggawarsita[28] dan Museum Rekor Indonesia (MURI).[29] Banyak Wisata alam yang terdapat di Jawa Tengah seperti Air Terjun Grenjengan Sewu, Gua Wareh, Goa Pancur yang terdapat di Pantai Utara Jawa Pati.
Kabupaten Jepara terdapat sejumlah bangunan kuno yaitu: Candi Angin, Masjid Mantingan, Kelenteng Hian Thian Siang Tee, Benteng Portugis, Benteng VOC, Museum Gong Perdamaian Dunia, Museum R.A Kartini.[30]
Salah satu kebanggaan provinsi ini adalah Candi Borobudur, yakni monumen Buddha terbesar di dunia yang dibangun pada abad ke-9, terdapat di Kabupaten Magelang.[31] Candi Mendut dan Candi Pawon juga terletak dalam satu kawasan dengan Borobudur.[32]
Candi Prambanan di Klaten adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia.[33] Di kawasan Dieng terdapat kelompok candi-candi Hindu, yang diduga dibangun sebelum era Mataram Kuno.[34] Kompleks candi Gedong Songo terletak di lereng Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang.[35] Di kawasan kecamatan Keling tepatnya di desa Tempur terdapat Candi Angin.[36]
Surakarta dipandang sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa, di mana di kota ini terdapat Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran. Objek wisata menarik di timur kota ini adalah beberapa wisata air terjun seperti Air Terjun Jumog, serta yang terkenal adalah Air Terjun Grojogan Sewu. Adapula candi-candi peninggalan Majapahit yang ketiganya terletak di Kabupaten Karanganyar; serta Museum Manusia Purba Sangiran yang terletak di Jalan Solo–Purwodadi tepatnya Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Di bagian selatan wilayah Surakarta, Kabupaten Wonogiri terdapat beberapa wisata air, seperti Waduk Gajah Mungkur, serta Pantai Nampu dan Pantai Sembukan dengan hamparan tebing dan pasir putihnya.
Bagian selatan Jawa Tengah juga menyimpan sejumlah objek wisata menarik, di antaranya Goa Jatijajar, Goa Pancur, Gua Petruk, Pantai Menganti, Benteng Van der Wijk, Pantai Suwuk, Waduk Sempor, Air Terjun Sudimoro, Air Terjun Sawangan, Goa Barat, Hutan Mangrove Logending, Geowisata Karangsambung, Pemandian Air Panas Krakal dan Pantai Karangbolong di Kabupaten Kebumen, serta Baturraden di Kabupaten Banyumas.
Di kawasan pantura barat Jawa Tengah terdapat objek wisata Guci yang terletak di lereng Gunung Slamet, serta Museum Semedo yang menyimpan fosil-fosil purba dari Semedo, yang diperkirakan lebih tua dari fosil-fosil lainnya di Indonesia. Guci dan Museum Semedo berada di Kabupaten Tegal. Selain itu, ada juga Kota Pekalongan yang dikenal sebagai "kota batik", dan Pantai Widuri yang terletak di Kabupaten Pemalang.
Kawasan pantura timur banyak menyimpan wisata religius. Masjid Agung Demak yang didirikan pada abad ke-16 merupakan bangunan artistik dengan paduan arsitektur Islam dan Hindu. Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kawasan pantura timur terdapat 5 makam wali sanga, yakni Sunan Ngerang , Sunan Prawoto, Sunan Makhdum di Pati , Sunan Kalijaga di Demak, Sunan Kudus, Sunan Muria di Kabupaten Kudus. Beberapa tempat tujuan wisata di Pati di antaranya adalah Makam dan Masjid Peninggalan Syekh Ahmad Mutamakkin kajen Margoyoso Pati, Patung dan Makam Raden Adipati Tombronegoro, Syekh Ronggo Kusumo Ngemplak, Syekh Hendro Kusumo Sukoharjo, makam Syech Jangkung (Saridin), Goa Wareh, Gua Pancur, Waduk Gunungrowo, Waduk Seloromo, ViHara SaddaGHiri Jrahi, Juwana Water Park Fantasy (JWF), Agrowisata Kebun Kopi Jolong dan Pintu Gerbang Majapahit. Sementara itu di Kabupaten Rembang terdapat wisata ziarah, alam, dan sejarah, seperti di Pasujudan Sunan Bonang dan Masjid Sunan Bonang di desa Bonang, Lasem, makam Tumenggung Wilwatikta Mpu Santibadra yang tersohor sebab mengarang kitab Pustaka Sabda Badra Santi, makam pahlawan nasional RA. Kartini, Vihara Ratanavana Arama Lasem, Kelenteng Cu An Kiong, telusur kota tua Lasem, situs arkeologi Plawangan dan Terjan wisata pantai di pantai Tasikharjo, pantai Karangjahe, Punjulharjo, pantai Gedong/Caruban, pantai Binangun, hutan bakau Banggi, Dampo Awang Beach serta wisata alam pendakian Gunung Lasem,
Perayaan
[sunting | sunting sumber]Perayaan tradisional
[sunting | sunting sumber]- Pesta Lomban
- Baritan
- Pesta Baratan
- Perang Obor
- Chambeng Welahan
- Dhandhangan
- Dugderan
- Ederan
- Uler-Uler
- Ruwahan
- Megengan Demak
- Sekaten
- Grebeg Besar Demak
- Meron
- Festival Memeden Gadu
- Jembul Tulakan
- Nyadran
- Syawalan
- Festival Oncor
- Festival Seni & Budaya Ukir
- Jepara Thongtek Carnival
- Jepara Bedug Festival
Perayaan modern
[sunting | sunting sumber]- Jateng Fair
- Karshival
- Pati Tourism Expo
- Pati Cooking Expo
- Demak Expo
- Jepara Expo
- Kajen Expo
- Rembang Expo
- Loram Expo
- Kendal Expo
- Purwodadi Expo
- Jepara Culinary Expo
- Festival Lasem
- Kudus Expo
- Karimunjava Sail
- Lasem Batik Carnival
- Semarang Fashion On The Street
- Pekan Raya Grobogan
- Dieng Culture Festival
- Jepara Cultural Festival
- Batang Expo
- Jepara Fashion On The Street
- Solo Batik Carnival
Transportasi
[sunting | sunting sumber]Jawa Tengah dilalui beberapa ruas jalan nasional meliputi lintas utara (menghubungkan Jakarta–Semarang–Pati–Tuban–Surabaya) dan lintas selatan Jawa (menghubungkan Jakarta–Bandung–Cilacap–Yogyakarta–Surakarta–Ngawi–Surabaya), serta jalur Semarang–Solo. Losari, pintu gerbang Jawa Tengah sebelah barat dapat ditempuh 3,5–4 jam perjalanan dari Jakarta. Selain itu, Jawa Tengah juga dilintasi beberapa ruas Jalan Tol Trans Jawa, yakni Jalan Tol Kanci–Pejagan; Jalan Tol Pejagan–Pemalang; Jalan Tol Pemalang–Batang; Jalan Tol Semarang–Batang; Jalan Tol Semarang ABC; Jalan Tol Semarang–Solo; dan Jalan Tol Solo–Ngawi yang menghubungkan antar kota di Jawa Tengah; Jawa Timur; Jawa Barat; dan DKI Jakarta. Saat ini juga direncanakan pembangunan Jalan Tol Semarang–Demak dan Jalan Tol Demak–Tuban yang menghubungkan antara kota-kota di pantai utara Jawa Tengah dengan Jawa Timur, Jalan Tol Yogyakarta–Solo; Jalan Tol Yogyakarta–Magelang–Bawen; dan Jalan Tol Yogyakarta–Cilacap yang menghubungkan Jawa Tengah dengan Daerah Istimewa Yogyakarta; serta Jalan Tol Tegal–Cilacap yang menghubungkan antara kota di pantai utara Jawa Tengah dengan wilayah selatan.
Jawa Tengah merupakan provinsi yang pertama kali mengoperasikan jalur kereta api, yakni pada tahun 1867 di Semarang dengan rute Semarang–Tanggung yang berjarak 26 km, atas permintaan Raja Willem I untuk keperluan militer di Semarang maupun hasil bumi ke Gudang Semarang.[37] Saat ini jalur kereta api yang melintasi Jawa Tengah adalah lintas utara (Jakarta–Cirebon–Semarang–Surabaya), lintas selatan (Jakarta–Purwokerto–Yogyakarta–Surabaya), jalur Solo–Gundih–Semarang, Tegal–Slawi–Prupuk, dan Maos–Cilacap. Jalur Kereta Solo–Wonogiri yang telah lama mati dihidupkan kembali pada tahun 2005. Jalur lain yang diaktifkan kembali adalah jalur rel Kedungjati–Ambarawa yang menghubungkan Stasiun Bringin, Stasiun Tuntang dan berakhir di Stasiun Ambarawa serta Kutoarjo–Purworejo dan jalur percabangan Semarang Tawang–Pelabuhan Tanjung Emas. Dari Stasiun Ambarawa dapat berlanjut sampai Stasiun Bedono pada tahun 2015 mendatang. Namun jalur percabangan Kutoarjo–Purworejo akan diaktifkan lagi pada akhir tahun 2023 diikuti dengan reaktivasi Stasiun Purworejo yang sempat punah pada tahun 2010.[38][39]
Untuk transportasi udara, Bandara Ahmad Yani di Semarang dan Bandara Adi Soemarmo di Boyolali adalah bandara komersial yang paling penting di Jawa Tengah. Selain itu juga terdapat Bandara Dewandaru di Jepara (Kec. Karimunjawa), Bandara Tunggulwulung di Cilacap, Bandar Udara Jenderal Besar Soedirman di Purbalingga, Bandar Udara Ngloram di Blora (Kec. Cepu). Penerbangan Jakarta–Semarang atau Jakarta–Surakarta dapat ditempuh dalam waktu 45–50 menit.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2024" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 6 Oktober 2024.
- ^ a b c d "Provinsi Jawa Tengah Dalam Angka 2021" (pdf). Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah: 7, 99, 336. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-17. Diakses tanggal 17 April 2021.
- ^ "Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2023". www.bps.go.id. hlm. 8. Diakses tanggal 7 Desember 2023.
- ^ a b c "Anggaran APBD 2023". bpkad.jatengprov.go.id. Diakses tanggal 27 Desember 2023.
- ^ a b Galih, Bayu, ed. (2015-08-23). "Gubernur Ganjar Pranowo Luncurkan Slogan "Jateng Gayeng"". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-24. Diakses tanggal 2022-01-07.
- ^ 'Bali', in Robert Cribb, ed., The Indonesian killings of 1965-1966: studies from Java and Bali (Clayton, Vic.: Monash University Centre of Southeast Asian Studies, Monash Papers on Southeast Asia no 21, 1990), pp. 241-248
- ^ a b Home; Terkini; News, Top; Terpopuler; Nusantara; Nasional; Tengah, Jawa; Peristiwa; Ekonomi (2024-09-03). "120 anggota DPRD Jawa Tengah resmi dilantik, Sumanto ketua sementara". Antara Jateng. Diakses tanggal 2024-10-02.
- ^ Antara Jateng: Calon Pimpinan DPRD Jateng sedang disiapkan
- ^ Golkar Jateng: DPRD Provinsi Jateng[pranala nonaktif permanen]
- ^ Jateng Tribun News: Daftar nama anggota DPRD Jateng
- ^ News okezone: 100 anggota DPRD Jateng dilantik, wajah baru mendominasi
- ^ News Detik: Wakil Ketua DPRD Jateng meninggal saat menjalankan tugas
- ^ "Anggota DPRD Prov. Jateng Terpilih Periode 2014-2019". KPU Provinsi Jawa tengah. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-10-03. Diakses tanggal 2018-10-05.
- ^ Siti Afifiyah (13-05-2019). "Nama 120 Anggota DPRD Jateng Terpilih 2019-2024". tagar.id. Diakses tanggal 23-09-2019.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.
- ^ "Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama, Bahasa 2010" (PDF). demografi.bps.go.id. Badan Pusat Statistik. 2010. hlm. 23, 36–41. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-07-12. Diakses tanggal 22 Oktober 2021.
- ^ "Penyebaran Bahasa di Indonesia". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-11. Diakses tanggal 25 Mei 2020.
- ^ "Bahasa di Provinsi Jawa Tengah". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-06. Diakses tanggal 25 Mei 2020.
- ^ Kartikasar, Erlin (2018). "A Study of Dialectology on Javanese "Ngoko" in Banyuwangi, Surabaya, Magetan, and Solo". Humaniora. 30 (2): 128–139. doi:doi.org/102216/jh.v29i3.29131 Periksa nilai
|doi=
(bantuan). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-22. Diakses tanggal 2021-01-24. - ^ Abdullah, Wakit (2016). "Javanese Language and Culture in the Expression of Kebo Bule in Surakarta: An Ethnolinguistic Study". Komunitas. 8 (2): 285–295. doi:http://dx.doi.org/10.15294/komunitas.v8i2.7195 Periksa nilai
|doi=
(bantuan). ISSN 2460-7312. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-30. Diakses tanggal 2021-01-24. - ^ Prasety, Eka (2018). "Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Peribahasa Jawa". Repository Universitas Islam Indonesia: 56. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-31. Diakses tanggal 2021-01-24.
- ^ Abdullah, Wakit (2017). "The Local Wisdom Summarized in The Javanese Proverbs: A case Study of The Javanese Community in ExResidency on Surakarta". Humaniora. 28 (3): 4. doi:https://doi.org/10.22146/jh.22279 Periksa nilai
|doi=
(bantuan). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-30. Diakses tanggal 2021-01-24. - ^ Permana, Merdeka. 2010 "Sunda Lelea yang Terkatung-katung": Pikiran Rakyat
- ^ Gischa, Serafica (20 Januari 2020). Gischa, Serafica, ed. "Terbentuknya Jaringan Nusantara Melalui Jalur Perdagangan". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-31. Diakses tanggal 24 Januari 2021.
- ^ Munandar, Yusuf (2016). "Afiks Pembentuk Verba Bahasa Sunda". Humanika. 16 (1): 7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-31. Diakses tanggal 2021-01-24.
- ^ "Jawa Tengah Dalam Angka 2016"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-10. Diakses tanggal 2017-07-08.
- ^ "Optimalisasi Fungsi Puri Maerokoco". Merdeka.com. suara merdeka.com. 17 May 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-10. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
- ^ "Gading Gajah Purba Direkonstruksi di Museum Ronggowarsito". Kompas.com. suara merdeka.com. 16 June 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-09-20. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
- ^ Utami, Puji (12 May 2012). Wadrianto, Glori K., ed. "Kaligrafi Pelapah Pisang Catat Rekor MURI". Kompas.com. kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-07. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
- ^ "Pariwisata di Jepara, Penyokong PAD Terkuat Setelah Ukir". Merdeka.com. kompas.com. 17 Juni 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-19. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
- ^ Fitriana, Ika (17 February 2012). Wadrianto, Glori K., ed. "Menikmati Sunrise di Borobudur". Kompas.com. kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-02-24. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
- ^ "Kisah Mataram di Poros Kedu-Prambanan". Kompas.com. kompas.com. 18 February 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-28. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
- ^ "Candi Prambanan, Alternatif Rest Area Pemudik". Merdeka.com. suaramerdeka.com. 20 August 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-10. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
- ^ "UGM Temukan Puluhan Artefak di Candi Dieng". Merdeka.com. suara merdeka.com. 13 June 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-10. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
- ^ "Wisatawan Padati Gedong Songo". Merdeka.com. suara merdeka.com. 02 January 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-10. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
- ^ "Situs Candi Angin Diminta Dilestarikan". Merdeka.com. suara merdeka.com. 15 November 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-09. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
- ^ "Sejarah Kereta Api di Indonesia". Kompas.com. kompas.com. 21 Juli 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-15. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
- ^ Wahyu Utomo, Nugroho (2 Agustus 2023). "Ada 3 Kecamatan Dilintasi Jalur KA Purworejo–Kutoarjo, Stasiun Purworejo Masuk Kecamatan Mana?". Suara Merdeka. Purworejo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-02. Diakses tanggal 2023-08-06.
- ^ "Jalur Kereta Kedungjati-Tuntang Beroperasi Tahun 2015". Tempo.co. 30 May 2013. Diakses tanggal 14 Juni 2013.[pranala nonaktif permanen]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Indonesia) Situs web resmi pemerintah provinsi Jawa Tengah
- (Indonesia) Profil Demografi Jateng
- (Indonesia) Profil Ekonomi Jateng
- (Indonesia) Profil Wisata Jateng
- (Indonesia) Ekonomi Regional Jateng
- (Indonesia) Statistik Regional Jateng
- (Indonesia) Situs web resmi panduan wisata Jawa Tengah
Laut Jawa | Laut Jawa | Laut Jawa | ||
Jawa Barat | Jawa Timur | |||
| ||||
Samudra Hindia | Daerah Istimewa Yogyakarta, Samudra Hindia | Samudra Hindia |