Paus Stefanus IV
Paus Stefanus IV | |
---|---|
Awal masa kepausan | 22 Juni 816 |
Akhir masa kepausan | 24 Januari 817 |
Pendahulu | Leo III |
Penerus | Paskalis I |
Informasi pribadi | |
Nama lahir | tidak diketahui |
Lahir | tidak diketahui |
Meninggal | 24 Januari 817 Roma, Italia |
Paus lainnya yang bernama Stefanus |
Paus Stefanus IV adalah Paus Gereja Katolik Roma dari Juli 816 hingga 24 Januari 817. Stefanus IV yang terlahir dengan nama Stefano di Roma, berasal dari keluarga bangsawan di Roma pada abad ke-8. Ia lahir pada tahun 770 M, dalam sebuah keluarga yang dikenal karena kesalehannya. Ayahnya adalah seorang pejabat gerejawi, sementara ibunya dipuji atas kebijaksanaannya dalam mendidik anak-anaknya dalam iman Kristen.
Sejak masa mudanya, Stefanus menunjukkan panggilan rohani yang kuat. Ia dikenal karena kerendahan hatinya, doa yang tekun, dan kecintaannya terhadap Firman Tuhan. Di usia muda, ia masuk ke dalam biara di Roma untuk memperdalam pengenalannya akan Kitab Suci dan mempelajari doktrin Gereja.
Pelayanan Sebelum Kepausan
[sunting | sunting sumber]Sebelum menjabat sebagai Paus, Stefanus melayani Gereja sebagai seorang diakon. Dalam pelayanannya, ia dikenal sebagai seorang pembela iman yang gigih, terutama terhadap ajaran sesat yang mulai merongrong Gereja. Ia juga dikenal karena kebaikan hatinya terhadap kaum miskin dan sakit. Dalam setiap tindakannya, ia mencerminkan ajaran Yesus Kristus, sebagaimana tertulis: "Karena Aku lapar, kamu memberi Aku makan; Aku haus, kamu memberi Aku minum; Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan." (Matius 25:35).
Kepausan Stefanus IV
[sunting | sunting sumber]Stefanus IV terpilih sebagai Paus pada Juli 816 M, menggantikan Paus Leo III. Pemilihannya didukung oleh seluruh rakyat Roma, yang melihatnya sebagai seorang pemimpin yang penuh kasih dan kebijaksanaan. Masa kepausannya dimulai di tengah situasi politik yang rumit, dengan munculnya kekuatan Kekaisaran Karoling di bawah pemerintahan Kaisar Louis yang Saleh (Ludovico Pio).
Penahbisan Kaisar Louis yang Saleh
[sunting | sunting sumber]Salah satu tindakan paling penting dalam kepausan Stefanus IV adalah perjalanannya ke Prancis untuk meneguhkan kekuasaan Kaisar Louis yang Saleh. Pada tahun 816 M, Stefanus sendiri memahkotai Louis di Reims, memberikan legitimasi rohani kepada pemerintahannya. Dalam pidatonya, Paus Stefanus IV mengutip Mazmur: "Tuhan memberikan kemenangan kepada raja yang diurapi-Nya, Ia menjawab dari sorga-Nya yang kudus." (Mazmur 20:6).
Langkah ini memperkuat hubungan antara Tahta Suci di Roma dan Kekaisaran Karoling, yang dianggap sebagai pelindung Gereja pada masa itu. Namun, Stefanus juga mengingatkan Louis untuk tetap rendah hati di hadapan Tuhan, sebagaimana tertulis: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6).
Perbaikan Relasi dengan Gereja Timur
[sunting | sunting sumber]Di masa kepemimpinannya, Stefanus IV juga berupaya memperbaiki hubungan dengan Gereja Timur. Ia mengirim utusan ke Konstantinopel untuk membangun dialog dengan Patriarkh Timur, meskipun usaha ini menghadapi banyak tantangan akibat perbedaan doktrinal.
Kehidupan Rohani
[sunting | sunting sumber]Sebagai seorang pemimpin rohani, Stefanus IV dikenal karena hidupnya yang saleh. Ia sering ditemukan berdoa di Basilika Santo Petrus hingga larut malam. Dalam doanya, ia memohon kepada Tuhan agar Gereja tetap bersatu dan kuat menghadapi segala ancaman. Sebagaimana tertulis: "Aku berdoa bukan untuk mereka saja, tetapi juga untuk orang-orang yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka, supaya mereka semua menjadi satu." (Yohanes 17:20-21).
Stefanus juga mencanangkan beberapa hari puasa dan doa bersama umat, mengingatkan mereka akan pentingnya pertobatan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Matius 4:17).
Wafat dan Warisan
[sunting | sunting sumber]Paus Stefanus IV meninggal dunia pada tanggal 24 Januari 817 M, hanya beberapa bulan setelah menahbiskan Kaisar Louis yang Saleh. Ia dimakamkan dengan penghormatan besar di Basilika Santo Petrus. Kepausannya yang singkat dikenang sebagai masa pemulihan hubungan antara Gereja dan Kekaisaran, serta sebagai teladan kesalehan dan kepemimpinan rohani.
Warisan Stefanus IV terus dikenang oleh Gereja. Ia dianggap sebagai seorang pemimpin yang dipenuhi hikmat dan kasih Tuhan, sebagaimana tertulis: "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." (Matius 5:9).
Didahului oleh: Leo III |
Paus 816 – 817 |
Diteruskan oleh: Paskalis I |
Referensi
[sunting | sunting sumber]- John, Norman. *History of the Papacy in the Middle Ages*. Cambridge University Press, 1992.
- Kelly, J.N.D. *The Oxford Dictionary of Popes*. Oxford University Press, 1986.
- Alkitab Terjemahan Baru (LAI).